ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 10 NO.8,AGUSTUS, 2021


Diterima: 2021-05-20. Revisi: 2021-06-27 Accepted: 04-08-2021

PERBEDAAN SELF DIRECTED LEARNING READINESS PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DAN KETIGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Ida Bagus Satriya Wibawa1, Ni Putu Wardani2, Ni Luh Putu Eka Diarthini2, Putu Ayu Asri Damayanti2

1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali

2Departement Medical Education Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali Email: [email protected]

ABSTRAK

Self Directed Learning (SDL) memiliki kaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Konsep belajar ini merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa itu sendiri atau student centered learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesiapan mahasiswa dalam metode SDL yang biasa disebut sebagai Self Directed Learning Readiness (SDLR). Penelitian ini bersifat cross-sectional analitic dimana pengambilan sampel dilakukan satu kali dengan menggunakan instrument kuesioner pada mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter (PSSKPD) mahasiswa tahun pertama pada penelitian ini yaitu angkatan tahun 2018, dan mahasiswa tahun ketiga yaitu angkatan 2016. Penghitungan jumlah sampel dilakukan melalui total sampling dan terkumpul sebanyak 425 kuesioner, dimana angkatan 2016 sebanyak 205 responden, angkatan 2018 sebanyak 220 responden. Kuesioner yang dipakai memiliki 36 pertanyaan utama dan 3 pertanyaan tambahan, kuesioner memiliki nilai 1-5 (Likert Scale) dimana kuesioner telah di validasi oleh Zulharman (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor yang signifikan antara masing-masing kelompok angkatan (P > 0.05). Skor SDLR pada angkatan 2016 dengan kategori hasil tinggi memiliki jumlah sampel yang lebih banyak dibandingkan dengan angkatan 2018. Kedua kelompok angkatan masing-masing memperoleh skor SDLR pada 2 kategori yaitu kategori tinggi, dan kategori sedang

Kata Kunci: Independent learning, Self Directed Learning Readiness (SDLR), PBL, Skor SDLR

ABSTRACT

Self Directed Learning (SDL) is related to the implementation of the Problem Based Learning (PBL) learning process at the Faculty of Medicine, Udayana University. This learning concept is a learning method that focuses on students themselves or student centered learning. This study aims to find out how students are prepared in the SDL method commonly referred to as Self Directed Learning Readiness (SDLR). This study is a cross-sectional analitic where sampling is done once using a questionnaire instrument for students of the Medical Study Program and the Professional Doctor (PSSKPD) first year students in this study, are class of 2018, and third year students are class of 2016. The number of samples was done through total sampling and collected as many as 425 questionnaires, of which 2016 was 205 respondents, 2018 was 220 respondents. The questionnaire used has 36 main questions and 3 additional questions, the questionnaire has a value of 1-5 (Likert Scale) where the questionnaire has been validated by Zulharman (2008). The

PERBEDAAN SELF DIRECTED LEARNING READINESS PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA DAN KETIGA,.. Ida Bagus Satriya Wibawa1, Ni Putu Wardani2, Ni Luh Putu Eka Diarthini2, Putu Ayu Asri Damayanti2

results showed that there was no significant difference in scores between each class group (P> 0.05). SDLR scores in the class of 2016 with a high yield category have a greater number of samples than the class of 2018. Both groups each received an SDLR score in 2 categories namely high category, and medium category

Keywords: Independent learning, Self Directed Learning Readiness (SDLR), PBL, SDLR Score

PENDAHULUAN

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana saat ini menerapkan sistem pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu metode belajar dimana siswa yang berperan aktif atau student centered bukan lagi teacher centered.1 PBL juga merupakan sistem belajar yang di pelopori oleh keinginan diri sendiri yaitu self directed learning (SDL)2, dimana setiap mahasiswa bertanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri untuk memiliki perencanaan, monitoring, dan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri.3 Tahun pertama perkuliahan merupakan awal perjalanan mahasiswa untuk beradaptasi dengan metode SDL dalam perkuliahan, sedangakan tahun ketiga perkuliahan merupakan kunci dimana mahasiswa sudah terbiasa menggunakan metode SDL.

Self-directed learning (SDL) merupakan keterampilan penting bagi lulusan kedokteran dalam memenuhi tantangan sistem kesehatan saat ini. Metode SDL penting menjadi bagian dari kurikulum, Dalam pola pembelajaran mandiri, peserta didik mengambil inisiatif untuk memanfaatkan sumber daya daripada hanya bereaksi terhadap transmisi dari sumber daya, sehingga membantu peserta didik untuk belajar lebih banyak dan belajar lebih baik, dimana tujuan utama pendidikan sekarang adalah mengembangkan keterampilan penyelidikan, dan yang lebih penting lagi untuk memperoleh pengetahuan baru dengan mudah dan terampil sepanjang hayatnya.4

Dalam metode SDL ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan dibagi dalam dua bagian yaitu faktor interal dan faktor eksternal.5 Faktor internal tentunya faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut, bakat, potensi intelektual, jenis kelamin, mood, dan kesehatan, cara belajar, intelegensi, tingkat pendidikan tentu dapat mempengaruhi kesiapan individu dalam SDL.6 Faktor eksternal atau faktor dari luar seperti lingkungan dan keluarga dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif dalam membangun kepribadian individu termasuk dalam hal belajar mandiri.7

Self Directed Learning Readiness (SDLR) yaitu bagaimana evaluasi individu mengenai kesiapan untuk memiliki perilaku dan sikap yang tentunya perlu dalam menunjang pembelajaran mandiri.8 Kesiapan SDL menghasilkan 3 asumsi bahwa yang pertama pada dasarnya orang dewasa mempunyai sifat self directed yaitu siap dalam

melaksanakan belajar mandiri, kedua berperilaku secara mandiri adalah suatu sikap disiplin kepada diri sendiri mengenai cara dalam mengarahkan diri dan mengembangkan kompetensi diri sampai batas tertentu. Ketiga, yaitu kemampuan belajar secara mandiri dalam konteks pengaturan diri secara individu.9

Melihat betapa pentingnya metode SDL dalam menunjang pola belajar di FK Unud khususnya pada prodi PSSKPD, terlebih belum ada yang meneliti terkait kesiapan SDL di lingkungan FK Unud, sangat menarik jika topik yang diangkat mengenai “Perbedaan Self Directed Learning Readiness pada Mahasiswa Tahun Pertama dan Ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Udayana”. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dalam pengembangan penelitian selanjutnya, sehingga menjadi ievaluasi mengenai metode SDL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dengan studi potong lintang analitik di mana hanya satu waktu dalam proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dari Mei 2019 hingga Agustus 2019. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan adaptasi Zulharman tahun 2008 dimana kuesioner ini telah melalui tahap validasi oleh peneliti sebelumnya. Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa PSSKPD angkatan 2016 sebagai mahasiswa tahun ketiga dalam periode penelitian ini dan angkatan 2018 sebagai mahasiswa tahun pertama dalam periode penelitian ini. Sampel diambil tidak

secara acak (non-probability sampling) melalui metode total sampling.10 Pemilihan sampel dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah mahasiswa PSSKPD angkatan 2016 dan 2018 yang berstatus aktif dalam perkuliahan. Kriteria eksklusi yaitu mahasiswa yang sedang tidak aktif atau cuti masa perkuliahan dan mahasiswa yang menolak sebagai responden dari kuesioner penelitian ini.

Teknik analisis data menggunakan aplikasi SPSS. Data yang diperoleh dari hasil pengisian lembar kuesioner Self Directed Learning Readiness Scale dengan menggunakan uji beda rerata dan analisa tabulasi silang, dimana hasil pengolahan data akan ditampilkan dalam bentuk tabel, dan narasi termasuk analisis perbedaan skor SDLR pada kedua kelompok disertai penjelasan. Penelitian ini telah di setujui dengan izin dari Komisi Etik Penelitian (KEP) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan nomor surat 441/UN14.2.2.VII.14/LP/2019. HASIL

Berdasarkan data yang di peroleh (Tabel 1) maka dapat dilihat bahwa dari 425 responden yang terbagi dalam dua kelompok angkatan terlihat bahwa responden perempuan lebih banyak dari laki-laki yaitu sebanyak 267 orang (62,8%). Pada kuesioner terdapat pertanyaan tambahan sebanyak tiga nomor yang bertujuan untuk memberikan penjelasan tambahan di bagian pembahasan sebagai pengalaman metode SDL saat SMA, terdapat tiga kelompok variabel, yaitu responden saat SMA lebih banyak sudah pernah melakukan metode SDL sebanyak 311 orang (73,2%), sedangkan frekuensi SDL dari mahasiswa saat SMA terbagi menjadi rentang sangat sering hingga tidak pernah melakukan SDL. Kegiatan SDL paling sering dilakukan yaitu belajar sendiri yaitu sebanyak 260 orang (63,3%), kemudian belajar kelompok sebanyak 43 orang (10,1%), serta bimbingan belajar sebanyak 28 orang (6,6%).

Sangat sering

57 (13,4)

Sering

125 (29,4)

Jarang

125 (29,4)

Hampir tidak pernah

4 (0,9)

Tidak pernah

114 (26,8)

Kegiatan SDL saat SMA

Belajar sendiri

259 (61)

Belajar kelompok

38 (8,9)

Bimbingan belajar

24 (5,64)

Dalam menentukan ukuran penyebaran dan pemusatan, akan dilakukan uji normalitas data. Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil dari uji normalitas yang telah dilakukan pada kedua kelompok penelitan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian normalitas data didapatkan dengan nilai P < 0.05 pada kelompok angkatan 2016 dan berdistribusi normal pada angkatan 2018. Kaidah yang dianjurkan yaitu menggunakan median dan interquartile range.11 Hal ini menunjukkan bahwa data dari dua kelompok tidak terdistribusi secara normal.

Tabel 2.     Uji normalitas skor SDL antara

angkatan 2016 dan 2018

Jumlah Subyek

Kolmogorov-Smirnov

Angkatan 2016

205

0,004*

Angkatan 2018

220

0,067

Hasil penelitian pada Tabel 3, dengan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh median atau nilai tengah skor untuk SDLR mahasiswa angkatan 2016 yaitu 139 dengan rentang nilai 109178. Sedangkan pada mahasiswa angkatan 2018 diperoleh median skor 138 dengan rentang nilai 107172. Uji pada kedua kelompok menunjukkan taraf signifikansi sebesar p = 0,331 menunjukkan hasil bahwa tidak adanya perbedaan signifikan tingkat SDLR angkatan 2016 dan angkatan 2018.

Tabel 1.    Karakteristik sampel

Variabel

n (%)

Angkatan

2016

205 (48,2)

2018

220 (51,8)

Jenis kelamin

Laki-laki

158 (37,2)

Perempuan

267 (62,8)

SDL sewaktu SMA

Pernah

311 (73,2)

Tidak pernah

114 (26,8)

Frekuensi SDL saat SMA

Tabel 3.    Deskripsi data hasil penelitian SDLR

tiap angkatan

Angkatan

2016

Angkatan

2018

Jumlah Subyek

205

220

Median

139

138

Skor Tertinggi

178

172

Skor Terendah

109

107

P


0,331a


Hasil penelitian pada Tabel 4. Dengan menggunakan skala kategorisasi skor SDLR pada penelitian Nyambe (2015), kemudian dengan uji Chi-Square yang bertujuan untuk menilai kategorikal dari skor SDLR, maka didapat bahwa angkatan 2016 dengan kategori skor SDLR tinggi sebanyak 159 orang (77,6%), kemudian dengan kategori skor SDLR sedang sebanyak 46 orang (22,4%). Pada angkatan 2018 dengan skor SDLR tinggi sebanyak 153 orang (69,5%), serta kategori sedang sebanyak 67 orang (30,5%). Dari kedua kelompok angkatan tidak didapat responden yang memiliki skor SDLR rendah, dimana p = 0,062 yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan di kedua angkatan.

Tabel 4.

Skor kategori SDLR tiap tahun masuk

Angkatan

2016

Angkatan

2018

Tinggi

159 (77,6)

153 (69,5)

Sedang

46 (22,4)

67 (30,5)

Rendah

0 (0,0)

0 (0,0)

p

0,062a

Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan skala konstruk SDL, dimana Fisher, dkk pada tahun 2001 telah mengembangkan skala SDLR menjadi 3 aspek atau konstruk yaitu manajemen diri, keinginan untuk belajar, serta kontrol diri. Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa rata-rata dari 3 konstruk mahasiswa angkatan 2016 maupun angkatan 2018 dengan SDLR tinggi memiliki median lebih tinggi dari kelompok mahasiswa dengan SDLR sedang. Pada aspek manajemen diri, SDLR tinggi pada angkatan 2016 dan 2018 memiliki nilai median yang sama, sedangkan SDLR sedang lebih tinggi pada angkatan 2018. Aspek kedua yaitu keinginan belajar, pada SDLR tinggi pada kedua angkatan memiliki median sama, kemudian untuk SDLR sedang lebih tinggi pada angkatan 2018. Aspek ketiga yaitu kontrol diri juga memiliki nilai median yang sama pada kedua kelompok dengan skor SDLR tinggi, dan terdapat perbedaan pada SDLR sedang yang memiliki median lebih rendah pada angkatan 2018.

Tabel 5.    Sebaran skor konstruk skala SDL

Skor Konstruk (median)

Angkatan

2016

Angkatan

2018

Manajemen

Diri

Tinggi

50,0

50,0

Sedang

42,5

43,0

Keinginan

Belajar

Tinggi

40,0

40,0

Sedang

35,0

37,0

Kontrol Diri

Tinggi

52,0

52,0

Sedang

47,0

46,0

DISKUSI


Penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat SDLR pada mahasiswa tahun ketiga yaitu angkatan 2016 sebagian besar berada pada kategori tinggi dan kategori sedang memiliki persentase yang lebih kecil. Tidak jauh berbeda dengan angkatan tahun pertama yaitu angkatan 2018. Merupakan hal yang menarik karena dari dua kelompok penelitian SDLR tidak ditemukan mahasiswa yang berada dalam kategori SDLR rendah.

Pada Tabel 5 terlihat bahwa sebaran data konstruk antara angkatan 2016 dan angkatan 2018 yaitu pada aspek manajemen diri, keinginan belajar, dan kontrol diri, memiliki distribusi median yang sama pada SDLR dengan skor tinggi pada dua kelompok angkatan, walaupun secara skor SDLR sedang terdapat sedikit perbedaan median yaitu pada aspek manajemen diri lebih tinggi pada angkatan 2018, kemudian pada aspek keinginan belajar juga lebih tinggi pada angkatan 2018, sedangkan pada aspek kontrol diri pada angkatan 2016 memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan angkatan 2018.

Penelitian ini tentu menghasilkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu oleh Nyambe pada tahun 2015 yang menggunakan tiga kelompok angkatan yaitu angkatan 2012, 2013, 2014. Hasil pada penelitian Nyambe didapatkan hasil SDLR setiap angkatan dengan menggunakan skor rata-rata, standar deviasi, skor terendah, dan skor tertinggi. Berdasarkan uji yang dilakukan dapat disimpulkan memiliki perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok angkatan yaitu p = 0,001.

Hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara skor SDLR angkatan 2016 dan angkatan 2018. Namun perbedaan antara 2 penelitian ini tentu tidak hanya berdasarkan perbedaan uji normalitas kelompok maupun seberapa signifikan perbedaan skor antar kelompok uji. Jika pada

penelitian oleh Nyambe merujuk pada angka skor pada skor rata-rata kemudian standar deviasi serta skor terendah, maupun skor tertinggi dari 3 kelompok terlihat tidak memiliki nilai yang signifikan berbeda antar skor yaitu dapat dikatakan perbedaannya kurang dari 10 skor. Pada data kategorikal jika dilihat secara angka skor perbedaan antar angkatan menunjukkan perbedaan yang tidak teratur pada angkatan 2012, 2013, dan 2014, dimana angkatan 2012 cenderung memiliki skor lebih rendah dari angkatan 2014 tetapi pada angkatan 2013 memiliki skor yang paling tinggi diantara dua kelompok yang lain,12 pada data kategorikal di dapatkan bahwa antara penelitian sebelumnya dan penelitian ini terdapat hasil yang sama bahwa tidak ada dari keseluruhan sampel yang mendapat kategori skor SDLR rendah. Skor konstruk yang terdiri 3 aspek juga tidak didapatkan perbedaan yang berarti pada setiap kelompok, di dapatkan pada 2 penelitian yang telah dilakukan yaitu skor konstruk setiap aspek pada SDLR tinggi lebih tinggi daripada SDLR sedang. Tentunya jika melihat 2 perbandingan peneltian oleh Nyambe dan penelitian ini memang terdapat perbedaan normalitas dan signifikansi data, tetapi jika dilihat berdasarkan skor langsung pada kedua penelitian ini memiliki hasil yang cenderung mirip pada setiap kelompok angkatan. Pada penelitian ini jika terdapat perbedaan normalitas dan signifikansi hasil data dengan penelitian sebelumnya tentu disebabkan oleh adanya faktor bias yang tidak dapat peneliti ketahui, misalnya bias pada setiap individu saat pengisian kuesioner.

Penelitian selanjutnya yang pernah dilakukan terkait SDLR yaitu oleh Sumbayak pada tahun 2017 yang meneliti tentang hubungan antara skor SDLR dengan pendekatan belajar mahasiswa tahun pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.13 Skor SDLR diukur menggunakan kuesioner yang sama dengan penelitian ini, dari 226 orang sampel yang di uji terdapat kesamaan dengan penelitian oleh Nyambe dan penelitian ini bahwa dari seluruh responden tidak terdapat sampel dengan kategori skor SDLR rendah, tentunya dari penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan SDLR walaupun memiliki perbedaan hasil signifikansi antar kelompok, tetapi dari ketiga penelitian yang pernah di lakukan termasuk dengan penelitian ini saya asumsikan dapat memiliki kesamaan hasil skor dan kategori yaitu kategori tinggi dan kategori sedang.

Skor SDLR yang tidak memiliki perbedaan signifikan antara kedua kelompok dapat dipengaruhi oleh perilaku SDL pada saat SMA dimana sebanyak 311 sampel (73,2%) telah menerapkan metode SDL. Humaira dan Hurriyah pada tahun 2017, dalam penelitiannya terkait pandangan siswa terhadap proses belajar mandiri di luar kelas, dalam hal ini

sampel yang digunakan sebanyak 30 siswa kelas sebelas SMA 1 Singosari, Malang. Dalam penelitian difokuskan pada pelajaran Bahasa Inggris yang menjadi dasar pengukuran dan menggunakan penelitian secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner dan secara kualitatif yaitu dengan menggunakan metode wawancara. Hasil dalam penelitian ini menjelaskan bahwa dalam pandangan siswa terkait pembelajaran mandiri terkait Bahasa Inggris. Secara kesimpulan didapatkan bahwa kebanyakan dari siswa memiliki pola belajar mandiri yang cukup, dapat dilihat dari analisis bahwa siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dan percaya diri dalam proses belajar.14 Penelitian yang dilakukan terhadap siswa SMA menunjukkan bukti bahwa siswa telah mengembangkan proses belajar secara mandiri sejak SMA dimana pada penelitian ini sebanyak 311 orang sampel sudah melakukan metode SDL sejak sebelum berkuliah. Jaleel dan O.M pada penelitiannya tahun 2017 yang menghubungkan SDL dan pencapaian dalam teknologi informasi, dengan 150 orang sampel yang dipilih dari siswa kelas sembilan dari berbagai sekolah di daerah Ernakulam, India. Teknologi informasi merupakan hal yang penting saat ini karena segala informasi dan edukasi bisa kita dapatkan secara mudah. Dengan menggunakan kuesioner SDLR dan tes pencapaian pada teknologi informasi, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara metode SDL dengan pencapaian siswa dalam mencari informasi dengan menggunakan teknologi, sehingga berpengaruh pada kemampuan SDL dari siswa itu sendiri.15 Berdasarkan dua penelitian SDLR yang telah dilakukan pada siswa SMA menunjukkan bahwa dari kedua penelitian, sejak SMA siswa telah menerapkan metode SDL dalam pola belajar mereka dengan hasil yang positif dan motivasi yang tinggi siswa dalam menerapkan pola belajar mandiri hingga kuliah tentu saya asumsikan berkaitan dengan apa yang telah di jelaskan dalam tinjauan pustaka penelitian ini bahwa pola belajar mandiri atau SDL ini tentu berkaitan dengan faktor internal maupun eksternal yang dapat mendukung setiap individu dalam melaksanakan pola belajar mandiri. Sebagai contoh dari faktor eksternal yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan metode SDL yaitu waktu belajar, dalam metode pembelajaran secara mandiri bagaimana seseorang dapat mengatur waktunya dalam belajar dan manajemen waktu yang baik akan menghasilkan hasil SDL yang baik.

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan menggunakan kuesioner, bias tentu dapat terjadi dimana penelitian dengan kuesioner memiliki beberapa kelemahan sehingga dapat menimbulkan

bias, yaitu pertama pada penelitian kuesioner tidak 100% jawaban dari responden merupakan jawaban yang jujur, pertanyaan dalam kuesioner dapat 6. menjadi salah tafsir oleh responden, siswa mungkin tidak mau menjawab pertanyaan, mereka mungkin tidak ingin mengungkapkan informasi atau mereka berpikir bahwa mereka tidak akan mendapat manfaat dari mengisi kuesioner bahkan mungkin dihukum 7. dengan memberikan pendapat asli mereka.16

8.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis mendapatkan yaitu tidak adanya perbedaan signifikan pada SDLR angkatan 2016 dan angkatan 2018. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa 9. metode SDL yang dimiliki oleh kedua angkatan memiliki kesiapan yang sama dengan lebih banyak mahasiswa kategori SDLR tinggi dibandingkan dengan SDLR sedang, serta tidak ada mahasiswa 10. dengan kategori SDLR yang rendah.

11.

SARAN

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode atau jumlah kelompok populasi yang sama untuk menilai penelitian ini apakah hasil valid dan sama jika dibandingkan dengan penelitian yang terlebih dahulu dilakukan. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan mahasiswa untuk menilai dan mengembangkan kemampuan SDL dengan baik, serta dapat menjadi alat ukur dan evaluasi oleh institusi dalam pelaksanaan metode belajar SDL sebagai kaitannya dengan metode PBL di FK UNUD.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Soleha    T.    The    Weakness    and

DifficultnessonProblem                 Base

LearningEducational System in Faculty of Medicine in Indonesia. JUKE Unila. 2014;4(7):45-46.

  • 2.    Fitri A. Penerapan Problem Based Learning (PBL) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jambi Medical Journal. 2016;4(1):96-97.

  • 3.    Banu A, Khan K, Rajkumar J. Problem based learning in Medical education- A review. Journal of Educational Research & Medical Teacher. 2014 2(2):1.

  • 4.    Thomas L, Jones R, Ottaway J. Effective Practice in the Design of Directed Independent Learning Opportunities. The Higher Education Academy. 2015;1(1):17.

  • 5.    Rambe A. Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tua dan SelfDirected Learning pada

    14.


    15.


    16.


    Siswa SMA. Jurnal Psikologi. 2010;37(2):216-217.

    Hoban, J., Lawson, S., Mazmanian, P., Best, A. and Seibel, H. The Self-Directed Learning Readiness Scale: a factor analysis study. Medical Education. 2005;39(4):370-379.

    Harsono. Pengantar Problem Based Learning. Edisi ke - 2. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta; 2005.h.10-11.

    Zulharman, Harsono. Peran Self Directed Learning Readiness (SDLR) pada Prestasi Belajar Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. UGM Respository. 2008;1(1):2.

    Hendry G, Ginns P. Readiness for self-directed learning: Validation of a new scale with medical students. Medical Teacher. 2009;31(10):918-920.

    Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

    Widiana I. Aplikasi Statistik pada Penelitian Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2015.

    Nyambe H, Rahayu G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Directed Learning Readiness pada Mahasiswa Tahun Pertama, Kedua dan Ketiga di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Dalam PBL. Jurnal UGM. 2015;5(2):68-71.

    Sumbayak D. Hubungan Antara Skor SelfDirected Learning Readiness (SDLR) dan Pendekatan Belajar Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Skripsi. Lampung: Digilib Unila; 2017.h.40.

    Humaira S, Hurriyah I. Students’ Perspectives towards Self-Directed Learning out of Classroom. Advances in Social Science, Education and Humanities Research. 2018;145(1):10-11.

    Jaleel S, O.M. A. A Study on the Relationship between Self Directed Learning and Achievement in Information Technology of Students at Secondary Level. Universal Journal of Educational Research. 2017;5(10):1849-1852.

    Milne J. Evaluation Cookbook. 1st ed. Edinburgh: Learning Technology Dissemination Initiative Institute for Computer Based Learning Heriot-Watt University; 1998.


https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V10.i8.P15

97