ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10 NO.2,Februari, 2021



Diterima:06-12-2020 Revisi: 13-01-2020 Accepted: 05-02-2021

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN METHICILLIN RESISTANT Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

Cokorda Istri Dyah Yustika Dewi1, Desak Ketut Ernawati2, Ida Ayu Alit Widhiartini2 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali

2Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali Email: [email protected]

ABSTRAK

Staphylococcus aureus merupakan salah satu patogen yang menjadi penyebab utama infeksi nosokomial. Staphylococcus aureus merupakan ancaman serius dikarenakan resistensinya terhadap antibiotik metichillin sehingga disebut juga sebagai Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Namun obat pilihan saat ini menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, oleh karena itu perlu dikembangkan sumber lain untuk terapi MRSA. Salah satu tanaman yang potensial untuk MRSA adalah daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibaketri esktrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap pertumbuhan MRSA secara in vitro. Penelitian ini adalah True Experimental Post Test Only Group Design dengan metode disc diffusion untuk menilai zona hambat dari ekstrak dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 50% yang dibuat terhadap bakteri MRSA dengan 6 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata diameter zona hambat yang dihasilkan oleh konsentrasi 10%, 20%, dan 50% secara berturut-turut yaitu 9,50 ± 0,54 mm, 12,33 ± 0,81 mm, dan 14,66 ± 1,50 mm. berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan peningkatan konsentrasi esktrak etanol daun cengkeh berpengaruh terhadap diameter zona hambat MRSA yang dihasilkan dari percobaan secara in vitro.

Kata kunci : Syzygium aromaticum L., zona hambat, MRSA

ABSTRACT

Staphylococcus aureus is one of pathogens which may cause of nosocomial infection. Staphylococcus aureus is a serious threat due to its resistance to the antibiotic methicillin so it is also referred to as Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). However, the current choice of drugs has undesirable side effects, so other sources of MRSA therapy need to be developed. One of the potential plants for MRSA is clove leaves (Syzygium aromaticum L.). This study aims to determine the antibacterial activity of clove leaves ethanol extract (Syzygium aromaticum L.) on the growth of MRSA. This study is a True Experimental Post Test Only Group Design with disc diffusion method to assess inhibition zones of extracts with concentrations of 10%, 20%, and 50% made against MRSA bacteria with 6 repetitions. The results showed that the mean inhibition zone diameters produced by concentrations of 10%, 20%, and 50% respectively were 9.50 ± 0.54 mm, 12.33 ± 0.81 mm, and 14.66 ± 1.50 mm. It can be concluded that the increase in the concentration of ethanol extract of clove leaves affects the diameter of the MRSA inhibition zone resulting from in vitro experiments.

Keywords: Syzygium aromaticum L., inhibitory zone, MRSA

PENDAHULUAN

Staphylococcus aureusamerupakan salah satu patogen yang menjadi penyebabbutama infeksi nosokimal, Staphylococcus aureus adalah bakteri grampositif dan merupakan salah satu flora normal manusia pada selaput mukosa dan kulit, infeksi bakteri ini bersifat oportunistik, dapattmenyebabkan infeksiilokal padakkulit, hidung, vagina,uuretra, dan saluran penceraan.1 Apabila Staphylococcus aureus menyebar dan terjadi bakterimia, maka kemungkinana akan terjadi osteomyelitis hematogenus akut, endocarditis, infeksi paru-paru, dan meningitis.2

Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa saat ini Staphylococcus aureus merupakan ancaman serius dikarenakan resistensinya terhadap berbagai antibiotik golongan betalaktam, dimana salah satunya antibiotic metichillin sehingga disebut juga sebagai Methicillin-resistant Staphylococccus aureus (MRSA).3 Di berbagai rumah sakit di Indonesia, prevalensi infeksi MRSA terus meningkat. Dari tahun 2001 sampai 2017 terjadi peningkatan kasus MRSA sebanyak 7,95%. Antimikrobaayang digunakan untukkmengatasi infeksi MRSA saat iniaadalah vancomycin.4

Vancomycin merupakanndrug of choice untuk terapimMRSA, akan tetapi vancomysin dilaporkan memiliki efek samping berupa peningkatan nephrotoxicity dan red man syndrome.5 Oleh karena itu kini banyak penelitian yang berfokus dalam pengembangan dan pemanfaatan potensi efek antibaketri dari bahan-bahan alami.6

Salah satu tanaman obat yang berpotensial untuk MRSA adalah daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang memiliki sifat antibakterial, serta mengandung senyawa flavonoid, tannin, saponin, dan eugenol yang dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri MRSA.6

BAHAN DAN METODE

Penelitian inimmerupakan penelitian true experimental post test only with control group design dimana variabelllterikat dan variabel bebassdiamati hanyaasatu kali. Penelitian ini

dilakukanndi Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dari Agustus 2019 sampai dengan September 2019.

Bahan-bahannnyang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun cengkeh, bakteri MRSA ATCC 3351, Mueller Hinton Agar (MHA), cawan petri, tabung erlenmeyer, tabung reaksi, pinset, mikropipet, kapas lidi steril, batang pengaduk, inkubator, vacuum rotary evaporator, autoklaf, timbangan digital, api bunsen, jangka sorong, sendok, masker, sarung tangan, spidol, kamera, oven, kompor, blender, jangka sorong dan alat tulis.

Sampel daun cengkeh yang diperoleh Banjar Gentuh, Desa Madenan, Singaraja dibuat ekstrak dengan cara sebanyak 1200 gram daun cengkeh dibersihkan menggunakanmair mengalir laluudikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 3 hari. Simplisia disortasi kering dihaluskan menggunakan blender hingga diperoleh serbuk simplisia daun cengkeh kemudian disimpan pada media gelap tertutup. Sebanyak 67 gram simpliasia disortasi kering kemudian dimaserasi dengan 1500ml pelarut etanol 96% atau sampai terendam selama 3 x 24 jam, tutup dengan alumunium foil sambil sesekali diaduk, ekstrak kemudian disaring lalu diremaserasi dengan 1500ml etanol 96% setiap 1 x 24 jam dengan disertai pengadukan, lalu hasil refluks disaring menggunakanmkertas saringhWhatman untuk memisahkannresidu dan filtrat-nya, kemudian filtrat dipekatkan dengan Rotatory evaporator dengan suhu 40°C. Kemudian untuk menguapkan pelarut etanol yang masih tercampur ekstrak diuapkan dengan Water bath pada suhu 40°, sehingga diperoleh 5,7gram ekstrak murni cengkeh. Hasil ekstrak ditempatkan pada media gelap tertutup dan terhindar dari paparan cahaya matahari langsung, dan dimasukkan ke dalam refrigerator kemudian dilakukan uji fitokimia menggunakan 1 gram ekstrak etanol daun cengekeh, 4,7 gram sisanya diencerkan menggunakan etanol 96% dalam berbagai konsentrasi yaitu: 10%, 20%, dan 50%.

Kultur bakteri dilakukan dengan penanaman spesimen dalam cawan agar darah dengan suhu 35ºC selama 24 jam dan dilihat

morfologinya, kemudian dilakukan identifikasi bakteri dilakukan dengan kultur, pewarnaan gram, uji katalase, uji MSA (Mannitol Salt Agar) dan uji kerentanan.

Sebelum uji daya hambat ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.), disk kosong direndam selama 15 menit pada masing-masing konsentrasi ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang dibuat, larutan kontrol negatif dan kontrol positif. Pada larutan kontrol negatif, disk direndam dalam larutan etanol 96% sedangkan pada larutan kontrol positif, disk direndam pada larutan vancomycin 30 µg. Tahapan selanjutnya adalah mempersiapkan kultur bakteri dengan kekeruhan standar 0.5 McFarland (1x108 CFU/ml). Bakteri kemudian dioleskan secara merata ke Muller Hinton Agar (MHA) dengan menggunakan swab kapas steril lalu didiamkan selama 30 menit pada suhu ruangan. Masing-masing disk yang mengandung: 1) Vancomycin (30µg); 2) etanol 96%; 3) ekstrak etanol daun cengkeh 10%; 4) ekstrak etanol daun cengkeh dengan konsentrasi 20%; 5) ekstrak etanol daun cengkeh dengan konsentrasi 50%, kemudian ditempelkan di media MHA dengan jarak antar disk minimal 15 mm dan sedikit ditekan menggunakan pinset. Disk yang sudah ditempelkan pertama kali tidak boleh dipindahkan atau digeser. Media kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC. Setelah 24 jam, dilakukan pengukuran zona hambat menggunakan jangka sorong dengan mengukur zona bening yang timbul pada cawan petri.

Data dianalisis menggunakan perangkat lunak SPSS, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel beserta narasi. Penelitiannini telah mendapatmizin kelayakan etik darilKomisi Etik Penelitian (KEP) Fakultas KedokteranMUniversitas Udayana dengan nomor surat 405/UN14.2.2.VII.14/LP/2019.

HASIL

Hasilmdari penelitiannini menunjukan adanya daya hambat ekstrak daun cengkeh (Syzygium aomaticum L.) terhadap pertumbuhan MRSA ATCC 3351 secara in vitro. Hal ini dinyatakan denganmterbentuknya zona bening di area sekitar disk yang mengandung ekstrak daun cengkeh dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 50% (Gambar 1).

Zona hambatMyang terbentukMpada masing-masing perlakuanmmemiliki diameter

yangMmberbeda-beda. PengamatanMpada penelitian iniMdilakukan dengan mengukur diameternzona hambat yangMterbentuk kemudianMdihitung denganMmenggunakan rumus untuklmencari rerata zonalhambat lalu disajikanldalam bentukntabel dannnarasi.

Gambar 1. Zona hambat yang terbentuk pada media MHA

Keterangan :

-      : Disk yang mengandung etanoln96%

sebagai kontrolnnegatif

+     : Disknyang mengandung vancomycin

sebagainkontrol positif

  • 10%   : Disk yang mengandung ekstrak daun

cengkeh 10%

  • 20%  : Disk yang mengandung ekstrak daun

cengkeh 20%

  • 50%  : Disk yang mengandung ekstrak daun

cengkeh 50%

Tabel 1. Diameter zona hambat esktrak daun cengkeh 10%, 20%, 50%, vancomycin (+), dan etanol 96% (-)

Cawan     Diameter zona hambat (mm)

petri

(-)

(+)

10%

20%

50%

I

0

19

9

13

16

II

0

19

9

11

15

III

0

18

9

12

14

IV

0

19

10

13

12

V

0

18

10

12

15

VI

0

18

10

13

16

Rerata

0

18,5

9,5

12,33

14,66

BerdasarkanMhasil penelitianMpada tabel 1 dapat dinyatakan bahwaMpemberian

ekstrak etanol daun cengkeh pada berbagai konsentrasi menunjukan adanya perbedaan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri MRSA ATCC 3351. Tabel 1 menunjukan rerata diameter zona hambat pada esktrak 10% sebesar 9,5 mm, pada ekstrak 20% sebesar 12,33 mm, pada ekstrak 50% sebesar 14,66 mm, pada Vancoycin sebagai kontrol positif sebesar 18,5mm. Etanol 96% sebagaimkontrol negatif tidak menunjukan adanya zonanhambat. PadaMkonsentrasi ekstrak tertinggi (ekstrak 50%) menunjukan rerata zona hambat terbesar dibandingkan dengan konsentrasi lainnya yakni sebesar 14,66 mm namun lebih rendah dari kontrol positif (Vancomycin).

DISKUSI

Hasil penelitian yang didapatkan peneliti menunjukkan bahwa esktrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri MRSA ATCC 3351. Berdasarkan hasilnpenelitian pada TabelM1 terlihat bahwa ada kecenderungan peningkatan konsentrasiMekstrak etanolMdaun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) diikuti peningkatan daya hambat sebagaimana yang disampaikan pada Tabelm1, dapat dilihat bahwa rata-rataldiameter zona hambatlterbesar terdapat padalekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dengannkonsentrasi 50%. Hasilnini sejalan dengan hasil penelitian yangMdilakukan pada tahun 2018 oleh Ristiansyah dkk.7 terhadap Salmonella typhi, dalam penelitiannya pengujian dilakukan dengan metode disk diffusion.

Tabel 2. Klasifikasi respon zona hambat pertumbuhan bakteri.8

Diameter zona hambat

Respon zona hambat

>20 mm

Sangat kuat

11 – 19 mm

Kuat

5 – 10 mm

Sedang

<5 mm

Lemah

Secara teoritis kemampuan suatu zat untuk menghambat pertumbuhan bakteri telah diklasifikasikan oleh David and Stout. Jika data hasil pengamatan pada Tabel 1 dibandingkan dengan kategori respon zona hambat menurut klasifikasi David and Stout dalam Ambarwati.8,

diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 10% menunjukan rerata zona hambat 9,50 ± 0,54 mm memiliki respon daya hambat lemah terhadap pertumbuhan MRSA ATCC 3351, padanekstrak dengan konsentrasi 20% dan 50% menunjukan reratanzona hambat 12,33 ± 0,81 mm dan 14,66 ± 1,50 mm yang berarti kedua konsentrasi ekstrak tersebut memiliki respon daya hambat yang kuat terhadap pertumbuhan MRSA ATCC 3351. Sehingga dapat disimpulkan ekstrak konsentrasi 20% dan 50% memiliki kemampuan tertinggi dalam menghambat pertumbuhan MRSA ATCC 3351.

Selain daun, bagian dari tanaman cengkeh yang memiliki efek antibakteri adalah bunga cengkeh. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 oleh Nurul dkk.9 ekstrak bunga cengkehn(Syzygium aromaticum L.)nmemiliki efek antibateri terhadap pertumbuhan MRSA. Hasil uji fitokimia pada penelitian yang dilakukan tahun 2017 oleh Azizah dkk.10, bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder berupa eugenol, tanin, saponin, flavonoid, fenol dan alkaloid. Pada penelitian tahun 2018 yang dilakukan oleh Taher dkk.11 menyatakan bahwa bunga, tangkai, dan daun cengkeh memiliki kandungannsenyawa yang sama namunldengan konsentrasi yang berbeda secara berturut-turut sebesar 36,43 %, 88,93 %, dan 91,18 %.

Tabel 3. Hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

Senyawa Metabolit Sekunder

Hasil Uji Skrining Fitokimia

Saponin

Positif

Fenol

Positif

Terpenoid

Positif

Steroid

Negatif

Glikosida

Positif

Alkaloid

Negatif

Flavonoid

Positif

Tannin

Positif

Berdasarkan hasilnuji skrining fitokimia padaMTabel 3, daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang digunakan pada penelitian ini mengandung senyawa metabolit sekunder berupa saponin, fenol, terpenoid, glikosida, flavonoid, tannin. Hasil uji skrining fitokimia ini berbedandengan hasil penelitian pada tahun 2018 yangldilakukan oleh Nurbaety dkk.12, pada

penelitian tersebut daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 75% dan memeberikan hasil uji skrining fitokimia berupa terpenoid, flavonoid, alkaloid, fenolat, tanin, saponin dan glikosida. Perbedaan hasil juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Taher dkk.11 yang menggunakan metode maserasi menggunakan ekstrak methanol 70%. Hasil uji fitokimia pada penelitian tersebut daun cengkeh mengandung flavonoid, fenol, alkaloid, saponin, tanin, triterpenoid, danlsteroid.

Perbedaan hasilnuji skriningmfitokimia ekstrak daun cengkeh Syzygium aromaticum L.) pada beberapa penelitian diatas dapat disebabkan karena perbedaan jenis pelarut yang digunakan. Setiap pelarut memiliki polaritas yang berbeda, sehingga mempengaruhi kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam hasil ekstraksi. Menurut Septiani dkk.13 pada tahun 2017, etanolm96% banyak digunakan sebagai pelarut pada ekstraksidsenyawa bioaktifkkarena etanolllebih mudah untuk menembusmmembranssel untuk mengekstrakMbahan intraseluler darimbahan tumbuhan sehingga baikmdigunakan untuk mengekstrakmsenyawa antibakteri seperti tannin, saponin, terpenoid, fenol, dan flavonoid.

Perbedaan hasil uji skrining fitokimia pada beberapa penelitian juga dapat dipengaruhi oleh kondisi geografis dari tempat penanaman daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.). Daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Banjar Gentuh, Desa Madenan, Singaraja. Sedangkan daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) pada penelitian yang dilakukan oleh Nurbaety dkk.12 diperoleh dari Desa Santong, Lombok Utara. Ketinggian tempat berkaitan dengan iklim, suhu tanaman, ketersediaan air, dan kecukupan cahaya dalam proses fotosintesis yang dapat mengganggu fungsi fisiologis danmsiklus hidup tumbuhan. Faktor ini yang mungkinmmemengaruhi senyawa-senyawa yang terdapat pada daun cengkeh.14

Efek antibaketri pada ekstrak etanol 96% daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap pertumbuhan MRSA ATCC 3351, didugannkarena terdapatmsenyawa metabolit sekunder di dalamnya, sepertimyang terlihat pada Table 3. Hal ini sejalan dengan penelitian pada tahun 2017 yang dilakukan oleh Lambiju dkk.14 yang menunjukan adanya kandungan

tanin, flavonoid, fenol, dan saponin, pada ekstrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.).

Aktivitasnantibakteri tanin berhubungan denganlkemampuannya menginaktifkan adhesi selMmikroba dan enzim, serta mengganggu transportpprotein pada lapisan dalamssel. Tanin juga memiliki target padampolipeptida dinding sel sehingganpembentukan dinding sellmenjadi kurangmsempurna. Hal inimmenyebabkan sel bakterinmenjadinlisis karenamtekanan osmotik maupun fisikmsehingga sel bakterilakan mati.10

Sifat antibakteri saponin diduga karena zat aktif permukaannya mirip detergen, akibatnyassaponin akannmenurunkan tegangan permukaan dinding selmbakteri dan merusak permeabialitasmmembrane, maka transport zat ke dalamndan kenluar sel akan tidak terkontrol. Zat – zat seperti ion organik enzim, nutrisi, dan asam amino yang ada di dalam sel dapat keluar dari sel itu sendiri dan abila enzim-enzim tersebut dan zat-zat seperti nutrisi dan air keluar dari sel secara bersamaan, maka dapat menyebabkan terhambatnya metabolism yang akan mengakibatkan penurunan ATP yang diperlukan unutk perkembangbiakan dan pertumbuhan sel yang selanjutnya akan menyebabkan kematian sel.15

Aktivitas flavonidmdiduga disebabkan oleh aktivitas gugus alkohollsenyawa flavonoid yang mengikatmpeptidoglikan di dinding sel, selain itu gugus alkoholnflavonoiddjuga mampunmerusak membrannsel bakteri melalui pengikatan pada lipopolisakarida.16

Terpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder denganmmekanisme kerja sebagaimantibakteri yang beraksi dengan porin (protein transmembran) padammembran luar dindingmsel bakteri, mengganggummasuknya ion serta terpenoidmmampu berikatan dengan karbohidrat dan lemak yang akan menyebabkan permeabilitasmdinding sel bakterimterganggu, membentuk ikatannpolimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknyalporin, sel bakteri akan kekuranganmnutrisi, sehinggampertumbuhan terhambat ataunmati.10

Fenol memiliki banyak peran biologi salah satunya adalah sebagai antibakteri. Fenol dapatlmerusak dinding sel bakterilmenjadi lisis dengan mendenaturasi proteinmpada bakteri sehingga sel bakteri akanlmengalami kerusakan karenamterjadinya penurunanmpermeabilitas dinding selmbakteri yang menyebabkan pertumbuhannsel terhambat dan sel bakteri akan mengalamimkematian. Senyawa fenolat dalam

daun cengkeh, yaitu eugenol minyak daun cengkih yang mengandung eugenol.17

Eugenol merupakan senyawa hidrofobik yang mudahlmelewati serta merusak dinding selmbakteri gramnnegatif yang memiliki konsentrasimmlipid yang tinggi. Eugenol mengurangimviabilitas     seluler     dengan

menginduksimpelepasan substansi sel. Hal tersebut mengindikasikanmbahwa kematian sel disebabkanmoleh lisismseluler. Eugenol juga merusaknenvelope sel bakteri. Eugenol aktif menyebabkanmlisis dankkebocoran isi sel. Selain itu, eugenolldapat menghambat produksi enzim betanlaktamase dannaktivitas urease serta melemahkanppergerakan bakteri.18

Dalammpenelitian inimmasih terdapat kekurangan, yaitu belum diketahui secara pasti senyawa mana yang memiliki efektivitas tertinggi dalam menghambat pertumbuhan MRSA. Namun adanya efek aktivitas terhadap MRSA perlu diteliti lebih lanjut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasilnpembahasan di atas dapat disimpulkanMbahwa esktrak etanol daun cengkeh (Syzygium aromaticum) memiliki efek menghambatmpertumbuhan MRSA secara in vitrondan terdapat perbedaan zona hambat pada masing – masing konsentrasi.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebihllanjut mengenai konsentrasiMhambat minimum (KHM) dari ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap MRSA dan dilakukan isolasi senyawa aktif pada daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang yang memiliki potensi paling tingginsebagai antibakteri. Serta perlu dilakukan pengujian terhadap bakteri patogen lainnya terutama bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Harris,LL.G.  dkk.  Anmintroduction  to

Staphylococcusaaureus, and techniques for identifyingMand  quantifying S. aureus

adhesinsmin relation toMadhesion to biomaterials:lReview. European Cells and Materials. 2002; 4:39–60.

  • 2.  TrianaMD. Frekuensi β-LactamasemHasil

Staphylococcus aureusmSecara Iodometri Di Laboratotium Mikrobiologi FK UniversitasMMAndalas,   Tugas Akhir,

Universitas Bengkulu. 2014

  • 3.    Centers   forddDisease   Control and

Prevention.        Biggest       Threats

Antibiotic/AntimicrobiallResistance. 2013

  • 4.    Yuliani R,  Prasetyo M,  Liberitera S.

Skrining Akktivitas Antibakteri Beberapa Ekstrak Tanaman Terhadap MRSA. Tugas Akhir. University Research Colloquium. 2017

  • 5.    Rodvold,KK.A. & Mcconeghy, K.W. Methicillin-resistantn       staphylococcus

aureusntherapy: Past,npresent, andnfuture. Clinical Infectious Diseases. 2014; 58:20– 27.

  • 6.    Paliling A, Posangi J, Anindita PS. Uji DayaMHambat Ekstrak Daun Cengkeh TerhadapMMBakteri     Porphyromonas

ginggivalis. Tugas Akhir. Bagian Farmakolgi FK. Universitas Sam Ratulangi. 2016

  • 7.    Ristiansyah DU, Yenita, Melviana, Annisa. UjimEfektivitas      Ekstrak      Daun

CengkehMM(Syzygium     aromaticum)

TerhadapMMmPertumbuhan     Bakteri

Salmonella thypi secara in vitro. Ibnu Sina Biomedika. 2018; 2:14-16.

  • 8.  Ambarwati.MEfektivitas  Zat Antibakteri

BijiMMimba (Azadirachta indica) untuk menghambatMPertumbuhan Salmonella thyposa danMStaphylococcus aureus. Biodiversitas. 2007; 8:23-27.

  • 9.    Nurul R,nHijra NS, Yulia R. Uji Aktivitas AntibakteriMEkstrakMMEtanol    Bunga

Cengkehl(Syzygium aromaticm) Terhadap Pertumbuhan          Methicillin-resistant

Staphylococcus       aureus.       Tugas

Akhir.nUniversitas Syiah Kuala Banda Aceh. 2017.

  • 10.    AzizahnA, SuswatinI, Agustin SM. Efek antiMmikroba ekstrak daun  cengkeh

(syzygiummmaromaticum)      terhadap

methicillin-resistant staphylococcus aureus (mrsa) secaramin vitro. Fakultas Kedokteran, UniversitasmMuhammadiyah Malang. 2017;13(10):32.

  • 11.    Taher DM, Solihin DD, Cahyaningsih U, Sugita P. Ekstrak Metanol Cengkeh (Syzygium aromaticum) Varietas Tuni Buru Selatan Sebagai Antimalaria. Acta Veterinaria Indonesiana. 2018:6(2): 38-47.

  • 12.    Nurbaety B, Safwan, Haeroni AN. Uji Daya HambatMEkstrak       DaunMCengkeh

(Syzygium aromaticum) Terhadap Bakteri Escherichia coliMDengan Menggunakan MetodeMSumuran. Jurnal Insan Farmasi Indonesia.2018.

  • 13.    Septiani, Nurcahya, E. D., Wijayanti, I. AktivitasMAntibakteri   EkstrakMLamun

(Cymodocea Rotundata) Terhadap Bakteri Staphylococcusnaureus  danMEscherichia

coli. Indonesian Journal of Fisheries Science andlTechnology. 2017:13(1): 1-6.

  • 14.    Lambiju EM, Wowor PM, Leman MA. Uji dayaMhambat ekstrak daunMcengkuh (Syzygium aromaticum) terhadapnbakteri Enterococcus faecalis. JurnalMe-GiGi. 2017:5(1):81-82.

  • 15.    Suhartati,MR., Roziqin, D.MA. Aktivitas AntibakteriMEkstrak EtanolMKulit Buah Naga MerahM(Hylocereus Polyrhizus) Terhadap BakterilStreptococcus Pyogenes. JurnalMKesehatan BaktiMTunas Husada. 2017:17(2): 513-518.

  • 16.    Jawetz,MMelnick, & Adelberg’s. Medical MicrobiologyMTwenty-SeventhMEdition. McGraw-Hill Companies.nUS. 2013.

  • 17.    BowsherMC, Steer M, Tobin A. Plant Biochemistry. NewMYork:  Taylor &

Francis Group. 2008

  • 18.    El-Baky RMA,MHashem ZS. Eugenol and linalool: comparisonnof their antibacterial andlantifungal activities. MAfrican Journal ofMmMicrobiology   Research. 2016:

10(44):1860-1872.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V10.i2.P15

85