GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN STRABISMUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE 2016 - 2017
on
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10 NO.4,APRIL, 2021
Diterima:03-03-2020 Revisi:07-03-2021 Accepted: 12-04-2021
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN STRABISMUS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE 2016 - 2017
Yovita Govert1, Ni Made Ayu Surasmiati 2, Wayan Gede Jayanegara2 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2SMF Ilmu Kesehatan Mata RSUP Sanglah Denpasar
Email : [email protected]
ABSTRAK
Strabismus merupakan kondisi dimana terdapat ketidaksejajaran antar kedua mata. Salah satu mata dapat terlihat lurus menuju suatu objek, sedangkan mata yang lain dapat terlihat mengarah ke dalam, ke luar, ke atas, ataupun ke bawah. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien secara negatif. Namun, hingga saat ini, penelitian terkait strabismus maupun kualitas hidup pasien strabismus di Indonesia, khususnya di Bali masih sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pada pasien strabismus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode 2016 - 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif potong lintang. Pengumpulan data menggunakan teknik consecutive sampling dengan menggunakan data sekunder yang didapatkan dari data rekam medis pasien strabismus Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada periode 2016 - 2017 serta menggunakan data penelitian sebelumnya yaitu data yang diambil dari kuisioner Amblyopia & Strabismus Questionnaire (A&SQ) yang telah dilakukan sebelumnya. Dari 22 sampel pasien strabismus, ditemukan karakteristik umum sampel. Gambaran kualitas hidup pasien strabismus pada penelitian ini dinilai dari total skor A&SQ yaitu sebesar 63,88 (18,21) yang berarti bahwa kondisi strabismus mempengaruhi kualitas hidup pasien secara negatif. Walau setiap domain pada A&SQ mempengaruhi kualitas hidup, domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ merupakan kontributor terbesar terhadap rendahnya kualitas hidup pasien strabismus. Kualitas hidup pasien strabismus juga dapat digambarkan dengan membandingkan total skor A&SQ dan skor domain A&SQ bedasarkan jenis kelamin, jenis deviasi, dan status pekerjaan.
Kata kunci : strabismus, kualitas hidup, gambaran, mata juling
ABSTRACT
Strabismus is a visual condition where there is misalignment of the eyes. One eye could point directly to an object while the other eye point to different direction. It could point to the inside, outside, upside or downside. This condition could affect the quality of life of patient with strabismus negatively. However, until now, there are not many research related with strabismus or quality of life of patient with strabismus in Indonesia, especially in Bali. Therefore, this study was done with the aim to describe the quality of life of patient with strabismus at Sanglah General Public Hospital in 2016 – 2017. This descriptive cross-sectional study was done by using consecutive sampling as the sampling technique and using the secondary data that were acquired from medical data of patient with strabismus at Sanglah General Public Hospital in 2016-2017 and data from the previous study which was the data of Amblyopia & Strabismus Questionnaire (A&SQ) that had been administered before. From 22 patients with strabismus, the general characteristic of the sample were found. The quality of life of patients with strabismus in this study could be described by calculating the total score of A&SQ which was 63.88 (18.21). It meant that strabismus did had negative effect on patient’s quality of life. Even though all domains influenced the quality of life, the ‘social contacts and cosmetic problems’ domain was the biggest contributor to the low quality of life of patients with strabismus. The quality of life of patient
with strabismus could also described by comparing the total score of A&SQ and the domain score of A&SQ based on gender, deviation type and occupation.
Keywords: strabismus, quality of life, description, squint eyes
PENDAHULUAN
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesamanya dalam menjalani kehidupan. Dalam berinteraksi maupun berkomunikasi, kontak mata menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Kontak mata yang terjadi dalam komunikasi dapat membantu manusia untuk lebih dapat mengerti lawan bicaranya sehingga dapat dikatakan bahwa mata merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat penting. Jika terjadi gangguan pada mata, hal ini tentu dapat mengganggu kehidupan manusia. Salah satu contoh gangguan pada mata adalah strabismus.
Strabismus, atau yang lebih dikenal dengan sebutan “mata juling”, merupakan masalah visual dimana terdapat ketidaksejajaran antar satu mata dengan mata yang lainnya sehingga menyebabkan perbedaan dari arah kedua mata.1 Salah satu mata dapat terlihat lurus menuju suatu objek, sedangkan mata yang lain dapat terlihat mengarah ke dalam, ke luar, ke atas, ataupun ke bawah.2
Kondisi ini dapat dialami oleh dewasa maupun anak-anak. Pada populasi umum, prevalensi strabismus yang ditemukan yaitu sebesar 2 – 5%.3 Sedangkan pada anak-anak, terdapat sekitar 4% yang mengalami strabismus di Amerika Serikat.4 Tanda yang mudah terlihat pada pasien strabismus adalah kondisi salah satu mata yang tidak sejajar dengan mata yang lain. Sedangkan, gejala yang dapat menyertai kondisi ini ialah penglihatan buram, rasa tidak nyaman saat membaca, sakit kepala, dan mata mudah lelah setelah pemakaian mata berkepanjangan.1
Ketidaksejajaran kedua mata ini tentu mudah disadari oleh orang-orang disekitar. Hal ini dapat memberikan efek negatif pada kehidupan pasien. Berbagai kesulitan dalam interaksi sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dialami oleh pasien strabismus. Selain itu, kondisi strabismus juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri maupun kesehatan mental pasien.5
Bedasarkan uraian di atas, strabismus dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sedangkan, sampai saat ini, belum banyak penelitian yang membahas mengenai strabismus maupun kualitas hidup pasien strabismus di Indonesia, khususnya di Bali. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memaparkan gambaran kualitas hidup pasien strabismus di Denpasar, khususnya di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang didapatkan dari data rekam medis pasien strabismus Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada periode 2016 - 2017 dan juga menggunakan data sekunder yang berasal dari data penelitian sebelumnya yaitu data yang diambil dari kuisioner Amblyopia & Strabismus Questionnaire (A&SQ) yang telah dilakukan sebelumnya.6 Penelitian ini telah dinyatakan Laik Etik dengan dikeluarkannya Surat Keterangan Kelaikan Etik Nomor 1901/UN14.2.2.VII.14/LP/2018.
Subjek penelitian yang dipilih adalah pasien strabismus yang terdata di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode 2016 - 2017 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi yaitu pasien yang berusia minimal 12 tahun. Sedangkan, kriteria eksklusi yang digunakan adalah pasien yang terdata di luar periode penelitian yang telah ditentukan serta sudah menjalani operasi terkait manajemen strabismus. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode consecutive sampling, yaitu seluruh subjek yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti selama periode penelitian menjadi sampel penelitian.
Adapun data variabel yang diteliti yaitu jenis kelamin, jenis deviasi, dan status pekerjaan, didapatkan melalui data rekam medis. Sedangkan, variabel terakhir yaitu kualitas hidup pasien strabismus dapat diukur dari data total skor A&SQ dan skor lima domain A&SQ yang mencakup domain 1 atau domain ‘ketakutan akan kehilangan mata yang lebih baik’ yaitu domain terkait kondisi emosional individu terhadap kondisi mata yang lebih baik, domain 2 atau domain ‘estimasi jarak’ yaitu domain terkait dengan kemampuan pasien memperkirakan jarak suatu benda, domain 3 atau domain ‘disorientasi visual’ merupakan domain terkait kesulitan menemukan suatu tempat pada saat kunjungan pertama kali, domain 4 atau domain ‘diplopia’ merupakan domain terkait kondisi penglihatan ganda pasien, dan domain 5 atau domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ adalah domain terkait kondisi pasien dalam membuat kontak mata maupun rasa rendah diri terkait penampilan strabismus.7 Data skor ini didapatkan melalui data penelitian sebelumnya.6 Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah menggunakan perangkat lunak komputer dan dilakukan analisis univariat. Hasil analisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
HASIL
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebesar 22 pasien strabismus yang tercatat di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode 2016-2017 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari sampel tersebut, didapatkan data berupa karakteristik dasar subjek penelitian, gambaran kualitas hidup pasien strabismus secara umum yang diukur melalui total skor A&SQ dan skor masing-masing domain A&SQ serta gambaran kualitas hidup pasien strabismus yang dipaparkan bedasarkan karakteristik subjek berupa jenis kelamin, jenis deviasi, dan status pekerjaan.
Tabel 1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian | ||
Karakteristik |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki-laki |
12 |
54,5 |
Perempuan |
10 |
45,5 |
Jenis Deviasi | ||
Eksotropia |
13 |
59,1 |
Esotropia |
7 |
31,8 |
Vertikal |
2 |
9,1 |
Pekerjaan | ||
Pelajar |
7 |
31,8 |
PNS |
2 |
9,1 |
Wiraswasta |
11 |
50,0 |
Ibu Rumah Tangga |
2 |
9,1 |
Pada tabel 1, dapat terlihat karakteristik dasar sampel pada penelitian ini bedasarkan jenis kelamin, jenis deviasi, dan status pekerjaan. Bedasarkan jenis kelamin, persentase sampel laki-laki (54,5%) pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan persentase sampel perempuan (45,5%). Bedasarkan jenis deviasi, eksotropia merupakan jenis deviasi terbanyak yang dialami oleh sampel dengan persentase sebesar 59,1% sedangkan jenis deviasi vertikal merupakan jenis deviasi dengan persentase terkecil yaitu sebesar 9,1%. Bedasarkan pekerjaan, sebagian dari sampel bekerja sebagai wirasawasta (50%).
Tabel 2. Kualitas Hidup Pasien Strabismus Bedasarkan Skor A&SQ
Variabel |
Skor A&SQ | ||
Mean |
sd |
Min – Max | |
Kualitas Hidup Pasien Strabismus |
63,88 |
18,21 |
28,26 - 96,74 |
Tabel 2 menunjukkan gambaran kualitas hidup pasien strabismus yang dapat dinilai dari total skor A&SQ. Pada penelitian ini, didapatkan rata-rata skor A&SQ ialah 63,88 (18,21) dengan nilai paling
kecil dan paling besar yang didapatkan oleh sampel penelitian ini secara berurutan adalah 28,26 dan 96,74.
Pada tabel 3, dapat terlihat hasil skor masing-masing domain yang terdapat dalam A&SQ. Dari antara kelima domain tersebut, domain 5 atau domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ mendapat skor paling kecil yaitu sebesar 36,36 (27,52).
Pada tabel 4, dapat terlihat perbandingan total skor A&SQ dan skor masing-masing domain bedasarkan jenis kelamin. Dari antara kedua jenis kelamin, total skor A&SQ yang didapatkan oleh perempuan sebesar 56,30 (15,57) lebih kecil dibandingkan total skor A&SQ yang didapatkan oleh laki-laki sebesar 70,20 (18,41). Selain itu, domain 5 atau domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ pada jenis kelamin perempuan memiliki nilai paling kecil yaitu 23,13 (18,41) dibandingkan dengan domain lainnya.
Pada Tabel 5, dapat terlihat perbandingan total skor A&SQ dan skor masing-masing domain bedasarkan jenis deviasi. Tabel ini menunjukkan bahwa kualitas hidup paling tinggi yang dinilai dari total skor A&SQ terdapat pada jenis deviasi eksotropia (67,22) jika dibandingkan dengan esotropia (60,87) dan vertikal (52,72). Domain 5 atau domain ‘kontak sosial dan kosmetik’ memiliki nilai paling kecil dibandingkan domain lainnya pada ketiga jenis deviasi yaitu eksotropia (41,35), esotropia (31,25), dan vertikal (21,88).
Pada tabel 6, dapat terlihat perbandingan total skor A&SQ dan skor masing-masing domain bedasarkan status pekerjaan. Tabel ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga memiliki total skor A&SQ paling rendah (50,00) dibandingkan dengan pekerjaan lainnya yaitu pelajar (69,57), PNS (52,17), dan wiraswasta (64,92). Diantara kelima domain, domain 5 mendapatkan nilai skor domain terkecil di seluruh kategori pekerjaan dan di antara keempat kategori pekerjaan, ibu rumah tangga merupakan pekerjaan dengan nilai skor domain 5 yang paling rendah yaitu sebesar 15,63 (22,10).
PEMBAHASAN
Melalui data hasil penelitian di atas, didapatkan karakteristik dasar dari subjek yang terlibat dalam penelitian ini. Karakteristik subjek berupa jenis kelamin dan jenis deviasi pada penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian lain terkait strabismus yang sudah banyak dilakukan sebelumnya di berbagai negara lain.
Dilihat dari karakteristik jenis kelamin, penelitian epidemiologi yang dilakukan di Korea melaporkan bahwa dari antara 14.464 pasien yang terdiagnosa strabismus, terdapat 6.517 pasien strabismus (45,06%) yang berjenis kelamin laki – laki dan 7.947 pasien strabismus (54,94%) yang berjenis kelamin perempuan.8 Penelitian prevalensi lain yang dilaksanakan di Iran menunjukkan bahwa dari 1174 pasien strabismus, 52,56% pasien berjenis
kelamin laki-laki dan 47,44% pasien berjenis kelamin perempuan.9
Hasil studi epidemiologi di atas serupa dengan karakteristik subjek pada penelitian ini.
Terdapat 54,5% pasien strabismus yang berjenis kelamin laki-laki dan 45,5% pasien strabismus yang berjenis kelamin perempuan terlibat dalam
Tabel 3. Kualitas Hidup Pasien Strabismus Bedasarkan Skor Masing-Masing Domain A&SQ
Variabel |
Domain 1 |
Domain 2 |
Skor A&SQ (SD) Domain 3 |
Domain 4 |
Domain 5 |
Kualitas Hidup Pasien Strabismus |
53,98(30,22) |
74,66(17,70) |
78,41(30,06) |
58,52(22,70) |
36,36(27,52) |
Domain 1: ketakutan akan kehilangan mata yang lebih baik; Domain 2: estimasi jarak; Domain 3: disorientasi visual; Domain 4: diplopia;
Domain 5: kontak sosial serta kosmetik
Tabel |
4. Kualitas Hidup Pasien Strabismus Bedasarkan Skor A&SQ dan Jenis Kelamin | ||||
Jenis Kelamin |
Total |
Domain 1 |
Skor A&SQ (SD) Domain 2 Domain 3 |
Domain 4 |
Domain 5 |
Laki-laki Perempuan |
70,20 (18,41) 56,30 (15,57) |
60,42 (34,06) 46,25 (24,33) |
81,87 (15,64) 79,17 (26,71) 66,00 (16,72) 77,50 (35,15) |
61,98 (22,53) 54,38 (23,39) |
47,40 (29,61) 23,13 (18,41) |
Domain 1: ketakutan akan kehilangan mata yang lebih baik; Domain 2: estimasi jarak; Domain 3: disorientasi visual; Domain 4: diplopia; Domain 5: kontak sosial serta kosmetik |
Tabel 5. Kualitas Hidup Pasien Strabismus Bedasarkan Skor A&SQ dan Jenis Deviasi
Jenis Deviasi |
Total |
Domain 1 |
Skor A&SQ (SD) |
Domain 4 |
Domain 5 | |
Domain 2 |
Domain 3 | |||||
Eksotropia |
67,22 (19,42) |
54,81 (34,06) |
77,88 (17,55) |
80,13 (26,25) |
62,98 (20,33) |
41,35 (33,12) |
Esotropia |
60,87 (18,10) |
58,93 (23,62) |
72,14 (19,97) |
69,05 (39,00) |
57,14 (27,11) |
31,25 (17,31) |
Vertikal |
52,72 (3,84) |
31,25 (26,52) |
62,50 (3,54) |
100,0 (0,00) |
34,38 (4,42) |
21,88 (4,42) |
Domain 1: ketakutan akan kehilangan mata yang lebih baik; Domain 2: estimasi jarak; Domain 3: disorientasi visual; Domain 4: diplopia;
Domain 5: kontak sosial serta kosmetik
Tabel 6. Kualitas Hidup Pasien Strabismus Bedasarkan Skor A&SQ dan Status Pekerjaan
Status Pekerjaan |
Total |
Domain 1 |
Skor A& Domain 2 |
SQ (SD) Domain 3 |
Domain 4 |
Domain 5 |
Pelajar |
69,57 (17,23) |
55,36 (24,85) |
81,07 (15,47) |
92,86 (13,11) |
56,25 (20,41) |
43,75 (34,23) |
PNS |
52,17 (4,61) |
62,50 (55,03) |
72,50 (14,14) |
41,67 (11,79) |
37,50 (8,84) |
18,75 (17,68) |
Wiraswasta |
64,92 (20,07) |
55,68 (30,80) |
74,09 (19,63) |
77,27 (34,38) |
63,64 (25,59) |
38,64 (24,81) |
Ibu Rumah Tangga 50,00 (15,37) |
31,25 (44,19) |
57,50 (14,14) |
70,83 (41,25) |
59,38 (22,10) |
15,63 (22,10) |
Domain 1: ketakutan akan kehilangan mata yang lebih baik; Domain 2: estimasi jarak; Domain 3: disorientasi visual; Domain 4: diplopia;
Domain 5: kontak sosial serta kosmetik
penelitian ini. Walaupun lebih dari sebagian sampel pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki, dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan signifikan terkait proporsi jumlah laki-laki dan perempuan pasien strabismus.10
Dilihat dari karakteristik jenis deviasi, penelitian yang dilaksanakan di Korea melaporkan bahwa prevalensi masyarakat Korea yang mengalami eksotropia (1,1±0,1%) lebih tinggi dibandingkan dengan esotropia (0,2 ± 0,0%).8 Penelitian prevalensi lain yang dilakukan di Iran juga menunjukkan bahwa terdapat 67,7% mengalami eksotropia dan 25,8% mengalami esotropia di antara sampel yang terdiganosis memiliki kondisi strabismus. Penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa deviasi vertikal memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 6%.11 Penelitian di Hong Kong juga menunjukkan hasil
yang serupa yaitu dari 2704 pasien strabismus, 1.761 pasien (65,2%) mengalami kondisi eksotropia sedangkan 742 pasien (27,4%) mengalami esotropia.12
Karakteristik jenis deviasi yang ditemukan pada studi prevalensi strabismus di beberapa negara tersebut serupa dengan karakteristik yang dimiliki sampel pada penelitian ini. Sampel yang diteliti pada penelitian ini lebih banyak mengalami jenis deviasi eksotropia (59,1%) dibandingkan dengan esotropia (31,8%) serta deviasi vertikal merupakan jenis deviasi dengan persentase terkecil (9,1%). Namun, hasil berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut melaporkan bahwa prevalensi kejadian esotropia (2,31%) lebih tinggi dibandingkan kejadian eksotropia (0,73%) pada anak kaukasian.13
Bedasarkan studi di atas, perbedaan terhadap prevalensi jenis deviasi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh faktor ras. Kondisi eksotropia lebih sering terjadi pada populasi Asia sedangkan kondisi esotropia lebih banyak terjadi pada populasi kaukasia.14
Selain karakteristik dasar subjek penelitian, data pada penelitian ini dapat memaparkan gambaran kualitas hidup pada pasien strabismus. Skor dari kuisioner A&SQ dapat digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien strabismus dengan interpretasi skor 0 menandakan kualitas hidup paling buruk dan skor 100 menandakan kualitas hidup yang sangat baik. Data skor kuisioner A&SQ ini juga dapat dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh berbagai peneliti di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Van de Graaf dkk. pada tahun 2004 menemukan total skor rata-rata A&SQ yang didapatkan oleh pasien strabismus dan populasi sehat secara berurutan adalah 67,52 (15,38) dan 95,76 (6,27).7 Penelitian lain yang dilakukan di Roma juga melaporkan bahwa pasien strabismus yang belum menjalani operasi perbaikan sudut deviasi mendapatkan total skor rata-rata A&SQ sebesar 63 sedangkan pasien yang sudah menjalani operasi strabismus mendapatkan total skor rata-rata sebesar 77.15
Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian di atas yakni tidak adanya grup kontrol, baik populasi sehat atau pasien strabismus yang sudah menjalani operasi sebelumnya sehingga tidak ada yang dapat dibandingkan dengan rata-rata skor A&SQ yang didapatkan dari pasien strabismus pada penelitian ini. Namun, hasil rata-rata skor A&SQ yang diperoleh pasien strabismus yang belum menjalani operasi perbaikan strabismus pada penelitian ini yaitu sebesar 63,88 (18,21), hampir serupa dengan kedua hasil penelitian di atas. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien strabismus umumnya mengalami masalah terkait fisik dan psikososial yang mempengaruhi kualitas hidup pasien secara negatif.16 Selain itu, bedasarkan kedua studi diatas, dapat dikatakan bahwa pasien strabismus memiliki kualitas hidup yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan populasi sehat maupun pasien strabismus yang sudah menjalani operasi perbaikan sudut deviasi mata.7,15
Selain melihat total skor A&SQ, skor masing-masing domain A&SQ juga diperhatikan di berbagai penelitian yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Bian dkk. tahun 2015 menemukan bahwa pada masyarakat China, domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ memiliki nilai skor yang paling rendah (43,78) dibandingkan dengan domain lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa masalah penampilan dan kontak sosial merupakan masalah yang paling serius yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat China.16
Hasil penelitian yang di atas memiliki hasil yang sesuai dengan penelitian ini. Pada penelitian ini, https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2021.V10.i4.P05
ditemukan bahwa domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ mendapatkan skor yang paling kecil yaitu sebesar 36,36 (27,52). Hal ini menunjukkan bahwa diantara domain lainnya, pasien strabismus terlihat memiliki banyak masalah terkait kontak sosial dan kosmetik sehingga dapat dikatakan bahwa walau setiap domain pada A&SQ mempengaruhi kualitas hidup subjek penelitian, domain ‘kontak sosial dan kosmetik’ memberikan kontribusi paling besar terhadap rendahnya kualitas hidup pasien strabismus pada penelitian ini.
Namun, penelitian lain oleh Van de Graaf dkk. mengungkapkan hal yang berbeda dengan hasil penelitian ini. Walaupun domain kosmetik dan kontak sosial memiliki skor yang cukup rendah (63,14), domain ini bukan merupakan masalah utama yang mempengaruhi kualitas hidup melainkan domain diplopia. Domain ini memiliki nilai skor paling kecil (53,31) di antara domain lainnya sehingga kondisi diplopia menjadi masalah utama yang mempengaruhi kondisi kehidupan subjek penelitian.7
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan budaya yang dimiliki oleh subjek penelitian di atas. Penelitian yang dilakukan Bian dkk. dan penelitian ini sama-sama dilakukan di Asia dimana budaya timur masih sangat kental. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya masyarakat yang masih menjunjung tinggi kehidupan sosial, seperti memikirkan pandangan orang lain terhadap diri dan pentingnya untuk melakukan kontak mata dalam interaksi sosial. Budaya tersebut membuat domain ‘kontak sosial dan kosmetik’ menjadi masalah utama yang mempengaruhi kehidupan pasien strabismus. Kondisi tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Eropa yang kental dengan budaya Barat dimana individualisme dan kebebasan diri sangat dijunjung tinggi. Hal ini memungkinkan subjek dalam penelitian Van de Graaf dkk. tersebut lebih menitik beratkan masalah fungsional dari strabismus yakni domain diplopia sebagai masalah terbesar yang mempengaruhi kualitas hidup ketimbang masalah sosial seperti pandangan orang lain terhadap diri.7,16
Pada penelitian ini, subjek penelitian menitikberatkan masalah kosmetik dan kontak sosial sebagai masalah utama yang mempengaruhi kualitas hidupnya. Penelitian lain yang dilakukan di China menjelaskan bagaimana kondisi strabismus dapat mempengaruhi kualitas hidup terkait dengan masalah penampilan. Penampilan dengan kedua mata yang tidak simetris dapat mempengaruhi kebiasaan pasien dalam kehidupan sehari-hari secara negatif, seperti menghindari mengambil foto diri maupun menghindari bercermin dikarenakan ketidakpuasan dan perasaan malu terhadap penampilannya.17
Penampilan mata yang tidak sejajar juga mempengaruhi aspek interaksi sosial. Pasien strabismus seringkali merasakan diskriminasi sosial, seperti diganggu dan diejek oleh teman maupun orang yang tidak dikenal, persepsi masyarakat sekitar
bahwa pasien strabismus tidak sopan karena kedua mata tidak dapat melihat ke arah yang sama untuk menatap lawan bicaranya, dan terisolasinya pasien strabismus dari masyarakat sekitar karena anggapan penampilan strabismus menakuti orang lain. Selain itu, kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan juga sering dijumpai oleh pasien strabismus, baik karena diskriminasi yang dilakukan oleh perusahaan maupun karena perasaan rendah diri yang dimiliki oleh pasien strabismus.17
Hal-hal di atas mengakibatkan banyaknya emosi negatif yang dialami oleh pasien strabismus. Pasien seringkali merasa sedih, rendah diri, marah, dan malu. Bahkan, pasien strabismus lebih rentan untuk mengalami masalah mental, seperti gangguan cemas maupun depresi.18 Maka dari itu, dapat dilihat bahwa penampilan pasien strabismus mengakibatkan kondisi-kondisi di atas yang akhirnya mempengaruhi kualitas hidup secara negatif.
Selain gambaran umum dari kualitas hidup pasien strabismus, diperoleh juga data kualitas hidup pada pasien strabismus bedasarkan karakteristik subjek penelitian berupa jenis kelamin, jenis deviasi, dan perkerjaan. Data yang didapatkan ini juga dapat dibandingkan dengan penelitian-penelitian lain yang telah dilaksanakan.
Terkait dengan kualitas hidup pasien strabismus dilihat dari karakteristik jenis kelamin, salah satu penelitian melaporkan hasil bahwa adanya pengaruh yang signifikan oleh faktor jenis kelamin terhadap total skor A&SQ dan juga domain ‘kontak sosial dan kosmetik’.19 Penelitian yang dilaksanakan di Hong Kong juga menemukan bahwa adanya perbedaan kualitas hidup yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan mendapatkan skor kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, terutama terkait dengan masalah psikososial dan penampilan.5 Studi lain yang memiliki hasil yang serupa adalah penelitian terkait kualitas hidup di India yang menggunakan Adult Strabismus-20 sebagai instrumen mengukur kualitas hidup pasien strabismus. Hasil yang didapatkan ialah skor aspek psikososial perempuan (57.12±9.92) yang lebih rendah dibandingkan dengan skor aspek psikososial laki-laki (65,57±13,08).20
Hasil yang ditemukan pada penelitian ini sesuai dengan temuan pada penelitian di atas. Pada penelitian ini, didapatkan skor perempuan sebesar 56,30 (15,57) yang lebih rendah dibandingkan dengan skor laki-laki sebesar 70,20 (18,41). Pada jenis kelamin perempuan, ditemukan bahwa domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ memiliki skor paling kecil yaitu 23,13 (18,41) dibandingkan dengan domain lainnya.
Bedasarkan hasil penelitian yang sudah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa kondisi strabismus mempengaruhi kualitas hidup wanita lebih dibandingkan laki-laki terutama dalam aspek penampilan. Hal ini dikarenakan wanita lebih peduli terhadap penampilannya. Penampilan keseluruhan
wajah yang simetris merupakan komponen yang penting terhadap persepsi masyarakat akan kecantikan maupun daya tarik yang ‘ideal’ sehingga kondisi mata juling dapat mengakibatkan masalah terkait penampilan, seperti perasaan rendah diri dan tidak percaya diri akibat persepsi bahwa mata juling tidak masuk dalam standar kecantikan masyarakat masa kini.5
Terkait dengan kualitas hidup pasien strabismus dilihat dari karakteristik jenis deviasi, studi yang dilakukan di China melaporkan bahwa jenis deviasi eksotropia memiliki total skor A&SQ dan skor domain ‘kontak sosial dan kosmetik’ yang lebih tinggi dibandingkan esotropia.21 Penelitian lain di India yang menggunakan AS-20 sebagai instrument penelitiannya juga menunjukkan hasil yang serupa. Skor terkait aspek psikososial dari eksotropia (66,67±14,58) lebih tinggi secara signifikan dari esotropia (56,03±9,42).20
Pada penelitian ini, ditemukan hasil yang konsisten dengan hasil temuan beberapa peneliti dari negara yang berbeda-beda di atas, yaitu skor rata-rata A&SQ yang paling tinggi terdapat pada jenis deviasi eksotropia (67,22) jika dibandingkan dengan esotropia (60,87) dan vertikal (52,72). Selain itu, eksotropia juga memiliki nilai skor domain ‘kontak sosial dan kosmetik’ yang paling tinggi (41,35) jika dibandingkan dengan jenis deviasi lainnya yaitu esotropia (31,25) dan vertikal (21,88).
Bedasarkan hasil studi di atas, pasien strabismus yang memiliki jenis deviasi esotropia seringkali dianggap memiliki tingkat kompetensi, intelegensi, kemampuan komunikasi yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan jenis deviasi eksotropia. Selain itu, diskriminasi dalam tempat kerja lebih sering terjadi pada laki-laki dengan deviasi esotropia dibandingkan eksotropia.20 Sebuah studi mengemukakan teori bahwa semakin posisi fitur wajah mendekati garis tengah, semakin penampilan dianggap tidak menarik. Jenis deviasi esotropia memiliki kondisi pupil yang lebih dekat dengan garis tengah wajah dibandingkan dengan eksotropia sehingga bedasarkan teori ini, esotropia dianggap lebih tidak menarik dibandingkan dengan eksotropia yang berlanjut kepada hal-hal di atas. Pada akhirnya, hal tersebut mempengaruhi aspek-aspek dalam kehidupan pasien esotropia sehingga kualitas hidup pasien esotropia lebih rendah dari pasien eksotropia, terutama dalam aspek penampilan.22
Namun, ada studi lain yang melaporkan sebaliknya bahwa tidak ada hubungan antara jenis deviasi dengan kondisi kualitas hidup pasien strabismus. Studi ini menjelaskan bahwa pasien yang menderita esotropia dan eksotropia sama-sama mengalami masalah yang sama sulitnya terkait kualitas hidup. Sampai saat ini, belum ada studi yang dapat menjelaskan secara mendalam alasan terkait perbedaan hasil temuan antar studi-studi di atas.20
Terkait dengan kualitas hidup pasien strabismus dilihat dari karakteristik status pekerjaan,
tidak ada penelitian lain yang dapat dibandingkan dengan hasil penelitian ini dikarenakan belum ada penelitian lain yang meninjau kualitas hidup pasien strabismus terkait dengan status pekerjaan sampai saat ini. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa ibu rumah tangga memiliki skor total A&SQ terkecil (50,00) diikuti dengan pekerjaan lainnya yaitu PNS (52,17), wiraswasta (64,92), dan pelajar (69,57). Seperti dengan variabel sebelumnya, domain 5 atau domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ mendapat nilai skor domain terkecil diantara domain lainnya. Hal ini berarti ibu rumah tangga memiliki kualitas hidup paling rendah dibandingkan dengan pekerjaan lainnya dan kondisi ini sangat dipengaruhi oleh domain ‘kontak sosial serta kosmetik’. Keadaan ini dapat disebabkan dengan kebiasaan ibu rumah tangga menonton televisi. Banyaknya waktu yang dihabiskan di rumah menyebabkan menonton televisi menjadi salah satu kegiatan rekreasi yang digemari oleh ibu rumah tangga.
Penelitian yang dilaksanakan di salah satu distrik di India memaparkan bahwa 66% responden yang menonton televisi adalah ibu rumah tangga.23 Sedangkan di Indonesia, survei yang dilaksanakan oleh Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2017 mengemukakan bahwa proporsi pekerjaan responden terbesar yang menonton televisi adalah ibu rumah tangga (26%).24 Penelitian lain yang dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, Indonesia menjelaskan bahwa mayoritas ibu rumah tangga yang menjadi responden menonton televisi selama 1-3 jam setiap hari.25 Sebagai salah satu konsumen televisi terbesar dengan durasi yang cukup lama tiap harinya, ibu rumah tangga tentunya tidak luput dari pengaruh televisi. Sedangkan, media televisi merupakan salah satu media yang seringkali menggambarkan bahwa penampilan strabismus tidak termasuk dalam kecantikan “ideal” atau standar kecantikan wanita zaman ini. Hal ini akhirnya dapat menyebabkan ibu rumah tangga terpengaruh dalam konsep kecantikan tersebut dan merasa rendah diri terkait penampilan karena merasa bahwa dirinya tidak menarik dan tidak masuk dalam kategori cantik yang ditetapkan oleh masyarakat. Kondisi ini pada akhirnya mempengaruhi kualitas hidup secara negatif.
SIMPULAN
Bedasarkan hasil penelitian, didapatkan karakteristik umum dari 22 sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian sampel bekerja sebagai wiraswasta, lebih dari sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki, mengalami eksotropia. Gambaran kualitas hidup pasien strabismus pada penelitian ini dinilai dari total skor A&SQ yaitu sebesar 63.88 (18.21) yang berarti kondisi strabismus mempengaruhi kualitas hidup pasien secara negatif. Walau setiap domain pada A&SQ mempengaruhi kualitas hidup, domain ‘kontak sosial serta kosmetik’ merupakan kontributor terbesar terhadap rendahnya
kualitas hidup pasien strabismus. Gambaran lain yang ditemukan dalam penelitian ini ialah perempuan mendapatkan skor kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, terutama terkait domain ‘kontak sosial serta kosmetik’, eksotropia mendapatkan skor kualitas hidup paling tinggi dibandingkan jenis deviasi lainnya, terutama terkait domain ‘kontak sosial serta kosmetik’, ibu rumah tangga mendapatkan skor kualitas hidup yang paling rendah dibandingkan pekerjaan lainnya, terutama terkait domain ‘kontak sosial serta kosmetik’.
SARAN
Diperlukan penelitian dengan besar sampel yang lebih besar untuk dapat menggambarkan kualitas hidup pasien strabismus di populasi. Selain itu, komunikasi, informasi, dan edukasi dapat dilakukan kepada pasien strabismus maupun keluarga dari pasien terkait dengan kualitas hidup pasien strabismus.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Shah J, Patel S. Strabismus: Symptoms ,
Pathophysiology, Management &
Precautions. Int J Sci Res. 2015;4(7):1510–4.
-
2. Helveston EM. Understanding, detecting,
and managing strabismus. Community eye health. 2010;23(72):12–4.
-
3. Rutstein RP, Cogen MS, Cotter SA, Daum
KM, Mozlin RL, Ryan JM. Care of the Patient with Strabismus: Esotropia and Exotropia. St. Louis: American Optometric Association; 2010.
-
4. Riordan‐Eva P, Whitcher JP. Vaughan and
Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA: McGraw Hill; 2008.
-
5. Hui YL. Psychosocial and Functional
Implications of Strabismus in Adult Patients using the AS-20 Score. The University of Hong Kong; 2011.
-
6. Surasmiati NMA, Utari NML, Triningrat
AMP. Kualitas Hidup Pasien Strabismus di Rumah Sakit Sanglah. 2017;
-
7. Van de Graaf ES, Van der Sterre GW, Polling
JR, Van Kempen H, Simonsz B, Simonsz HJ. Amblyopia & Strabismus Questionnaire: design and initial validation. Strabismus. 2004;12(3):181–93.
-
8. Yoon K, Mun G, Kim S, Kim S, Kim CY,
Park KH, et al. Prevalence of Eye Diseases in South Korea : Data from the Korea National
Health and Nutrition Examination Survey 2008-2009. Korean J Ophthalmol.
2011;25(6):421–33.
-
9. Khorrami-Nejad M, Akbari MR, Khosravi B.
The prevalence of strabismus types in strabismic Iranian patients. Clin Optom. 18.
2018;10:19–24.
-
10. Chia A, Dirani M, Chan Y, Gazzard G, Eong
KA, Selvaraj P, et al. Prevalence of Amblyopia and Strabismus in Young
Singaporean Chinese Children. Invest19.
Ophthalmol Vis Sci. 2010;51(7):3411–3417.
-
11. Yekta A, Hashemi H, Azizi E, Rezvan F,
Northeastern Iran , 2011. Iran J Ophthalmol. 2012;24(4):3–10.
-
12. Yu C, Fan D, Wong V, Wong C, Lam D.
Changing patterns of strabismus: a decade of experience in Hong Kong. Br J Ophthalmol.21.
2002;86(8):854–6.
-
13. Mckean-cowdin R, Cotter SA, Tarczy-
hornoch K, Wen G, Kim J, Borchert M, et al. Prevalence of Amblyopia or Strabismus in Asian and Non-Hispanic White Preschool Children Multi-Ethnic Pediatric Eye Disease Study. Ophthalmology. 2013;120(10):2117– 22.
24.
-
14. Goseki T, Ishikawa H. The prevalence and
types of strabismus , and average of stereopsis in Japanese adults. Jpn J23.
Ophthalmol. 2017;61(3):280–5.
-
15. Dickmann A, Aliberti S, Rebecci MT, Aprile
adult patients after strabismus surgery. J Am Assoc Pediatr Ophthalmol Strabismus. 2013;17(1):25–8.
-
Y. Psychometric properties of the Chinese version of the Amblyopia and Strabismus Questionnaire ( ASQE ). Health and Quality of Life Outcomes. 2015;13(1):81.
-
17. Wang Z, Zhou J, Xu Y, Yin H, She X, Bian
W, et al. Development of a conceptual model regarding quality of life in Chinese adult patients with strabismus: a mixed method. Health and Quality of Life Outcomes. 2018;16(1):171.
Mcbain HB, Au CK, Hancox J, MacKenzie KA, Ezra DG, Adams GG., et al. The impact of strabismus on quality of life in adults with and without diplopia: a systematic review. Surv Ophthalmol. 2013;59(2):185–91.
Felius J, Beauchamp GR, Stager DR, Van de Graaf ES, Simonsz HJ. The Amblyopia and Strabismus Questionnaire: English Translation, Validation, and Subscales. Am J Ophthalmol. 2007;143(2):305–10.
Sah SP, Sharma IP, Chaudhry M, Saikia M. Health-Related Quality of Life ( HRQoL ) in Young Adults with Strabismus in India. J Clin Diagnostic Res. 2017;11(2):NC01-NC04.
Wang Z, Ren H, Frey R, Liu Y, Raphael D, Bian W, et al. Comparison of the Adult Strabismus Quality of Life Questionnaire ( AS-20 ) with the Amblyopia and Strabismus Questionnaire ( ASQE ) among adults with strabismus who seek medical care in China. BMC Ophthalmol. 2014;14(1):139.
Durnian JM, Noonan CP, Marsh IB. The Psychosocial Effects of Adult Strabismus - A Review. Br J Ophthalmol. 2011;95(4):450– 3.
Bhatt A, Singh G. A Study of Television Viewing Habits among Rural Women of Tehri Garhwal District. IOSR J Humanit Soc Sci. 2017;22(7):44–56.
Komisi Penyiaran Indonesia. Hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode II Tahun 2017. Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia Pusat; 2017.
Zulbeatri F, Sadono D. Dampak Iklan televisi Terhadap Sikap Konsumtif Ibu Rumah Tangga Masyarakat Adat (Kasus Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat). Jurnal Penyuluhan. 2006;2(3).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2021.V10.i4.P05
36
Discussion and feedback