ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL.10 NO.2,FEBRUARI, 2021



Diterima:01-12-2020 Revisi:11-1-2021 Accepted: 05-02-2021

PERBANDINGAN SELISIH KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN DUA JAM POST-PRANDIAL TERHADAP PEMBERIAN NASI BERAS PUTIH, NASI BERAS MERAH, DAN NASI BERAS HITAM PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) GALUR Swiss webster

Ni Made Dwi Putri Nadi1, I Wayan Surudarma2, Desak Made Wihandani2, I Wayan Gede Sutadarma2, Agung Nova Mahendra3

1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 2Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Peningkatan penderita hiperglikemia memerlukan perhatian khusus dalam pendekatan diet agar kadar glukosa tubuh tidak meningkat drastis. Nasi beras merah dan nasi beras hitam memiliki serat serta antosianin yang lebih tinggi dibandingkan nasi beras putih sehingga sangat disarankan karena memberikan keuntungan fisiologis bagi tubuh. Rancangan penelitian ini adalah randomize pre-post test with control group design dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Sampel penelitian sebanyak 28 mencit jantan dengan usia 2-3 bulan. Instrumen yang digunakan adalah glukometer. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui perbandingan selisih kadar glukosa darah puasa dan dua jam post-prandial terhadap pemberian nasi beras putih, nasi beras merah, dan nasi beras hitam pada mencit jantan (Mus musculus L.) galur Swiss webster. Data dianalisis menggunakan software SPSS versi 25 dengan uji Anova. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikasi pada selisih kelompok glukosa darah dua jam post-prandial dengan glukosa darah puasa adalah 0,000 (p<0,005). Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perbandingan selisih kadar glukosa darah puasa dan dua jam post-prandial terhadap pemberian nasi beras putih, nasi beras merah, dan nasi beras hitam pada mencit jantan (Mus musculus L.) galur Swiss webster.

Kata Kunci: Nasi Beras Putih, Nasi Beras Merah, Nasi Beras Hitam

ABSTRACT

The increase in patients with hyperglycemia requires special attention in a dietary approach so that the body’s blood glucose levels do not increase dramatically. Brown rice and black rice have higher in fiber and anthocyanin content than white rice, so it is recommended because it give the benefit for physiological on body. The design of this study is a randomized pre-post test with control group design carried out at the Pharmacology Laboratory of Udayana University Medical Faculty. The research sample is 28 male mice age 2-3 months. The instrument used is a glucometer. The aim studies is determine the difference of consumption of white rice, brown rice, and black rice to fast blood glucose level’s and two hours post-prandial on giving white rice, brown rice, and black rice in male mice (Mus musculus L.) Swiss webster strain. Data is analyzed using SPSS software https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum                                                 42

doi:10.24843.MU.2021.V10.i2.P08

version 25 with Anova’s test. The results show the significant value of the difference in two hours post-prandial blood glucose groups with fast blood glucose groups is 0.000 (p<0.005). The conclusion is there is a significant difference between the comparison different of fast blood glucose level’s and two hour post-prandial on giving white rice, brown rice, and black rice in male mice (Mus musculus L.) Swiss webster strain.

Keywords: White rice, brown rice, black rice

PENDAHULUAN

Sumber energi yang penting untuk tubuh adalah karbohidrat. Hal tersebut dikarenakan baik karbohidrat dalam bentuk monosakarida, disakarida maupun polisakarida akan dikonversi pada liver dan otot lurik menjadi glukosa sebagai glikogen. Metabolisme asam lemak merupakan energi dalam modifikasi lain yang dapat terbentuk namun kurang disarankan karena proses yang membentuk metabolit berupa asam apabila terus menumpuk dapat menimbulkan efek yang berbahaya.1

Diabetes melitus, galaktosemia, penyakit penimbunan glikogen (glycogen storage disease) dan intoleransi laktosa adalah beberapa contoh penyakit yang terkait dengan metabolisme karbohidrat.2 Diabetes melitus dapat disebabkan oleh genetik (tipe I) dan umumnya hampir 80% dipengaruhi oleh pola dan cara hidup yang tidak sehat (tipe II). Di Indonesia, diabetes melitus merupakan penyakit yang terus meningkat tiap tahunnya sehingga sering dijumpai. Dicatat dari hasil penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) di tahun 2007, perbandingan diabetes melitus di dalam kota yang berumur berkisar 45-54 tahun mendapati peringkat kedua dengan nilai persentase empat belas koma tujuh persen, sedangkan di wilayah pedesaan mendapati peringkat keenam dengan persentase lima koma delapan persen. Diabetes Care menganalisa data WHO dan memprediksi Indonesia di tahun 2000 sebagai negara ke-4 terbanyak diabetes (8,4 juta penduduk), dan saat tahun 2030 kedepan akan diperkirakan tetap berada pada posisi ke-4 di dunia dengan 21,3 juta penduduk diabetes. Perkiraan ini akan menjadi kenyataan bila tidak ada upaya dan kesadaran dari dalam diri untuk mencegah atau paling tidak mengeleminasi faktor-faktor penyebab penderita hiperglikemia terus melaju pesat.3 Pendekatan diet dengan karbohidrat yang sulit dicerna dan memiliki indek glikemik rendah seperti nasi beras merah cukup populer di kalangan penderita hiperglikemia karena memiliki banyak manfaat serta keuntungan efek fisiologis bagi tubuh. Selain beras merah, terdapat juga beras hitam dengan komposisi yang baik untuk pengaturan pola diet pada penderita diabetes melitus sehingga dapat mengubah kondisi hiperglikemia dan sesitivitas insulin ke arah yang lebih baik.

Menurut Truswell, tes indeks glikemik dilakukan pada pagi hari setelah puasa satu malam dan penentuan kadar glukosa dilakukan selama dua jam.4 Pemeriksaan laboratorium khusus untuk penyakit diabetes melitus adalah tes toleransi glukosa oral, sampel diwajibkan berpuasa sekurang-kurangnya delapan jam kecuali minum air.

Mencit (Mus musculus L.) galur Swiss webster memiliki beberapa keuntungan yaitu lebih ekonomis, ukuran kecil, dan dasar fisiologisnya mendekati manusia yaitu sama-sama mamalia. Mencit yang digunakan adalah mencit jantan usia dua sampai tiga bulan (dewasa normal) dan berat dua puluh sampai tiga puluh gram. Mencit jantan dewasa memiliki hormonal yang telah stabil dan tidak mengalami siklus estrus sehingga sampel menjadi homogen dan mudah dikendalikan.

Dari paparan tersebut, penulis berkeinginan untuk menggarap penelitian mengenai perbandingan selisih nilai glukosa darah saat berpuasa dan dua jam setelah diberlakukan intervensi.

BAHAN DAN METODE

Rancangan yang diberlakukan dalam penelitian berikut ialah randomize pre- post test with control group design. Waktu yang dibutuhkan dalam menjalankan penelitian berlangsung selama tujuh hari pada 6-12 Mei 2019, dimana observasi glukosa darah diambil saat hari pertama, ketiga, dan ketujuh. Sampel yang diberikan intervensi adalah mencit jantan (Mus musculus L.) galur Swiss webster yang disiapkan dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali. Kriteria inklusi, eksklusi, dan dropout merupakan penentu dalam memilih mencit sebagai sampel penelitian. Kriteria inklusi sampel adalah mencit yang tampak putih bersih dan aktivitas aktif, jantan, usia 2-3 bulan (45-75 hari), dan berat badan sekitar 20-30 gram. Kriteria eksklusi  sampel adalah mencit dengan cacat

anatomis, mengalami infeksi, rambut tampak tidak sehat, dan aktivitas kurang atau tidak aktif. Kriteria drop-out sampel adalah mencit diare, mati setelah perlakuan, dan mengalami penurunan berat badan >10% saat adaptasi di laboratorium. Jumlah sampel 43

minimal pada penelitian ini diestimasi dengan menggunakan rumus Federer dengan besar sampel minimal yang diperlukan sebanyak enam tiap kelompok. Untuk menghindari kurangnya sampel akibat drop-out maka sampel ditambah 10% hasil dari koreksi rumus 1/(1-f) sehingga menjadi tujuh tiap kelompok.

Bagian yang menangani masalah etika penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana telah memberi keterangan layak etika pada nomor 2794/UN14.2.2.VII.14/LP/2019 tertanggal 6 Nopember 2019. Laboratorium Biomedik Terpadu juga telah mengizinkan untuk melakukan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah meminta ijin dengan penanggung jawab laboratorium dan berkoordinasi mengenai teknis pelaksaan penelitian.

Seluruh mencit yang dipuasakan selama delapan jam diijinkan untuk memberikan air putih. Dari perlakuan tersebut, glukosa darah puasa didapatkan dengan mengambil darah dari ekor

mencit dan diukur menggunakan glukometer. Glukosa darah dua jam post-prandial didapatkan setelah mencit diberikan intervensi sesuai kelompok yaitu kelompok kontrol diberikan makan palet komersial, kelompok nasi beras dengan pigmen yang berbeda yaitu putih, merah, dan hitam yang dilarutkan dengan air dengan perbandingan 1:1, kemudian diberikan ke mencit sebanyak 2cc melalui sonde.

HASIL

Kelompok pada penelitian ini berjumlah empat kelompok diantaranya meliputi kelompok kontrol, kelompok nasi beras merah, nasi beras putih, dan nasi beras hitam. Seluruh sampel yang terlibat dalam penelitian ini telah sesuai dengan kriteria penelitian. Setelah penelitian berjalan selama tujuh hari, jumlah sampel mencit yang tetap masuk dalam kriteria inklusi adalah sebanyak 21 ekor. Berikut dibawah ini adalah penyajian statistik deskriptif penelitian yang dituangkan lebih lengkap dalam bentuk Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1.     Hasil Deskriptif Pengolahan Data Penelitian

Kelompok

Jumlah Sampel

Minimum

Maksimum

Rerata

Simpangan Baku

Kontrol

5

13,00

32,33

22,33

6,96

Putih

5

21,00

56,33

33,67

14,91

Merah

5

3,00

10,67

5,93

3,17

Hitam

6

0,67

14,00

6,17

5,08

Semakin kecil simpangan baku maka tidak

banyak varian atau kesenjangan besar yang berada dalam suatu data. Simpangan baku yang lebih rendah dari rerata menunjukan arti yakni selisih

glukosa darah dari dua jam setelah intervensi dan puasa pada kelompok mencit adalah baik. Dilanjutkan dengan olah data uji normalitas yang ditampilkan pada Tabel 2 berikut ini.

k Uji Distribusi Data Normal

Tabel 2.

Hasil Statisti

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistik

Derajat Kebebasan

Signifikansi

Kontrol

0,961

5

0,815

Putih

0,856

5

0,213

Merah

0,887

5

0,344

Hitam

0,929

6

0,574

Dalam penelitian ini jumlah sampel menunjukan

kurang dari 50 maka disarankan untuk membaca pada

dan penyebaran data tidak normal bila signifikansi <

tabel Shapiro-Wilk. Cara membaca signifikansi berikut

0,05. Tabel diatas menunjukan seluruh data berdistribusi

yaitu, penyebaran data normal bila signifikansi > 0,05

normal dan syarat pertama untuk uji Anova terpenuhi.

Syarat kedua dengan melakukan uji homogenitas yang ditampilkan pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3.     Hasil Statistik Uji Kesamaan Varian Data

dengan Levene Test

Selisih Glukosa Darah Dua Jam Post-Prandial dan Glukosa Darah Puasa

N

Levene Statistic

5,652

df1

3

df2

17

Signifikansi

0,007

Dari hasil pengujian tersebut bahwa data selisih dari glukosa darah dua jam post-prandial dan glukosa

signifikansi < 0,05 atau tanda bintang (*) pada nilai selisih rerata. Perbedaan antar kelompok pada tabel diatas menunjukan bahwa komparasi kelompok darah puasa memiliki varian yang berbeda karena nilai signifikansi < 0,05 sehingga pilihan metode analisis lanjut yang digunakan adalah Games-Howellpairwise.

Sebelum melakukan Post-Hoc Test Multiple Comparisons Games-Howellpairwise yang tujuannya ialah membandingkan antara kelompok yang satu dengan yang lain, maka ada baiknya melakukan uji Analysis of Variance (Anova) untuk mengetahui perbandingan secara menyeluruh antar kelompok yang ditampilkan pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4.    Anova

Jumlah Kuadrat

Derajat        Rerata Jumlah      Uji F      Signifikansi

Kebebasan         Kuadrat

2842,549

1253,144

4095,693

3              947,516         12,854        0,000

17              73,714

20

Hasil Anova menunjukan nilai signifikansi < 0,05 Selanjutnya adalah Post-Hoc Test Multiple Comparisons yang mengindikasikan terdapat perbedaan yang Games-Howellpairwise yang ditampilkan pada Tabel 5 signifikan di seluruh kelompok perlakuan penelitian berikut ini.

dengan menggunakan mencit sebagai sampel.

Tabel 5.     Hasil Statistik Post-Hoc Test Multiple Comparisons Games-Howellpairwise

Kelompok

Kelompok Pembanding

Selisih

Rerata

Standar Eror

Signifikansi

Interval Kepercayaan 95%

Batas Bawah

Batas Atas

Kontrol

Putih

-11,33333

7,36056

0,475

-37,2946

14,6279

Merah

16,40000*

3,42280

0,014

4,2751

28,5249

Hitam

16,16667*

3,74289

0,013

3,8709

28,4625

Putih

Kontrol

11,33333

7,36056

0,475

-14,6279

37,2946

Merah

27,73333*

6,81860

0,044

1,0936

54,3731

Hitam

27,50000*

6,98477

0,042

1,2550

53,7450

Merah

Kontrol

-16,40000*

3,42280

0,014

-28,5249

-4,2751

Putih

-27,73333*

6,81860

0,044

-54,3731

-1,0936

Hitam

-,23333

2,51492

1,000

-8,1873

7,7207

Hitam

Kontrol

-16,16667*

3,74289

0,013

-28,4625

-3,8709

Putih

-27,50000*

6,98477

0,042

-53,7450

-1,2550

Merah

0,23333

2,51492

1,000

-7,7207

8,1873

Pada tabel berikut, terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok dapat dilihat melalui nilai

kontrol dengan kelompok nasi beras putih dan kelompok nasi beras merah dengan kelompok nasi beras hitam

sebagai berikut yaitu 0,475 dan 1,000 (p > 0,05). Kondisi seperti itu menunjukan antar kelompok perlakuan tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

PEMBAHASAN

Tabel 3. Uji Homogenitas Varian (Levene Test) menunjukan glukosa darah dari selisih waktu setelah berpuasa dan dua jam setelah makan memiliki varian yang berbeda. Hal ini dapat dikarenakan oleh angka levene statistic pada selisih glukosa darah dua jam post-prandial dan glukosa darah puasa menunjukan nilai yang besar. Semakin kecil nilai angka levene statistic yang ditunjukan maka semakin besar homogenitas variannya. Menurut Sugiyono di 2005 bila varian tidak homogen pada suatu populasi dengan susunan bertingkat atau berlapis maka proportionate stratified random sampling dapat digunakan.5

Penelitian ini menunjukan hasil yang berbanding lurus dengan penelitian yang dilakukan oleh Daeli dkk6, pada tahun 2018 yang melakukan penelitian kelompok K(-) dan kontrol K(+) tidak diberikan intervensi, kelompok P1 diberi nasi beras pigmen merah, dan kelompok P2 diberi nasi beras pigmen hitam. Hubungan yang signifikan dihasilkan dari penelitian tersebut yang menyimpulkan bahwa nasi dengan pigmen yang berbeda dapat menurunkan hasil glukosa darah serta trigliserida. Penurunan diantara kedua indikator tersebut lebih terlihat pada kelompok dengan pemberian nasi beras hitam.6

Hasil penelitian kemudian menunjukan keterbalikan dengan penelitian dari Rensiansi dan Iwaningsih pada tahun 2016 yang melakukan penelitian terhadap dua kelompok dengan 16 orang mengkonsumsi nasi beras IR-36 dan 16 orang mengkonsumsi nasi beras merah. Plasma darah vena merupakan spesimen yang diambil sebagai data primer untuk uji kadar gula darah puasa dan dua jam setelah makan. Tiap responden sampel diberikan bentuk bahan mentah sesuai kelompok untuk diolah dan dikonsumsi di rumah selama masa perlakuan. Pada hari akhir penelitian, seluruh responden melakukan tes glukosa darah kedua di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Data yang didapatkan diolah dengan statistik inferensial uji-T tidak berpasangan dan menunjukan glukosa darah puasa dan glukosa darah dua jam setelah makan pada kedua kelompok adalah sama. Tetapi angka absolut pada data deskriptif menunjukan terdapat selisih

rerata glukosa darah puasa dengan dua jam postprandial yang berbeda terhadap kelompok kontrol dengan kelompok yang mendapat perlakuan. Rerata selisih tersebut pada kelompok kontrol adalah 22,33 mg/dl, kelompok nasi beras putih adalah 33,67 mg/dl, kelompok nasi beras merah adalah 5,93 mg/dl, dan kelompok nasi beras hitam adalah 3,28 mg/dl. Hasil tidak signifikan dapat dikarenakan jumlah sampel yang digunakan kurang luas serta durasi yang kurang lama.7

Menurut prinsip yang berlaku, respon glukosa darah harus berbanding lurus dengan respon insulin agar makanan yang dikonsumsi dengan nilai glikemik yang rendah dapat menurunkan kadar glukosa darah. Namun menurut Osman dkk7, ketidakkonsistenan antara respon glukosa darah dengan respon insulin juga dapat terjadi. Selain itu menurut Franz, banyak faktor yang mempengaruhi selama proses penyerapan glikemik, tidak hanya karena mengkonsumsi makanan dengan nilai glikemik yang berbeda menjadikan kadar glukosa darah seseorang berbeda.7

Serat dan antosianin merupakan pigmen yang rentan terhadap suhu tinggi, sehingga meningkatkan resiko degradasi setelah melalui pengolahan atau pemasakan. Dalam menanak beras menjadi nasi diperlukan suhu dengan panas dan waktu yang memadai. Selain itu, pencucian beras sebelum proses pemasakan nasi juga mempengaruhi penurunan kadar antosianin yang terkandung dikarenakan ikut terbuang bersama air bekas pencucian.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini menunjukan selisih rerata glukosa darah kelompok dua jam post-prandial dan kelompok puasa dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut ialah nasi beras pigmen putih, kontrol dengan pemberian palet komersial, nasi beras pigmen hitam, dan nasi beras pigmen merah. Indeks glikemik yang terkandung dalam nasi beras dengan pigmen hitam dan merah lebih rendah dibandingkan dengan nasi beras berpigmen putih sehingga dapat mengatur glukosa darah tubuh dan baik untuk penderita hiperglikemia.

Penelitian yang dilakukan ini memperoleh hasil yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara perbandingan selisih kadar glukosa darah puasa dan dua jam post-prandial terhadap pemberian nasi

beras putih, nasi beras merah, dan nasi beras hitam pada mencit jantan (Mus musculus L.) galur Swiss webster.

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas peran serta pihak laboran yang terlibat, peneliti mengucapkan terima kasih. Penelitian ini dapat berjalan dengan baik dengan bantuan seluruh pihak laboran yang terlibat. Disampaikan terimakasih juga kepada seluruh teman-teman mahasiswa kedokteran yang telah memberikan dukungan secara materiil maupun moril sehingga penelitian ini dapat diselesaikan pada waktunya.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Widiyanto. Glukosa Darah Sebagai Sumber Energi. Majora FIK UNY. 2008;1:1-17.

  • 2.    Bender, D.A., and Mayes, P.A. Carbohydrates of Physiologic Significance. Edisi ke-29. New York:Lange. 2012;13:102-110.

  • 3.  Depkes RI. Pedoman Teknis Penemuan dan

Tatalaksana Penyakit Diabetes  Mellitus.

Jakarta:  Departemen Kesehatan  Republik

Indonesia;2007.

  • 5.    Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta. 2005:21.

  • 6.    Daeli, dkk. Pengaruh Pemberian Nasi Beras Merah (Oryza nivara) dan Nasi Beras Hitam (Oryza sativa L. Indica) terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah dan Trigliserida Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Diabetes Mellitus Tipe 2. Journal of Nutrition and Health. 2018;6(2):42-56.

  • 7.    Rensiansi, L., and Iwaningsih, S. Pengaruh Konsumsi Nasi IR-36 dan Nasi Merah terhadap Profil Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitis Tipe  2 di Puskesmas

Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2016;1(1):41-50.

4. Marsono, dkk. Indeks Glisemik Kacang-kacangan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 2002;13(3):211-216.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V10.i2.P08

47