PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR DAN KUALITAS HIDUP MAHASISWA PSSKPD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENGAN DAN TANPA NYERI KEPALA TIPE TEGANG EPISODIK
on
JMU
Jurnal medika udayana
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.01,JANUARI, 2022
Il—∖<Λ Λ Idirectoryof W⅝^⅝Sψ¾^⅝
L JIJAJ Four "⅛e5s SIMTA 3 #
Diterima: 2021-01-04 Revisi: 2021-02-19 Accepted: 2022-01-15
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR DAN KUALITAS HIDUP MAHASISWA PSSKPD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENGAN DAN TANPA NYERI KEPALA TIPE TEGANG EPISODIK
Okky Yani Setiawan1, I Putu Eka Widyadharma2, Ida Ayu Sri Wijayanti2, Ketut Widyastuti2 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali
2Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Prestasi belajar adalah suatu penguasaan atau keterampilan dan dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya dilihat dalam hasil tes atau nilai. Selain itu, terdapat faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa tentunya tidak terlepas dari permasalahan yang terjadi dalam kehidupan. Permasalahan tersebut juga memiliki dampak pada kualitas hidup. Seseorang yang memiliki pandangan psikologis, kesejahteraan emosional, kesehatan fisik, dan kesehatan mental yang baik, dikatakan memiliki kualitas hidup yang positif. Terjadinya penurunan prestasi belajar dan gangguan kualitas hidup mahasiswa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya gangguan kesehatan fisik seperti nyeri kepala. Nyeri kepala merupakan keluhan yang umum terjadi pada hampir semua orang. Ada tiga kategori utama nyeri kepala, salah satunya nyeri kepala primer, dengan salah satu klasifikasinya yaitu nyeri kepala tipe tegang yang memiliki prevalensi tertinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan prestasi belajar dan kualitas hidup dengan kejadian nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen di kalangan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian dilakukan dengan metode analitik menggunakan studi potong lintang. Data diperoleh menggunakan kuesioner nyeri kepala, prestasi belajar, dan SF-36, dibagikan secara daring dengan 100 responden. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS Statistics 25. Berdasarkan analisis, didapatkan hasil p>0,05, yang tidak signifikan pada prestasi belajar dan p<0,05, yang signifikan pada kualitas hidup dengan kejadian nyeri kepala. Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rerata yang bermakna pada prestasi belajar namun signifikan pada kualitas hidup terhadap kejadian ada atau tidaknya nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen pada mahasiswa.
Kata kunci : prestasi belajar, kualitas hidup, nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, mahasiswa, SF-36.
ABSTRACT
Academic achievement is mastery or skill developed by subjects, usually shown as a test or score. Also, there are internal and external factors affecting student performance. A student is certainly inseparable from the problems that occur in life. These problems also have an influence on quality of life. People with positive psychological, emotional, and good physical and mental health are said to be having a positive quality of life. The drop in academic performance and impaired quality of life in students is caused by several factors, one of them is physical health problems such as headaches. Headache is a common complaint in almost everyone. There are three main categories of headaches, one of which is a primary headache, and one of its types is tension-type headache, with the highest prevalence. This study focuses to discover the differences in academic performance and quality of life with the incidence of episodic tension-type headaches among students of the Faculty of Medicine, Udayana University. This was conducted using a cross-sectional study. The data were obtained using a questionnaire of headaches, academic performance, and SF-36 which were distributed online with 100
respondents. Data were analyzed using IBM SPSS Statistics 25. Based on analysis, there was no significant result (p>0.05) of academic performance and significant (p<0,05) of quality of life with the incidence of headache. In conclusion, there is no significant difference in academic performance but significant in quality of life on the incidence of infrequent episodic tension-type headaches in students.
Keywords : academic achievement, quality of life, infrequent episodic tension-type headache, university students, SF-36.
Mahasiswa merupakan seseorang yang menempuh pendidikan dan pembelajaran di perguruan tinggi, dan di Indonesia, perguruan tinggi merupakan struktur pendidikan yang tertinggi. Seorang mahasiswa, seperti layaknya orangorang yang sedang menempuh pendidikan, harus menyelesaikan bidang akademik yang tentunya sesuai dengan jurusan pendidikan yang dipilih atau didapatkan. Hasil dari bidang akademik tersebut disebut sebagai prestasi belajar.
Kata prestasi belajar di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan suatu penguasaan atau keterampilan dan dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya dilihat dalam hasil tes atau nilai dari seorang guru. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar sendiri dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor yang timbul dari dalam diri pelajar itu sendiri merupakan faktor internal, yaitu intelegensi, kemauan, bakat, dan lainnya, serta keadaan lelah, cacat tubuh, gangguan dalam pendengaran, serta masalah-masalah yang lainnya. Sedangkan, faktor yang timbul dari luar diri pelajar merupakan faktor eksternal, seperti lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.1
Seorang mahasiswa, yang juga merupakan seseorang yang berada pada permulaan dewasa muda, tentunya tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, yang bisa disebabkan oleh banyak faktor, baik itu dari dalam ataupun luar diri mahasiswa. Permasalahan-permasalahan yang terjadi juga bisa memiliki dampak pada terjadinya gangguan dalam kualitas hidup mahasiswa tersebut. menurut World Health Organization (WHO), kualitas hidup atau Quality of Life (QoL) merupakan suatu persepsi dari individu mengenai kehidupan, budaya, dan sistem nilai pada lingkungan mereka tinggal, yang memiliki keterkaitan dengan tujuan, harapan, standar, dan kekhawatiran dalam hidup. Seseorang disebutkan memiliki kualitas hidup baik apabila mempunyai pandangan psikologis yang positif, kesejahteraan emosional, serta kesehatan fisik dan mental yang positif dan baik.2 Selain itu, terdapat empat dimensi kesehatan yang seringkali berhubungan, yaitu kesehatan fisik, mental, sosial, dan fungsional.3
Terjadinya penurunan dalam hasil prestasi belajar dan gangguan dalam kualitas hidup seorang mahasiswa bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian ini akan berfokus pada salah satu permasalahan yang disebabkan oleh karena faktor internal mahasiswa itu sendiri, yaitu terjadinya gangguan dalam kesehatan fisik. Kesehatan fisik
yang difokuskan adalah nyeri kepala. Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa nyeri di seluruh kepala, dagu hingga ke kepala bagian belakang sebagai batas terbawah. Penyebab dari nyeri kepala tersebut bukanlah karena hal permasalahan fisik saja, tapi masalah psikis juga merupakan penyebab yang dominan. Untuk jenis nyeri kepala yang seringkali terjadi pada masyarakat luas adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh karena faktor psikis.4
Menurut International Headache Society (IHS), nyeri kepala diklasifikasian menjadi nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer didefinisikan sebagai suatu nyeri kepala dan fitur-fitur berkaitan dengan nyeri kepala yang terjadi karena gangguan itu sendiri, sedangkan nyeri kepala sekunder disebabkan oleh gangguan eksogen.5 Nyeri kepala yang termasuk dalam nyeri kepala tipe primer ialah nyeri kepala tipe tegang, migren, dan klaster. Dari antara nyeri kepala primer, nyeri kepala tipe tegang adalah yang paling sering terjadi.6 Nyeri kepala tipe tegang, atau yang dikenal juga dengan nama Tension-Type Headache (TTH), diartikan sebagai nyeri kepala yang seringkali berhubungan dengan jangka waktu dan adanya peningkatan stres. Nyeri kepala tipe tegang memiliki beberapa ciri khas, yaitu nyeri yang bilateral atau dua sisi, rasa seperti kepala ditekan atau diikat, dengan intensitas nyeri ringan hingga sedang. Nyeri yang timbul tidak lebih parah pada aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin, tidak terjadi mual atau muntah, tetapi dapat disertai dengan terjadinya fotofobia ataupun fonofobia. Waktu terjadinya nyeri kepala adalah 30 menit hingga satu minggu, dengan nyeri dapat muncul sesaat ataupun secara terus-menerus. Nyeri pada awalnya dirasakan dari leher belakang, lalu merambak ke bagian belakang dari kepala, dan kemudian merambak ke kepala depan. Nyeri juga bisa merambak ke daerah bahu.7 Pada nyeri kepala tipe tegang sendiri terdapat tiga subklasifikasi, yaitu nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, nyeri kepala tipe tegang episodik frekuen, dan nyeri kepala tipe tegang kronik.8 Penelitian ini akan berfokus pada subklasifikasi nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, yaitu nyeri kepala dengan jumlah serangan paling tidak sepuluh episode dengan rerata <1 hari per bulan atau <12 7 hari per tahun.7
Terdapat sekitar 99% dari perempuan dan 93% dari laki-laki yang pernah merasakan nyeri kepala. Selain itu, nyeri kepala tipe tegang mempengaruhi hingga dua pertiga dari populasi. Nyeri kepala tipe tegang episodik merupakan salah satu dari nyeri kepala primer, yang memiliki prevalensi 11%-93% kejadian.8 Nyeri kepala tipe tegang bisa terjadi pada semua usia, akan tetapi usia 20-40 tahun yang merupakan dewasa muda, menjadi rentangan usia
dengan sumbangan terbesar untuk nyeri kepala tipe tegang.7 Untuk prevalensi nyeri kepala pada mahasiswa yang telah diteliti dalam beberapa studi sebelumnya bervariasi, antara 33% sampai 98,5%. Prevalensi untuk nyeri kepala tipe tegang pada mahasiswa sendiri berada pada rentangan 9,5% sampai dengan 60%.9
Nyeri kepala tentunya memiliki beberapa dampak atau efek yang kurang baik dalam kehidupan seseorang. Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa efek dari nyeri kepala tipe tegang, migren, serta nyeri kepala yang lainnya adalah seperti berkurangnya aktivitas sosial, penderitaan secara fisik, kehilangan kualitas hidup, dan juga memiliki efek pada bidang ekonomi. Ada juga efek lainnya yang ditimbulkan oleh nyeri kepala, seperti kurangnya keinginan untuk melakukan aktivitas di rumah seperti menyapu dan membersihkan rumah, rusaknya pola tidur, serta membuat penderita nyeri kepala menjadi menghindari penggunaan alkohol.10 Selain itu, beberapa penelitian mengusulkan bahwa nyeri kepala dapat memberikan kontribusi dalam penurunan performa akademik seseorang. Terdapat 24,4% siswa yang mengalami nyeri kepala tipe tegang melaporkan terjadinya penurunan performa akademik mereka ketika terjadi episode nyeri kepala. Terdapat pula rata-rata 1,5 hari mereka melewatkan pembelajaran mandiri di rumah dan 0,3 hari mereka tidak mengikuti kelas karena terjadinya nyeri kepala.9
Berdasarkan beberapa uraian tersebut, dapat terlihat bahwa banyak faktor yang dapat memberikan efek pada penurunan prestasi belajar dan gangguan hidup seorang mahasiswa, salah satunya adalah nyeri kepala. Nyeri kepala sendiri memiliki prevalensi yang cukup besar, terutama untuk nyeri kepala tipe tegang episodik. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan dalam prestasi belajar dan kualitas hidup antara mahasiswa dengan nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen dan tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen.
Pada penelitian ini digunakan metode analitik observasional, menggunakan rancangan studi potong lintang, yang mana variabel-variabel diukur dalam satu waktu sekaligus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga November tahun 2020, berlokasi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan melalui pembagian kuesioner secara daring, yang mana kuesioner tersebut diisi sendiri oleh responden. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner nyeri kepala dengan pertanyaan yang disesuaikan dengan kriteria diagnosis, kuesioner prestasi belajar berupa pertanyaan mengenai IPK dari awal semester hingga semester terakhir, dan kuesioner SF-36 untuk mengevaluasi kualitas hidup responden. Penelitian ini memiliki populasi target yaitu mahasiswa dan mahasiswi di Denpasar, Bali, sedangkan mahasiswa dan mahasiswi kelas KUB PSSKPD
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2017 dan 2018 merupakan populasi terjangkau.
Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, dengan menanyakan secara langsung kepada calon subjek penelitian, dengan pertimbangan bahwa calon subjek penelitian tersebut memenuhi kriteria inklusi untuk kelompok dengan nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen atau tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen. Kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi responden untuk penelitian ini, mengalami nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, merupakan mahasiswa atau mahasiswi di kelas KUB PSSKPD Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2017 dan 2018. Kriteria eksklusi yaitu subjek penelitian dengan nyeri kepala sekunder yang diakibatkan oleh trauma kepala maupun kondisi-kondisi medis lainnya. Penelitian ini melibatkan 100 mahasiswa, dengan 50 mahasiswa untuk kelompok dengan nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen dan 50 mahasiswa untuk kelompok tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen. Subjek penelitian dengan nyeri kepala tipe tegang episodik frekuen dan kronik, nyeri kepala primer yang lain, dan tidak mengalami nyeri kepala dimasukkan dalam kelompok tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen.
Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS. Penelitian ini telah mendapatkan keterangan kelaikan etik (Ethical Clearance) dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali, dengan nomor surat yaitu 601/UN14.2.2.VII.14/LT/2020.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Variabel |
Jumlah (n = 100) |
Persentase (%) |
Usia | ||
19 tahun |
5 |
5 |
20 tahun |
44 |
44 |
21 tahun |
39 |
39 |
22 tahun |
11 |
11 |
23 tahun Jenis Kelamin |
1 |
1 |
Laki-laki |
35 |
35 |
Perempuan Nyeri Kepala Tipe Tegang Episodik Infrekuen |
65 |
65 |
Ya |
50 |
50 |
Tidak |
50 |
50 |
Hasil penelitian berdasarkan Tabel 1 mengenai karakteristik dari subjek penelitian ini, didapatkan bahwa pada 100 mahasiswa PSSKPD FK Unud kelas KUB angkatan 2017 dan 2018, terdapat rentang usia dari 19 tahun hingga 23 tahun, dengan jumlah terbanyak pada usia 20 tahun sebanyak 44 responden (44%). Untuk distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, mayoritas dari
responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 65%. Kejadian ada atau tidaknya nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen pada responden dikategorikan menjadi Ya dan Tidak, dengan hasil yang sama rata, yaitu masing-masing sebanyak 50%.
yang mengalami nyeri kepala tidak diperberat oleh aktivitas rutin, 50 responden (100%) tidak mengalami mual atau muntah, 41 responden (82%) tidak mengalami fotofobia, dan seluruh responden (100%) tidak mengalami fonofobia.
Tabel 2. Karakteristik Nyeri Kepala pada Subjek Penelitian dengan Nyeri Kepala Tipe Tegang Episodik Infrekuen | ||
Variabel |
Jumlah (n = 50) |
Persentase (%) |
Durasi | ||
30 menit-7 hari Frekuensi |
50 |
100 |
Infrekuen Lokasi |
50 |
100 |
Unilateral |
0 |
0 |
Bilateral Sifat Nyeri Kepala |
50 |
100 |
Menekan/Mengikat Intensitas |
50 |
100 |
Ringan |
20 |
40 |
Sedang |
30 |
60 |
Berat Diperberat Aktivitas Rutin |
0 |
0 |
Ya |
15 |
30 |
Tidak Mual/Muntah |
35 |
70 |
Ya |
0 |
0 |
Tidak Fotofobia |
50 |
100 |
Ya |
9 |
18 |
Tidak Fonofobia |
41 |
82 |
Ya |
0 |
0 |
Tidak |
50 |
100 |
Hasil penelitian berdasarkan Tabel 2, dari 50 responden dengan nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, semua memiliki durasi nyeri kepala dalam rentang waktu 30 menit hingga 7 hari. Untuk frekuensi nyeri kepala, seluruh responden (100%) mengalami frekuensi nyeri kepala yang infrekuen. Lokasi nyeri kepala yang dialami responden seluruhnya adalah bilateral, yaitu sebanyak 50 responden (100%). Untuk sifat nyeri kepala, seluruh responden memiliki tipe nyeri yang menekan/mengikat. Intensitas nyeri kepala dibagi menjadi tiga, yaitu intensitas ringan, sedang, dan berat. Intensitas ringan terjadi pada 20 responden (40%) yang artinya nyeri kepala tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, intensitas sedang terjadi paling banyak yaitu pada 30 responden (60%) dengan penjelasan bahwa nyeri kepala cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, dan tidak ada yang mengalami intensitas berat. Selain itu, dalam Tabel 2 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden, yaitu 35 responden (70%)
Tabel 3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov | |
Variabel |
Signifikansi (nilai p) |
Prestasi Belajar |
0,000 |
Kualitas Hidup |
0,153 |
Domain Kualitas Hidup SF-36 | |
Fungsi Fisik |
0,000 |
Keterbatasan Fisik |
0,000 |
Nyeri Tubuh |
0,000 |
Kesehatan Secara Umum |
0,011 |
Vitalitas |
0,030 |
Fungsi Sosial |
0,000 |
Keterbatasan Emosional |
0,000 |
Kesehatan Mental |
0,040 |
Berdasarkan Tabel 3, diperoleh hasil dari uji normalitas bahwa data IPK untuk prestasi belajar dan rerata masing-masing domain kualitas hidup kuesioner SF-36 terdistribusi tidak normal (p<0,05), sedangkan untuk rerata kualitas hidup secara keseluruhan terdistribusi normal dengan (p=0,153). Berdasarkan hal tersebut, uji hipotesis yang akan digunakan untuk prestasi belajar dan domain kualitas hidup SF-36 adalah uji Mann-Whitney, sedangkan untuk kualitas hidup akan digunakan uji t tidak berpasangan.
Tabel 4. Perbedaan Rerata antara Prestasi Belajar dan Kualitas Hidup dengan Nyeri Kepala Tipe Tegang Episodik Infrekuen
Variabel |
Nyeri Kepala Tipe Tegang Episodik Infrekuen |
Signifikansi (nilai p) | |
Ya |
Tidak | ||
Prestasi Belajar |
3,62 |
3,56 |
0,259 |
Kualitas Hidup Domain Kualitas Hidup SF-36 |
65,3 |
72,7 |
0,031 |
Fungsi Fisik |
91,7 |
92,0 |
0,040 |
Keterbatasan Fisik |
65,5 |
73,0 |
0,126 |
Nyeri Tubuh |
76,0 |
80,3 |
0,137 |
Kesehatan Secara Umum |
60,5 |
65,3 |
0,221 |
Vitalitas |
50,8 |
59,8 |
0,029 |
Fungsi Sosial |
72,3 |
80,5 |
0,015 |
Keterbatasan Emosional |
48,0 |
66,7 |
0,021 |
Kesehatan Mental |
57,9 |
64,3 |
0,078 |
Berdasarkan Tabel 4, didapatkan hasil rerata prestasi belajar dalam bentuk IPK pada kelompok nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen adalah sebesar 3,62, sedangkan rerata prestasi belajar untuk kelompok tanpa nyeri kepala adalah sebesar 3,56, namun hasil signifikansi yang didapatkan adalah p>0,05 untuk variabel prestasi belajar. Untuk hasil rerata kualitas hidup dan masing-masing domain kualitas hidup dari kuesioner SF-36, pada mahasiswa dengan nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen seluruhnya lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen. Diperoleh hasil dengan nilai p>0,05 pada variabel kesehatan mental, kesehatan secara umum, nyeri tubuh dan keterbatasan fisik, sedangkan untuk variabel kualitas hidup secara keseluruhan, fungsi fisik, vitalitas, fungsi sosial, dan keterbatasan emosional didapatkan hasil nilai p<0,05.
Hasil secara keseluruhan berdasarkan analisis dengan uji Mann-Whitney diperoleh hasil bahwa tidak terdapat adanya perbedaan rerata yang bermakna antara prestasi belajar dengan dan tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen pada mahasiswa PSSKPD FK Unud kelas KUB angkatan 2017 dan 2018 yang menjadi responden dalam penelitian ini (p=0,259). Akan tetapi, hasil rerata IPK yang lebih tinggi pada kelompok nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen dibandingkan kelompok tanpa nyeri kepala bisa disebabkan oleh berbagai faktor diluar faktor kejadian nyeri kepala, seperti faktor yang berasal dari dalam diri dan luar diri mahasiswa itu sendiri. Faktor dari dalam diri mahasiswa yang dimaksud adalah seperti kondisi fisiologis atau jasmani serta keadaan psikologis termasuk bakat dan minat, motivasi, sikap, serta intelektual dari mahasiswa itu sendiri. Sedangkan, faktor dari luar diri mahasiswa antara lain lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial yang dimaksudkan adalah seperti keluarga, teman, guru, serta masyarakat. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah sekolah, sarana dan prasarana, serta tempat tinggal.11
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini mirip dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Keith dan kawan-kawan mengenai hubungan antara nyeri kepala dengan performa akademik pada pelajar di 3 SMA di Amerika. Hasil penelitian tersebut adalah tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada performa akademik antara pelajar dengan dan tanpa nyeri kepala kronik, dengan hasil nilai p=0,97.12 Selain itu, hasil dari penelitian ini juga serupa dengan penelitian potong lintang oleh Pedro dan Patricia pada bulan Oktober dan November 2009, di sebuah sekolah di Brazil. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara ada atau tidaknya nyeri kepala tipe tegang dengan hasil rata-rata siswa (p=0,35) dan dengan jumlah kegagalan studi dalam tahun akademik sekolah (p=0,49).13 Akan tetapi, hasil
dari penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian studi potong lintang yang telah dilakukan sebelumnya oleh Hugo dan Pedro yang dilaksanakan pada bulan September hingga November 2009 mengenai hubungan antara nyeri kepala dengan performa akademik pada mahasiswa di sebuah universitas di Brazil. Hasil dari penelitian tersebut adalah didapatkan nilai p=0,01, yang berarti hasil menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara nyeri kepala tipe tegang episodik dengan hasil rata-rata nilai studi pada mahasiswa tersebut. Selain itu, dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya perbedaan bermakna antara nyeri kepala tipe tegang episodik dengan jumlah mata pelajaran yang tidak lulus pada mahasiswa di universitas itu, dengan p<0,01.9
Perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti perbedaan instrumen penelitian yang digunakan, perbedaan kategori untuk hasil prestasi belajar, perbedaan tipe, intensitas, frekuensi, dan durasi dari nyeri kepala yang diteliti, dan perbedaan karakteristik subjek penelitian. Selain itu, terdapat berbagai macam faktor yang turut berperan secara langsung terhadap prestasi belajar mahasiswa, yaitu yang berasal baik dari dalam maupun luar diri mahasiswa, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.11
Hasil keseluruhan berdasarkan analisis menggunakan uji t tidak berpasangan didapatkan bahwa terdapat adanya perbedaan rerata yang bermakna antara kualitas hidup dengan dan tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen pada mahasiswa kelas KUB PSSKPD FK Unud angkatan 2017 dan 2018 yang menjadi responden (p=0,031). Selain itu, berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Mann-Whitney antara setiap domain kualitas hidup kuesioner SF-36 dengan dan tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, didapatkan hasil bahwa ada domain yang memiliki perbedaan rerata yang bermakna dan ada juga domain yang tidak memiliki perbedaan rerata yang bermakna, dengan rincian untuk domain fungsi fisik p=0,040, keterbatasan fisik p=0,126, nyeri tubuh p=0,137, kesehatan secara umum p=0,221, vitalitas p=0,029, fungsi sosial p=0,015, keterbatasan emosional p=0,021, dan kesehatan mental p=0,078. Perbedaan dalam hasil signifikansi pada domain fungsi fisik, vitalitas, fungsi sosial, dan keterbatasan emosional dengan domain kesehatan mental, kesehatan secara umum, nyeri tubuh dan keterbatasan fisik bisa disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari nyeri kepala itu sendiri maupun diluar nyeri kepala. Adanya tekanan yang dihasilkan dari nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen yang terjadi, dapat menyebabkan terjadinya penurunan dalam fungsi fisik, vitalitas, fungsi sosial, dan keterbatasan emosional dari seorang mahasiswa. Akan tetapi, pada kesehatan mental, kesehatan secara umum, nyeri tubuh dan keterbatasan fisik didapatkan hasil yang tidak berbeda bermakna, dapat disebabkan karena pada nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, intensitas nyeri kepala yang timbul adalah ringan sampai sedang sehingga walaupun
mengganggu, mahasiswa tersebut masih dapat melakukan aktivitas yang rutin dilakukan sehari-hari. Selain itu, ada beberapa faktor yang berperan dalam kualitas hidup, seperti kondisi yang terjadi secara global, eksternal, interpersonal, dan personal dari seseorang, namun hingga saat ini, faktor yang menjadi penyebab pasti dari penurunan kualitas hidup seseorang belum diketahui secara pasti.14
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini mirip dengan penelitian di Bali, oleh Evlyne dan kawan-kawan pada bulan April hingga Juli 2015, yang juga menggunakan kuesioner SF-36. Hasil penelitian tersebut adalah sebagian besar mahasiswa dengan nyeri kepala tipe tegang mengalami kualitas hidup yang terganggu, dengan p=0,003, jika dibandingkan dengan mahasiswa tanpa nyeri kepala tipe tegang.15 Akan tetapi, hasil dari penelitian ini terdapat sedikit perbedaan dengan penelitian mengenai efek dari nyeri kepala tipe tegang episodik terhadap kualitas hidup kesehatan pada pegawai di sebuah rumah sakit di Brazil, dilakukan oleh Hilton dan kawan-kawan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dari 6 dari 8 domain kualitas hidup pada kuesioner SF-36, tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan karena semua nilai p masing-masing domain tersebut >0,05, dengan rincian domain kesehatan secara umum p=0,063, kesehatan mental p=0,114, keterbatasan fisik p=0,805, fungsi sosial p=0,20, fungsi fisik p=0,131, dan keterbatasan emosional p=0,221. Sedangkan, untuk domain vitalitas p<0.0113 dan nyeri tubuh p<0.05 yang berarti kelompok dengan nyeri kepala tipe tegang episodik memiliki perbedaan signifikan dalam domain vitalitas dan nyeri tubuh jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.16
Perbedaan hasil dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu perbedaan karakteristik responden, perbedaan kondisi lingkungan, dan faktor lainnya yang bisa mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Pengertian dari kualitas hidup menurut WHO adalah persepsi dari seorang individu mengenai posisi individu tersebut dalam kehidupan. Selain itu, permasalahan yang melingkupi
kualitas hidup sendiri sangatlah luas dan kompleks,
mencakup kesehatan secara fisik, psikologis, tingkatan kebebasan, kondisi sosial dan lingkungan tempat individu 14
itu tinggal.
Tidak ditemukan perbedaan rerata yang bermakna pada prestasi belajar antara mahasiswa PSSKPD FK Unud kelas KUB angkatan 2017 dan 2018 dengan dan tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, dengan p=0,259. Akan tetapi, ditemukan adanya perbedaan rerata yang signifikan pada kualitas hidup mahasiswa dengan dan tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen, dengan p=0,031. Selain itu, ditemukan adanya perbedaan rerata yang bermakna pada domain fungsi fisik, vitalitas, fungsi sosial, dan keterbatasan emosional, dan tidak terdapat
perbedaan rerata yang bermakna pada domain kesehatan mental, kesehatan secara umum, nyeri tubuh dan keterbatasan fisik dari domain kualitas hidup SF-36 pada mahasiswa dengan dan tanpa nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen.
Bagi peneliti, hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian pustaka untuk penelitian yang sejenis. Terdapat beberapa hal yang sekiranya perlu diubah seperti penambahan jumlah sampel supaya lebih besar dan melakukan penelitian dengan jenis instrumen penelitian yang berbeda, baik untuk prestasi belajar maupun kualitas hidup. Bagi mahasiswa, perlu diberikan edukasi dan informasi mengenai pengaruh dan dampak negatif dari nyeri kepala tipe tegang terhadap kehidupan seorang mahasiswa, agar dapat memiliki hasil prestasi belajar dan kualitas hidup yang lebih positif dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Rafiqah M, Yusmansyah Y, Mayasari S. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar. Alibkin. 2013;2.
-
2. Sari KP, Halim MS. Perbedaan kualitas hidup antara berbagai metode manajemen nyeri pada pasien nyeri kronis. Jurnal Psikologi. 2017;44:107-125.
-
3. Post MWM. Definitions of Quality of Life: What Has Happened and How to Move On. Topics in Spinal Cord Injury Rehabilitation. 2014;20:167-180.
-
4. Akbar M. Nyeri Kepala. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. 2010.
-
5. Hauser SL, Josephson SA, Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Loscalzo J. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. Edisi ke-3. New York: McGraw-Hill Education, 2013.
-
6. Sembiring SPK. Nyeri Kepala: Kenali dan Cegah. Yogyakarta: LeutikaPrio, 2018.
-
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Panduan Praktik Klinis Neurologi.
Jakarta, 2016.
-
8. Anurogo D. Tension Type Headache. Medical Journal of Indonesia. 2014;41:186-191.
-
9. Souza-e-Silva HR, Rocha-Filho PAS. Headaches and Academic Performance in University Students: A Cross-Sectional Study. American Headache Society. 2011;51:1493-1502.
-
10. Jensen R, Stovner LJ. Epidemiology and comorbidity of headache. Journal of Headache. 2008;7:354-361.
-
11. Riezky AK, Sitompul AZ. Hubungan Motivasi Belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama. Jurnal Aceh Medika. 2017;1:79-86.
-
12. Pecor K, Kang L, Henderson M, Yin S, Radhakrishnan V, Ming X. Sleep health, messaging, headaches, and academic performance in high school students. Brain and Development. 2016;38:548-553.
-
13. Rocha-Filho PAS, Santos PV. Headaches, Quality of Life, and Academic Performance in Schoolchildren and Adolescents. American Headache Society.
2014;54:1194-1202.
-
14. Jacob DE, Sandjaya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi Papua. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan. 2018;1:1-15.
-
15. Suryawijaya EE, Widyadharma IPE, Adnyana IMO. Korelasi Tension-Type Headache dengan Gangguan Kualitas Hidup Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Neurona. 2017;34:97-100.
-
16. Silva Jr HM, Garbelini RP, Teixeira SO, Bordini CA, Speciali JG. Effect of Episodic Tension-Type Headache on The Health-Related Quality of Life in Employees of A Brazilian Public Hospital. Arquivos de Neuro-Psiquiatria. 2004;62:769-773.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2022.V11.i01.P06
36
Discussion and feedback