JMU

Jurnal medika udayana


ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 12 NO.9,SEPTEMBER , 2023

Iλ Idirectoryof OPEN ACCESS

I_√ <JΛAJ JOURNALS


Diterima: 2022-12-01 Revisi: 2023-05-30 Accepted: 25-08-2023

KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS I DENPASAR BARAT

I Gede Anjaya Artha Teja1, Wayan Citra Wulan Sucipta Putri2, Putu Aryani2, I Wayan Weta2 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2Departemen Il,mu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Email: [email protected]

ABSTRAK

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah atau kekuatan darah yang mengalir pada pembuluh darah terlampau tinggi. Kualitas hidup pasien hipertensi tergantung pada tekanan darah, kerusakan organ, penyakit penyerta dan terapi yang dilakukan oleh pasien. Menilai kualitas hidup pasien hipertensi adalah masalah penting karena merupakan masalah utama bagi pasien, tenaga kesehatan, dan pemegang kebijakan. Tujuan dari studi ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas I Denpasar Barat. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan metode cross-sectional (potong lintang ). Teknik pengambilan sampel pada studi ini dilakukan secara consecutive sampling, yakni subyek penelitian diambil dari pasien yang melakukan kontrol rutin di Puskesmas I Denpasar Barat dan memenuhi kriteria penelitian hingga jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2020 – Oktober 2020. Terkumpul sebanyak 45 sampel, dari 8 domain penilaian kualitas hidup berdasarkan kuisioner SF-36 menunjukkan bahwa seluruh domain memiliki skor rata rata kualitas hidup baik, yakni fungsi fisik (78,8), peran fisik (75), rasa nyeri (75,2), kesehatan umum (58,6), vitalitas (67,4), fungsi sosial (91,5), peran emosi (79,3), kesehatan mental (82,8). Sementara berdasarkan komponen kualitas hidup, komponen mental memiliki skor lebih tinggi dibandingkan komponen fisik dengan rata rata 80,3. Kualitas hidup paling tinggi ditemukan pada domain kesehatan mental dengan persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 97,8%.

Kata kunci: Hipertensi., Kualitas Hidup., SF-36

ABSTRACT

High blood pressure or hypertension is a condition in which blood pressure or the strength of blood flowing in the blood vessels is too high. The quality of life for hypertensive patients depends on blood pressure, organ damage, comorbidities and the therapy performed by the patient. Assessing the quality of life of hypertensive patients is an important issue because it is a major problem for patients, health professionals, and policy makers. The purpose of this study was to describe the quality of life of hypertensive patients at Puskesmas I West Denpasar. This research is a descriptive study with cross-sectional method (cross-sectional). The sampling technique in this study was carried out by consecutive sampling, in which the research subjects were taken from patients who had routine control at Puskesmas I Denpasar Barat and met the research criteria until the required number of subjects was met. The research was conducted in August 2020 - October 2020. There were 45 samples collected, from 8 domains of quality of life assessment based on the SF-36 questionnaire showing that all domains had an average score of good quality of life, namely physical function (78.8), physical role ( 75), pain (75.2), general health (58.6), vitality (67.4), social function (91.5), the role of emotions (79.3), mental health (82.8). Meanwhile, based on the quality of life component, the mental component has a higher score than the physical component with an average of 80.3. The highest quality of life was found in the mental health domain with the percentage of respondents who had a good quality of life as much as 97.8%.

Keywords: Hypertension., Quality of Life., SF-36

PENDAHULUAN

Tekanan darah tinggi atau hipertnesi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah atau kekuatan darah yang mengalir pada pembuluh darah terlampau tinggi. Tekanan darah merupakan pengukuran utama yang dapat menentukan seseorang terkena hipertensi. Tekanan darah dikatakan tinggi apabila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik mencapai angka ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik mencapai angka ≥ 90 mmHg.11

Data World Heath Organisation menunjukkan bahwa sebanyak 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita tekanan

darah tinggi, Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025.14 Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 tercatat sebanyak 25,8% penduduk Indonesia, sedangkan hasil dari Riskesdas pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 34,1% penduduk di Indonesia tercatat menderita hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia sebanyak 8,2%. Hasil dari Riskesdas pada tahun 2018 juga menyatakan bahwa prevalensi hipertensi pada Provinsi bali tercatat lebih dari rata-rata prevalensi

hipertensi di Indonesia yakni diatas 8,8%. Sedangkan di kota Denpasar diperkirakan penderita hipertensi sebanyak 127.638 jiwa, dan berdasarkan.2

Tujuan penatalaksanaan pada hipertensi selain untuk mengontrol tekanan darah adalah untuk memperbaiki kualitas hidup penderita. Kualitas hidup atau quality of life dapat didefinisikan sebagai persepsi individu tentang posisi mereka dalam kehidupan, posisi tersebut dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana tempat mereka hidup dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar, dan kekhawatiran mereka.15

Kualitas hidup pasien hipertensi tergantung pada tekanan darah, kerusakan organ, penyakit penyerta dan terapi yang dilakukan oleh pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit hipertensi dapat menganggu vitalitas, fungsi sosial, kesehatan mental, mood, dan fungsi psikologis penderita.3

Menilai kualitas hidup pasien hipertensi adalah masalah penting karena merupakan masalah utama bagi pasien, tenaga kesehatan, dan pemegang kebijakan. Pengukuran kualitas hidup merupakan salah satu cara yang dapat digunakan membantu tenaga kesehatan dan masyarakat untuk mengetahui gambaran kondisi pasien, sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi dengan baik.13

Tingginya jumlah penderita hipertensi di Bali khususnya di Kota Denpasar menyebabkan diperlukannya perhatian terhadap kasus ini dikarenakan hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi dan permasalahan baru. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang baik dalam dimensi fisik maupun dimensi psikologi, maka dari itu penulis melakukan studi untuk menggali “Kualitas Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas I Denpasar Barat”. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan metode cross-sectional (potong lintang) dimana tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Barat. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Barat, Denpasar, Bali. Penelitian dijalankan pada bulan Agustus 2020 – Oktober 2020. Sampel dari penelitian ini merupakan pasien hipertensi yang menjalani pengobatan di Puskesmas 1 Denpasar Barat, yang datang berobat ke puskesmas selama bulan Agustus 2020 – Oktober 2020 yang memenuhi syarat dari kriteria inklusi dan eksklusi, dan dari perhitungan besaran sampel didapatkan jumlah sampel minimum yaitu 45 responden. Kriteria inklusi yaitu berusia > 18 tahun, menderita hipertensi yang ditegakkan melalui data dari puskesmas, tidak memiliki gangguan kognitif, dan bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria eksklusi yaitu tidak mampu mendengar, memiliki gangguan kejiwaan, subjek yang merupakan ibu hamil, subjek yang menolak atau tidak bersedia berpartisispasi dalam penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien hipertensi adalah kuesioner yang berasal dari Medical Outcome Study (MOS) yang dilakukan oleh RAND Corporation yaitu kuesioner SF 36.

Metode yang digunakan untuk dalam pengumpulan data pada studi ini adalah wawancara pasien hipertensi Puskesmas I Denpasar Barat melalui telepon.Data yang terkumpul akan diolah menggunakan program Statistical Package for the Social Science (SPSS), Microsoft Excel, dan Microsoft Word yang selanjutnya akan dilakukan verifikasi, pengeditan, pengkodingan data dan pemberian nilai (skoring), serta dihitung frekuensinya. Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan etik nomor 2020.01.1.0151 oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tanggal 03 Maret 2020

HASIL

Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa dari seluruh responden mayoritas berusia ≥65 tahun (75,6%) dengan rata rata berusia 68,56 tahun dan nilai median 68 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin paling banyak ditemukan pada wanita (60%). Dari seluruh responden mayoritas sudah tidak bekerja (86,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas ditemukan berpendidikan >SMP (71,1%). Dari seluruh responden mayoritas berpenghasilan ≥1.000.000 (53,3%). Dari seluruh responden mayoritas responden menderita hipertensi ≤10 tahun (53,3%) dengan nilai rata rata 10,56 tahun dengan nilai mediannya 10 tahun. Dari 45 responden, sebanyak 64,4% responden memiliki penyakit komorbid diantaranya diabetes melitus, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, gout, dan kanker. Sedangkan untuk kategori aktivitas fisik, seluruh responden (100%) menyatakan masih dapat melakukan aktivitas fisik. Dari seluruh responden mayoritas memiliki indeks massa tubuh ≤25 (31,1%)

Tabel 2 menunjukan bahwa dalam seluruh domain kualitas hidup, memiliki skor diatas rata rata normatif dalam kualitas hidup yaitu 50. Skor domain kualitas hidup tertinggi terdapat pada domain fungsi sosial (91,5). Sedangkan domain kualitas hidup terendah terdapat pada domain kesehatan secara umum (58,6).

Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik      Frekuensi       Proporsi (%)

Usia

<65 tahun         11              24,4

≥65 tahun        34             75,6

Jenis Kelamin

Laki-laki           18              40

Wanita          27            60

Pendidikan

≤SMP           13            28,9

>SMP          32           71,1

Pekerjaan

Tidak bekerja     39              86,7

Bekerja           6               13,3

Penghasilan

<1.000.000        21              46,7

≥1.000.000        24             53,3

Status

hipertensi

<140/90          25             55,6

≥140/90          20             44,4

Durasi Penyakit

≤10 tahun        24             53,3

  • >10 tahun        21             46,7

Penyakit

Penyerta

Dengan          29            64,4

komorbid

Tanpa komorbid   16             35,6

Aktifitas fisik

Ya              45            100

Indeks Massa

Tubuh

≤25              35             68,9

  • >25               14             31,1

Tabel 3 Gambaran Skor Rata-rata Kualitas Hidup Pada Setiap Komponen Kualitas Hidup

Komponen              Mean±SD

Skor Komponen Fisik                72,6±16,8

(0-100)

Skor Komponen Mental              80,2±15,1

(0-100)

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada kedua komponen kualitas hidup, memiliki skor diatas rata rata normatif dalam kualitas hidup yaitu 50.

Tabel   4 Distribusi Kualitas Hidup Responden Berdasarkan 8

Domain

Domain         Frekuensi            Proporsi (%)

Kualitas Hidup

Fungsi Fisik

Baik             41                    91,1

Buruk           4                   8,9

Peran Fisik

Baik             33                    73,3

Buruk           12                  26,7

Nyeri Tubuh

Baik            38                  84,4

Buruk           7                    15,6

Kesehatan

Umum

Baik             33                    73,3

Buruk           12                  26,7

Vitalitas

Baik            39                  86,7

Buruk           6                    13,3

Fungsi Sosial

Baik            43                  95,6

Buruk           2                   4,4

Peran Emosi

Tabel 2 Gambaran Skor Rata-rata Kualitas Hidup pada

Setiap Domain

Domain Kualitas Hidup         Mean±SD

Skor Fungsi Fisik                 78,8±19,9

(0-100)

Skor Peran Fisik                   75±30,6

(0-100)

Skor Rasa Nyeri                 75,2±23,1

(0-100)

Skor Kesehatan Umum          58,6±10,4

(0-100)

Skor Vitalitas                      67,4±17,2

(0-100)

Skor Fungsi Sosial                91,5±15,2

(0-100)

Skor Peran Emosi                79,3±36,4

(0-100)

Skor Kesehatan Mental           82,8±13,2

(0-100)

Baik            36                  80

Buruk          9                  20

Kesehatan

Mental

Baik            44                  97,8

Buruk            1                     2,2

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan terdapat 3 domain yang memiliki proporsi kualitas hidup yang baik dengan proporsi diatas 90% yakni domain fungsi fisik (91,1%), domain fungsi sosial (95,6%), dan domain kesehatan mental (97,8%). Tabel 5.4 menunjukkan bahwa kualitas hidup responden sabagian besar baik pada tiap domain kualitas hidup, hal ini dikarenakan sebagian besar responden menyatakan tidak banyak adanya hambatan atau masalah dari ke 8 domain penilaian kualitas hidup yang diteliti

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2023.V12.i9.P13

67

Tabel 5 Distribusi Kualitas Hidup Secara UmumBerdasarkan Karakteristik Demografis

Kategori

Baik

Buruk

Total(%)

P value

n

(%)

N

(%)

Usia

<65 tahun

10

90,9

1

9,1

11 (100)

.433

≥65 tahun

Jenis Kelamin

33

97,1

1

2,9

34 (100)

Laki-laki

17

94,4

1

5,6

18 (100)

.645

Wanita

Pendidikan

26

96,3

1

3,7

27 (100)

≤SMP

11

84,6

2

15,4

13 (100)

.079

>SMP

32

100

0

0

32 (100)

Pekerjaan

Tidak bekerja

37

94,9

2

5,1

39 (100)

.784

Bekerja

Penghasilan

6

100

0

0

6 (100)

<1.000.000

20

95,2

1

4,8

21 (100)

.721

≥1.000.000

23

95,8

1

4,2

24 (100)

Tabel 5 menunjukkan bahwa berdasarkan usia, proporsi kualitas hidup yang baik ditemukan lebih besar pada kelompok usia ≥65 tahun. Sedangkan pada kategori jenis klamin, proporsi kualitas hidup yang baik ditemukan lebih besar pada kelompok wanita. Berdasarkan tingkat pendidikan, proporsi kualitas hidup yang baik ditemukan lebih besar pada kelompok responden yang berpendidikan >SMP. Sedangkan berdasarkan kategori pekerjaan, proporsi kualitas hidup yang baik ditemukan lebih besar pada kelompok yang sudah tidak bekerja. Bersarkan penghasilan, proporsi kualitas hidup yang baik ditemukan lebih besar pada kelompok yang memiliki penghasilan ≥1.000.000.

Tabel 6 Distribusi Kualitas Hidup Secara Umum Berdasarkan Karakteristik Responden

Tabel 6 menunjukkan bahwa berdasarkan durasi penyakit, proporsi kualitas hidup yang baik ditemukan lebih besar

Kategori

Baik

Buruk

Total (%)

P value

Durasi Penyakit ≤10 tahun

n

(%)

23    95,

n

1

(%)

4,2

24 (100)

.721

>10 tahun

8

20    95,

1

4,8

21 (100)

Penyakit Penyerta

Dengan

2

27    93,

2

6,9

29 (100)

.410

komorbid

Tanpa

1

16    100

0

0

16 (100)

komorbid

Aktifitas fisik

Ya

43    95,

2

4,4

45 (100)

Indeks Massa Tubuh

≤25

6

29    93,

2

6,5

31 (100)

.470

>25

U5 14    100

0

0

14 (100)

pada kelompok dengan durasi penyakit ≤10 tahun. Berdasarkan penyakit komorbid, proporsi kualitas hidup yang baik ditemukan lebih besar pada kelompok dengan penyakit komorbid. Sedangkan berdasarkan indeks massa tubuh, proporsi kualitas hidup yang baik ditemukan lebih besar pada kelompok dengan IMT ≤25.

PEMBAHASAN

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang baik dalam dimensi fisik maupun dimensi psikologi.3 Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa hipertensi lebih sering dijumpai pada pasien berusia ≥65 tahun sesuai dengan penelitian Kaliyaperumal (2016) bahwa hipertensi lebih sering terjadi pada usia lanjut. Hal ini dikarenakan seiring dengan peningkatan usia terjadi pula peningkatan tekanan darah yang dikaitkan dengan perubahan pada arteri berupa penyempitan pada lumen pembuluh darah dan kekakuan pada pembuluh darah.10 Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalifeh (2015) dimana 59% berjenis kelamin perempuan. Studi yang dilakukan maranon (2017) menunjukkan bahwa pada wanita yang menopause kejadian hipertensi ditemukan lebih tinggi karena kadar estrogen menurun seiring peningkatan usia (menopause). Pada kategori pendidikan, subjek penelitaian lebih banyak dalam kategori >SMP yaitu SMA dan Perguruan tinggi sesuai dengan penelitian Sumakul (2017) dimana 52,1% berpendidikan terakhir SMA dan 12,5% berpendidikan terakhir perguruan tinggi, hal ini dikarenakan tindakan pasien yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki kesadaran rendah untuk mencari pelayanan kesehatan shingga dari data didapatkan kondisi tersebut.6 Subjek penelitian lebih banyak berstatus tidak bekerja yakni ibu rumah tangga dan pensiunan sesuai dengan penelitian Sari (2017) yang menyatakan mayoritas responden tidak bekerja dan pensiunan, hal ini dikarenakan mayoritas responden merupakan lansia.

Pada kategori penghasilan, lebih banyak subjek penelitian berpenghasilan diatas 1.000.000 hal ini dikarenakan sebagian besar reponden merupakan pensiunan sehingga masih mendapat penghasilan tiap bulannya. Pada kategori indeks massa tubuh ditemukan bahwa subjek penelitian lebih banyak memiliki indeks massa tubuh ≤25 hal ini dapat dikarenakan seluruh responden masih melakukan aktifitas fisik setiap harinya.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa seluruh domain penilaian dalam kualitas hidup memiliki skor rata rata baik yaitu diatas 50. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh kaliyaperumal (2017) dimana penelitian tersebut menunjukkan dari 8 domain kualitas hidup, hanya 4 domain kualitas hidup yang memiliki skor rata rata baik. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan jumlah sampel, karakteristik individu yang diteliti serta metode yang digunakan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Carvalho (2011) menunjukkan hasil yaitu dari 8 domain kualitas hidup, terdapat 7 domain kualitas hidup yang memiliki skor rata rata diatas 50. Penelitian yang dilakukan Khaw (2011) menunjukkan hasil yaitu seluruh domain penilaian dalam kualitas hidup memiliki skor rata rata baik yaitu diatas 50, sehingga penelitian yang dilakukan Carvalho (2011) dan Khaw (2011) mendukung penelitian ini.

Pada penelitian ini ditemukan hasil domain kualitas hidup yang memiliki skor rata rata paling rendah adalah skor kesehatan umum dengan skor rata rata 58,6 sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Khaw (2011). Pada penelitian ini ditemukan hasil domain kualitas hidup yang memiliki skor rata rata paling tinggi adalah skor fungsi sosial dengan skor rata rata 91,5 sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Carvalho (2011) dan Khaw (2011). Pada komponen kualitas hidup didapatkan hasil bahwa komponen fisik memiliki skor rata rata lebih rendah dibanding skor rata rata komponen mental, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kaliyaperumal (2016) yang menunjukkan bahwa komponen mental memiliki skor rata rata lebih tinggi dibanding skor rata rata komponen mental , hal ini dikarenakan terdapat perbedaan jumlah sampel, karakteristik individu yang diteliti serta metode yang digunakan dalam penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian Kualitas Hidup pasien Hipertensi di Puskesmas I Denpasar Barat maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup pasien sebagian besar baik. Berdasarkan 8 domain yang terdapat pada kuisioner SF-36 menunjukkan bahwa seluruh domain memiliki skor kualitas hidup diatas 50 yakni fungsi fisik (78,8), peran fisik (75), rasa nyeri (75,2), kesehatan umum (58,6), vitalitas (67,4), fungsi sosial (91,5), peran emosi (79,3), kesehatan mental (82,8). Sementara berdasarkan komponen kualitas hidup, komponen mental memiliki skor lebih tinggi dibandingkan komponen fisik dengan rata rata 80,3. Kualitas hidup paling tinggi ditemukan pada domain kesehatan mental dengan persentase responden yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 97,8%.

Menurut penelitian yang sudah dijalankan, maka disarankan yakni perlu dilakukan studi lebih lanjut terkait kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas I Denpasar Barat untuk mencari hubungan antara kualitas hidup pasien hipertensi dengan setiap variable, perlu dilakukan pengambilan sampel dengan jumlah lebih banyak, dan melakukan wawancara secara langsung di lokasi penelitian agar mengurangi bias, perlu dilakukan pengembangan penelitian mengenai gambaran kualitas hidup pasien hipertensi dengan responden dan lokasi penelitian yang lebih besar lagi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa kelemahan yakni peneliti tidak bisa melihat keseriusan responden dalam menjawab pertanyaan dikarenakan hanya melakukan wawancara melalui telepon, kurang jelasnya pertanyaan peneliti yang didengar oleh responden serta kurang jelasnya jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti diakibatkan oleh gangguan jaringan koneksi.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Carvalho, MA, dkk. Quality of Life of hypertensive patients and comparison of two instruments of HRQOL measure. Arquivos Brasileiros de Cardiologia.2012.Vol 98 (5)

  • 2.  DinasxKesehatanxKotaxDenpasar.    Profil    Dinas

xKesehatanxKotaxDenpasar Tahun 2018.2019.

  • 3.    Kaliyaperumal,S , dkk. Assessment of Quality of Life in Hypertensive Patients. Journal of Applied Pharmaceutical Science.2016. Vol. 6 (05), pp. 143-147

  • 4.  KementerianxKesehatanxRepublikxIndonesia.    Riset

kesehatan dasar 2018.2018. [Internet]. [Diakses pada 2 September].     Tersedia     pada     http://www.

depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rak orpop_2018/Hasil

%20Riskesdas%202018.pdf?opwvc=1

  • 5.    Khalifeh,xM. et al. Hypertensionxin the Lebanese adults: Impact on health related quality of life. Journal of Epidemiology and Global Health. 2015. Volume 5, pp. 327-336.

  • 6.    Kharisyanti, F., Farapati, F. Status Sosial Ekonomi dan Kejadian Hipertensi. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2017. 13(3), pp 200-205

  • 7.    Khaw,xW.F.,xHassan, S.T.,xLatiffah, A.L.. Health-related Quality of Life among Hyperrtensive Patients Compared with General Population Norms. Journal of Medical Sciences. 2011. 11(2), pp 84-89

  • 8.    Maranon,xR. &xReckelhoff, J.F.xSex and Gender Differences in Control of Blood Pressure. HSS Public Access. 2015. 125(7), pp 311-318.

  • 9.    Sari, A., L. & Fauiza. Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Di Puskesmas Merangsan Yogyakarta Menggunakan Europan Quality Of Life 5 Dimensions (EQ5D) Questionare Dan Visual Analog Scale (VAS). Jurnal Ilmiah Ibnu Sin. 2017. 2(1), pp. 112.

  • 10.    Singh, J.N. et al. Physiology, Blood Pressure Age Related Changes. StatPearls. 2020. [Internet]. [Diakses 2    Desember 2020].    Tersedia pada    :

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537297/#:~:t ext=Physiologic%20changes%20associated%20with%2 0aging,likely%20related%20to%20arterial%20changes.

  • 11.    Soenarta, A. A. et al. PedomanxTataxLaksana HipertensixPadaxPenyakit               xKardiovaskular.

PerhimpunanxDokterxSpesialisxKardiovaskular Indonesia. 2015.

  • 12.    Sumakul, G.T., Sekeon, S.A., Kepel, B.J. Hubungan xAntaraxHipertensi xDengan Kualitas xHidup xPada xPenduduk                                xDi

KelurahanxKolonganxKecamatanxTomohon

TengahxKotaxTomohon. Ejournal Unsrat. 2017. 6(3), pp 1-8

  • 13.    Wahyuni, Arlinda Sari dkk. KualitasxHidup PasienxHipertensix      Tanpax      Komplikasixdi

DaerahxPuskesmas  Medanx Labuhan. TALENTA

Publisher, Universitas Sumatera Utara. 2018. vol. 1(2), hh 374–380

  • 14.    World Health Organisation. A Global brief on Hypertension. 2013.

  • 15.    World Health Organisation. WHOQOL: Measuring Quality of Life. 2015.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2023.V12.i9.P13

69