ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.3,MARET, 2022


Diterima: 26-12-2020 Revisi: 18-01-2021 Accepted: 05 – 04 - 2022

HUBUNGAN MELEWATKAN SARAPAN TERHADAP KEJADIAN OVERWEIGHT DAN OBESITAS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Kadek Gyna Yadnya Swari1, Ni Kadek Mulyantari2, I Wayan Putu Sutirta Yasa3

Departemen Patologi Klinis

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Overweight dan obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi sorotan dunia bahkan di Indonesia sekalipun. Prevalensi overweight dan obesitas dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya. Mahasiswa kedokteran termasuk ke dalam golongan dewasa muda. Mahasiswa kedokteran memiliki komitmen akademik dan non akademik yang dapat berpengaruh terhadap perubahan pola makan, khususnya melewatkan sarapan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan melewatkan sarapan terhadap kejadian overweight dan obesitas pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas udayana.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan potong-lintang. Jumlas sampel pada penelitian ini berjumlah 42 mahasiswa/i dengan Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Melewatkan sarapan diukur menggunakan kuesioner sedangkan indeks massa tubuh diukur dengan menggunakan alat pengukur timbangan badan dan tinggi badan.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan nilai signifikan 0,004 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan melewatkan sarapan terhadap kejadian overweight dan obesitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa lebih memperhatikan sarapan pagi dan penelitian selanjutnya diharakan dapat memasukkan kategori food recall 24 hours.

Kata Kunci: Sarapan, Overweight, Obesitas

ABSTRACT

Overweight and obesity are health problems that are in the attention of the world, even in Indonesia. The prevalence of overweight and obesity has increased significantly every years. Medical students belong to the group of young adults. Medical students have academic and non-academic commitments that can influence dietary changes, especially skipping breakfast. The purpose of the study was to investigate the correlation skipping breakfast to overweight and obesity of medical students at Medicine Faculty Udayana University.

The study was using analytic observational research with cross sectional approach. The number of samples in this study is 42 students with sampling technique using purposive sampling. Skipping breakfast was measured using a questionnaire while body mass index was measured using body scales and height gauges.

Data analysis using chi-square obtained a significant value 0.004 < 0.05. The result means there is a relationship skipping breakfast to overweight and obesity of medical students at Medicine Faculty Udayana University. The study is expected that students pay more attention to breakfast and further research is expected to be able to adding the category of food recall 24 hours.

Keywords : breakfast, overweight, obesity

  • 1.    PENDAHULUAN

Overweight dan obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi sorotan dunia bahkan di Indonesia sekalipun. Prevalensi over-weight dan obesitas tiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tahun 2013 sampai tahun 2018 terjadi peningkatan prevalensi obesitas yakni sebesar 7% dan overweight sebesar 2,1%.1 Prevalensi obesitas diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 sebesar 18% pada laki-laki dan 21% pada perempuan.2

Peningkatan overweight dan obesitas ini akan meningkatkan terjadinya kejadian penyakit dege-neratif. Obesitas dapat menimbulkan kejadian ter-jadinya penyakit jantung dan diabetes melitus. Kedua penyakit ini juga menjadi masalah keseha-tan di Indonesia saat ini. Diabetes juga menim-bulkan kejadian komorbiditas (comorbidity) yang tinggi terhadap berbagai penyakit seperti abnor-malisasi hormon reproduksi, gangguan fertilitas, hiperinsulinemia, disfungsi sel beta pankreas, hipertensi, serta sleep apnea.3

Peningkatan kejadian obesitas dan kondisi kesehatan yang terkait memiliki hubungan dengan melewatkan sarapan dan makan malam. Penelitian yang dilakukan di Amerika pada orang dewasa melaporkan bahwa seseorang yang melewatkan sarapan menjadi obesitas lima kali lebih tinggi dari seseorang yang makan sarapan. Beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan kejadian obesitas yang melewatkan sarapan lebih banyak ditemukan pada laki-laki,4 sementara beberapa penelitian lain lebih banyak ditemukan pada perempuan. Mele-watkan sarapan dapat mengubah ritme sirkadian tubuh. Perubahan ini mengakibatkan seseorang mengkonsumsi lebih banyak kalori tinggi pada siang dan malam hari yang akan berakibat terjadinya peningkatan kadar lemak tubuh ditandai dengan peningkatan berat badan.5 Melewatkan sarapan dan pola makan yang tidak teratur dapat disebabkan oleh budaya dan ekonomi, serta karak-teristik orangtua.6

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dila-kukan dilakukan pengkajian mengenai hubungan melewatkan sarapan terhadap kejadian overweight dan obesitas pada mahasiswa kedokteran Univer-sitas Udayana.

  • 2.    OVERWEIGHT DAN OBESITAS

    • 2.1    Pengertian Overweight dan Obesitas

Obesitas adalah kelainan atau penyakit yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak yang berlebihan. Overweight adalah berat badan lebih dibandingkan dengan berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh peningkatan massa otot.7 Menen-tukan overweight dan obesitas dapat menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan lingkar pinggang. IMT merupakan gambaran keadaan gizi seseorang yang diperoleh dengan membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m).

Tabel 1 Klasifikasi Berat Badan Pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut Krite-ria Asia Pasifik Klasifikasi            IMT (kg/m²)

Underweight

<18,5

Normal

18,5-22,9

Overweight

>23,0-24,9

Obesitas I

25,0-29,9

Obesitas II

>30,0

  • 2.2    Prevalensi Overweight dan Obesitas

Tahun 1975 sampai 2014 prevalensi obesitas (IMT ≥ 30 kg/m²) meningkat yakni dari 3,2% men-jadi 10,8% pada laki-laki dan 6,4% sampai 14,9% pada perempuan.2 Jumlah overweight dan obesitas di Indonesia setiap tahunnya mengalami pening-katan yang cukup signifikan. Tahun 2013 yang mengalami obesitas dan overweight pada dewasa diatas 18 tahun berturut-turut sebesar 14,8% dan 11,5%. Tahun 2018 terdapat 21,8% yang meng-alami obesitas dan 13,6% yang mengalami over-weight.1

  • 2.3    Faktor Penyebab Overweight dan Obesitas

Overweight dan obesitas disebabkan oleh multi-faktorial. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian obesitas dan overweight diantaranya yaitu asupan makanan, aktivitas fisik, jenis kelamin, usia tingkat pendidikan dan pekerjaan. Faktor kepriba-dian, depresi, efek samping obat-obatan, dan gene-tik juga berkontribusi terhadap kejadian overweight dan obesitas.8 Predisposisi genetik mungkin dapat menjadi faktor terjadinya obesitas. Namun, faktor genetik tidak secara langsung menimbulkan obe-sitas, hal ini karena kebiasaan, pola makan, dan aktivitas fisik merupakan peranan penting terjadi-nya peningkatan berat badan.

  • 2.4    Patofisiologi Overweight dan Obesitas

Hipotalamus memainkan peran dalam mempe-ngaruhi pola makan. Terdapat dua bagian dari hipotalamus yang mempengaruhi asupan makanan yakni lateral hipotalamus sebagai pusat makan dan ventromedial hipotalamus sebagai pusat lapar. Bila terjadi lesi pada lateral hipotalamus menyebabkan hilangnya nafsu makan. Sebaliknya, bila terjadi lesi di ventromedial hipotalamus menyebabkan nafsu makan meningkat serta produksi insulin meningkat yang selanjutnya terjadi peningkatan penyimpanan lemak. Obesitas dapat menginduksi oxidative stress yang menimbulkan gangguan produksi adipokin. Umumnya, terdapat tiga hal yang melatarbelakangi terjadinya obesitas. Pertama, terjadi akumulasi le-mak saat tubuh gagal memproduksi lemak. Kedua, rendahnya sekresi leptin oleh jaringan adiposa me-nyebabkan massa lemak akan meningkat hingga mencapai kadar leptin yang normal. Massa lemak yang meningkat ini menjadi risiko terjadinya obesi-tas. Ketiga, terjadi resistensi leptin yang disebab-kan oleh adanya peningkatan leptin di sirkulasi darah. Leptin menjadi insensitif yang secara relatif pada sisi aksinya ini menjadi risiko terjadinya obe-sitas.9

  • 3.    Sarapan Pagi

    3.1    Pengertian Sarapan

Sarapan adalah mengkonsumsi makanan dan minuman sebelum jam 9 pagi atau 2 jam setelah bangun yang

dianjurkan mengandung 20% - 35% dari kebutuhan kalori harian.5 Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), kebutuhan rata-rata zat gizi sehari pada kelompok umur 1929 tahun memiliki kebutuhan energi 2250 kkal, dengan protein sebesar 56 g, lemak total 75 g, karbohidrat 309 g, serat 32 g dan air 2300 mL.10 Minimal sarapan mengandung zat gizi makronutrien seperti karbohidrat (55-65%), lemak (24-30%), dan pro-tein (12-15%). Sarapan pagi juga penting oleh karena kadar glukosa dalam darah akan menurun sekitar dua jam setelah bangun pagi, ini disebabkan energi yang dihasilkan saat makan malam telah ter-pakai untuk aktifitas malam hari sebelum dan saat tidur.11

  • 3.2    Prevalensi Melewatkan Sarapan

Dibeberapa negara bagian barat terdapat preva-lensi anak-anak dan remaja yang tidak sarapan. Sekitar 10%-30% ditemukan pada remaja perem-puan dan anak dari keluarga dengan sosial eko-nomi rendah.12 Penelitian yang dilakukan Hardin-syah dan Perdana dilaporkan terdapat sebesar 69,6% anak di Indonesia belum mengkonsumsi sarapan sesuai anjuran gizi seimbang (25% dari kebutuhan sehari)13 dan menurut Riskesdas 2010 sebanyak 26,1% anak Indonesia hanya mengkon-sumsi minuman seperti air putih, susu atau teh, serta sebanyak 44,6% yang kurang atau bahkan tidak sarapan.14

  • 2.4 Hubungan Melewatkan Sarapan Terhadap Kejadian Overweight dan Obesitas

Tidak hanya sekadar makan dipagi hari, tetapi sarapan memiliki manfaat bagi tubuh yakni ter-cukupinya energi untuk melakukan aktivitas sam-pai siang hari dan bila sarapan ini terlewati, maka cenderung untuk mengkonsumsi kudapan dan makanan yang mengandung tinggi kalori yang pada akhirnya akan menimbulkan peningkatan kadar lemak tubuh ditandai dengan peningkatan berat badan.5

Waktu bangun tidur perut akan dalam keadaan kosong apabila melewatkan sarapan maka kadar glukosa dalam darah akan menurun. Kadar glu-kosa dalam darah yang terus menerus menurun ini akan berdampak negatif bagi tubuh dan akan me-ningkatkan risiko memakan makanan selingan diwaktu makan 1,5 kali lebih besar dibanding dengan yang terbiasa sarapan. Melewatkan sarapan dapat mengubah ritme sirkadian, pola dan siklus waktu makan.15 Perubahan ini mengakibatkan sese-orang mengkonsumsi lebih banyak kalori pada siang dan malam hari. Asupan yang disimpan saat malam hari akan menimbulkan peningkatan glu-kosa darah yang disimpan dalam bentuk glikogen. Akibat aktivitas fisik dimalam hari yang rendah maka glikogen akan disimpan dalam bentuk lemak dan menimbulkan terjadinya gizi lebih.

fakultas kedokteran universitas udayana program studi sarjana kedokteran dan pendidikan dokter yang memi-liki overweight atau obesitas. Sampel dalam peneli-tian ini adalah mahasiswa fakultas kedokteran uni-versitas udayana dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dipilih menggunakan teknik purpo-sive sampling dan didapatkan 42 sampel yang mengalami overweight dan obesitas.

  • 5.    HASIL

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Ju-ni 2020 sampai 26 Juni 2020 oleh seluruh Maha-siswa/Mahasiswi Program Studi Sarjana Kedok-teran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Uni-versitas Udayana yang bersemester 3, 5 dan 7 yang kemudian dipilih 42 orang yang masuk ke dalam kriteria IMT ≥ 23 kg dengan cara membagi berat badan dan tinggi badan dalam kuadarat.

  • 5.1    Analisis Univariat

  • a.    Analisis Univariat

Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status IMT

Karakteristik Subjek

Jumlah

Persentase

Jenis Kelamin

Laki-laki

17

40,5

Perempuan

25

59,5

Status IMT

Overweight

12

28,6

Obesitas Tingkat 1

19

45,2

Obesitas Tingkat 2

11

26,2

Berdasarkan hasil tabel 2 menunjukkan bahwa dari 42 responden, terdapat jumlah yang lebih tinggi yang berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 25 orang (59,5%) dibandingkan laki-laki sebanyak 17 orang (40,5%) dan didapatkan respon-den dengan status IMT obesitas tingkat 1 lebih ban-yak yakni 19 orang (45,2%) dibandingkan dengan yang overweight yaitu 12 orang (28,6%) dan obesitas tingkat 2 yaitu 11 orang (26,2%).

Tabel 3 Distribusi Berdasarkan Pola Makan

Karakteristik            Jumlah Persentase

Frekuensi Melewatkan Sarapan

Tidak pernah

14

33,3

< 4 kali/minggu

18

42,9

> 4 kali/minggu

10

23,8

Frekuensi Makan

Tidak tentu

6

14,3

2-3 kali/hari

36

85,7

Waktu Sarapan

06.00-08.59

16

38,1

09.00-11.00

20

47,6

Tidak sarapan

6

14,3

Frekuensi Makan

Siang

Kadang-kadang

8

19,0

Tidak

1

2,4

Sering

33

78,6

Waktu Makan Siang

12.00-13.00

13

31,0

13.00-14.00

28

66,7

Tidak pernah

1

2,4

Frekuensi

Makan Malam

Kadang-kadang

18

42,9

Tidak

4

9,5

Sering

20

47,6

Waktu Makan Malam

> 21.00

1

2,4

18.00-21.00

37

88,1

Tidak makan malam

4

9,5

Frekuensi Makan

Tengah Malam

Kadang-kadang

14

33,3

Tidak

27

64,3

Ya

1

2,4

Berdasarkan hasil tabel 3 menunjukkan bahwa dari 42 responden yang memiliki jumlah terbanyak adalah yang memiliki frekuensi sarapan yang baik yakni yang melewatkan <4 kali/minggu sebanyak 18 orang (42,9%) dan yang tidak pernah mele-watkan sarapan sebanyak 14 orang (33,3%) dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan melewatkan sarapan ≥ 4 kali/minggu hanya sebanyak 10 orang (23,8%).

Frekuensi makan responden lebih banyak ma-kan 2-3 kali/sehari yaitu sebanyak 36 orang (85,7%) dibanding yang tidak tentu/teratur. Sete-ngah dari responden waktu sarapannya lebih banyak di pukul 09.00-11.00 yaitu sebanyak 20 orang (47,6%). Lebih dari setengah responden tidak melewatkan makan siang yaitu sebanyak 33 orang (78,6%) dibandingkan yang melewatkan makan siang sebanyak satu orang (2,4%) dan responden yang kadang-kadang melewatkan makan siang sebanyak 8 orang (19,0%).

Responden lebih banyak makan siang di pukul 13.0014.00 yaitu sebanyak 28 orang (66,7%) dibandingkan yang makan siang pukul 12.00-13.00 sebanyak 13 orang (31,0%) dan hanya satu orang (2,4%). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa responden yang tidak melewatkan makan malam lebih banyak 20 orang (47,6) dibandingkan yang melewatkan makan malam sebanyak empat orang (9,5%) dan 18 orang (42,9%) yang makan malam tidak tentu. Hasil makan malam tersebut lebih ban-yak responden yang makan malam di pukul 18.00-21.00 yaitu sebanyak 37 orang (88,1%). Tiga per lima dari total responden tidak melakukan makan tengah malam yaitu sebanyak 27 orang (64,3%) dibandingkan yang makan malam hanya satu orang (2,4%) dan yang kadang-kadang makan malam sebanyak 14 orang (33,3%).

Tabel 4 Distribusi Mengonsumsi Makanan/Minu-man Selingan

Makanan/Minuman Jumlah Persentase

Selingan

Makanan/Minuman Selingan

Sering

13

31,0

Tidak

9

21,4

Kadang-kadang

Jenis

Makanan/Minuman

20

47,6

Biskuit

2

4,8

Buah-Buahan/Salad

13

31,0

Camilan

17

40,5

Kopi

1

2,4

Teh/Soda

2

4,8

Tidak Pernah

Frekuensi

Makan/Minum

7

16,7

1-2 kali/hari

30

71,4

≥ 3 kali/hari

5

11,9

Tidak Pernah

Kebiasaan

Junkfood/Softdrink

7

16,7

Sering

3

7,1

Tidak

6

14,3

Kadang-kadang

Frekuensi

Junkfood/Softdrink

33

78,6

1 kali/hari

37

88,1

2 kali/hari

2

4,8

Tidak Pernah

3

7,1

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan lebih ban-yak mahasiswa yang mengonsumsi makanan/ minuman selingan yakni yang kadang-kadang sebanyak 20 orang (47,6%) dan yang sering seba-nyak 13 orang (31,0%) dibandingkan yang tidak mengonsumsi makanan/minuman selingaan hanya sembilan orang (21,4%) dengan jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi adalah camilan (40,5%). Frekuensi mengkonsumsi makanan/minuman seli-ngan lebih banyak yang mengkonsumsi 1-2 kali/hari yakni sebanyak 30 orang dan yang ≥ 3 kali/hari sebanyak 5 orang (11,9%) serta yang tidak meng-konsumsi sebanyak tujuh orang (16,7%).

Mengkonsumsi junkfood/softdrink sebagian besar mahasiswa kadang-kadang mengokonsumsi-nya yakni sebanyak 33 orang (78,6%) dan yang sering sebanyak 3 orang (7,1%) sedangkan yang tidak mengkonsumsi sebanyak 6 orang (14,3%). Dilihat dari hasil mengkonsumsi Junkfood dan softdrink lebih banyak yang mengkonsumsinya satu kali/hari yakni sebanyak 37 orang (88,1%), dan yang tidak pernah sebanyak tiga orang (7,1%) dibandingkan 2 kali/hari hanya sebanyak dua orang (4,8%).

  • b.    Analisis Bivariat

Table 5 Hubungan Melewatkan Sarapan Terhadap Kejadian Overweight dan Obesitas Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univer-sitas Udayana

Sarapan       Status IMT       Jumlah Nilai

Obesitas Overweight           P

Sarapan     8          9         17    0,004

Tidak Sarapan


Total       30


3         25

12        42


Berdasarkan table 5 di atas menunjukkan bah-wa yang mempunyai kebiasaan sarapan lebih banyak yang mengalami overweight dan yang mempunyai kebiasaan tidak sarapan lebih banyak yang mengalami obesitas. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chisquare didapat-kan nilai signifikan P = 0,004, hal ini menunjukkan nilai signifikan P<0,05 yang artinya terdapat hubungan melewatkan sarapan terhadap kejadian overweight dan obesitas pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

  • 6.    PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada 42 mahasiswa yang memiliki IMT ≥ 23 kg/m2 dari Program Studi Sarjana Kedokteran Universitas Udayana semester 3, 5 dan 7 didapatkan bahwa responden paling banyak yang mengalami obesitas tingkat satu yaitu 45,2% dibandingkan yang mengalami overweight yaitu 28,6% dan obesitas tingkat dua yaitu 26,2%. Hasil dari responden tersebut didapatkan juga bahwa lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu 59,9% dibandingkan dengan laki-laki yaitu 40,5%, hal ini sejalan dengan perkiraan penelitian yang dilakukan oleh collaboration (2016) yang mem-perkirakan pada tahun 2025 terjadi peningkatan lebih tinggi obesitas dan overweight pada perem-puan dibandingkan dengan laki-laki.2 Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurdanti yang menunjukkan kejadian obesitas lebih besar terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, ini disebabkan laki-laki cende-rung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersantai diwaktu senggang.17

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 42,9% mahasiswa yang obesitas dan overweight lebih ban-yak yang melewatkan sarapan <4 kali/minggu, arti-nya mahasiswa sering melakukan sarapan. Dikata-kan melewatkan sarapan adalah jika melewatkan sarapan ≥ 4 kali seminggu. Terdapat sebuah peneli-tian yang menyebutkan bahwa IMT bukan dipenga-ruhi oleh jumlah berapa kali sarapan atau frekuensi sarapan tetapi dipengaruhi faktor langsung seperti asupan makanan karena sarapan dengan frekuensi yang teratur belum tentu kualitasnya baik yakni mengandung 25% dari kebutuhan total energi harian bila mengandung semua unsur gizi (karbo-hidrat, lemak, protein) yang dibutuhkan oleh tu-buh,18 hal ini merupakan kekurangan dalam peneli-tian ini yang tidak memasukkan kuesioner 24 food recall untuk mencatat asupan harian dari res-ponden.

Hasil penelitian frekuensi makan dalam sehari lebih banyak yang makan sebanyak 2-3 kali/ minggu, ini menunjukkan frekuensi makan dari mahasiswa obesitas dan oveweight cukup baik yang mana frekuensi makan yang baik adalah 2-3 kali/ hari.17

Menurut penelitian Kurdanti, menunjukkan bahwa lebih banyak anak yang tidak sarapan cen-derung obesitas,17 hal

ini sesuai dengan hasil pene-litian yaitu sebanyak 30 responden yang meng-alami obesitas didapatkan lebih banyak yang tidak sarapan yaitu 22 responden dibandingkan yang sarapan terdapat 8 responden, sedangkan yang mengalami overweight terdapat 12 responden dida-patkan lebih banyak yang sarapan yaitu 9 respon-den dibandingkan yang tidak sarapan yaitu 3 responden. Berdasarkan hasil uji statistik menun-jukkan terdapat hubungan melewatkan sarapan terhadap kejadian overweight dan obesitas pada mahasiswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Watanabe (2014) yaitu melewatkan sarapan signifikan berhubungan dengan Body Mass Index (BMI).19

Kebanyakan mahasiswa tidak sarapan dikare-nakan terbatasnya waktu pada saat pagi akibat telat bangun sehingga biasanya akan makan pada saat siang hari. Melewatkan sarapan akan mempen-garuhi rasa lapar dan nafsu makan sehingga akan memakan makanan dengan porsi yang berlebih pa-da saat makan siang, bisa dilihat dari hasil pene-litian didapatkan 78,6% responden sering makan siang dan lebih banyak responden yang kadang-kadang makan makanan/minuman selingan dengan jenis makanan terbanyak adalah camilan yang merupakan makanan berkalori tinggi serta fre-kuensi memakan makanan selingan sebanyak 1-2 kali/ hari (71,4%). Orang dengan frekuensi mema-kan camilan yang tinggi akan mengalami peningkatan IMT yang signifikan yaitu melebihi 85 per-sentil. Peningkatan ini disebabkan karena pening-katan frekuensi mengonsumsi camilan akan me-ningkatkan asupan kalori total per harinya.20

Melewatkan sarapan akan mengakibatkan metabolisme tubuh menjadi lambat, dilihat dari ha-sil penelitian lebih banyak responden yaitu 66,7% yang waktu makan siang pukul 13.00-14.00 yang dimana waktu ideal makan siang adalah pukul 12.00-12.59. Pergeseran waktu makan ini dapat dipengaruhi oleh perubahan jam biologis tubuh akibat melewatkan sarapan, hal ini dapat menim-bulkan obesitas akibat ketidakmampuan membakar kalori berlebihan saat makan siang.17

  • 7.    SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan melewatkan sarapan terhadap kejadian overweight dan obesitas pada mahasiswa kedokteran universitas udayana menunjukkan ada-nya hubungan yang signifikan antara melewatkan sarapan dengan kejadian overweight dan obesitas pada mahasiswa. Mahasiswa yang melewatkan sarapan didapatkan lebih banyak yang mengalami obesitas dibandingkan yang sarapan. Melewatkan sarapan akan mempengaruhi pergeseran waktu makan siang yang berpengaruh terhadap kebiasaan memakan makanan berkalori tinggi serta menu-runkan aktivitas olahraga yang pada akhirnya akan meningkatkan terjadinya kejadian overweight dan obesitas.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Riskesdas. HasilbUtamaoRiskesdas 2018. Jakarta: Badan PenelitianfdanfPengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2018.h. 10-23

  • 2.    Collaboration,0NRF.bTrends In Adult Body-MassbIndex In 200 Countrie From 1975-2014; A PooledbAnalysis     Of     1698     Population-

BasedbMeasurementbStudies With 19,2 Mil-lionbParticipants. Lanset. 2016;387:1377-96

  • 3.    Sudargo, T. Pola MakannDan Obesitas. Yog-yakarta: UGM Press. 2016.h.34-41

  • 4.    Tee,    E.S.    BreakfastbConsumption    Among

MalaysianbPrimarybAndbSecondaryc         School

ChildrenbAndbRelationship    WithBody    Weight

StatusbFindings FromxThe My_breakfast Study. Asia0Pacific.nJ Clinical Nutrition. 2018;27:421-432

  • 5.    Arraniri, Mohammad.0Desmawati. Dinda, Aprilia.

HubunganmKebiasaan Sarapan,Dan Asupan Kalori0Dengan PersentasemLemak Tubuh0Pada MahasiswabProdibProfesi Dok-terbFakultasbKedokteranbUniversitas Andalas Angkatan 2013-2015. JbKesehatan Andalas. 2017;6(2):265-9

  • 6.    Alhilabi, HananoS. Payne, 0Anne.xThe ImpactxOf SkippingxBreakfastxOn The Body WeightxOf ChildrenxAnd0Young People In Saudi Arabia: A SystematicxReview. Arab J Nutrition And Exercise. 2018;3(3): 68-75

  • 7.    Kumalasari, N. D., Hanifah, D. Kholifah, S. HubungannPola Makan Dengan Indeks MassaxTubuh Pada Remaja. Malang: J Stikes Kendedes. 2018;2(1):2-6

  • 8.    Zhang,bYi. Liu, Ju. Yao, Jianliang dkk. Obesity: PathophysiologybAndbIntervention.    J Nutrient.

2014;6:5153-83.

  • 9.    Farr,.O.M.b0Gavrieli,bA.0&bMantzoros,vC.S.Leptinko ApplicationsxoIno2015:oWhatoHaveWexLearnedvAbo utbLeptin.bHHSoPublic Ac-cess. 2015;22(5):353-359.

  • 10.    AKG. AngkacKecukupan GizixEnergi, Pro-tein,xLemak,cMineralxdan     Vitaminxyang     di

AnjurkanxBagi Bangsa Indonesia. Lampiran Peraturan MenterivKesehatan Republik Indo-nesia Nomor 75 Tahun 2013. 2013.h.6-8

  • 11.    Marmi.bGizixDalamcKesehatan          Reproduksi.

Yogjakarta: Pustaka Pelajar. 2014.h.46-55

  • 12.    Soedibyo,     Soepardi     &     HenrycGunawan.

KebiasaannSarapan di KalanganoAnak Usia SekolahkDasarbdi PoliklinikkUmum Departe-men Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. J Sari Pediatri. 2009;11(1):67-70

  • 13.    Hardinsyah.   Sarapan0Sehat Salah Satu Pilar

Gizi0Seimbang. Simposium Nas Sarpan Sehat. Jakarta. 8 Januari 2013

  • 14.    Kemenkes RI. Riskesdas 2010. Jakarta: Badan Penelitianndan Pengembangan Kesehatan Ke-mentrian Kesehatan RI. 2010.h.165-6

  • 15.    Jakubowicz,bD.0Wainstein,   J.kLandau Z dkk.

InfluencesbOfmBreakfastbOnbClockcGenebExpression xAnd       Postprandial       Glycemia       In

HealthybIndividualsxAnd           IndividualsxWith

Diabetes:vAbRandomizedbClinicalbTrial. Diabetes Care. 2017;40(11):1573–9

  • 16.    Rosyidah,bZia      &      Andrias,xDini      Ririn.

JumlahbUangbSaku dan Kebiasaan Melewat-kan Sarapan      Berhubunganbdengan      StatusxGizi

LebihxAnakxSekolahxDasar. J MediaxGizi In-donesia. 2015;10(1):1-6

  • 17.    Kurdanti,xWeni.xSuryani,mmisti.xsyamsiatun, nurulxhuda    dkk.    Faktor-faktorxyang    mem-

pengaruhixkejadianxobesitasbpadamremaja. J Gizi Klinik Indonesia. 2015;4(11):181-9

  • 18.    Lani,xApril.vMargawati,bAni. Fitranti,bDeny Y. HubunganoFrekuensinSarapan      dan      Kon-

sumsibJajanbdengan      Z-scoreeIMT/U      Pada

SiswabSekolahbDasar. J Nutrition Colledge. 2017;6(4):279-83

  • 19.    Watanabe,bYoko. Isao, Saito. Ikuyo, Henmi. SkippingbBreakfast Is CorrelatednWith Obe-sity. J RuraloMed. 2014;9(2):51–58

  • 20.    Bo, Raijmakers. Nutrition in0Childhood. InL Mahan LbK & Escott-Stump    S.bKrause’s    food

and0Nutrition0therapy international edition. Missouri: Elsevier. 2016:220-245

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i3.P17

121