PREVALENSI DEPRESI DAN GANGGUAN CEMAS PADA MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2020 DALAM MASA PANDEMI COVID-19
on
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 12 NO.4,APRIL, 2023
DOAJ
DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS
Diterima: 15-12-2022 Revisi: 30-02-2023 Accepted: 25-04-2023
PREVALENSI DEPRESI DAN GANGGUAN CEMAS PADA MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2020 DALAM MASA PANDEMI COVID-19
Sulistio Ivena Clairine1, Ni Ketut Putri Ariani2, Ni Ketut Sri Diniari3
-
1 . Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
Departemen/Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Pandemi COVID-19 berdampak pada kesehatan mental mahasiswa kedokteran. Perubahan pembelajaran dari offline ke online menimbulkan permasalahan akademis pada mahasiswa. Banyaknya tugas mahasiswa kedokteran bersamaan dengan kekhawatiran terinfeksi COVID-19, keadaan sosial yang terbatas, dan informasi COVID-19 yang tak terbatas dapat memicu kejadian depresi dan cemas pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi depresi dan gangguan cemas pada mahasiswa preklinik fakultas kedokteran Universitas Udayana selama pandemi COVID-19. Penelitian ini berupa penelitian observasional dengan desain crosssectional. Alat penelitian menggunakan kuesioner online dan disebarkan menggunakan google form kepada mahasiswa kedokteran semester I hingga VII. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi depresi pada mahasiswa kedokteran 17,3% dan gangguan cemas 53,8%. Prevalensi depresi dan gangguan cemas ditemukan lebih tinggi pada mahasiswa semester I, perempuan, tinggal bersama orang tua, mengakses berita COVID-19 >1jam/hari, riwayat keluarga positif COVID-19 dan memiliki problem akademis. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi depresi pada mahasiswa kedokteran selama pandemi COVID-19 rendah sedangkan tinggi untuk gangguan cemas.
Kata kunci : COVID-19, depresi, gangguan cemas, mahasiswa kedokteran
ABSTRACT
COVID-19 pandemic has a significant impact on the mental health of medical students. The change in the learning environment and activities from offline to online generates academic problems for students. The mounted tasks for medical students as well as the fear of being infected with COVID-19, limited social conditions, and unlimited information about COVID-19 can trigger depression and anxiety in students. This study aimed to determine the prevalence of depression and anxiety disorders in Universitas Udayana medical faculty preclinical students during the COVID-19 pandemic. This study is an observational study with a cross-sectional design. The research tool being used was an online questionnaire and was distributed using google form to medical students in 1st to 7th semesters. The results showed that the prevalence of depression in medical students was 17.3% and anxiety disorders were 53.8%. The prevalence of depression and anxiety disorders was found to be higher in 1st-semester students, women, living with parents, accessing COVID-19 news > 1 hour/day, have a history of members of the family being positive of COVID-19, and have academic problems. It can be concluded that the prevalence of depression in medical students during the COVID-19 pandemic is low while on the other hand, the prevalence of anxiety disorders is high.
Keywords : COVID-19, depression, anxiety, medical students
PENDAHULUAN
Infeksi virus corona atau Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) melanda dunia dan memengaruhi kehidupan seluruh manusia selama tahun 2020.1 Pada bulan September 2020 terdapat 29,7 juta kasus terkonfirmasi di seluruh dunia, sedangkan di Indonesia mencapai angka 236.519 positif COVID-19.2,3 Setelah ditetapkan oleh WHO sebagai pandemi pada Maret 2020 berbagai kegiatan manusia dihentikan guna mengurangi persebaran infeksi dari manusia ke manusia.4,5 Indonesia mengadakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada 17 April 2020 melalui peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan dan kegiatan di fasilitas umum.6 Berbagai universitas mulai menerapkan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) termasuk Universitas Udayana pada bulan Maret 2020.
Dampak COVID-19 terhadap kesehatan mental dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia termasuk mahasiswa kedokteran.7 Kejadian tidak terprediksi seperti PJJ dan ketidakpastian kelanjutan akademik adalah faktor resiko gangguan kesehatan mental mahasiswa kedokteran.8 Selain itu, perubahan mendadak dari tatap muka menjadi online, peniadaan kegiatan praktek, evaluasi dan penugasan online, social distancing, hingga masalah keluarga dapat memengaruhi kesehatan mental mahasiswa kedokteran.8 Banyaknya kasus COVID-19 juga menimbulkan kekhawatiran terinfeksi COVID-19 dan ketakutan kehilangan keluarga terdekat.9 Ditambah dengan paparan informasi dari berbagai sosial media menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan.10
Prevalensi global gangguan cemas pada mahasiswa kedokteran mencapai 33,8% dan depresi mencapai 28%.11,12 Depresi dan gangguan cemas adalah masalah mental utama pada mahasiswa kedokteran.13 Oleh karena itu penelitan ini dilakukan untuk mengevaluasi serta mengetahui prevalensi depresi dan gangguan cemas pada mahasiswa preklinik dalam masa pandemi COVID-19. Besar harapan penelitian ini mampu meningkatkan perhatian akan kesehatan mental mahasiswa kedokteran. Penelitian ini akan dilakukan menggunakan kuisioner online dan dibagikan kepada seluruh mahasiswa preklinik di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
BAHAN DAN METODE
Metode penelitian ini menggunakan observasional deskriptif dengan desain cross-sectional yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana bulan Oktober 2020. Populasi terjangkau adalah mahasiswa kedokteran preklinik semester I, III, V dan VII di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Sampel penelitian berjumlah 284 orang. Sampel merupakan mahasiswa kedokteran preklinik semester I, III, V, dan VII yang dipilih menggunakan teknik probability sampling tipe proportionate stratified random sampling. Variabel bebas berupa jenis kelamin, jenjang
semester, tempat tinggal, lama akses berita COVID-19, riwayat keluarga atau kerabat dengan COVID-19, dan problem akademis dalam masa pandemi. Variabel tergantung berupa tingkat depresi dan gangguan cemas.
Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Beck Depression Inventory (BDI) dan Beck Anxiety Inventory (BAI) yang dibagikan melalui link google form pada ruang chat di aplikasi Line. Responden terlebih dahulu dimintai informed consent sebagai bukti persetujuan menjadi sampel penelitian yang dilanjutkan dengan pengisian kuesioner. Data yang sudah terkumpul dianalisis univariat menggunakan IBM SPSS Statistic versi 25. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan mahasiswa kedokteran preklinik yang menjadi sampel penelitian sejumlah 284 orang. Distribusi sampel pada Tabel 1 menunjukkan jenis kelamin didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 187 orang atau 65,8%. Mahasiswa semester III memiliki jumlah terbanyak yaitu 73 orang, namun mahasiswa semester lainnya tidak berbeda jauh banyak. Dalam masa pandemi ini mahasiswa yang tinggal bersama dengan orang tua lebih banyak yaitu 251 orang atau 88,4% dibanding mahasiswa yang tinggal sendiri di kos atau tempat lain hanya 33 orang (11,6%). Sebanyak 90,8% mahasiwa mengakses berita mengenai COVID-19 setiap harinya <1 jam, dan hanya 26 orang yang mengakses berita COVID-19 >1jam/hari. Terdapat 54 orang mahasiswa yang memiliki keluarga dengan positif COVID-19, sedangkan 230 sisanya tidak memiliki. Problem akademis dialami oleh 29,9% mahasiswa dalam masa pandemi COVID-19 dan 70,1% lainnya tidak mengalami. Selain itu sebanyak 17,3% mahasiswa mengalami depresi dan 53,8% mengalami gangguan cemas.
Data tersebut, dilakukan uji statistik yang pertama yaitu uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan nilai p < 0,05 yang artinya data tidak terdistribusi normal.
Tabel 2 menunjukkan prevalensi depresi pada mahasiswa preklinik fakultas kedokteran universitas udayana. Mahasiswa semester I memiliki prevalensi depresi tertinggi (30,6%) dengan jumlah 22 orang. Prevalensi depresi pada mahasiswa perempuan (21,4%) lebih tinggi dibandingkan pada mahasiswa laki-laki (9,3%). Mahasiswa yang tinggal bersama orang tua (18,0%) mengalami gejala depresi lebih tinggi dibandingkan yang tinggal sendiri di kos atau tempat lain (12,1%). Mahasiswa yang mengakses berita COVID-19 >1 jam/hari (23,0%) mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan yang <1 jam/hari (16,6%). Mahasiswa yang memiliki keluarga atau kerabat dengan positif COVID-19 (22,3%) mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki (16,1%). Mahasiswa dengan problem akademis dalam masa pandemi COVID-19 (34,1%) mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki (10%).
Tabel 1 Distribusi subyek penelitian
Variabel |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Jenis kelamin Laki-laki |
97 |
34,2 |
Perempuan Semester |
187 |
65,8 |
Semester I |
72 |
25,4 |
Semester III |
73 |
25,7 |
Semester V |
71 |
25 |
Semester VII Tempat tinggal dalam masa |
68 |
23,9 |
pandemi COVID-19 Bersama dengan orang tua Sendiri di kos atau |
251 |
88,4 |
tempat lain Mengakses berita COVID-19 |
33 |
11,6 |
<1 jam/hari |
258 |
90,8 |
>1 jam/hari Keluarga positif COVID-19 |
26 |
9,2 |
Ada |
54 |
19,0 |
Tidak ada Problem akademis dalam |
230 |
81,0 |
masa pandemi COVID-19 Ada |
85 |
29,9 |
Tidak ada |
199 |
70,1 |
Depresi Normal |
235 |
82,7 |
Ringan |
27 |
9,5 |
Sedang |
15 |
5,3 |
Berat |
7 |
2,5 |
Gangguan cemas Normal |
131 |
46,1 |
Ringan |
87 |
30,6 |
Sedang |
50 |
17,6 |
Berat |
16 |
5,6 |
Tabel 3 menunjukkan prevalensi gangguan cemas pada mahasiswa preklinik fakultas kedokteran universitas udayana. Mahasiswa semester I memiliki prevalensi cemas tertinggi (75,0%) dibandingkan mahasiswa semester III (46,5%) V(43,7) dan VII(50,0%). Prevalensi cemas pada mahasiswa perempuan (60,4%) lebih tinggi dibandingkan pada mahasiswa laki-laki (41,3%). Mahasiswa yang tinggal bersama orang tua (54,2%) mengalami gangguan cemas sedikit lebih tinggi dibandingkan yang tinggal sendiri di kos atau tempat lain (51,5%). Prevalensi cemas pada mahasiswa yang mengakses berita COVID-19 >1 jam/hari (69,3%) lebih tinggi dibandingkan yang <1 jam/hari (52,3%).
Mahasiswa yang memiliki keluarga atau kerabat dengan positif COVID-19 (61,2%) mengalami cemas lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki (52,2%). Mahasiswa dengan problem akademis selama dalam masa pandemi COVID-19 (72,9 %) mengalami cemas lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki (45,7%).
Tabel 2 Prevalensi depresi | ||||
Variabel |
Normal n(%) |
Depresi |
Berat n(%) | |
Ringan n(%) |
Sedang n(%) | |||
Semester | ||||
50 |
13 |
3 | ||
Semester I |
(69,4) |
(18,1) |
6 (8,3) |
(4,2) |
57 |
3 | |||
Semester III |
(78,1) |
7 (9,6) |
6 (8,2) |
(4,1) |
65 |
1 | |||
Semester V |
(91,5) |
3 (4,2) |
2 (2,8) |
(1,4) |
63 |
0 | |||
Semester VII |
(92,6) |
4 (5,9) |
1 (1,5) |
(0,0) |
Jenis | ||||
Kelamin | ||||
88 |
0 | |||
Laki-laki |
(90,7) |
5 (5,2) |
4 (4,1) |
(0,0) |
147 |
11 |
7 | ||
Perempuan |
(78,6) |
22 (1,8) |
(5,9) |
(3,7) |
Tempat | ||||
tinggal | ||||
dalam masa | ||||
pandemi | ||||
COVID-19 | ||||
Bersama |
206 |
15 |
6 | |
orang tua |
(82,1) |
24 (9,6) |
(6,0) |
(2,4) |
Sendiri di | ||||
kos/tempat |
29 |
1 | ||
lain |
(87,9) |
3 (9,1) |
0 (0,0) |
(3,0) |
Mengakses | ||||
berita | ||||
COVID-19 | ||||
215 |
15 |
6 | ||
<1 jam/hari |
(83,3) |
22 (8,5) |
(5,8) |
(2,3) |
20 |
1 | |||
>1jam/hari |
(76,9) |
5 (19,2) |
0 (0,0) |
(3,8) |
Riwayat | ||||
keluarga | ||||
positif | ||||
COVID-19 | ||||
42 |
2 | |||
Ada |
(77,8) |
5 (9,3) |
5 (9,3) |
(3,7) |
193 |
10 |
5 | ||
Tidak ada |
(83,9) |
22 (9,6) |
(4,3) |
(2,2) |
Problem | ||||
akademis | ||||
dalam masa | ||||
pandemi | ||||
COVID-19 | ||||
56 |
16 |
9 |
4 | |
Ada |
(65,9) |
(18,8) |
(10,6) |
(4,7) |
179 |
3 | |||
Tidak ada |
(89,9) |
11 (5,5) |
6 (3,0) |
(1,5) |
Tabel 3 Prevalensi gangguan cemas
Variabel |
Gangguan Cemas | |||
Normal |
Ringan |
Sedang |
Berat | |
n (%) |
n (%) |
n (%) |
n (%) | |
Semester |
18 |
21 |
23 |
10 |
Semester I |
(25,0) |
(29,2) |
(31,9) |
(13,9) |
39 |
19 |
12 | ||
Semester III |
(53,4) |
(26,0) |
(16,4) |
3 (4,1) |
40 |
21 | |||
Semester V |
(56,3) |
(29,6) |
8 (11,3) |
2 (2,8) |
34 |
26 | |||
Semester VII Jenis |
(50,0) |
(38,2) |
7 (10,3) |
1 (1,5) |
Kelamin |
57 |
26 |
12 | |
Laki-laki |
(58,8) |
(26,8) |
(12,4) |
2 (2,1) |
74 |
61 |
38 |
14 | |
Perempuan Tempat tinggal dalam masa pandemi COVID-19 |
(39,6) |
(32,6) |
(20,3) |
(7,5) |
Bersama |
115 |
79 |
43 |
14 |
orang tua Sendiri di |
(45,8) |
(31,5) |
(17,1) |
(5,6) |
kos/tempat |
16 |
8 | ||
lain Mengakses berita |
(48,5) |
(24,2) |
7 (21,2) |
2 (6,1) |
COVID-19 |
123 |
75 |
46 |
14 |
<1 jam/hari |
(47,7) |
(29,1) |
(17,8) |
(5,4) |
12 | ||||
>1jam/hari Riwayat keluarga positif |
8 (30,8) |
(46,2) |
4 (15,4) |
2 (7,7) |
COVID-19 |
21 |
19 |
7 | |
Ada |
(38,9) |
(35,2) |
7 (13,0) |
(13,0) |
110 |
68 |
43 | ||
Tidak ada Problem akademis dalam masa |
(47,8) |
(29,6) |
(18,7) |
9 (3,9) |
pandemi COVID-19 |
23 |
29 |
25 | |
Ada |
(27,1) |
(34,1) |
(29,4) |
8 (9,4) |
108 |
58 |
25 | ||
Tidak ada |
(54,3) |
(29,1) |
(12,6) |
8 (4,0) |
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan prevalensi mahasiswa preklinik fakultas kedokteran Universitas Udayana yang mengalami gejala depresi dalam masa pandemi COVID-19
adalah 17,3% sedangkan yang mengalami gangguan cemas adalah 53,8%. Depresi pada mahasiswa didominasi depresi ringan sebanyak 9,5% sedangkan depresi sedang 5,3% dan depresi berat 2,5%. Mahasiswa yang mengalami gangguan cemas didominasi dengan gangguan cemas ringan sebanyak 30,6%, sedang 17,6% dan berat 5,6%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Liu pada sebuah universitas di China dimana prevalensi depresi 35,5% sedangkan cemas hanya 22,1%.14 Perbedaan prevalensi depresi dan cemas dikarenakan sampel dan kusioner yang digunakan berbeda. Liu menggunakan kuisioner Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) dan Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), serta sampel mahasiswa di China memiliki karakteristik yang berbeda dengan Udayana.14
Menurut peneliti, tingginya prevalensi cemas dalam masa pandemi COVID-19 terjadi karena mahasiswa kedokteran Udayana melakukan pembelajaran, ujian dan penugasan yang banyak secara online. Sekitar 2-3 minggu sekali, mahasiswa akan menghadapi ujian blok secara online. Banyaknya bahan pelajaran berdampingan dengan sedikitnya waktu untuk belajar memicu peningkatan kecemasan pada mahasiswa. Selain itu kecemasan yang terjadi karena pandemi COVID-19, melihat tingginya kasus dan takutnya terinfeksi juga dapat dialami oleh mahasiswa kedokteran. Seperti penelitian sebelumnya bahwa seringnya ujian dan tingginya beban kerja merupakan akademis stresor yang menyebabkan kecemasan. Namun perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kecemasan yang tinggi pada mahasiwa kedokteran dalam masa pandemi COVID-19.
Pada penelitian ini terdapat jumlah sampel 284 dengan pembagian berdasarkan jenis kelamin laki-laki 97 orang dan perempuan 187 orang. Didapatkan prevalensi depresi dan cemas yang lebih tinggi pada mahasiswa perempuan (11,4% dan 60,4%) dibandingkan laki-laki (9,3% dan 41,3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Nakhostin-Ansari dimana kecemasan lebih sering terjadi pada perempuan.15 Penelitian oleh Sartorao juga menyatakan perbedaan yang signifikan pada tingkat depresi dan cemas perempuan dan laki-laki.16 Namun berbeda dari penelitian oleh Cao yang mengatakan tidak ada perbedaan signifikan pada kecemasan perempuan dan laki-laki.17
Menurut peneliti, perbedaan tersebut bergantung pada mekanisme coping stresor pada masing-masing jenis kelamin. Keterkaitan perubahan hormon pada perempuan juga menjadi indikator pengingkatan depresi dan cemas. Namun perlu penelitian lebih lanjut hubungan jenis kelamin dengan depresi dan kecemasan pada mahasiswa kedokteran di Udayana.
Pada hasil penelitian ini didapatkan hasil prevalensi depresi dan gangguan cemas tertinggi pada semester I (30,6% dan 75%). Prevalensi depresi tertinggi selanjutnya diikuti oleh semester III (21,9%), sedangkan gangguan cemas pada semester VII (50%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cao dimana prevalensi depresi dan cemas tertinggi dialami oleh mahasiswa tingkat
-
2 atau semester III, selain itu tidak terdapat signifikan perbedaan depresi dan cemas pada setiap semester.17
Menurut peneliti, perbedaan hasil tersebut terjadi karena perbedaan karekteristik sampel penelitian. Saat penelitian dilakukan, mahasiswa kedokteran semester I Udayana berada pada tahap pengenalan terhadap kampus, dimana terdapat transisi kebiasaan, penugasan orientasi kampus, penyesuaiaan kampus dan cara belajar, pelajaran kedokteran yang baru, dan sosialisasi pertemanan yang terbatas karena pandemi COVID-19. Hal ini tentu memiliki makna dalam peningkatan depresi dan cemas pada mahasiswa semester I. Namun pada kelanjutannya, penelitian terhadap hubungan jenjang semester terhadap prevalensi depresi dan cemas perlu dilakukan.
Pada hasil penelitian ini didapatkan prevalensi depresi dan gangguan cemas mahasiswa kedokteran yang tinggal bersama orang tua dalam masa pandemi COVID-19 lebih tinggi (18,0% dan 54,2%) dibandingkan dengan mereka yang tinggal sendiri di kos atau tempat lain (12,1% dan 51,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Islam, dimana mahasiswa di Bangladesh yang tinggal bersama orang tua mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan yang tidak tinggal bersama orang tua.18 Namun berbeda dengan penelitian Cao yang menunjukkan prevalensi depresi dan cemas lebih rendah pada mahassiswa yang tinggal bersama dengan orang tua.17
Menurut peneliti hal ini depresi dan cemas yang tinggi pada mahasiswa yang tinggal bersama keluarga terjadi karena tekanan keluarga dan tekanan kewajiban di rumah yang dirasakan setiap saat oleh mahasiswa selama mereka menjalani perkuliahan online, tidak ada aktivitas luar bersama dengan teman-teman karena kondisi pandemi COVID-19. Namun keterkaitan depresi dan cemas mahasiswa kedokteran Udayana terhadap keberadaan tinggal bersama keluarga perlu ditinjau kembali dengan penelitian lebih lanjut.
Pada penelitian ini didapatkan hasil prevalensi depresi dan cemas pada mahasiswa yang mengakses berita COVID-19 >1 jam/hari lebih tinggi (23,0% dan 69,3%) dibandingkan yang mengakses <1 jam/hari (16,6% dan 52,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Li dimana prevalensi depresi dan cemas lebih tinggi pada populasi yang menghabiskan lebih dari 1 jam/hari melihat berita COVID-19 dibandingkan yang hanya kurang dari 5 menit/hari.9 Didapatkan pula signifikan perbedaan yang berhubungan terhadap penggunaan waktu dihabiskan untuk mengakses berita COVID-19.
Menurut peneliti hal ini terjadi karena paparan berita COVID-19 yang berlebihan setiap harinya menimbulkan kepanikan dan depresi. Berita COVID-19 menimbulkan ketakutan karena kasus yang terus naik dam kegusaran karena dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan karena pandemi COVID-19. Sesuai dengan penelitian oleh Dubey yang mengatakan bahwa informasi dan berita yang berbeda-beda dari berbagai sosial media dapat memicu kelainan mental, termasuk depresi dan cemas.10 Namun hubungan
antara waktu akses berita COVID-19 dengan depresi dan cemas pada mahasiswa kedokteran Udayana perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Pada penelitian ini didapatkan hasil prevalensi depresi dan cemas yang lebih tinggi pada mahasiswa dengan riwayat keluarga positif COVID-19 (22,3% dan 61,2%) dibandingkan mahasiswa yang tidak memiliki keluarga positif COVID-19 (16,1% dan 52,2%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Li, dimana populasi mengalami depresi dan cemas yang lebih tinggi karena khawatir dirinya dan orang yang disayangi terinfeksi oleh COVID-19.9 Penelitian oleh Cao juga menyatakan hal yang sama, dimana riwayat kerabat yang terinfeksi COVID-19 merupakan faktor resiko mengalami cemas.17
Menurut peneliti, keberadaan keluarga atau kerabat yang positif COVID-19 berdampak terhadap kekhawatiran untuk terinfeksi COVID-19. Peningkatan kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar dan penerapan karantina pribadi karena keluarga yang terkena COVID-19 akan menimbulkan kecemasan yang berlebih. Selain itu ketakutan kehilangan orang yang disayang karena COVID-19 juga dapat menimbulkan depresi dan cemas. Namun perlu penelitian lebih lanjut terkait hubungan antara riwayat keluarga positif COVID019 dengan depresi dan cemas pada mahasiswa kedokteran Udayana.
Pada penelitian ini didapatkan hasil prevalensi depresi dan cemas yang lebih tinggi pada mahasiswa kedokteran dengan problem akademis selama COVID-19 (34,1% dan 72.9%) dibandingkan mahasiswa yang tidak memiliki problem akademis (10,0% dan 45,7%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa problem akademis baik itu tugas maupun administrasi perkulihan yang tertunda karena pandemi COVID-19 dan proses pembelajan online, dapat meningkatkan depresi dan kecemasan pada mahasiswa.14,15
Menurut peneliti, hal ini terjadi karena banyaknya keterbatasan ketika sistem pembelajaran diubah dari offline menjadi online. Berbagai tugas dan ujian dilakukan secara online. Hal ini memungkinkan penundaan atau perubahan beberapa tugas dan pembelajaran karena kesulitan pelaksanaan secara online. Ilmu praktis yang tidak dapat dilakukan karena kondisi pandemi membuat mahasiswa kedokteran merasa kurang kompeten. Masalah-masalah tersebut dapat menimbulkan depresi dan cemas pada mahasiswa. Namun perlu penelitian lebih lanjut terkait hubungan depresi dan cemas pada mahasiswa kedokteran Udayana dengan problem akademis.
SIMPULAN DAN SARAN
Pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa prevalensi depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2020 dalam masa pandemi COVID-19 sebesar 17,3% dan gangguan cemas sebesar 53,8%. Prevalensi depresi dan gangguan cemas didominasi pada mahasiswa Semester I (30,6% dan 75%), mahasiswa berjenis kelamin perempuan
(21,4% dan 60,4%), mahasiswa yang tinggal bersama orang tua dalam masa pandemi COVID-19 (18,0% dan 54,2%), mahasiswa yang mengakses berita COVID-19 >1jam/hari (23,0% dan 69,3%), mahasiswa dengan riwayat keluarga positif COVID-19 (22,3% dan 61,2%) dan mahasiswa dengan problem akademis selama COVID-19 (34,1% dan 72,9%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disarankan untuk melaksanakan penelitian lanjutan mengenai hubungan pandemi COVID-19 terhadap depresi dan gangguan cemas pada mahasiswa kedokteran preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Haleem A, Javaid M, Vaishya R. Effects of COVID-19 pandemic in daily life. Curr Med Res Pract [Internet]. 2020;10(2):78–9. Tersedia pada:
https://doi.org/10.1016/j.cmrp.2020.03.011
-
2. WHO. WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard [Internet]. 2020 [dikutip 17 September 2020]. Tersedia pada: https://covid19.who.int/
-
3. Satgas Covid-19. Data Sebaran Indonesia [Internet]. 2020 [dikutip 18 September 2020]. Tersedia pada: https://covid19.go.id/
-
4. WHO, Aylward, Bruce (WHO); Liang W (PRC). Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). WHO-China Jt Mission Coronavirus Dis 2019. 2020;
-
5. CDC. CDC Confirms Person-to-Person Spread of New Coronavirus in the United States [Internet]. 2020 [dikutip 21 September 2020]. Tersedia pada: https://www.cdc.gov/media/releases/2020/p0130-coronavirus-spread.html
-
6. Menteri Kesehatan RI. Permenkes 9 2020 Pedoman PSBB Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 [Internet]. https://covid19.go.id/p/regulasi/permenkes-no-9-tahun-2020-tentang-pedoman-psbb-dalam-rangka-percepatan-penanganan-covid-19. 2020. Tersedia pada: https://covid19.go.id/p/regulasi/permenkes-no-9-tahun-2020-tentang-pedoman-psbb-dalam-rangka-percepatan-penanganan-covid-19
-
7. Chandratre S. Medical Students and COVID-19: Challenges and Supportive Strategies. J Med Educ Curric Dev. 2020;
-
8. Sahu P. Closure of Universities Due to Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Impact on Education and Mental Health of Students and Academic Staff. Cureus. 2020;2019(4):4–9.
-
9. Li J, Yang Z, Qiu H, Wang Y, Jian L, Ji J, dkk. Anxiety and depression among general population in China at the peak of the COVID-19 epidemic. World Psychiatry. 2020.
-
10. Dubey S, Biswas P, Ghosh R, Chatterjee S, Dubey MJ, Chatterjee S, et al. Psychosocial impact of COVID-19. Diabetes Metab Syndr Clin Res Rev. 2020;
-
11. Puthran R, Zhang MWB, Tam WW, Ho RC. Prevalence of depression amongst medical students: A metaanalysis. Med Educ. 2016;50(4):456–68.
-
12. Quek TTC, Tam WWS, Tran BX, Zhang M, Zhang Z, Ho CSH, et al. The global prevalence of anxiety among medical students: A meta-analysis. Int J Environ Res Public Health. 2019;16(15):1–19.
-
13. Fawzy M, Hamed SA. Prevalence of psychological stress, depression and anxiety among medical students in Egypt. Psychiatry Res [Internet]. 2017;255:186–94. Tersedia pada:
http://dx.doi.org/10.1016/j.psychres.2017.05.027
-
14. Liu J, Zhu Q, Fan W, Makamure J, Zheng C, Wang J. Online Mental Health Survey in a Medical College in China During the COVID-19 Outbreak. Front Psychiatry. 2020;
-
15. Nakhostin-Ansari A, Sherafati A, Aghajani F, Khonji MS, Aghajani R, Shahmansouri N. Depression and anxiety among iranian medical students during COVID-19 pandemic. Iran J Psychiatry. 2020;15(3)
-
16. Sartorao Filho CI, Rodrigues WC de LV, Beauchamp de Castro R, Marcal AA, Pavelqueires S, Takano L, et al. IMPACT OF COVID-19 PANDEMIC ON MENTAL HEALTH OF MEDICAL STUDENTS:A CROSS-SECTIONAL STUDY USING GAD-7 AND PHQ-9 QUESTIONNAIRES. medRxiv. 2020;
-
17. Cao W, Fang Z, Hou G, Han M, Xu X, Dong J, et al. The psychological impact of the COVID-19 epidemic on college students in China. Psychiatry Res. 2020;287(112934)
-
18. Islam MA, Barna SD, Raihan H, Khan MNA, Hossain MT. Depression and anxiety among university students during the COVID-19 pandemic in Bangladesh: A webbased cross-sectional survey. PLoS One [Internet]. 2020;15(8):e0238162. Tersedia pada:
http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0238162
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2023.V12.i4.P14
88
Discussion and feedback