ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.9,SEPTEMBER, 2020



Diterima:09-08-2020 Revisi:12-08-2020 Accepted: 12-09-2020

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMA PGRI 4 DENPASAR

Dewa Ayu Arisanti 1, Luh Nyoman Alit Aryani 2

1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Bagian Kedokteran Jiwa FK UNUD/RSUP Sanglah

Korespoding author: Dewa Ayu Arisanti Email: [email protected] ABSTRAK

Latar Belakang: Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun. Umumnya merokok dimulai saat remaja, diawali dari rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Setelah mencoba rokok pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasan-alasan seperti kebiasaan, mampu menurunkan kecemasan dan merasa lebih tenang. Remaja mulai merokok ketika usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada tahun 2010. Prevalensi merokok meningkat dari 27% pada tahun 1995 menjadi 36,1% pada tahun 2011. Pada tahun 1970 konsumsi rokok di Indonesia berjumlah 30 miliar batang rokok, sedangkan pada tahun 2009 jumlah tersebut meningkat secara drastis menjadi 260 miliar batang rokok, pada tahun 2010 menjadi 270 miliar batang rokok. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 4 Denpasar selama sebulan, dari bulan Maret 2016 hingga April 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Hasil : hasil penelitian yang didapat adalah kejadian remaja yang memiliki perilaku merokok sebesar 13,0% (18 responden) dari 138 responden, terbanyak pada laki-laki 10,8%. Dapat disimpulkan dari penelitian ini didapatkan perilaku merokok pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar sebesar 18 orang dari 138 responden.

Kata Kunci: Perilaku Merokok, Merokok, Remaja

ABSTRACT

Background: cigarette consumption has increased rapidly from year to year. Generally, smoking in adolescence, started from curiosity and peer influence. After trying the first cigarette, an individual becomes addicted to smoking, with reasons such as habits, able to reduce anxiety and feel more relax. Smoker beginners started at age 10-14 years and have doubled in the last 10 years from 9.5% in 2001 to 17.5% in 2010. Smoking prevalence increased from 27% in 1995 to 36.1% in 2011. In 1970 the consumption of cigarettes in Indonesia amounted to 30 billion cigarettes, whereas in 2009 the number increased dramatically to 260 billion cigarettes, in 2010 it became 270 billion cigarettes. Method: This study was a descriptive observational study with a cross-sectional approach. The study was conducted at SMA PGRI 4 Denpasar for a month, from March 2016 to April 2016. Data collection was done using questionnaires. Results: The results of the research were obtained were the incidence of adolescents who had smoking behavior is 13.0% (18 respondents) out of 138 respondents, most of them were men 10.8%. It can be concluded from this study that smoking behavior among adolescents in SMA PGRI 4 Denpasar was 18 people out of 138 respondents.

Keywords:            Smoking            Behavior,            Smoking,            Adolescent

PENDAHULUAN

Pola hidup masyarakat di era modern banyak ditemui masyarakat yang merokok. Merokok dikatakan sebagai penyebab terjadinya berbagai macam penyakit seperti kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, dan stroke, rokok dianggap sebagai penyebab utama dari penyakit-penyakit tersebut. 2

Di Hongkong prevalensi merokok yaitu 13,2% pada orang dewasa, dan 6,9% pada remaja pada tahun 2008. Di Amerika 80% mulai merokok pada usia 18 tahun dan 99% mulai merokok sbelum usia 26 tahun. Diperkirakan sekitar 4,5 juta remaja di Amerika adalah perokok. Menurut data dari American Lung Association, diperkirakan bahwa 3900 anak dibawah 18 tahun mulai mencoba rokok pertama mereka dan sekitar 85% dari perokok dewasa mulai merokok sebelum umur 21 tahun.

Pada umumnya merokok dimulai saat remaja, diawali dari rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Setelah mencoba rokok pertama, seseorang akan menjadi ketagihan merokok, dengan alasan kebiasaan, sudah nyaman, mampu menurunkan kecemasan dan merasa lebih tenang. Perokok pemula remaja usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada tahun 2010. Sementara perokok pemula usia 15 - 19 tahun menurun dari 58,9% menjadi 43,3%. 2,3

Komponen psikoaktif pada rokok mampu membuat pengguna akan merasakan perasaan rileks dan keinginan untuk mencoba kembali. Komponen psikoaktif tersebut terbuat dari tembakau yang mengandung nikotin, akan tetapi nikotin malah membuat seseorang menjadi tambah stress. Sebanyak 25 persen nikotin yang diinhalasi saat mengisap rokok akan mencapai darah, setelah itu nikotin akan mencapai otak dalam waktu kira-kira 15 detik, dengan waktu paruh nikotin kira-kira dua jam. 4

Pengaruh nikotin dalam rokok dapat membuat seorang menjadi pecandu atau ketergantungan pada rokok, karena nikotin adalah zat yang sangat toksik. Pada saat awal merokok akan timbul gejala mual, muntah dan pusing.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2020.V9.i9.P02

Selain efek nikotin yang membuat remaja menjadi kecanduan merokok, pengaruh lingkungan sekitar juga mendorong remaja memiliki keinginan untuk merokok kembali.5

Pada penelitian ini dapat diketahui gambaran perilaku merokok pada remaja di SMA PGRI 4 Denpasar. Untuk mengetahui berapa besar kejadian merokok pada remaja dan linkungan remaja. Untuk mengetahui gambaran umum kecanduan nikotin pada remaja yang merokok.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan desain potong-lintang (cross-sectional), pengambilan sampel didapatkan dari SMA PGRI 4 Denpasar pada bulan November 2015 sampai Januari 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling, setiap subyek yang akan diurut sesuai daftar absensi kelas kemudian dian digabungkan dengan daftar nama dari kelas selanjutnya, dan diurut sesuai daftar absensi. Jumlah sampel yang didapatkan 122 orang. Data perilaku merokok didapatkan dengan mengisi kuisioner yang telah disediakan keterhantungan nikotin dapat diukur menggunakan Fagerstrom Tolerance Scale. Tingkat keparahan tersebut dikategorikan sebagai: sangat rendah (0-2), rendah (3-4), sedang (5), tinggi (6-7), sangat tinggi (8-10). Hasil penelitian akan diolah menggunakan SPSS. Pada penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk menganalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi setiap variabel penelitian yaitu perilaku merokok siswa dan lingkungannya dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel. Penelitian ini telah dinyatakan layak secara etik dengan nomor protokol 168.01.1.2016

HASIL PENELITIAN

Keseluruhan total responden sebanyak 138 orang siswa dengan rentang umur 15 tahun sampai 18 tahun. Didapatkan gambaran karakteristik seperti pada Tabel 1

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Subyek

Penelitian di SMA PGRI 4 Denpasar

Umur

n(%)

15 Tahun

20 (14,5)

16 Tahun

68 (49,3)

17 Tahun

47 (34,1)

18 Tahun

3 (2,2)

Total

138 (100)

Jenis Kelamin

n(%)

Laki-laki

51 (37,0)

Perempuan

87 (63,0)

Total

138 (100)

Pada penelitian ini dilakukan pada rentang usia 15 tahun sampai 18 tahun dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berdasarkan table. 1 sebagian besar responden berumur 16 tahun (49,3%) dan berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan 87 orang (63,0%). Responden dapat digolongkan sebagai remaja karena usia remaja menurut BKKBN batasan usia adalah 10-24 tahun.

Perilaku Merokok Responden

Tabel. 2 Gambaran Perilaku Merokok Siswa di SMA PGRI 4 Denpasar

Merokok

n(%)

Iya

18 (13,0)

Tidak

120 ( 87,0)

Total

138 (100)

Berdasarkan table. 2 sebagian besar responden tidak merokok yaitu sekitar 120 orang (87,0%) dan responden yang merokok yaitu sekitar 18 orang (87,0%). Perilaku merokok pada siswa dikatagorikan menjadi dua yaitu iya dan tidak.

Tabel. 3 Gambaran Perilaku Merokok pada Laki-Laki dan Perempuan

JK

Perilaku Merokok

iya

Tidak

Laki – laki

15 (10,87%)

36 (25,09%)

Perempuan

3 (2,17%)

84 (60,87%)

Berdasarkan Tabel 3 sebagian besar yang menyatakan tidak pernah merokok adalah perempuan yaitu sekitar 84 orang (60,87%), dan sebagian besar yang menyatakan pernah merokok adalah laki – laki yaitu sekitar 15 orang (10,87%). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak memiliki perilaku merokok yaitu sekitar 120 orang (87, 0%) sedangkan responden yang merokok sekitar 18 orang (13,0%) dari 138 responden yang mengisi kuisioner. Pada penelitian ini responden yang merokok yaitu 18 orang (13,0%) juga ditanyakan apakah ada pengaruh dari teman sebaya dan hasil menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden yang merokok menjawab bahwa mereka awalnya merokok karena ajakan teman yaitu sekitar 18 orang (13,0%).

Teman Sebaya

Tabel. 4 Gambaran Pengaruh Merokok dari Teman Sebaya

Teman Sebaya

n(%)

Teman

18 (13,0)

Bukan Teman

120 (87,0)

Total

138 (100)

Berdasarkan tabel. 4 sekitar 18 orang (13,0%) mengatakan bahwa mereka merokok karena ajakan dari teman, 18 orang tersebut merupakan remaja yang merokok. Pada suatu penelitian dikatan bahwa teman sebaya memiliki peranan yang penting dalam perilaku merokok pada remaja, pada penelitian tersebut juga dikatakan merokok dapat dianggap cara untuk mendapatkan penerimaan dari rekan-rekannya.2

Ketergantungan Nikotin

Nikotin merupakan salah satu unsur zat yang terkandung didalam rokok dimana nikotin ini merupakan bahan yang bersifat adiktif, yang artinya bahan ini dapat memberi pengaruh ketergantungan secara psikologis. 3,8

Tabel. 5 Gambaran Ketergantungan Nikotin pada Siswa di SMA PGRI 4 Denpasar

KN

n(%)

Tidak

120 (87,0)

Sangat Rendah

10 (7,2)

Rendah

6 (4,3)

Sedang

2 (1,4)

Total

138 (100)

Berdasarkan tabel. 5 sebagian besar siswa tidak mengalami ketergantungan nikotin sebanyak 120 orang (87,0%) akan tetapi pada siswa yang memiliki perilaku merokok sebagian besar ketergantungan nikotin mereka masih dalam kategori sangat rendah yaitu 10 orang (7,2%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan umur sebagian besar responden berumur 16 tahun (49,3%). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 87 orang (63,0%). Pada pengisian kuesioner responden yang berjenis kelamin laki-laki mengaku pernah mencoba rokok sekitar 15 orang (10,87%). Pada salah satu penelitian melaporkan bahwa laki-laki memiliki persentase merokok yang tinggi yaitu sekitar 17% dibandingkan perempuan yang merokok yaitu sekitar 13%. Merokok adalah perilaku beresiko umumnya dimulai pada masa remaja. Perilaku merokok biasanya di dahului oleh niat dan pengaruh disekitarnya. Orang tua dan teman sebaya memiliki peran penting dalam konteks sosial bagi remaja, karena mereka adalah orang-orang yang selalu berada di lingkungan remaja itu sendiri.3,4,8

Kira-kira 17% laki-laki, dibandingkan 13% wanita, dilaporkan merokok satu bungkus rokok perhari atau lebih dalam bulan terakhir. Di antara yang mengisap rokok, kira-kira 61% laki-laki dilaporkan sebagai pemakai berat, dibandingkan dengan 51% pada wanita. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang merokok adalah remaja laki – laki yaitu sekitar 15 orang (10,87%), sedangkan remaja perempuan yang merokok adala sekitar 3 orang (2,17%).

Kecanduan merokok dapat disebabkan oleh kandungan nikotin yang terdapat pada rokok.4,8

Pada hasil penelitian menunjukkan dari 18 orang (13,0%) yang merokok yang memiliki ketergantungan nikotin sangat rendah yaitu 10 orang (7,2%), yang memiliki ketergantungan nikotin rendah yaitu 6 orang (4,3%), sedangkan yang ketergantungan nikotin sedang yaitu 2 orang (1,4%). Dari hasil penelitian responden yang merokok memiliki ketergantungan nikotin yang paling banyak adalah kategori yang sangat rendah yaitu sekitar 10 orang (7,2%).

Adanya perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya dikarenakan keterbatasan dari pengisian kuesioner yang tidak jujur dan pengisian yang tidak sesuai peraturan serta tingkat kehadiran responden yang kurang juga mempengaruhi.

SIMPULAN

Simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu, sebagian remaja di SMA PGRI 4 Denpasar memiliki perilaku merokok di usia muda walaupun tidak begitu banyak kejadian merokok di SMA tersebut diakibatkan karena mereka mengetahui bahaya merokok dan peraturan disekolah yang melarang siswa untuk merokok. Siswa yang memiliki perilaku merokok di SMA PGRI 4 Denpasar sebagian besar dikategorikan ketergantungan nikotin yang sangat rendah, hal tersebut diketahui dari pengukuran menggunakan fagerstrom tolerance scale.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui perilaku merokok dikalangan remaja dengan jumlah sampel yang lebih besar, dan meneliti penyebab semakin meningkatnya perilaku merokok dikalangan remaja serta memberikan edukasi lebih sering tentang bahaya merokok.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Menkes RI. Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan. 2013

  • 2.    Mak, K.K., Ho, S.Y.,Day, J, R. Smoking Of Parents and Best Friend-Independent and Combined Effects on Adolescent

Smoking and Intention to Initiate and Quit Smoking. 2012. [Download from http://ntroxfordjournal.org/by guest on November 13, 2015].

  • 3.    Sadock. B. J., Kaplan. H.I., Grebb. J.A. sinopsis psikiatri. Jilid 1. Binarupa Aksara Publisher. 2010. Hal. 91-98.

  • 4.    Mee, S. Self-Efficacy: A Mediator of Smoking Behavior And Depression among College Student.CNE. 2014.

  • 5.    BKKBN.    Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi. 2012 Available   from:

www.bkkbn.go.id [Accessed 29 oktober 2016].

  • 6.    Wawan, A, dan Dewi, M. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Hal 4855. 2011.

  • 7.    Sarwono, W. S. 2010. Psikologi Remaja . Published by PT Raja Grafindo Persada.

  • 8.    Seo. D. C., Huang Y. Systematic Review of social network Analysis in Adolescent Cigarette Smoking Behavior. American School health Association. 2012.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2020.V9.i9.P02

11