ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 10 NO.4,APRIL , 2021


Diterima: 2020-08-18 Revisi: 2020-12-27 Accepted: 01-04-2021

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN RISIKO KEMUNCULAN SINDROM DE QUERVAIN PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Elvina Veronica1), I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti2), I Putu Gede Adiatmika2) 1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana,

Denpasar, Bali

2 Departemen/Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Bali Koresponding author: Elvina Veronica

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Intensitas penggunaan smartphone mahasiswa termasuk tinggi karena keberadaan smartphone yang menunjang berbagai aktivitas. Banyak efek negatif akibat intensitas penggunaan smartphone berlebih seperti gangguan muskuloskeletal. Sindrom de Quervain adalah kondisi nyeri prosesus stiloideus karena inflamasi atau trauma pada sarung pembungkus sinovial yang menyelubungi otot abductor polllicis longus dan otot extensor pollicis brevis tangan akibat gerakan repetitif berlebih. Penelitian merupakan analitik korelasi metode cross-sectional yang bertujuan mengetahui hubungan intensitas penggunaan smartphone dengan risiko kemunculan sindrom de Quervain pada mahasiswi Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (PSSKPD FK Unud). Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2020 di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan 100 responden mahasiswi PSSKPD FK Unud angkatan 2018 dan 2019 yang mengisi quesioner DQST (de Quervain Screening Tool) pada kedua tangan dan quesioner intensitas penggunaan smartphone. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas intensitas penggunaan smartphone, variabel terikat sindrom de Quervain kedua tangan, dan variabel kontrol usia, jenis kelamin, dan program studi. Hasil pengujian bivariat Somers‘ D menyatakan tidak ada hubungan (p>0,05) antara intensitas penggunaan smartphone dengan risiko kemunculan sindrom de Quervain pada kedua tangan. Hal ini dipengaruhi oleh posisi penggunaan smartphone, tipe smartphone, dan faktor lainnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor lainnya yang mempengaruhi risiko kemunculan sindrom de Quervain maupun gangguan muskuloskeletal lainnya.

Kata Kunci: sindrom de Quervain, intensitas penggunaan smartphone, nyeri, ibu jari.

ABSTRACT

The intensity of smartphone usage among students is high because the presence of smartphones that support our activities. Many negative effects caused by the intensity of excessive smartphone usage such as musculoskeletal disorders. De Quervain's syndrome is a painful condition of the stiloid processus due to synovial wrapper sheath trauma or inflammation that surrounds the abductor polllicis longus muscle and extensor pollicis brevis muscle in the hand due to excessive repetitive movements. This study was an analytic study with a cross-sectional method to determine the relationship of the intensity of smartphone usage with the risk of de Quervain's syndrome appearance in undergraduate female medical students of Udayana University. Conducted in February-March 2020 at the Faculty of Medicine, Udayana University with 100 undergraduate female medical student of Udayana University class of 2018 and 2019 as respondents who filled DQST (de Quervain Screening Tool) questionnaire for both hands and a questionnaire about intensity of smartphone usage. This research variable consisted of independent variable intensity of smartphone usage, dependent variable de Quervain syndrome of both hands, and control variable age, gender, and medical study program. Somers’ D bivariate

test results showed no relationship (p> 0.05) between intensity of smartphone usage and risk of de Quervain appearance on both hands. This condition was influenced by position when using a smartphone, type of smartphone, and other factors. Further research is needed to identify other factors that influence the risk of de Quervain syndrome appearance and other musculoskeletal disorders.

Keywords: de Quervain syndrome, intensity of smartphone usage, pain

PENDAHULUAN

Pada masa kini, hampir semua orang mempunyai gadget untuk berkomunikasi di era globalisasi ini untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Pada tahun 2013, pengguna smartphone mengecek smartphone mereka sebanyak minimal 10 kali setiap harinya dengan total 8 sampai 9 jam per hari.1

Semakin tinggi intensitas penggunaan smartphone maka semakin banyak muncul gangguan muskuloskeletal yang dialami pengguna smartphone. Keluhan muskuloskeletal pada tangan juga beragam. Salah satunya adalah sindrom de Quervain yaitu inflamasi atau trauma sarung pembungkus sinovial yang menyelubungi otot extensor pollicis brevis dan otot abductor pollicis longus karena gerakan yang berulang-ulang seperti memencet tombol smartphone dapat mengakibatkan produksi cairan sinovial pergelangan tangan menurun sehingga timbul gesekan berulang pada otot extensor l brevis dan menyebabkan inflamasi, proliferasi jaringan ikat fibrosa, serta nyeri di tangan terutama pada daerah ibu jari.2 Proliferasi jaringan ikat fibrosa membatasi pergerakan tendon akibat jaringan ikat yang memenuhi hampir seluruh tendon sheath serta mengakibatkan penyempitan/stenosis dan terjadinya gangguan gerak kedua otot tersebut sekaligus rasa nyeri. Nervus yang berada pada area otot tersebut juga memicu rasa nyeri pada area di sekitar pergelangan tangan lateral dan ibu jari ketika digerakkan.3 Komplikasi pada sindrom ini adalah kelemahan otot, rupture tulang hingga sakit disuse atrofi otot.

Faktor risiko penyebab kemunculan sindrom de Quervain yaitu umur, ukuran pergelangan tangan, penyakit defisiensi vitamin B6, riwayat penyakit keluarga, jenis kelamin, komplikasi penyakit, jenis pekerjaan, durasi melakukan suatu kegiatan, dan lainnya. Perempuan lebih berisiko terkena sindrom de Quervain 4 kali lebih tinggi daripada laki-laki.4 Wanita pada usia 30 tahun ke atas dan wanita yang sedang mengandung atau menyusui lebih berisiko terkena sindrom ini daripada mereka yang tidak mengandung karena terdapat peningkatan cairan tubuh selama kehamilan. Selain itu, usia tua lebih rentan mengalami inflamasi otot dibandingkan usia muda karena perbedaan kondisi fisik walaupun durasi

penggunaan smartphone tidak selama orang muda. Orang yang memiliki riwayat penyakit rheumatoid artritis dan trauma akut, merokok, mengalami komplikasi    sakit jantung,

hyperlipemia, pemabuk maupun diabetes juga lebih berisiko terkena penyakit ini.5

Gejala sindrom de Quervain antara lain nyeri pada pergelangan tangan, ibu jari, maupun area processus styloideus radii, bengkak pada ibu jari dan pergelangan tangan yang disertai rasa panas, persendian ibu jari yang terasa kaku ketika digerakkan, rasa kebas pada area sekitar pergelangan tangan karena syaraf pada selubung tendon teritasi atau terjepit akibat inflamasi tendon, penurunan pembatasan gerakan pada sendi    carpometacarpal,    dan    adanya

penggumpalan cairan di daerah nyeri tersebut. Selain itu, kita juga sulit menggerakkan ibu jari maupun pergelangan tangan terutama ketika sedang melakukan kegiatan mencubit atau memegang sesuatu. Nyeri hebat terasa ketika dilakukan palpasi sepanjang sisi radial pergelangan tangan atau pada daerah yang terkena sindrom de Quervain ini.6

Untuk memastikan hasil diagnosis awal tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan lagi baik lewat tes sederhana (tes Finkelstein, tes Eichhoff, de Quervain Screening Tool) maupun X-ray atau tes ultrasonik.7

BAHAN DAN METODE

Penelitian tergolong ke dalam penelitian analitik korelasi cross sectional yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana bulan Februari sampai Maret 2020 dan sudah mendapat izin kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian (KEP) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan nomor 85/UN 14.2.2.VII.14/LP/2020. Populasi target yaitu seluruh mahasiswi program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter jenjang sarjana S1 FK Universitas Udayana yang memiliki dan menggunakan smartphone. Sampel penelitian berjumlah 100 responden. Sampel merupakan mahasiswi program studi sarjana kedokteran di Universitas Udayana angkatan 2018 dan 2019 yang memiliki smartphone dan dipilih menggunakan teknik probability sampling tipe cluster random sampling dengan memilih acak responden berdasarkan daftar nama mahasiswa.Variabel bebas berupa intensitas penggunaan smartphone, variabel terikat berupa sindrom de Quervain, dan variabel kontrol berupa 51

usia, jenis kelamin wanita, program studi sarjana kedokteran dan profesi dokter jenjang sarjana.

Instrumen yang digunakan yaitu DQST (de Quervain Screening Tool) dan intensitas penggunaan smartphone. Quesioner DQST terdiri dari 7 pertanyaan seputar nyeri pada daerah first extensor compartment dan ibu jari. Setiap pertanyaan bernilai 1 apabila jawabannya ya dan bernilai 0 apabila jawabannya tidak. Hasil interpretasi DQST dikelompokan berdasarkan total poin yang didapat. Interpretasi DQST dikelompokan menjadi tidak berisiko terkena sindrom de Quervain (0 poin), berisiko rendah terkena sindrom de Quervain (1-2 poin), berisiko sedang terkena sindrom de Quervain (3-4 poin), dan beriko tinggi terkena sindrom de Quervain (57 poin).

Quesioner intensitas penggunaan smartphone terdiri dari 20 nomor. Setiap pernyataan diberi poin antara 1-5 poin. Poin 5 artinya sangat sering, poin 4 artinya sering, poin 3 artinya jarang, poin 2 artinya kadang-kadang dan poin 1 untuk jawaban tidak pernah. Interpretasi hasil akhir dilakukan dengan mentotalkan seluruh poin pada setiap nomor quesioner. Hasil interpretasi dikelompokan menjadi intensitas penggunaan smartphone sangat rendah (0-20 poin), intensitas penggunaan smartphone rendah (21-40 poin), intensitas penggunaan smartphone sedang (41-60 poin), intensitas penggunaan smartphone tinggi (smartphone sangat tinggi (81100 poin).

Responden yang memenuhi kriteria inklusi terlebih dahulu dimintai informed consent sebagai bukti pesertujuan menjadi sampel penelitian yang dilanjutkan dengan pengisian kuesioner. Data yang sudah terkumpul dianalisis menggunakan IBM SPSS Statisctic versi 25. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel.

HASIL

Tabel 1. Karakteristik responden

Karakteristik responden

Jumlah (n)

Persentase (%)

Kelas

KUA 2018

25

25

KUB 2018

25

25

KUA 2019

26

26

KUB 2019

24

24

Umur

17 Tahun

4

4

18 Tahun

24

24

19 Tahun

45

45

20 Tahun

26

26

21 Tahun

1

1

22 Tahun

0

0

Jumlah

smartphone (HP)

1 Buah

89

89

2 Buah

11

11

Intensitas

Penggunaan

smartphone

Sangat tinggi

23

23

Tinggi

72

72

Sedang

5

5

Rendah

0

0

Sangat Rendah

0

0

Risiko sindrom

de Quervain

kanan

Tidak berisiko

56

56

Berisiko rendah

22

22

Berisiko sedang

9

9

Berisiko tinggi

3

3

Risiko sindrom

de Quervain kiri

Tidak berisiko

68

68

Berisiko rendah

24

24

Berisiko sedang

5

5

Berisiko tinggi

3

3

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa responden berjumlah 100 orang yang terdiri atas 50 orang angkatan 2018 yang terbagi dalam 25 orang kelas KUA (25%) dan 25 orang kelas KUB (25%) serta angkatan 2019 sebanyak 50 orang yang terdiri atas 26 orang KUA (26%) dan 24 orang KUB (24%). Jumlah dan persentase umur responden terbanyak pada umur 19 tahun berjumlah 45 responden (45%) yang diikuti dengan jumlah responden pada umur 20 tahun sebanyak 26 orang (26%), umur 18 tahun sebanyak 24 orang (24%), dan umur 17 tahun sebesar 4 orang (4%). Responden dengan jumlah paling sedikit ditemui pada umur 21 tahun yaitu sebanyak 1 orang responden (1%). Tidak ditemui responden dengan usia 22 tahun (0%).

Pada umumya responden hanya miliki 1 smartphone. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 89 orang responden (89%) memiliki 1 smartphone dan sebanyak 11 orang responden mengaku memiliki 2 smartphone (11%). Responden memiliki ketergantungan terhadap smartphone ditandai dengan   intensitas   penggunaan

smartphone tinggi. Sebanyak 72 orang responden (72%)   memiliki    intensitas   penggunaan

smartphone tinggi, 23 orang responden (23%) memiliki intensitas penggunaan smartphone sangat tinggi, dan 5 orang responden (5%) memiliki intensitas penggunaan smartphone sedang. Risiko tidak terkena sindrom de Quervain pada tangan kiri lebih besar (68%) dibandingkan dengan tangan kanan (56%). Sebesar 22 responden berisiko rendah terkena sindrom de Quervain (22%), 9 orang berisiko sedang (9%), dan 3 orang berisiko tinggi (3%). Hasil penelitian risiko sindrom de Quervain pada tangan kiri ditemukan 5 responden berisiko rendah (24%) diikuti 9 orang berisiko sedang (5%), dan 3 orang berisiko tinggi (3%).

Tabel 2 Hasil uji korelasi Somers’ D terhadap smartphone    dengan sindrom de

Quervain

Variabel

Signifikansi (p)

Koefisien korelasi (r)

Smartphone dengan sindrom de

0,872

-0,017

Quervain kanan

Smartphone dengan

0,617

-0,047

sindrom de

Quervain kiri

Keterangan: p < 0,05 apabila terdapat hubungan dan p > 0,05 apabila tidak terdapat hubungan antara kedua variabel

Hasil uji bivariat Somers’ D tentang hubungan intensitas penggunaan smartphone dan sindrom de Quervain tangan kanan (Tabel 2) didapatkan nilai signifikansi p (p value) sebesar 0,872 dan nilai p = 0,617 pada hubungan intensitas penggunaan smartphone dan sindrom de Quervain tangan kiri (α > 0,05) sehingga data tergolong simetris (tidak ada hubungan antara kedua variabel). Nilai kekuatan koefisiensi korelasi (r) kedua variabel tidak dapat diinterpretasikan sebab tidak ada hubungan antar variabel tersebut. Nilai r pada variabel smartphone dengan sindrom de Quervain kanan r = -0,017 dan pada sindrom de Quervain kiri r = -0,047. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan antara intensitas penggunaan smartphone terhadap risiko kemunculan sindrom de Quervain kanan maupun kemunculan sindrom de Quervain kiri.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji korelasi Somers’D diketahui bahwa tidak ada hubungan antara intensitas penggunaan smartphone terhadap sindrom de Quervain kanan (p value sebesar 0,872) maupun terhadap risiko sindrom de Quervain kiri (p value sebesar 0,617). Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil tersebut.

Terdapat beberapa penelitian yang mengatakan bahwa ketergantungan penggunaan smartphone pria lebih tinggi dibandingkan wanita walaupun banyak penelitian yang menyatakan hal sebaliknya. Menurut penelitian Renuka dan kawan-kawan pada November 2018 sampai Januari 2019 di Anakaputhur, India diketahui prevalensi insiden ketergantungan penggunaan smartphone pada pria lebih tinggi (33,6%) dibandingkan wanita (18,9%) dengan p=0,01.8 Hasil penelitian serupa pada mahasiswa Fakultas Teknik di India menyatakan bahwa pria lebih tinggi bergantung menggunakan smartphone (80%) dibandingkan wanita (75,42%).9

Penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Wannan di China pada bulan September 2016 menunjukkan prevalensi ketergantungan penggunaan smartphone pria lebih tinggi (30,3%) dibandingkan wanita (29,3%) dengan perbedaan yang tidak terlalu signifikan (p> 0,05).10 Perbedaan prevalensi penggunaan smartphone pada pria maupun wanita dipengaruhi oleh lokasi geografis wilayah, pekerjaan responden, dan kondisi ekonomi responden saat pengambilan data berlangsung sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait konsistensi prevalensi intensitas penggunaan smartphone pada pria maupun wanita di suatu wilayah.8

Posisi saat mengetik pesan maupun menggunakan smartphone dapat mempengaruhi insiden terjadinya gangguan muskuloskeletal dan area yang dikeluhkan. Penggunaan smartphone dengan keypad diketahui lebih berisiko meningkatkan aktivitas otot berlebih pada ibu jari, jari manis maupun jari telunjuk yang berpotensi menimbulkan kemunculan gangguan musculoskeletal jika dibandingkan dengan penggunaan smartphone layar sentuh (touchscreen). Hal ini disebabkan oleh gerakan ibu jari saat melakukan fleksi median, ekstensi maupun rotasi lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan smartphone keypad.11

Selain itu, panjang jari tangan mempengaruhi keseimbangan otot tangan saat memegang maupun mengetik smartphone. Saat memegang smartphone, biasanya keempat jari selain ibu jari memegang smartphone bagian bawah dan ibu jari memegang smartphone bagian depan. Ukuran jari tangan yang panjang memerlukan aktivitas kontraksi otot yang lebih sedikit dibandingkan orang dengan ukuran jari pendek untuk memegang smartphone maupun menahan beban smartphone.11

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Baabdullah dan kawan-kawan diketahui bahwa walaupun ditemukan adanya hubungan signifikan antara intensitas penggunaan smartphone yang tinggi dengan gangguan muskuloskeletal tangan dan pergelangan tangan (p<0.05), tidak ditemukan hubungan yang antara intensitas penggunaan smartphone berlebih dengan kemunculan sindrom de Quervain. Hal ini disebabkan karena banyak keluhan muskuloskeletal tangan karena adanya inflamasi maupun gangguan pada otot extensor pollicis longus pada compartment dorsal ketiga, otot flexor pollicis longus, thenar eminence, maupun gangguan pada saraf median akibat gerakan repetitif berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat menimbulkan keluhan serupa dengan sindrom de Quervain di mana pada sindrom de Quervain otot yang terganggu adalah selain otot extensor pollicis brevis dan otot abductor pollicis longus. 12

Jumlah tangan yang digunakan saat bermain smartphone juga mempengaruhi insiden kemunculan sindrom de Quervain. Otot abductor pollicis longus dan otot extensor carpi radialis lebih tinggi berkontraksi dan lebih mudah mengalami kelelahan ketika hanya satu tangan saja yang digunakan untuk memegang smartphone daripada menggunakan kedua tangan (p<0,05).13

Terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa ketergantungan penggunaan keyboard pada laptop maupun komputer lebih berisiko meningkatkan kemunculan sindrom de Quervain

daripada smartphone baik dengan 1 tangan maupun dengan kedua tangan. Hal ini disebabkan karena penggunaan keyboard laptop atau komputer yang berlebihan dapat menyebabkan beban yang berlebih pada kontraksi otot extensor pollicis longus dan otot ekstensor jari lainnya sehingga lebih berisiko tinggi menimbulkan keluhan muskuloskeletal seperti sindrom de Quervain.14

Posisi penggunaan smartphone dalam waktu tertentu juga mempengaruhi risiko kemunculan gangguan muskuloskeletal. Insiden keluhan muskuloskeletal pada leher lebih tinggi (65,7% pada wanita dan 86% pada pria) daripada keluhan muskuloskeletal di pergelangan tangan dan jari tangan (43,9% pada wanita dan 39% pada pria) sebab posisi saat menggunakan smartphone kurang ergonomis seperti membungkukan badan dan leher pada saat duduk. Pada saat duduk dengan postur kepala yang salah, posisi kepala yang menunduk secara repetitif dalam waktu tertentu akan menimbulkan cedera pada tulang leher maupun gangguan otot di sekitar leher sehingga menyebabkan terjadinya nyeri leher.15

Penggunaan smartphone berlebih dalam posisi tiduran tengkurap juga beriko meningkatkan gangguan muskuloskeletal lebih tinggi pada area leher (74,2%) daripada jari tangan (61,9%). Hal serupa juga terjadi jika posisi penggunaan smartphone berlebih dalam posisi tiduran terlentang.15 Hal ini disebabkan karena adanya tahanan berlebih pada leher secara berkesinambungan sehingga menimbulkan kelelahan otot yang diikuti dengan inflamasi otot dan berujung pada manifestasi gangguan msukuloskeletal tersebut seperti nyeri dan lainnya.15 Selain itu, otot trapezius atas sebelah kanan 5 kali lebih mudah mengalami kelelahan apabila dibandingkan dengan otot trapezius atas sebelah kiri saat menggunakan smartphone dalam kurun waktu tertentu dalam posisi berdiri dan 2 kali lebih mudah mengalami kelelahan dalam posisi duduk sehingga keluhan nyeri leher kanan lebih sering terjadi dibandingkan rasa tidak nyaman pada leher kiri.13

SIMPULAN

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara intensitas penggunaan smartphone dengan risiko kemunculan sindrom de Quervain pada kedua tangan (p > 0,005).

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor risiko lain penyebab kemunculan sindrom de Quervain. Disarankan bagi masyarakat, khususnya para mahasiswa untuk lebih membatasi penggunaan smartphone dan memperhatikan posisi tubuh ketika bermain

smartphone agar terhindar dari keluhan muskuloskeletal tubuh terutama pada organ ekstremitas atas dan leher.

DAFTAR PUSTAKA

[cited 19 June 2020]. Available from: https://www.washingtonpost.com/news/the-switch/wp/2015/11/03/teens-spend-nearly-nine-hours-every-day-consuming-media/?utm_term=.032bd8ef427a

  • 2.    Ali M, Asim M, Hasan D.S, Iqbal A, Ahmad F. Frequency of De Quervain's Tenosynovitis and Its Association with SMS Texting. Muscle, Ligaments and Tendons Journal. 2014;4(1):74-78.

  • 3.    Mohd Nur N, Zawiah MDS, Dahari M. The Prevalence of Work Related Musculoskeletal Disorders Among Workers Performing Industrial Repetitive Tasks in the Automotive Manufacturing Companies. Proceedings of the 2014 International Conference on Industrial Engineering and Operations Management Bali, Indonesia. Kuala Lumpur, Malaysia: Department of Engineering Design and Manufacture, University of Malaya; 2020. p. 1-5.

  • 4.    Wolf J, Owens B, Sturdivant R. Incidence of de Quervain's Tenosynovitis in a Young, Active Population. The Journal of Hand Surgery. 2009;34(1):112-115.

  • 5.    Adachi S, Kobayashi T, Shibusawa K Tajika T, Yamamoto A, Kaneko T et al. Prevalence of de Quervain's Disease in the General Population and Risk Factors. The Kitakanto Medical Journal. 2011;61(4):479-482.

  • 6.    Nguyen A, Jousse-Joulin S, Saraux A. Ténosynovite de De Quervain. Revue du Rhumatisme Monographies. 2012;79(2):78-84.

  • 7.    Rabin A, Kozol Z, Israeli T. Physiotherapy Management of People Diagnosed with de Quervain's Disease:   A Case Series.

Physiotherapy Canada. 2015;67(3):263-267.

  • 8.    Renuka K, Gopalakrishnan S., Umadevi R. Prevalence of smartphone addiction in an urban area of Kanchipuram district, Tamil Nadu: a cross sectional study. International Journal of Community Medicine And Public Health. 2019;6(10):4218.

  • 9.    Bisen S, Deshpande D. An Analytical Study of Smartphone Addiction among Engineering Students:    A Gender Differences.

International Journal of Indian Psychology. 2020;4(1):70-83.

  • 10.    Chen B, Wen Y, Ding S, Liu F, Ying X, Wang L. Gender differences in factors associated with smartphone addiction: a cross-sectional study among medical college students. BMC Psychiatry. 2017;17(1).

  • 11.    Gustafsson E, Campbell A, Coenen P, Straker L. Texting with touchscreen and keypad phones - A comparison of thumb kinematics, upper limb muscle activity, exertion, discomfort, and performance. Applied Ergonomics. 2018;70:232-239.

  • 12.    Baabdullah A, Kabli Y, Bokhary D, Daiwali M, Saggaf O, Hamdi A. The association between smartphone addiction and thumb/wrist        pain.        Medicine.

2020;99(10):e19124.

  • 13.    Kim Y, Kang S, Kim N, Yoo J, Hong S, Kim T et al. The comparison of muscle activity according to various conditions during smartphone use in healthy adults. Physical Therapy      Rehabilitation       Science.

2016;5(1):15-21.

  • 14.    Hong J, Yeop Lee D, Yu J, Kim Y, Jo Y, Park M et al. Effect of the Keyboard and Smartphone Usage on the Wrist Muscle Activities. Journal of Convergence Information      Technology      (JCIT).

2013;8(14):472-475.

  • 15.    Soliman EN, Ahmed HN, Mohmed MK. Smartphone addiction and its relation to musculoskeletal pain in Egyptian physical therapy students. European Journal of Physiotherapy. 2018;22(2):70-78.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2021.V10.i4.P08

55