GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS PADA POLISI DI POLDA BALI TAHUN 2016
on
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.7,JULI, 2020
DOAJ
DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS
Diterima:07-07-2020 Revisi:10-07-2020 Accepted: 13-07-2020
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS
PADA POLISI DI POLDA BALI TAHUN 2016
Made Ayu Devi Pita Loka1, Made Ratna Saraswati2
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana1 Bagian Endokrin Penyakit Dalam RSUP Sanglah Denpasar2 Koresponden : Made Ayu Devi Pita Loka [email protected]
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) sudah semakin banyak ditemui. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki pengetahuan mengenai DM, terutama faktor risikonya sehingga dapat dicegah lebih dini. Prevalensi DM diprediksi akan meningkat pada tahun 2030 menjadi 21,3 juta dari 8,4 juta pada tahun 2000 di Indonesia. Proporsi penyebab kematian akibat DM di Indonesia pada kelompok usia 45-54 tahun daerah perkotaan mendapat peringkat ke-2 yaitu sebesar 14,7%, dan yang terjadi pada daerah luar perkotaan menduduki peringkat ke-6 dengan persentase sebesar 5,8%. Kejadian DM pada populasi polisi sebesar 37%, sehingga penelitian ini ditujukkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai DM, yang dikhususkan pada pengetahuan mengenai faktor risiko DM pada polisi. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross-sectional. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Trijata selama satu bulan, mulai dari Oktober 2016 hingga November 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian yang didapatkan dari 56 responden, mayoritas berusia 20-44 tahun (n=46 atau 80,7%), dengan tingkat pengetahuan yang rendah sebanyak 24 orang (42,86%) dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 32 responden (57,14%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki pengetahuan yang tinggi tentang faktor risiko DM.
Kata kunci: Pengetahuan, Faktor Risiko, DM, Polisi
ABSTRACT
There are more and more people with diabetes mellitus (DM) is found. Therefore, it is important for the community to have knowledge about DM, especially the DM risk factors, and so that the incidence of DM can be early prevented. The prevalence of DM in Indonesia, is being predicted to increase about 21.3 millions in year 2030 from 8.4 millions in year 2000. The cause of death proportion by DM in Indonesia was found in a group of 45-54 years old that happened among urban, ranked second with percentage of 14.7%. Meanwhile, among rural areas was ranked sixth with percentage of 5.8%. The incidence of DM was found 37% among polices, therefore this research was done with the purpose of knowing the knowledge level in the community about DM, devoted to the education of DM risk factors among polices. The research was done by cross-sectional method. This research took place in Trijata Hospital, completed within a month, from October to November 2016. Data was collected by questionnaire. Total of respondents was 56 people, and the majority of respondents was 20-44 years old (n=46 or 80.7%). The results, respondents with low education level was 24 people (42.86%), while the respondents with high education level was 32 people (57.14%). Our conclusion is the majority of respondents already had a high knowledge level about DM risk factors.
Keywords: Knowledge, Risk Factors, DM, Police
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolisme yang umum dimana seseorang mempunyai kadar gula darah tinggi.1 Salah satu penyebabnya dikarenakan insulin yang diproduksi dalam tubuh tidak mencukupi atau insulin tidak bisa digunakan dengan efektif. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi di pankreas yang berfungsi untuk memasukkan glukosa ke dalam sel tubuh dan akan diubah menjadi energi yang diperlukan oleh otot dan jaringan untuk berfungsi. Jika seseorang terkena DM maka orang tersebut tidak dapat menyerap glukosa dengan baik dan glukosa akan tetap bersirkulasi dalam darah (dikenal dengan kondisi hiperglikemia), yang nantinya dapat merusak jaringan dari waktu ke waktu, dan akan berujung pada kecacatatan, serta komplikasi kesehatan yang dapat mengancam jiwa.2
Pada abad ke-21 ini, DM tipe 2 menjadi salah satu masalah utama dalam dunia kesehatan. Menurut International Diabetes Federation (IDF) semua tipe DM akan terus meningkat, khususnya pada DM tipe 2, yang mencapai 55% pada tahun 2035.2 Sebagian besar dari 382 juta orang yang menderita DM tipe 2 berumur antara 40 sampai 59, dan 80% diantaranya tinggal di negara yang berpenghasilan rendah serta menengah. Kenaikan jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia dipresiksi oleh World Health Organization (WHO) akan meningkat sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 yang dulunya berjumlah 8,4 juta orang di tahun 2000.3 Pada tahun 2007, hasil yang diperoleh Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) bahwa pada kelompok usia 45-54 tahun proporsi penyebab kematian akibat DM tipe 2 yang terjadi pada perkotaan menduduki peringkat ke-2 yaitu sebesar 14,7%, dan yang terjadi di pedesaan berada pada peringkat ke-6 dengan persentase sebesar 5,8%.4 Adapun faktor risiko DM tipe 2 itu sendiri menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yaitu meliputi berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan diet tak sehat.3
Polisi merupakan salah satu profesi yang kita kenal sebagai profesi yang memiliki pola hidup sehat, baik segi aktivitas maupun pola makan. Namun polisi juga merupakan populasi yang rentan menderita DM tipe 2. Pada Global Journal of Medicine and Public Health memperlihatkan polisi dapat memiliki faktor risiko DM tipe 2, dilihat dari populasi yang diteliti terdapat polisi dengan indeks masa tubuh overweight (35%) dan obesitas (7%). Sebanyak 64% populasi polisi yang diteliti tidak melakukan kegiatan aktivitas fisik (olah raga) diwaktu luang mereka. Disebutkan juga bahwa sebanyak 33% polisi menderita hipertensi dan 30% memiliki ketidaknormalan dalam nilai profil lipidnya. Selain faktor risiko di atas didapati juga 37% dari populasi polisi yang diteliti sudah menderita penyakit DM tipe 2.5 Adapun salah satu faktor risiko yang paling dominan ditemukan pada polisi yaitu https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum doi:10.24843.MU.2020.V9.i7.P07
kelebihan berat badan, dan apakah polisi menyadari akan salah satu faktor risiko tersebut atau tidak.
Berdasarkan data di atas pentingnya untuk mengetahui faktor risiko penyakit DM tipe 2 dan menanganinya dengan serius, karena DM tipe 2 merupakan penyakit kronis yang tidak hanya mempengaruhi kesehatan jangka panjang tetapi juga mempengaruhi kehidupan secara pribadi dan juga profesional. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk mengetahui gambaran faktor risiko DM pada polisi di Polda Bali sehingga nantinya dapat dilakukan pencegahan lebih dini.
Tugas operasional para polisi di Polda Bali didukung oleh sebuah unit pelayanan kesehatan guna memelihara kesehatan bagi seluruh personel polisi khususnya di wilayah kepolisian daerah Bali. Unit pelayanan kesehetan tersebut ditunjukkan melalui Rumah Sakit Trijata Polda Bali, dimana penelitian ini nantinya dilakukan.
BAHAN DAN METODE
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain potong lintang (cross-sectional), dan pengambilan sampel penelitian didapatkan dari Rumah Sakit Trijata Polda Bali pada Bulan Oktober 2016 hingga November 2016. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah perwira polisi yang berstatus masih aktif di kepolisian Polda Bali yang datang ke Rumah Sakit Trijata Polda Bali. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan jenis consecutive sampling, dan jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 56 sampel. Data tingkat pengetahuan dan karakeristik sampel didapat dengan menggunakan kuesioner, dan hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan SPSS. Hasil pencatatan tingkat pegetahuan akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram lingkaran. Penelitian ini telah dinyatakan layak secara etik dengan nomor protokol 480.01.1.2016.
HASIL
Keseluruhan total responden sebanyak 56 responden, dan didapatkan karakteristik seperti yang disajikan pada Tabel 1 dan 2, yang akan dilihat berdasarkan usia dan sumber informasi.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia (n=56) |
Frekuensi |
% |
20-44 tahun |
46 |
80,7 |
45-64 tahun |
10 |
17,9 |
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Sumber Informasi
Sumber Informasi (n=56) |
Ya |
% |
Tidak |
% |
Media elektronik |
37 |
66,1% |
19 |
33,9 |
Buku |
44 |
78,6% |
12 |
21,4 |
Internet |
27 |
48,2% |
29 |
51,8 |
Seminar |
24 |
42,9% |
32 |
57,1 |
Pada penelitian ini distribusi usia responden dikelompokkan menjadi dua, yaitu kategori pertama, responden dengan rentang usia 20-44 tahun, dan kategori kedua usia responden dengan rentang 45-64 tahun. Berdasarkan Tabel 1, responden dengan rentang usia 20-44 tahun sebanyak 46 orang (80,7%), dan responden dengan rentang usia 45-64 tahun sebanyak 10 orang (17,9%). Sedangkan Tabel 2 distribusi sumber pengetahuan responden pada penelitian ini dikelompokkan menjadi media elektronik, buku, internet, dan seminar. Hasil yang diperoleh berdasar tabel tersebut bahwa sebanyak 37 orang (66,1%) sumber informasi yang didapat berasal dari media elektronik, 44 orang (78,6%) dari buku, 27 orang (48,2%) dari internet, dan 24 orang (42,9%) dari seminar. Hasil tersebut tumpang tindih dikarenakan responden ada yang memilih lebih dari satu sumber atau keempatnya, atau hanya satu sumber informasi saja.
Tingkat Pengetahuan Responden
Jumlah responden keseluruhan dari penelitian ini sebanyak 56 orang, dimana komponen tingkat pengetahuan terdiri dari 20 pernyataan tentang faktor risiko DM. Tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu tingkat pengetahuan rendah dan tinggi. Dapat disimpulkan jika tingkat pengetahuan tinggi, yang diperoleh lebih dari atau sama dengan median (≥70,00), sedangkan apabila skor yang diperoleh <70,00 maka tingkat pengetahuan dikatakan rendah.
RENDAH TINGGI
Gambar 1. Kategori Tingkat Pengetahuan Responden
Hasil yang diperoleh dari analisis data di atas disebutkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 24 orang (42,86%),
sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 32 orang (57,14%).
Hubungan Usia Dengan Tingkat Pengetahuan
Pada penelitian ini distribusi usia responden dikelompokkan menjadi dua, yaitu kategori pertama usia responden dengan rentang 20-44 tahun, dan kategori kedua usia responden dengan rentang 45-64 tahun. Berdasarkan Tabel 3, usia responden dengan rentang 20-44 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 18 orang (39,1%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 28 orang (60,9%). Sedangkan responden dengan rentang usia 45-64 tahun yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 6 orang (60,00%), dan yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 4 orang (40,00%). Dilihat dari p=0,227 tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat pengetahuan.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Dengan Tingkat Pengetahuan
Usia |
Rendah |
Tinggi |
p Value | ||
Frekuensi |
% |
Frekuensi |
% | ||
20-44 tahun |
18 |
39,1 |
28 |
60,9 |
0,227 |
45-64 tahun |
6 |
60 |
4 |
40 |
0,227 |
Hubungan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan
Pada Tabel 4, terlihat hasil yang didapat bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 16 orang (50,00%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi dikarenakan mendapat informasi mengenai faktor risiko DM melalui empat sumber yaitu dari media elektronik, buku, internet, dan seminar. Namun, jika dilihat dari p=0,113 tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara sumber informasi dengan tingkat pengetahuan.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Respopnden Berdasarkan Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan
Jumlah Sumber |
Rendah |
Tinggi |
p Value | ||
Frekuensi |
% |
Frekuensi |
% | ||
Satu Sumber |
15 |
62,5 |
11 |
34,4 |
0,113 |
Dua Sumber |
2 |
8,3 |
5 |
15,6 |
0,113 |
Empat Sumber |
7 |
29,2 |
16 |
50 |
0,113 |
PEMBAHASAN
Pada abad ke-21 ini, diabetes mellitus (DM) menjadi salah satu masalah utama dalam dunia kesehatan. Prevalensi semua tipe DM akan terus meningkat, khususnya pada DM tipe 2, yang mencapai 55% pada tahun 2035. DM tipe 2 disebutkan dapat dialami oleh orang muda maupun dewasa, terutama kelompok usia 45-54 tahun. Adapun faktor risiko DM tipe 2 yaitu, meliputi berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan diet tak sehat.
Dalam hal ini, polisi merupakan salah satu profesi yang kita kenal sebagai profesi yang memiliki pola hidup sehat, namun menurut sebuah jurnal disebutkan bahwa polisi dapat memiliki faktor risiko DM tipe 2, dilihat dari populasi yang diteliti terdapat polisi dengan indeks masa tubuh overweight (35%) dan obesitas (7%).
Sebanyak 56 responden diteliti, dan didapatkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 24 orang (42,86%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 32 orang (57,14%). Jika hasil tersebut dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya didapatkan adanya perbedaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Paulus, pada 101 mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengenai faktor risiko DM, kategori tingkat pengetahuannya dibagi menjadi tiga dan didaptkan hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (17,8%), cukup sebanyak 73 orang (72,3%), dan baik sebanyak 10 orang (9,9%).6 Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Shirin dkk7, mengenai kesadaran akan faktor risiko DM tipe 2 pada 400 responden OutPatient departemen BIRDEM Bangladesh yang tidak memiliki riwayat DM didapatkan hasil 68% responden memiliki pengetahuan yang cukup mengenai faktor risiko DM, 18% memiliki pengetahuan rendah, dan 13% memiliki pengetahuan baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tipaporn dkk8, mengenai pengetahuan tentang diabetes di region sentral Thailand (Bangkok) yang dibagi menjadi beberapa bagian pengetahuan akan DM, salah satu bagiannya berisi mengenai faktor risiko. Hasil yang didapatkan yaitu dari 1000 responden di Bangkok, 72% respondennya memiliki pengetahuan yang baik.
Adanya perbedaan hasil-hasil dari penelitian yang telah ada dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dikarenakan jumlah dan target sampel yang dipakai, beserta kuesioner, dan pengkategorian tingkat pengetahuan.
pengetahuan yang tinggi mengenai faktor risiko DM. Mayoritas polisi yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia 20-44 tahun. Sumber pengetahuan yang didapatkan polisi mengenai faktor risiko DM berasal dari media elektronik, buku, internet, dan seminar.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, dengan jumlah sampel yang lebih besar, dan diharapkan kedepannya mampu menjadi dasar yang adekuat bagi pelaksanaan penelitian-penelitian terkait lainnya. Diharapkan juga untuk memberikan edukasi lebih lanjut mengenai faktor-faktor risiko DM, yang tidak hanya diberikan pada polisi-polisi, namun juga pada masyarakat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Izadi N, Malek M, Aminian O, Saraei M.
Medical risk factors of diabetes mellitus among professional drivers. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders.
2013;12(1):23
-
2. International Diabetes Federation. IDF diabetes atlas. 2013. Tersedia di:
http://www.diabetesatlas.org/ [Diakses pada 9 September 2015]
-
3. PERKENI. Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
indonesia. 2015.
-
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di
indonesia mencapai 21,3 juta orang. 2009.
-
5. Jahnavi G, Patra SR, Chandrasekhar CH, Rao BN. Unmasking the health problems faced by the police personnel. Global Journal of Medicine and Public Health. 2012;1(5):66
-
6. Paulus. Gambaran tingkat pengetahuan faktor risiko diabetes melitus pada mahasiswa fakultas ekonomi universitas indonesia. 2012.
-
7. Mumu SJ, Saleh F, Ara F, Haque MR, Ali L. Awareness regarding risk factors of type 2 diabetes among individuals attending a tertiary-care hospital in bangladesh: a crosssectional study. BMC Research Notes. 2014.
-
8. Pongmesa T, Li S-C, Wee H-L. A survey of knowledge on diabetes in the central region of Thailand. International Society for
Pharmacoeconomics and Outcomes
Research. 2009.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu, sebagian besar polisi di Polda Bali memiliki
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2020.V9.i7.P07
44
Discussion and feedback