KARAKTERISTIK PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2017
on

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.4,APRIL, 2020

Diterima:11-03-2020 Revisi:15-03-2020 Accepted: 20-03-2020
KARAKTERISTIK PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 1 JANUARI – 31 DESEMBER 2017
Ni Putu Pramana Saras Utami1, I Nyoman Bayu Mahendra2, Endang Sri Widiyanti2, dan Jaqueline Sudiman2
1Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi DokterFakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi FK Unud/ RSUP Sanglah Denpasar
Corresponding Author: Bayu Mahendra, I N Staff of Oncology-gynecology Division Sanglah General Hospital, Bali, Indonesia E-mail: bayu.mahendra.nyoman@gmail.com
ABSTRAK
Kanker serviks merupakan salah satu keganasan yang menjadi perhatian serius karena memiliki angka kejadian dan penularan yang tinggi, yaitu sekitar 270.000 kasus kematian wanita pada tahun 2015 terjadi akibat kanker serviks dan 85% terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien kanker serviks di RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Januari – 31 Desember 2017. Penelitian ini bermetode deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel berupa total sampling dimana data penelitian berasal dari data sekunder rekam medis pasien kanker serviks di RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Januari – 31 Desember 2017. Pasien kanker serviks ditemukan paling tinggi pada rentang usia 41-50 tahun sebanyak 23 orang (32,9%), memiliki jenjang pendidikan terakhir pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 34 orang (48,6%), bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 32 orang (45,7%), mayoritas tidak memilki riwayat merokok sebanyak 68 orang (97,1%) dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral sebanyak 64 orang (91,4%), memiliki usia kawin pertama kali pada rentang usia 20-30 tahun sebanyak 33 orang (47,1%), telah menikah satu kali sebanyak 67 orang (95,7%), telah melakukan paritas sejumlah tiga sebanyak 23 orang (32,9%), memiliki hasil biopsi histopatologi dengan tipe Squamous Cell Carcinoma-Non Keratinizing sebanyak 47 orang (67,1%), dan terdiagnosis kanker serviks pertama kali pada stadium III B sebanyak 31 orang (44,3%).
Kata kunci : Kanker serviks, karakteristik, usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat merokok, riwayat penggunaan kontrasepsi oral, usia kawin pertama kali, jumlah pernikahan, jumlah paritas, hasil biopsi histopatologi, stadium klinis.
ABSTRACT
Cervical cancer is one of the most serious malignancies because of its high incidence and transmission rate, which is around 270.000 female mortality cases occured in 2015 because of cervical cancer and 85% occured in developing countries such as Indonesia. The aim is to knowing the characteristics of cervical cancer patient at Sanglah Denpasar General Hospital during period 1st January – 31st December 2017. This research is descriptive and cross sectional. Sampling technique is total sampling where the research data comes from secondary data which is medical record of cervical cancer patient at Sanglah Denpasar General Hospital during period 1st January – 31st December 2017. The highest incidence of cervical cancer was found in group 41-50 years old as many as 23 people (32.9%), had the highest education level at elementary school as many as 34 people (48.6%), worked as housewife as many as 32 people (45.7%), majority did not have history of smoking as many as 68 people (97.1%) and did not have history of using oral contraceptive as many as 64 people (91.4%),
had the age of first marriage in group 20-30 years old as many as 33 people (47.1%), have been married once as many as 67 people (95.7%), have three parity as many as 23 people (32.9%), had squamous cell carcinoma non keratinizing histopathology biopsy type as many as 47 people (67.1%), and first diagnosed with cervical cancer in stadium III B as many as 31 people (44.3%).
Keywords : cervical cancer, characteristic, age, education, occupation, smoking history, oral contraceptive use history, age of first marriage, number of marriage, number of parity, histopathology biopsy result, clinical stadium.
PENDAHULUAN
Dewasa ini terdapat salah satu keganasan yang menjadi perhatian serius masyarakat karena memiliki angka kejadian dan penularan yang tinggi yaitu kanker serviks. Hal ini menyebabkan kanker serviks menjadi penyakit yang sangat ditakuti lantaran stadium awal penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang berarti, sedangkan gejala yang cukup berarti muncul pada saat tingkat stadium tinggi sehingga memiliki prognosis yang lebih buruk.Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan tumor ganas yang menyerang permukaan epitel leher rahim atau serviks. Hal ini sesungguhnya dapat diketahui dengan melakukan deteksi dini pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi Human Papilloma Virus (HPV) sebagai faktor pencetus terbesar kanker serviks.
Kanker serviks menempati posisi ketiga diantara penyakit kanker lainnya pada wanita di seluruh dunia. Berdasarkan data yang dihimpun dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2012 tercatat 530.000 kasus baru dimana sebanyak 7,5% wanita diantaranya mengalami kematian. Tercatat lebih dari 270.000 kasus kematian wanita pada tahun 2015 akibat kanker serviks dan 85% kasus terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.1Data menunjukan bahwa pada tahun 2012 sebanyak 14% dari 14.067.894 kasus kanker di Indonesia merupakan kanker serviks.2Sebanyak 6.945 orang Bali pada tahun 2007-2010 telah melakukan skrining kanker serviks dan 290 orang diantaranya positif kanker serviks.3 Pendataan yang dilakukan oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) cabang Kota Denpasar hingga Februari 2014 menunjukan sebanyak 143.439 pasangan usia subur yang berisiko terjangkit kanker serviks.4
Sebagai salah satu keganasan yang menjadi perhatian serius masyarakat khususnya masyarakat Bali, pendataan mengenai angka kejadian kanker serviks tiap tahunnya di Kota Denpasar masih sangat sedikit/ minim. Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit rujukan utama di Provinsi Bali yang sudah seharusnya memiliki pendataan mengenai angka kejadian kanker serviks, namun baru sedikit peneliti yang melakukan penelitian serupa. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat pendataan tentang kanker serviks penting untuk dilakukan agar pemerintah, medis, dan paramedis dapat melakukan evaluasi lebih lanjut terhadap keganasan tersebut sehingga angka kejadiannya dapat berkurang. Berangkat dari latar
belakang ini, peneliti memilih untuk melakukan penelitian dengan judul karakteristik pasien kanker serviks di RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Januari -31 Desember 2017.
BAHAN DAN METODE
Metode deskriptif dipergunakan dalam penelitian ini dan dilakukan antara bulan Februari sampai dengan Juli 2017. Pemilihan sampel menggunakan teknik total sampling, dimana data penderita kanker serviks berupa nama dan nomor rekam medis penderita periode Januari – Desember 2017 didapatkan dari data register penderita Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah. Data-data berupa usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat merokok, riwayat penggunaan kontrasepsi oral, usia kawin pertama kali, jumlah pernikahan, jumlah paritas, hasil biopsi histopatologi, dan stadium klinis diperoleh dari rekam medis penderita di Instalasi Rekam Medis RSUP Sanglah. Penderita dengan data yang tidak lengkap dieksklusi dari penelitian ini. Data yang diperoleh ditabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan software SPSS 17 dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Penelitian ini sudah mendapatkan Keterangan Kelaikan Etik Nomor: 298/UN.14.2/KEP/2018 tertanggal 8 Februari 2018.
HASIL
Total kasus kanker serviks yang tercatat di Instalasi Rekam Medis RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Januari – 31 Desember 2017 dan telah memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 70 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel terbanyak terletak pada kelompok dengan rentang usia 41-50 tahun yakni sebanyak 23 orang (32,9%). Sebanyak 22 orang (31,4%) tercatat pada kelompok dengan rentang usia 51-60 tahun. Selanjutnya sebanyak 11 orang (15,7%) merupakan sampel dengan rentang usia 31-40 tahun, sebanyak tujuh orang (10,0%) tercatat pada rentang usia 61-70 tahun, dan pada rentang usia diatas 70 tahun tercatat sebanyak lima orang (7,1%). Kelompok dengan rentang usia 20-30 tahun merupakan kelompok usia terendah dengan jumlah sampel sebanyak dua orang (2,9%). Hasil penelitian insiden kanker serviks berdasarkan karakteristik usia di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari – Desember 2017 dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Usia Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Usia |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
< 20 tahun |
0 |
0 |
20 – 30 tahun |
2 |
2,9 |
31 – 40 tahun |
11 |
15,7 |
41 – 50 tahun |
23 |
32,9 |
51 – 60 tahun |
22 |
31,4 |
61 – 70 tahun |
7 |
10,0 |
> 70 tahun |
5 |
7,1 |
Hasil penelitian menunjukan bahwa sampel terbanyak memiliki jenjang pendidikan terakhir pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 34 orang (48,6%). Sebanyak 17 orang (24,3%) berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA), sebanyak delapan orang (11,4%) pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), enam orang (8,6%) tidak pernah mengenyam pendidikan, dan kelompok sampel terendah adalah pada tingkat pendidikan sarjana sebanyak lima orang (7,1%). Tidak ditemukan sampel yang memiliki pendidikan terakhir pada tingkat Taman Kanak-Kanak (TK). Adapun data dari variabel pendidikan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Pendidikan Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Pendidikan |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
TK |
0 |
0 |
SD |
34 |
48,6 |
SMP |
8 |
11,4 |
SMA |
17 |
24,3 |
Sarjana |
5 |
7,1 |
Tidak sekolah |
6 |
8,6 |
Lain-lain |
0 |
0 |
Mayoritas sampel penelitian bekerja sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 32 orang (45,7%). Sebanyak 21 orang (30,0%) lainnya bekerja sebagai pegawai swasta, delapan orang (11,4%) bekerja sebagai petani, lima orang (7,1%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan tiga orang sisanya (4,3%) bekerja sebagai wiraswasta. Tidak ditemukan sampel yang bekerja sebagai pelajar, buruh, pensiunan, dan tenaga medis. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pendidikan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Pekerjaan |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
PNS/TNI/POLRI |
5 |
7,1 |
Pegawai swasta |
21 |
30,0 |
Wiraswasta |
3 |
4,3 |
Petani |
8 |
11,4 |
Ibu rumah tangga |
32 |
45,7 |
Buruh 0 0
Pelajar |
0 |
0 |
Tenaga medis |
0 |
0 |
Lain-lain |
0 |
0 |
Sebesar 97,1% atau 68 orang sampel penelitian tercatat tidak memilki riwayat merokok, sedangkan dua orang sisanya (2,9%) tercatat sebagai perokok aktif. Hasil penelitian insiden kanker serviks berdasarkan karakteristik riwayat merokok di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari – Desember 2017 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Riwayat Merokok Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Riwayat Merokok |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
Merokok |
2 |
2,9 |
Tidak merokok |
68 |
97,1 |
Hanya terdapat enam orang (8,6%) yang tercatat memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi oral dan sebanyak 64 orang (9,.4%) tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Adapun data dari variabel riwayat penggunaan kontrasepsi oral pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Oral Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Oral |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
Ya |
6 |
8,6 |
Tidak |
64 |
91,4 |
Sampel penelitian sebanyak 33 orang (47,1%) memiliki usia kawin pertama kali pada rentang usia 20-30 tahun. Disusul kelompok dengan rentang usia kurang dari 20 tahun sebanyak 31 orang (44,3%), dan empat orang (5,7%) berada pada rentang usia 31-40 tahun. Jumlah sampel penelitian terendah berada pada kelompok usia diatas 40 tahun sebanyak dua orang (2,9%) dan tidak ditemukan sampel yang belum pernah melakukan aktivitas seksual. Data-data tersebut diatas yang merupakan data karakteristik usia kawin pertama kali pasien kanker serviks di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari – Desember 2017 dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Usia Kawin Pertama Kali Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Usia Kawin Pertama Kali |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
< 20 tahun |
31 |
44,3 |
20 – 30 tahun |
33 |
47,1 |
31 – 40 tahun |
4 |
5,7 |
> 40 tahun |
2 |
2,9 |
Belum pernah |
0 |
0 |
Sebanyak 67 orang (95,7%) dari 70 orang sampel keseluruhan telah menikah sebanyak satu kali.
Diikuti sebanyak tiga orang (4,3%) melakukan pernikahan sebanyak dua kali, tidak ditemukan sampel yang melakukan pernikahan lebih dari dua kali dan belum menikah. Adapun data dari variabel jumlah pernikahan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Jumlah Pernikahan Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Jumlah Pernikahan |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
Satu kali |
67 |
95,7 |
Dua kali |
3 |
4,3 |
Tiga kali |
0 |
0 |
Lebih dari tiga kali |
0 |
0 |
Belum menikah |
0 |
0 |
Tercatat jumlah sampel terbanyak sebesar 23 orang (32,9%) telah melakukan paritas sebanyak tiga. Jumlah paritas dua tercatat sebanyak 19 orang (27,1%), sebanyak 10 orang (14,3%) memiliki paritas sebanyak empat, jumlah paritas lebih dari empat tercatat sebanyak sembilan orang (12,9%), dan sebanyak lima orang (7,1%) tercatat telah melakukan paritas sebanyak satu. Jumlah sampel terendah sebanyak empat orang (5,7%) tercatat belum pernah melakukan paritas Hasil penelitian insiden kanker serviks berdasarkan karakteristik jumlah paritas di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari – Desember 2017 dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Jumlah Paritas Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Jumlah Paritas |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
1 |
5 |
7,1 |
2 |
19 |
27,1 |
3 |
23 |
32,9 |
4 |
10 |
14,3 |
>4 |
9 |
12,9 |
Belum pernah |
4 |
5,7 |
Tipe Squamous Cell Carcinoma-Non Keratinizing merupakan hasil biopsi histopatologi terbanyak yang dimiliki oleh 47 orang (67,1%). Jenis histopatologi terbanyak kedua adalah adenocarcinoma sebesar sembilan orang (12,9%). Sebanyak lima orang (7,1%) tercatat memiliki hasil biopsi Squamous Cell Carcinoma. Jenis hasil biopsi berupa Papillary Squamous Cell Carcinoma, Endocervical of Mucinous Adenocarcinoma, dan Adenosquamous Carcinoma masing-masing tercatat sebanyak dua orang (2,9%). Jumlah sampel terendah sebanyak masing-masing satu orang (1,4%) memiliki hasil biopsi dengan jenis Squamous Cell CarcinomaKeratinizing, Basaloid Squamous Carcinoma, dan Clear Cell Adenocarcinoma. Tidak ditemukan sampel penelitian yang memiliki hasil biopsi histopatologi dengan jenis Verrucous Carcinoma, Warty Carcinoma, Signet Ring Cell Mucinous Adenocarcinoma, Mucinous Variant of Minimal Deviation Adenocarcinoma, Viloglandular Adenocarcinoma, Gastric-type Cervical Adenocarcinoma, Adenoid Cystic Carcinoma, dan Adenoid Basal Carcinoma, data-data tersebut diatas yang merupakan data karakteristik hasil biopsi histopatologi pasien kanker serviks di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari – Desember 2017 dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Hasil Biopsi Histopatologi Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Hasil Biopsi Histopatologi |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
Squamous Cell |
5 |
7,1 |
Carcinoma Squamous Cell |
1 |
1,4 |
CarcinomaKeratinizing Squamous Cell |
47 |
67,1 |
Carcinoma-Non Keratinizing Basaloid Squamous |
1 |
1,4 |
Carcinoma Verrucous |
0 |
0 |
Carcinoma Warty Carcinoma |
0 |
0 |
Papillary Squamous |
2 |
2,9 |
Cell Carcinoma Adenocarcinoma |
9 |
12,9 |
Endocervical of |
2 |
2,9 |
Mucinous Adenocarcinoma Signet Ring Cell |
0 |
0 |
Mucinous Adenocarcinoma Mucinous Variant of |
0 |
0 |
Minimal Deviation Adenocarcinoma Viloglandular |
0 |
0 |
Adenocarcinoma Gastric-type Cervical |
0 |
0 |
Adenocarcinoma Clear Cell |
1 |
1,4 |
Adenocarcinoma Adenosquamous |
2 |
2,9 |
Carcinoma Adenoid Cystic |
0 |
0 |
Carcinoma Adenoid Basal |
0 |
0 |
Carcinoma |
Sebanyak 31 orang (44,3%) terdiagnosis kanker serviks pertama kali pada stadium III B. Diikuti sebanyak 24 orang (34,3%) tercatat pada stadium II B, sebanyak empat orang (5,7%) pada stadium I B, dan pada stadium III sebanyak dua orang (2,9%). Stadium I, I A2, I B1, I B2, II, II A, III A, IV A, dan IV B tercatat masing-masing sebanyak satu orang (1,4%). Tidak ditemukan sampel dengan stadium I A, I A1, II A1, II A2 diawal penegakkan diagnosis kanker serviks. Hasil penelitian insiden kanker serviks berdasarkan karakteristik stadium klinis di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari – Desember 2017 dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Stadium Klinis Penderita Kanker Serviks Tahun 2017 di RSUP Sanglah Denpasar
Stadium Klinis |
Frekuensi (n=70) |
Persentase (%) |
I |
1 |
1,4 |
I A |
0 |
0 |
I A1 |
0 |
0 |
I A2 |
1 |
1,4 |
I B |
4 |
5,7 |
I B1 |
1 |
1,4 |
I B2 |
1 |
1,4 |
II |
1 |
1,4 |
II A |
1 |
1,4 |
II A1 |
0 |
0 |
II A2 |
0 |
0 |
II B |
24 |
34,3 |
III |
2 |
2,9 |
III A |
1 |
1,4 |
III B |
31 |
44,3 |
IV |
0 |
0 |
IV A |
1 |
1,4 |
IV B |
1 |
1,4 |
PEMBAHASAN
Hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian dan perbedaan usia pasien kanker serviks dengan prevalensi yang terjadi di seluruh dunia. Rentang usia 41-50 tahun untuk kejadian kanker serviks tertinggi juga ditemukan pada penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2010 dan di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2013-2014.5,6American Cancer Society juga menyebutkan
bahwa usia dibawah 20 tahun sangat jarang untuk terjadi kanker serviks. Namun, penelitian yang dilakukan di United Kingdom memiliki hasil yang berbeda yakni usia 25-29 tahun merupakan rentang usia tertinggi untuk terjadi kanker serviks.7 Hal tersebut bisa saja disebabkan karena faktor kemajuan ekonomi negara, usia melakukan aktivitas seksual pertama kali dan pola pikir masyarakatnya untuk melakukan skrining kanker serviks, semakin dini usia melakukan skrining kanker serviks setelah menikah, maka semakin dini kanker serviks tersebut akan terdeteksi.
Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan akhir terbanyak pada sampel adalah pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hampir separuh dari total sampel keseluruhan memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu kurang lebih selama enam tahun mengenyam pendidikan. Hasil tersebut memiliki kesesuaian dengan literatur dan beberapa penelitian yang mengatakan bahwa insiden kanker serviks akan dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi masyarakat, hal ini berkaitan dengan rendahnya pengetahuan mereka mengenai bahaya kanker serviks dan kemampuan untuk melakukan skrining kanker serviks.8,9
Tabel 3 menunjukkan bahwa insiden sampel berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga. Hasil ini tidak dapat memperlihatkan secara jelas bagaimana hubungan pekerjaan menjadi faktor risiko kanker serviks. Literatur mengatakan bahwa sektor ekonomi yang rendah pada seseorang dapat menjadi faktor risiko kanker serviks karena ketidakmampuan untuk melakukan skrining kanker serviks.8 Berprofesi sebagai ibu rumah tangga memang tidak membuahkan pendapatan/ penghasilan, namun para suami dari pasien tersebut bisa saja berpenghasilan berkecukupan. Selain itu juga, kanker serviks merupakan penyakit yang menular melalui aktivitas seksual, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai pekerjaan suami dari para penderita kanker serviks.
Tabel 4 mengenai riwayat merokok menunjukkan ketidaksesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Esther dkk10,11pada tahun 2016 yang meneliti hubungan merokok dengan angka kejadian kanker serviks di Benua Eropa. Penelitian tersebut memperlihatkan sebanyak 108 sampel (41,7%) dari total 261 orang tercatat tidak pernah merokok, sedangkan sebanyak 66 sampel (25,5%) dahulunya merupakan seorang perokok dan sekarang sudah berhenti, serta 85 orang (32,8%) sisanya merupakan perokok aktif hingga kini. Kemungkinan perbedaan hasil yang ditemukan antar penelitian disebabkan karena banyak faktor diantaranya status aktif atau pasifnya merokok seorang penderita, lama waktu terpapar asap rokok, dan jumlah puntung rokok yang dikonsumsi tiap harinya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fang dkk12 dikatakan bahwa wanita dengan riwayat merokok lebih dari delapan tahun dan
mengonsumsi setidaknya 18 puntung rokok setiap hari baru akan memberikan efek yang signifikan terhadap angka kejadian kanker serviks, sedangkan dalam data sekunder penelitian ini tidak tercatat bagaimana status perokok seorang sampel dengan spesifik seperti lamanya merokok dan jumlah puntung rokok yang dikonsumsi tiap hari. Hal ini memerlukan penelitian yang lebih lanjut lagi.
Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar penderita kanker serviks tidak dipengaruhi oleh penggunaan kontrasepsi oral. Terdapat beberapa penelitian lain yang menunjukkan kesesuaian, salah satunya penelitian oleh Urban dkk13yang menyatakan bahwa diantara 2.182 pasien kanker serviks, sebanyak 1.223 (56%) pasien tercatat tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Penelitian lain di RSUP Sanglah Denpasar juga ditemukan sebanyak 81 penderita kanker serviks (91%) tercatat tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral.6 Namun penelitian ini menunjukkan ketidaksesuaian dengan literatur yang mengatakan bahwa hormon yang terdapat dalam kontrasepsi oral dikatakan dapat merubah kerentanan sel yang terdapat di serviks terhadap infeksi HPV.14 Ketidaksesuaian tersebut bisa saja disebabkan oleh durasi penggunaan dan jenis kontrasepsi oral yang dikonsumsi yang tidak tercatat dalam data sekunder rekam medis penelitian ini.
Tabel 6 menunjukkan bahwa penderita kanker serviks melakukan koitus/ perkawinan pertama kali pada usia muda atau dibawah 30 tahun. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa insiden kanker serviks akan meningkat sejalan dengan semakin awalnya seseorang melakukan koitus.8 Penelitian oleh Aprilia dkk9 yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar juga menemukan bahwa usia 20-30 tahun merupakan rentang usia kawin pertama kali tersering pada pasien kanker serviks yaitu 34 orang (70,8%).
Tabel 7 tentang jumalah pernikahan menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan literatur yang mengatakan bahwa kanker serviks disebabkan oleh aktivitas seksual yang berganti-ganti pasangan.14 Namun, hasil ini belum tentu menunjukkan bahwa semakin sedikitnya melakukan pernikahan maka kemungkinan seseorang terkena kanker serviks akan makin rendah. Hal tersebut dikarenakan jumlah pernikahan bukanlah tolok ukur seseorang untuk tidak melakukan aktivitas seksual dengan pasangan lain atau bisa saja sebelum melakukan prosesi pernikahan seorang penderita sudah melakukan aktivitas seksual multi-partner.
Tabel 8 menunjukkan hasil yang sesuai dengan penelitian serupa yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar yang menyebutkan bahwa jumlah paritas tertinggi adalah paritas tiga.6 Insiden pada penelitian ini memuncak pada paritas tiga dan kembali menurun pada paritas empat dan selanjutnya, hal tersebut bertolak belakang dengan American Cancer Society yang mengatakan bahwa semakin sering seorang ibu memilki paritas, maka risiko untuk
terkena kanker serviks akan semakin besar berkaitan dengan kadar hormonal pada saat kehamilan atau trauma serviks pada saat melahirkan.14Ketidaksesuaian tersebut bisa saja disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi dan pengaruh program Keluarga Berencana (KB) yang masih perlu penelitian lebih lanjut.6
Tabel 9 menunjukkan bahwa insiden hasil biopsi histopatologi yang sesuai dengan literatur dan penelitian-penelitian sebelumnya yang juga dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar, dimana dikatakan bahwa hasil biopsi histopatologi tersering adalah Squamous Cell Carcinoma Non Keratinizing.6,9
Tabel 10 menunjukkan bahwa insiden stadium klinis kanker serviks esuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cokorda dkk6 dan Aprilia dkk9yang juga menemukan bahwa stadium III B merupakan stadium tersering pada kanker serviks di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun yang berbeda-beda. Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan faktor risikonya serta rendahnya kesadaran untuk melakukan skrining kanker serviks sebagai bentuk pencegahan yang mengakibatkan penegakkan diagnosis pertama kali terjadi pada stadium klinis yang tinggi. Tingginya stadium pasien kanker serviks pada saat pertama kali terdiagnosis juga bisa saja disebabkan oleh karena mereka belum pernah mendapatkan vaksinasi HPV sebagai proteksi khusus terhadap kanker serviks ditingkat pencegahan primer. Sesuai dengan pernyataan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr. H. M. Subuh, MPPM, program vaksinasi HPV sesungguhnya sudah mulai diperkenalan sejak 2016 pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di DKI Jakarta dan akan diperluas ditahun 2017. Tingginya harga vaksin HPV akibat belum tergolong menjadi program nasional menyebabkan banyak masyarakat yang tidak melakukan vaksinasi HPV.15
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik kanker serviks di RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Januari – 31 Desember 2017 yang telah memenuhi syarat inklusi, diperoleh simpulan bahwa pasien kanker serviks ditemukan paling tinggi pada rentang usia 41-50 tahun, memiliki jenjang pendidikan terakhir pada tingkat Sekolah Dasar (SD), bekerja sebagai ibu rumah tangga, sebagian besar tidak memilki riwayat merokok dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, memiliki usia kawin pertama kali pada rentang usia 20-30 tahun, telah menikah sebanyak satu kali, telah melakukan paritas sebanyak tiga, memiliki hasil biopsi histopatologi dengan tipe Squamous Cell Carcinoma-Non Keratinizing, dan terdiagnosis kanker serviks pertama kali pada stadium klinis III B.
SARAN
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang timbul pada penelitian ini, yaitu keterkaitan hubungan pekerjaan, merokok, dan penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. World Health Organization. 2016. Human
papillomavirus (HPV) and cervical cancer.
Tersedia dalam
-
5. Edwin Lasut, Max Rarung, Erna Suparman.
Karakteristik Penderita Kanker Serviks di BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Tahun 2013. Jurnal e-Clinic (eCl).2015;3(1):83-86
-
6. Cokorda Istri Winny Prabasari, dan I Nyoman Gede Budiana. Profil Penderita Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali Periode Juli 2012 – Juni 2013. E-Jurnal
Medika.2017;6(8):2302-1395.
-
7. Cancer Research UK. 2018. Cervical Cancer Incidence Statistics. Tersedia dalam
https://www.cancerresearchuk.org/health-professional/cancer-statistics/statistics-by-cancer-type/cervical-cancer/incidence#heading-One.
Diakses pada 14 Oktober 2018.
-
8. Louie KS, dkk. Early age at first sexual intercourse and early pregnancy are risk factors for cervical cancer in developing countries. Br J Cancer. 2009;100(7):1191-7.
-
9. Aprilia Adys, dan I Gede Ngurah Harry Wijaya. Profil Kanker Serviks pada Wanita dengan Usia dibawah 40 Tahun di RSUP Sanglah Denpasar Periode Juli 2013-Juni 2014. E-Jurnal
Medika.2016;5(11):2302-1395.
-
10. Collins S, Rollason TP, Young LS, Woodman CB. Cigarette smoking is an independent risk factor for cervical intraepithelial neoplasia in young women: a longitudinal study.Eur J Cancer.2010;
46(2):405-11.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs380/e n/. Diakses pada 24 September 2017.
-
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, semester I, 2015.
-
3. Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2010. Sosialisasi Faktor Risiko Penyakit Kanker. Tersedia dalam https://dinkesbali.wordpress.com/page/2/. Diakses pada 24 September 2017.
-
4. Pemerintah Kota Denpasar. 2014. Pencegahan Kanker Serviks. Tersedia dalam
https://www.denpasarkota.go.id/index.php/baca-berita/9396/. Diakses pada 24 September 2017.
-
11. Esther Roura, dkk. The Influence of Hormonal Factors on the Risk of Developing Cervical Cancer and Pre-Cancer: Results from the EPIC Cohort, PLOS ONE, 2016;11(1):e0147029.
-
12. Fang JH, Yu XM, Zhang SH, Yang Y. Effect of smoking on high-grade cervical cancer in women on the basis of human papillomavirus infection studies. J Can Res Ther. 2018;14:184-9.
-
13. Urban M, dkk. Injectable and Oral Contraceptive Use and Cancers of the Breast, Cervix, Ovary, and Endometrium in Black South African Women: Case–Control Study. Franco EL, ed. PLoS Medicine.2012;9(3):e1001182.
doi:10.1371/journal.pmed.1001182.
-
14. American Cancer Society. 2016. What Are the Risk Factors for Cervical Cancer?. Tersedia dalam https://www.cancer.org/cancer/cervical-cancer/prevention-and-early-detection/cervical-cancer-risk-factors.html. Diakses pada 14 Oktober 2018.
-
15. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Tahun ini Kemenkes Upayakan Tiga Vaksin lengkapi Program Imunisasi Nasional. Tersedia dalam
http://www.depkes.go.id/article/view/1701050000 4/tahun-ini-kemenkes-upayakan-tiga-vaksin-lengkapi-program-imunisasi-nasional.html.
Diakses pada 18 Oktober 2018.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
doi:10.24843.MU.2020.V9.i4.P07
44
Discussion and feedback