ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.1,JANUARI, 2020



Diterima:07-12-2019 Revisi:10-12-2019 Accepted: 15-12-2019

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SWAMEDIKASI OAINS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA

Ni Putu Devi Purnamayanti1, I Gusti Ayu Artini2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Swamedikasi merupakan suatu alternatif dalam meningkatkan kemandirian kesehatan di masyarakat. Studi terbaru dari International Research Journal of Pharmacy tahun 2015 menemukan bahwa Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) merupakan obat yang paling sering digunakan dalam swamedikasi sebesar 50%. Tingkat swamedikasi OAINS yang tinggi memiliki kekhawatiran terhadap resiko pemakaian obat yang salah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase tingkat swamedikasi dan pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS pada mahasiswa Universitas Udayana. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada tahun 2016 terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Udayana. Total sampel penelitian adalah 116 sampel. Hasil dari penelitian ini yaitu persentase tingkat swamedikasi umum seluruhnya mencapai 81%, sedangkan pada tingkat swamedikasi OAINS mencapai 75,9%. Berdasarkan masing-masing karakteristik, proporsi tingkat pengetahun baik didominasi oleh sampel yang berusia ≥20 tahun, jenis kelamin perempuan, serta dari sampel yang berasal dari mahasiswa non kedokteran. Hasil uji chi-square menunjukkan, berdasarkan usia nilai p = 0,002 (p<0,05), pada jenis kelamin p = 0,871 (p>0,05) dan pendidikan dengan p = 0,624 (p>0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu usia memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik, sedangkan jenis kelamin dan pendidikan tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap suatu tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS.

Kata kunci : swamedikasi, OAINS, tingkat pengetahuan, Universitas Udayana

ABSTRACT

Self medication is an alternative to increase the independence of health in the community. A recent study from the International Journal of Pharmacy Research in 2015 found that Non-steroidal AntiInflammatory Drugs (NSAIDs) was the drug most frequently used in self medication by 50%. High level of self medication NSAIDs have concerns about the risk of drug use is wrong. The purpose of this study was to determine the percentage level of self medication and influence of sociodemographic characteristics on the level of knowledge about self medication NSAIDs at Udayana University students. This study was cross sectional study using a questionnaire carried out in 2016 against the students of the Faculty of Medicine and Faculty of Social and Political Sciences Udayana University. The total sample is 116 samples. Results from this study is the percentage rate of the general self medication totaled 81%, while the rate of self medication NSAIDs reached 75.9%. Based on the every characteristics, the proportion of the level of knowledge both dominated by the sample aged ≥20 years, female gender, as well as from samples derived from non-medical

students. Chi-square test results show, based on the age of the p-value is 0.002 (p<0.05), gender p-value is 0.871 (p> 0.05) and education with p-value is 0.624 (p>0.05). It is concluded that age had a statistically significant effect, while gender and education showed no statistically significant effect on a level of knowledge about swamedikasi NSAIDs.

Keywords: self medication, NSAIDs, level of knowledge, the University of Udayana

PENDAHULUAN

Swamedikasi merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan serta meningkatkan kemandirian dalam kesehatan masyarakat.1 Data hasil Susenas tahun 2009 mencatat bahwa sekitar 66% masyarakat di Indonesia yang sakit melakukan swamedikasi untuk mengobati penyakit yang diderita.2 Studi Karachi Pakistan mencatat bahwa frekuensi swamedikasi pada pelajar tingkat universitas sangat tinggi mencapai 80,4%. Mahasiswa yang tercatat sekitar 83,3% dari kalangan pelajar mahasiswa non kedokteran dan 77,7% dari mahasiswa kedokteran.3

Penelitian deskriptif yang dilakukan di Universitas Ayder Campus of Mekelle Ethiopia pada tahun 2011 menunjukkan prevalensi perilaku swamedikasi dilakukan untuk mengobati berbagai keluhan seperti sakit kepala (51,56%), batuk pilek (44,80%), dysmenorrhea (20,30%), dispepsia (17,20%), demam (14,10%), diare (10,90%), konstipasi (9,40%), batuk dan nyeri dada (7,80%), keluhan pada kulit (3,13%), dan gejala lainnya (17,20%).4

Studi International Research Journal of Pharmacy tahun 2015 menyatakan sekitar 50% pemilihan obat dalam swamedikasi didasari karena saran teman dan keluarga. Hal ini dapat menjadi salah satu kekhawatiran dalam kelangsungan suatu swamedikasi karena keefektifan informasi masih diragukan. Studi ini juga menemukan bahwa OAINS merupakan obat yang paling sering digunakan dalam swamedikasi.5

Obat Anti Inflamasi Non Steroid ini merupakan anti inflamasi dan analgesik yang bekerja dalam menghambat enzim pro inflamasi yaitu cyclooxygenase (COX). Obat ini dapat bekerja secara non selektif atau spesifik menghambat COX-1 dan COX-2, serta dapat juga bekerja secara selektif pada inhibitor COX 2.6 Swamedikasi yang kurang tepat dapat menimbulkan efek samping OAINS seperti mulut kering, gangguan fungsi ginjal, perubahan tekanan darah, hepatic injury, meningkatkan pendarahan karena berpotensi menghambat platelet, reaksi hipersensitif, gangguan pada kardiovaskular, serta ulkus pada gastrointestinal.6,7 Bahkan efek berbahaya seperti reaksi anafilaksis (11,4% dari 149 sampel yang diduga memiliki hipersensitif)

dan kematian dapat terjadi.8,9 Sehingga diperlukan suatu evaluasi dan perbaikan terhadap pengetahuan masyarakat terhadap swamedikasi obat, khususnya OAINS.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui persentase tingkat swamedikasi dan pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS pada mahasiswa kedokteran dan mahasiswa non kedokteran Universitas Udayana. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi, menjadi acuan untuk penelitian yang serupa, serta dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk mengembangkan regulasi berkaitan tentang swamedikasi OAINS.

BAHAN DAN METODE

Penelitian cross sectional ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016 bertempat di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Udayana. Subjek yang telah mengikuti penelitian ini berjumlah 116 sampel yang diperoleh melalui perhitungan formula besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi serta ditambah sebanyak 20% untuk mengantisipasi jumlah drop out.10

Rincian 116 sampel tersebut terdiri dari 29 sampel dari mahasiswa program studi kedokteran umum Fakultas Kedokteran angkatan tahun 2013, 29 sampel dari mahasiswa program studi kedokteran umum Fakultas Kedokteran angkatan tahun 2014, 29 sampel dari mahasiswa program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik angkatan tahun 2013, serta 29 sampel dari mahasiswa program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik angkatan tahun 2014.

Pengambilan data diperoleh melalui kuesioner yang telah dibagikan pada sampel dengan kriteria inklusi yaitu mahasiswa aktif Universitas Udayana serta merupakan mahasiswa aktif tahun angkatan 2013 dan 2014. Pengambilan data telah mendapat persetujuan terlebih dahulu melalui pengisian lembar persetujuan penelitian yang sudah dilampirkan pada lembar kuesioner penelitian.

Data yang berhubungan dengan analisis pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap

tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS pada mahasiswa Universitas Udayana, dianalisis

menggunakan analisis bivariat dengan uji chi-square, Confident Interval (CI) 95%. Persentase tingkat swamedikasi pada mahasiswa kedokteran dan non kedokteran juga dicari melalui penilaian deskriptif menggunakan software SPSS statistic 21.0.

HASIL

Karakteristik sosiodemografi penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan seperti yang ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Sosiodemografi Subjek Penelitian

Variabel

N

%

Usia

< 20

21

18,1

≥ 20

95

81,9

Jenis Kelamin

Laki-laki

41

35,3

Perempuan

75

64,7

Pendidikan

Kedokteran

58

50

Non Kedokteran

58

50

Hasil tingkat swamedikasi umum ditampilkan pada Tabel 2. Berdasarkan karakteristik usia, sampel yang menyatakan pernah melakukan swamedikasi umum didominasi oleh sampel yang berusia ≥ 20 tahun dengan persentase sebesar 83,2%. Adapun nilai p adalah 0,227 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik.

Berdasarkan jenis kelamin, perempuan memiliki tingkat swamedikasi umum yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan persentase sebesar 81,3%. Nilai p pada uji data ini yaitu 0,912 atau menunjukkan tidak adanya pengaruh yang bermakna secara statistik.

Berdasarkan karakteristik pendidikan, tingkat swamedikasi umum lebih didominasi oleh mahasiswa non kedokteran. Nilai p pada uji data ini

adalah 0,636 yang berarti tidak ada pengaruh yang bermakna secara statistik.

Tabel 2. Tingkat Swamedikasi Umum

Variabel

Tingkat Swamedikasi Umum

Total N (%)

Nilai p

Ya

N (%)

Tida k N (%)

Usia (Tahun)

< 20

15

6

21

(71,4)

(28,6)

(100)

0,22

≥ 20

79

16

95

7

(83,2)

(16,8)

(100)

Jenis

Kelamin

Laki-laki

33

(80,5)

8 (19,5)

41

(100)

0,91

Perempuan

61

(81,3)

14

(18,7)

75 (100)

2

Pendidika

n

Mahasiswa

46

12

58

Kedokteran

(79,3)

(20,7)

(100)

0,63 6

Mahasiswa

Non

Kedokteran

48

10

58

(82,8)

(17,2)

(100)

Total

94

22

116

(81)

(19)

(100)

Beberapa pilihan OAINS telah diopsikan pada kuesioner seperti aspirin, asam mefenamat, ibuprofen, diclofenac, indometasin, naproxen, piroksikam, celecoxib, etodolac, meloksikam, dan nimesulide. Hasil tingkat swamedikasi OAINS di tampilkan pada Tabel 3. Berdasarkan usia, sampel yang berusia ≥20 tahun memiliki tingkat swamedikasi OAINS lebih tinggi terhadap sampel yang berusia <20 tahun, dan usia menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna secara statistik. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin terlihat bahwa perempuan memiliki tingkat swamedikasi yang lebih banyak dan bermakna secara statistik.

Karakteristik berdasarkan pendidikan memiliki tingkat swamedikasi OAINS yang didominasi oleh sampel dari mahasiswa non kedokteran, dengan persentase sebesar 86,2%, dan bermakna secara statistik.

Tabel 3. Tingkat Swamedikasi OAINS

Tingkat Swamedikasi

Total N (%)

Nilai

Variabel

OAINS

Ya

Tidak

p

N (%)

N (%)

Usia (Tahun)

< 20

9

12

21

(42,9)

(57,1)

(100)

0,00

≥ 20

79

16

95

(83,2)

(16,8)

(100)

Jenis

Kelamin

Laki-laki

26

15

41

(63,4)

(36,6)

(100)

0,02

Perempuan

62

13

75

1

(82,7)

(17,3)

(100)

Pendidika n

Mahasiswa Kedokteran Mahasiswa

38 (65,5)

50

20

(34,5)

8

58 (100)

58

0,00

Non

Kedokteran

9

(86,2)

(13,8)

(100)

Total

88

28

116

(75,9)

(24,1)

(100)


Tabel 4. menjelaskan pengaruh tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS dengan masing-masing karakteristik sosiodemografi. Berdasarkan usia, sampel yang berusia ≥ 20 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan usia <20 tahun, dengan nilai p 0,002 atau menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna secara statistik. Sedangakan berdasarkan jenis kelamin, terlihat perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki, namun hasil uji nilai p tidak menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna secara perhitungan statistik. Karakteristik pendidikan menunjukkan mahasiswa non kedokteran memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan mahasiswa kedokteran, dengan nilai p 0,624 yang berarti tidak adanya pengaruh yang bermakna secara statistik antara pendidikan terhadap tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS pada suatu populasi.

Tabel 4. Tingkat Pengetahuan tentang Swamedikasi OAINS berdasarkan Karakteristik

Sosiodemografi

Kategori Tingkat

Pengetahuan

Total (N)

Nilai p

Variabel

Baik

Kuran g

(N)

Baik (N)

Usia (Tahun) < 20

1

8

9

0,00

≥ 20

52

27

79

2

Jenis

Kelamin

Laki-laki

16

10

26

0,87

Perempuan

Pendidikan

37

25

62

1

Kedokteran

Non kedokteran

24

14

38

0,62

29

21

50

4

Total

53

35

88


PEMBAHASAN

Penelitian ini, karakteristik usia sampel yang berusia ≥20 tahun memiliki tingkat swamedikasi umum yang lebih besar dibandingkan sampel yang berusia <20 tahun. Hasil tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di Universitas Palestina. Mahasiswa yang berusia ≥20 tahun memiliki tingkat swamedikasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 56,2%, sedangkan mahasiswa yang berusia <20 tahun hanya 41,6%.11 Penelitian lain di Jepang mengatakan bahwa sampel yang berusia dewasa muda (usia 20-30 tahun) memilih swamedikasi karena adanya kekhawatiran yang tinggi terhadap biaya kesehatan dimasa depan dengan persentase sebesar 50%.12

Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian ini memperoleh 61 dari 94 sampel yang pernah melakukan swamedikasi umum adalah perempuan. Namun hasil ini dapat terjadi karena jumlah sampel penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Pada penelitian lain di Universitas Taibah Madinah Arab Saudi juga menyebutkan bahwa perempuan memiliki tingkat swamedikasi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan persentase sebesar 65,5% sedangkan laki-laki sebesar 63,5%.13 Berdasarkan penelitian tahun 2012 di Nigeria, wanita cenderung melakukan swamedikasi karena alasan status

doi:10.24843.MU.2020.V9.i1.P03


kesehatan umum dan kondisi kesehatan reproduksi seperti nyeri saat menstruasi.14

Berdasarkan karakteristik pendidikan penelitian ini, kelompok mahasiswa non kedokteran adalah kelompok yang mendominasi swamedikasi umum dengan proporsi sebesar 48 sampel. Hasil ini serupa dengan penelitian di Pakistan yang menyebutkan mahasiswa non kedokteran memiliki tingkat swamedikasi yang lebih tinggi mencapai 83,3%.3 Penelitian lainnya di 4 Universitas yang berada di Provinsi Sindh Pakistan juga memperoleh tingkat swamedikasi didominasi oleh mahasiswa golongan non kedokteran dengan persentase 81% sedangkan pada mahasiswa kedokteran hanya sebesar 78%.15 Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Universitas Taibah Madinah Arab Saudi yang menyatakan mahasiswa kedokteran lebih mendominasi suatu perilaku swamedikasi dibandingkan mahasiswa non kedokteran dengan persentase sebesar 66%. Penelitian di Universitas Taibah menyatakan alasan terbanyak mahasiswa non kedokteran melakukan swamedikasi adalah menghemat biaya (10,7%) serta kecenderungan mahasiswa tidak suka pergi kedokter (16,2%). Sedangkan mahasiswa kedokteran memilih swamedikasi karena alasan keluhan yang minimal, obat yang praktis, pengalaman dalam swamedikasi sebelumnya.13

Penelitian ini menemukan bahwa berdasarkan usia, swamedikasi OAINS lebih banyak dilakukan pada kalangan sampel yang berusia ≥20 tahun (83,2%). Penelitian lain yang serupa menilai tingkat penggunaan OAINS pada 400 mahasiswa di Universitas Kota Ardabil menunjukkan sampel yang mendominasi penggunaan OAINS adalah berkisar pada usia 2025 tahun dengan persentase sebesar 68,3%. Hasil ini dapat terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti ekonomi, gaya hidup, budaya, dan sosial.16

Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian ini menyatakan bahwa 62 dari 88 sampel yang menyatakan pernah melakukan swamedikasi OAINS berjenis kelamin perempuan. Penelitian deskriptif cross sectional lain menyebutkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan dua kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki dalam penggunaan OAINS tanpa resep dokter (64,5% vs. 35,5%) karena alasan psikologis.16

Berdasarkan pendidikan mahasiswa non kedokteran memiliki tingkat swamedikasi OAINS lebih banyak. Berbeda dengan penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2014, sampel yang pernah

menggunakan OAINS secara swamedikasi lebih banyak terdapat pada mahasiswa kedokteran dengan persentase sebesar 62% karena alasan pengetahuan tentang pengobatan yang baik (26,3%). Penelitian ini mencatumkan pengumpulan data perihal nama obat yang dipakai sampel dalam melakukan suatu pengobatan secara swamedikasi. Hasil analisis menyebutkan bahwa Gelofen (39%) dan Ibuprofen (35%) merupakan obat yang banyak dipilih, serta ada beberapa obat lainnya seperti asam mefenamat (18%), naproxen (4%), dan lain-lain (4%).16

Penelitian ini menghasilkan dari 88 sampel yang menyatakan pernah melakukan swamedikasi OAINS, terdapat 53 sampel dengan kategori pengetahuan baik, sedangkan sisanya kurang baik. Penelitian tentang tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS di Surabaya pada tahun 2014 memiliki perbedaan dengan penelitian ini dalam membagi kelompok kategori pengetahuan. Penelitian yang mengambil sampel populasi pada etnis Tionghoa ini membagi kategori pengetahuan menjadi 3 diantaranya kategori baik (rentang nilai 76-100%), cukup (rentang nilai 5675%), dan kurang (nilai dibawah sama dengan 55%).

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS dengan kategori baik sebanyak 40 sampel, kategori cukup 41 sampel, dan kategori kurang sebanyak 19 sampel. Hasil analisis statistik penelitian dengan populasi sampel etnis Tionghoa ini menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan swamedikasi. Namun pengaruh tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi ini tergolong sangat rendah yaitu sebesar 7,4%. Terdapat faktor lain sebesar 92,6% sebagai pendukung dan pendorong perilaku swamedikasi OAINS seperti keluarga, pengalaman sendiri, dan sosial (penggunaan obat tradisional yang sudah diturunkan dari masa ke masa). Namun pada penelitian ini tidak membahas perihal nama obat OAINS yang digunakan sampel secara swamedikasi serta pengaruh karakteristik sosiodemografi terhadap tingkat pengetahuan tentang swamedikasi OAINS.17

SIMPULAN

Tingkat swamedikasi umum penelitian ini yaitu 81% dari 116 total sampel. Sampel yang menyatakan pernah melakukan swamedikasi OAINS adalah 75,9%.

Berdasarkan karakteristik usia, kategori pengetahuan baik didominasi oleh sampel yang berusia ≥ 20 tahun dan terdapat pengaruh yang

bermakna secara statistik. Pada karakteristik jenis kelamin ditemukan bahwa perempuan memiliki kategori pengetahuan yang lebih baik dari laki-laki, namun tidak memiliki bermakna secara statistik terhadap tingkat pengetahuan swamedikasi OAINS. Karakteristik pendidikan dengan kategori pengetahuan baik didominasi oleh mahasiswa non kedokteran, namun tidak bermakna secara statistik. DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Muchid, A., Umar, F., Chusun, Supardi, S., Sinaga, E., Azis, S. dkk. Pedoman Penggunaan Obat Bebas & Bebas Terbatas. Direktorat Bina Farmasi Komunitas & Klinik Dikjen Bina Kefarmasian & Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2007. h. 9

  • 2.    Kartajaya, H. Self Medication. Mark Plus Indonesia. 2011. h. 3-12.

  • 3.    Shah, S.J., Ahmad H., Rehan, R.B., Najeeb, S., Mumtaz, M., Jilani, M.H., dkk. SelfMedication with Antibiotics among NonMedical University Student of Karachi : A Cross-Sectional Study. Biomed Central. 2014; 15:74. h. 1-7.

  • 4.    Gutema, G.H., Gadisa, D.A., Kidanemariam, Z.A., Berhe, D.F., Berhe A.H., Hadera, M.G., dkk. Self-Medication Practices among Health Sciences Students : The Case of Mekelle University.     Journal     of     Applied

Pharmaceutical Science. 2011; 1(10). h.183-189.

  • 5.    Ayub, M., Ibrahim, A.K., Sidiqui, S., Tabasum, F., Akbar, A., Anwar, G., dkk. Prevalent and Consequences Associated with Self Medication in Our Society. International Research Journal of Pharmacy. 2015; 6(8). h. 548-551.

  • 6.    Ong, C.K.S., Lirk, P., Tan, C.H., dan Seymour, R.A. An Evidence-Based Update on Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs. Marshfield Clinic. 2006; 5(1). h. 19-34.

  • 7.    Borges, M.S. Clinical Management of Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug Hypersensitivity.       World       Allergy

Organization. 2008; 1(2). h. 29-32.

  • 8.    Simons, F.E., Ardusso, L.R.F., Bilό, M.B., El-Gamal, Y.M., Ledford, D.K., Ring, J., dkk. World Allergy Organization Guidelines for the Assessment and Management of Anaphylaxis. World Allergy Organization Journal. 2011; 4. h.13-47.

  • 9.    Nissen, C.V., Jensen, C.B., dan Mortz, C.G. Hypersensitivity to Non-Steroidal AntiInflammatory Drugs (NSAID) : Classification of a Danish Patient Cohort According to

EAACI/ENDA Guidelines. Clinical and Translational Allergy. 2015; 5:10. h. 1-10.

  • 10.    Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis Edisi ke-4. Jakarta : CV. Sagung Seto, 2011; h. 360-361.

  • 11.    Sawalha, A.F. Assessment of Self-Medication Practice among University Students in Palestine:    Therapeutic and Toxicity

Implications. The Islamic University Journal. 2007; 15(2). h.67-82.

  • 12.    Aoyama, I., Koyama, S., dan Hibino, H. SelfMedication Behaviors Among Japanese Consumers: Sex, Age, and SES Differences and Caregivers’ Attitudes Toward Their Children’s Health Management. Asia Pasific Family Medicine. 2012; 11(7). h.1-9.

  • 13.    Aljaouni, M.E., Hafiz, A.A., Alalawi, H.H., dan Alkhawaja, I. Self-Medication Practice Among Medical and Non-Medical Students at Taibah University, Madinah, Saudi Arabia. International Journal of Academic Scientific Reasearch. 2015; 3(4). h. 54-65.

  • 14.    Afolabi, A.O. Self Medication, Drug Dependency and Self-Managed Health Care-A Review. Nigeria: Public Health-Social and Behavioral Health. 2012. h. 223-234.

  • 15.    Syed, N., Naseer, M., Memon, M. Q., dan Rani, K. Prevalence of Self-Medication and Its Practice Among the Medical and NonMedical Students. JLUMHS. 2014; 13(2). h. 79-81.

  • 16.    Kahnamoueiaghdam, F., Farzaneh, E., Skandaroghli, B., dan Fathi, A. Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs Use Among University Students in Ardabil City, 2014. Journal of Behavioral Health. 2015; 4(3). h. 87-89.

  • 17.    Pratiwi, P.N., Pristianty, L., Noorrizka, G., dan Impian, A. Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid Oral pada Etnis Thionghoa di Surabaya. Departemen Farmasi Komunitas Universitas Airlangga. 2014; 1(2). h. 36-40.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2020.V9.i1.P03

17