SEORANG PENDERITA DENGAN VERUKA VULGARIS REKUREN

Ni Made Gita Saraswati

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Kutil (Verruca Vulgaris) adalah lesi jinak berupa nodul dengan karakteristik permukaan berupa papil. Veruka vulgaris dapat muncul dimana saja pada permukaan kulit, seringkali pada pada jari. Lesi ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain, sering mengalami rekurensi, serta menimbulkan bekas berupa jaringan parut. Laporan kasus ini memaparkan seorang penderita dengan veruka vulgaris rekuren. Tindakan pencegahan penting dilakukan untuk mencegah rekurensi timbulnya lesi, disamping terapi elektrodesikasi yang bersifat kuratif.

Kata kunci: veruka vulgaris, kutil, elektrodesikasi

PATIENT WITH VERUCCA VULGARIS RECCURENT

ABSTRACT

The common wart or verruca vulgaris are benign lesions, elevated, firm nodules with characteristic papillomatous surface projections. This lession could appear anywhere in the body, mostly in fingers. The lesion could spread anywhere in the body, leaving a scar and also have a high incidence of reccurency. This report describe a man with verruca vulgaris recurrent. Preventive is important to prevent the reccurency, beside electrodesication as a curative therapy.

Keywords: verucca vulgaris, warts, electrodesication

PENDAHULUAN

Veruka merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh virus dari kelompok human papillomavirus (HPV).1,2 Terdapat banyak turunan HPV. Sebagian cenderung menginfeksi daerah alat kelamin atau anus, menimbulkan kutil genital, sedangkan yang lain mengkolonisasi jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil ditularkan melalui kontak kulit ke kulit sedangkan kutil genital dianggap sebagai penyakit menular seksual.

Kutil (Verruca Vulgaris) adalah papul jinak yang dapat timbul di bagian mana saja di kulit. Veruka lebih sering ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda, namun veruka juga dapat terjadi pada orang tua. Veruka vulgaris dapat muncul dimana saja pada permukaan kulit, khususnya pada jari, tangan dan lengan. 1,2,3,4

Virus HPV penyebab veruka vulgaris ini tidak memberikan gejala akut, namun pertumbuhan lesinya bersifat perlahan dan menyebabkan perluasan fokal daripada sel epitel.1,3 Lesi dapat diam dalam periode subklinis dalam waktu yang lama atau tumbuh menjadi sebuah 4 massa yang secara awam dikenal sebagai kutil.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya veruka vulgaris adalah penggunaan tempat pemandian umum, trauma, dan seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah.5

Sampai saat ini, belum ada data pasti mengenai prevalensi penyakit ini, hal ini disebabkan tidak semua pasien dengan veruka datang untuk mencari bantuan tenaga medis, karena sifat daripada lesi itu sendiri yang tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari dan terkadang dapat sembuh sendiri seiring berjalannya waktu. Namun lesi ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain, sering mengalami rekurensi, serta menimbulkan bekas berupa jaringan parut.3 Terapi yang dilakukan tidaklah bertujuan untuk menghilangkan etiologi penyebab, namun lebih bersifat kosmetik.

ILUSTRASI KASUS

WH, laki-laki, 15 tahun, Bali datang ke rumah sakit dengan keluhan utama tumbuh kutil pada jari sejak dua minggu yang lalu. Keluhan dirasakan sejak dua minggu yang lalu. Pada awalnya timbul kutil pada falang tiga dextra kemudian bertambah satu buah pada falang satu. Keluhan

nyeri dan gatal disangkal. Kutil pada penderita dirasakan tdak terlalu mengganggu aktivitas. Ibu penderita pernah memiliki keluhan serupa dengan penderita, namun telah dilakukan elektrodesikasi. Sebelumnya penderita pernah mengalami hal yang sama pada falang tiga proksimal setahun yang lalu, dan sudah dilakukan elektrodesikasi.

Saat dilakukan pemeriksaan keadaan umum penderita baik, status general dan present dalam bata normal. Dari status dermatologi, lokasi lesi terdapat pada falang satu dan tiga dextra. Effloresensi berupa papula putih keabuan, bentuk bulat, ukuran ± 3-4 mm, multiple, berbatas tegas, padat dengan permukaan kasar,di atas kulit normal. Stigmata atopik tidak ada. Mukosa, rambut dan kuku dalam batas normal.

Berdasarkan hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis kerja veruka vulgaris dengan diagnosis banding moluskum kontagiosum dan keratitis seboroik. Pasien diterapi dengan elektrodiskasi dan kuretase seta pemberian antibiotik topikal berupa salep asam fusidat. Prognosis pada penderita dubius ad bonam.

DISKUSI

Veruka merupakan hiperplasia epidermis disebabkan oleh human papilloma virus tipe tertentu. Di masyarakat, veruka disebut juga kutil atau common wart untuk veruka vulgaris dan genital wart. untuk kondiloma akuminatum.1,3,4

Menurut sumber, dinyatakan bahwa prevalensi veruka vulgaris mencapai 7-12% di seluruh dunia. Penyakit ini tersebar secara kosmopolit. Penyakit ini ditransmisikan melalui

kontak kulit, maupun autoinokulasi. Kutil ini dapat ditemukan pada anak-anak maupun usia

dewasa bergantung pada jenis kutil yang ditemukan.1

Veruka disebabkan oleh human papilloma virus, yang tergolong dalam virus papiloma (grup papova), virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear. Tipe HPV yang paling sering menimbulkan veruka vulgaris adalah HPV tipe 2 dan 4, selain itu juga dapat disebabkan oleh HPV tipe 1, 3, 27 dan 57.1,4

Veruka memiliki beberapa bentuk klinis, yaitu1,6 :

  •    Veruka vulgaris

Mengenai veruka vulgaris akan dijelaskan kemudian.

  •    Veruka viliformis

Merupakan varian dari veruka vulgaris yang terdapat pada daerah wajah dan kulit kepala. Lesi nampak sebagai penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit dengan permukaannya yang verukosa.

  •    Veruka plana juvenilis

Lesi yang tampak memiliki permukaan yang licin dan rata, berwarna sama dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Penyebarannya terdapat pada daerah wajah dan leher, dorsum manus dan pedis, pergelangan tangan serta lutut. juga terdapat fenomena kÖbner dan termasuk penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Jumlah kutil dapat sangat banyak. terutama pada anak dan usia muda, walaupun juga terdapat pada orang tua.

  •    Veruka plantaris

Lesi terdapat pada telapak kaki, terutama pada daerah yang banyak mengalami penekanan. bentuknya berupa cincin yang keras, dengan bagian tengah yang agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan. permukaannya licin karena gesekan dan menimbulkan

nyeri pada waktu berjalan, yang disebabkan oleh penekanan massa yang terdapat pada daerah tengah cincin. Bila beberapa veruka bersatu dapat timbul gambaran seperti mozaik.

  •    Veruka akuminatum

Lebih dikenal dengan nama kondyloma akuminata. Predileksi umumnya pada daerah genital. tidak nyeri dan bentuk lesi yang nampak dapat datar maupun seperti jengger ayam tergantung pada tipe HPV yang menginfeksi.

Infeksi HPV terjadi akibat inokulasi virus ke dalam epidermis melalui defek pada epithelium. Adanya maserasi pada kulit dapat menjadi faktor predisposisi yang sangat penting. Kemudian virus terikat melalui reseptor seluler HPV tipe integrin α6β4 di permukaan sel keratinosit. Pada saat terjadi pembelahan sel basal, genom virus akan mengalami replikasi kemudian bermigrasi kepermukaan kulit untuk membentuk lapisan epitel.4

Veruka vulgaris nampak berupa tonjolan berupa papul seperti kembang kol yang terutama sering terdapat pada ekstrimitas bagian ekstensor, terutama pada tangan, walaupun penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Lesi yang nampak bentuknya bulat berwana abu-abu, besarnya lentikular atau jika berkonfluensi berbentuk plakat, dengan permukaan yang kasar (verukosa). bila dilakukan goresan, dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena kÖbner).1,2,3,4,6

Veruka vulgaris dapat tampak menyebar, berkelompok atau timbul di sekitar kuku. Biasanya lebih sering terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda. Dapat pula ditemukan induk kutil yang suatu saat akan menimbulkan anak-anak kutil dalam jumlah yang banyak.1,4,6

Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan melalui hasil anamnesis dan gambaran klinis. Apabila gambaran klinis tidak jelas, maka dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi.6 Tanda

khas yang ditemukan adalah papul berbatas tegas, padat, permukaan kasar, tidak teratur, tidak gatal dan tidak sakit.

Keluhan penderita sudah dirasakan sejak dua minggu yang lalu. Dari hasil anamnesis yang diperoleh mengarah ke perjalanan penyakit veruka vulgaris, dimana penderita datang dengan keluhan timbul kutil tanpa rasa gatal dan nyeri pada tempat predileksi sesuai dengan tempat predileksi penyakit veruka vulgaris.

Melalui pemeriksaan fisik pasien didapatkan status dermatologi dengan lokasi pada falang satu dan tiga dextra, dan effloresensi berupa papula putih keabuan, bentuk bulat, ukuran ± 3-4 mm, multiple, berbatas tegas, padat dengan permukaan kasar, di atas kulit normal.

Hasil pemeriksaan fisik yang didapat juga mengarah ke diagnosis penyakit veruka vulgaris oleh karena ditemukan adanya papula putih keabuan yang terdapat pada jari tangan yang merupakan tempat predileksi penyakit veruka vulgaris.

Diagnosa yang memungkinkan selain veruka vulgaris adalah moluskum kontagiosum dan keratosis seboroik. Gambaran klinis moluskum kontagiosum ialah papul miliar atau lentikular berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang di tengahnya terdapat lekukan (delle). Lesi dapat terjadi di seluruh tubuh, baik pada kulit maupun mukosa., dan terkadang menimbulkan rasa gatal. Diagnosis moluskum kontagiosum bisa disingkirkan dengan melihat tempat predileksi dan rasa gatal yang tidak sesuai dengan keluhan penderita.1,4,6

Gambaran klinik keratosis seboroik berupa papul berwarna cokelat sampai hitam dengan perabaan yang kenyal. Tempat predileksinya tubuh bagian atas dan wajah. biasanya terjadi pada orang tua. Diagnosis keratosis seboroik bisa disingkirkan dengan melihat gambaran klinik, tempat predileksi dan faktor usia yang tidak sesuai dengan keluhan penderita.6,9

Diagnosis pasti penyakit veruka vulgaris dapat ditegakkan dengan menemukan papul berbatas tegas, padat, permukaan kasar, tidak teratur, tidak gatal dan tidak sakit melalui anamnesis dan pemeiksaan fisik. Untuk itu pada kasus ini diagnosa kerjanya adalah veruka

vulgaris rekuren.

Penanganan veruka vulgaris dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan salep topikal, bedah beku dan elektrodesikasi.1,6,10

  •    Salep salisil 50% dengan plester

dapat diberikan salep salisil dengan plester yang dilubangi bagian tengahnya untuk melindungi kulit sekitarnya. setelah diberikan salep lalu ditutup dengan plester lain di atasnya. lakukan pergantian dalam satu kali sehari. setelah 1-2 minggu biasanya lesi akan menjadi putih dan lembek sehingga mudah dilepas.

  •    Krioterapi dengan nitrogen cair

krioterapi (bedah beku) dengan nitrogen cair digunakan pada kutil yang tidak berhasil diobati dengan obat olesan. Bisa dengan menggunakan peralatan sederhana dengan benang katun yang dililitkan sekitar ujung lidi sebesar tangkai jeruk. Alat ini dimasukkan ke dalam nitrogen cair kemudian ditutulkan pada kutil sampai kutil dan kulit sekitar yang mengelilinginya membeku.

  •    Elektrodesikasi dan kuretase

Setelah diberikan anastesi lokal dengan lidokain, letakkan jarum listrik pada puncak lesi dan tahan hingga jaringan mulai agak menggelembung. Selanjutnya lesi dapat diangkat dengan kuret.

Pada penderita diberikan terapi berupa tindakan elektrodesikasi dan kuretase untuk mengangkat kutil dan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi sekunder. Untuk prognosis

pada pasien adalah baik.

Disini, KIE juga sangat berperan penting untuk mencegah rekurensi, ataupun penyebaran kutil. KIE yang diberikan kepada pasien ini yaitu menganjurkan penderita agar tidak menggaruk lesi sehingga dapat mencegah menyebarnya lesi ke daerah lain;

  •    Jangan menyikat, menjepit, menyisir atau mencukur daerah yang memiliki kutil, untuk menghindari penyebaran virus.

  •    Jangan menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil selagi menggunakan pada kuku yang sehat.

  •    Jangan menggigit kuku jika memiliki kutil di dekat kuku.

  •    Jangan mencungkil kutil. Mencunngkil dapat menyebarkan virus. Pertimbangkan menutupi kutil dengan perban perekat untuk mencegah pencungkilan.

  •    Jaga tangan agar kering sebisa mungkin, karena kutil lebih sulit untuk dikendalikan di lingkungan lembab.

  •    Cucilah tangan dengan baik setelah menyentuh kutil Anda.

Gunakan alas kaki di kamar mandi atau kamar ganti umum.

Veruka vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, namun juga dapat menimbulkan komplikasi berupa penyebaran lesi ke bagian tubuh lain, rekurensi, serta timbulnya bekas berupa jaringan parut. Penyakit ini seringkali bersifat residif, walaupun pengobatan yang diberikan sudah adekuat.1,10

RINGKASAN

Dilaporkan penderita laki-laki, 15 tahun dengan keluhan timbul kutil pada falang satu dan tiga sejak satu minggu yang lalu. Keluhan gatal dan nyeri disangkal. Penderita pernah mengalami hal yang sama satu tahun yang lalu dan telah dilakukan elektrodesikasi. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan status present dan status general dalam batas normal. Lokasi lesi pada Falang satu dan tiga dextra. Pada effloresensi ditemukan papula putih keabuan, multiple, berbatas tegas, padat dengan permukaan kasar, di atas kulit normal. Pemeriksaan penunjang tidak dikerjakan, tetapi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah ke penyakit veruka vulgaris karena ditemukan papula berbatas tegas, padat, permukaan kasar, tidak teratur, tidak gatal, dan tidak sakit. Diagnosis kerjanya adalah veruka vulgaris rekuren. Pada penderita diberikan terapi berupa tindakan elektrodesikasi dan kuretase untuk mengangkat kutil dan antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi sekunder. Prognosis penyakit ini baik, namun sering residif, walaupun diberikan pengobatan yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Handoko, RP. Penyakit virus dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. Djuanda A; Edisi Keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, p 110-18

  • 2.    Pohan SS, Sukaanto, Narakbah J, et al. Veruka vulgaris dalam Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin; Eedisi ketiga, Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR, Surabaya, 2007, p20-21

  • 3.    Brown RG, Burns T. Veruka Vulgaris. Lecture Notes Dertmatologi. Edisi kedelapan, Jakarta : Erlangga, 2005, p19-31

  • 4.    Wolff K, Goldsmith LA, Kats SI, et al. Warts. Fitspatrick’s dermatology in general

medicine, 7th edition New York : Mc Graw-Hill Book Co, 2008 : 1913-23

  • 5.    Anonim. Warts (Veruka Vulgaris) Patient Education Handout. Southern Illinois University Carbondale, 2009. (web : www.shc.siuc .edu)

  • 6.    Duarsa NW, Pindha S, Bratiartha, et al. Veruka Vulgaris dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Denpasar, Bali, 2000, p35

  • 7.    Anonim. Dermpath Diagnostic Veruka Vulgaris, 2008.

(www.DermpathDiagnostics.com)

  • 8.    Kumar, Vinay; Abbas, Abul K.; Fausto, Nelson; Mitchell, Richard (2007). "Chapter 19 The Female Genital System and Breast". Robbins Basic Pathology (8 ed.). Philadelphia: Saunders

  • 9.    Rata, AK. Tumor jinak dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed. Djuanda A; Edisi Keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, p 230

  • 10.    Harlim A, Kosasim A, Gayum. Kutil (veruka). 2010. (www.mediastore.com)

Veruka vulgaris pada falang satu dan tiga