ISSN: 2597-8012

JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.9,SEPTEMBER, 2019

DIRECTORY OF

OPEN ACCESS

JOURNALS

DOAJ


GAMBARAN DEPRESI PADA ORANG LANJUT USIA DI PERHIMPUNAN WERDHA SEJAHTERA (PWS) KOTA DENPASAR

G.A. Ade Cahayani Saraswati1, Anak Ayu Sri Wahyuni2

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Bagian/SMF Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Email: adecsaraswati@gmail.com

ABSTRAK

Peningkatan umur harapan hidup penduduk di dunia menyebabkan terjadinya pergeseran trend penyakit menjadi penyakit tidak menular, salah satunya depresi. Gangguan psikiatri seperti depresi seringkali dilewatkan oleh pekerja kesehatan, maka dari itu, gambaran depresi pada orang lanjut usia perlu diketahui. Penelitian ini merupakan studi observasional cross-sectional deskriptif, menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-S), diisi oleh 30 orang lansia anggota Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 6,7% lansia anggota PWS Kota Denpasar menderita depresi ringan. Depresi ringan ditemukan pada lansia berjenis kelamin wanita, lansia beragama Hindu, lansia yang menikah, lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah, lansia yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan dan yang memiliki penghasilan tetap setiap bulan, lansia dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) dan dengan pendidikan terakhir lebih tinggi dari Sekolah Menengah Atas (SMA), lansia yang menderita penyakit kronis dan tidak menderita penyakit kronis, dan lansia yang mengonsumsi satu jenis obat dan yang tidak mengonsumsi obat. Penelitian ini merupakan studi observasional cross-sectional deskriptif dan tidak meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara tingkat depresi dengan data demografi lansia anggota PWS Kota Denpasar.

Kata kunci: depresi, lanjut usia, Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-S)

ABSTRACT

Increased world population’s life expectancy caused shift in the diseases trend into non-infectious diseases, one of them is depression. Psychiatric disorders such as depression are often missed by health workers, therefore, description of depression in the elderly needs to be known. This study was cross-sectional observational descriptive study using Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-S) as instrument. This quesionnaires were filled by 30 elderly members of the Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar. The results showed 6.7% of elderly members of PWS Kota Denpasar suffering from mild depression. Mild depression was found in elderly female, elderly Hindus, married elderly, elderly who lived with their family, elderly who don’t have a steady income every month and who have a steady income every month, elderly who their last education was Elementary School and higher than Senior High School, elderly who suffer from chronic diseases and who do not suffer from chronic diseases, and elderly who consume one type of medication and who do not consume medication. This study was crosssectional observational descriptive study and no further investigate the relationship between level of depression with demographic data of elderly members of PWS Kota Denpasar.

Keywords: depression, elderly, Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-S)

PENDAHULUAN

Dewasa ini, populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia semakin meningkat. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2013, antara tahun 2000 dan 2050, proporsi

penduduk lansia di dunia diperkirakan meningkat dua kali lipat dari 11% menjadi 22%. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2011, pada tahun 2000-2005 umur harapan hidup penduduk di dunia adalah 66,4 tahun. Angka ini

DOAJ


diperkirakan akan meningkat pada tahun 20452050 dimana umur harapan hidup menjadi 77,6 tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa juga terjadi peningkatan umur harapan di Indonesia, dimana pada tahun 2000 umur harapan hidup di Indonesia adalah 64,5 tahun kemudian meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun.1 Peningkatan umur harapan hidup penduduk di dunia selama satu abad terakhir merupakan salah satu alasan terjadinya pergeseran trend penyakit dan penyebab kematian dari penyakit infeksi dan parasit menjadi penyakit tidak menular yang banyak menyerang penduduk dewasa dan lansia.2 Penduduk lansia rentan mengalami penelantaran dan maltreatment. Maltreatment pada penduduk lansia dapat mengarah tidak hanya ke gangguan fisik, tetapi juga gangguan psikologis yang serius dan berjangka panjang seperti depresi dan kecemasan.3 Lebih dari 20% penduduk usia 60 tahun ke atas menderita gangguan neuropsikiatri, yang paling umum terjadi ialah demensia dan depresi. Penduduk lansia dengan depresi memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan penduduk lansia dengan kondisi medis kronis seperti hipertensi atau diabetes. Depresi juga meningkatkan penggunaan dan biaya layanan kesehatan.3 Depresi dapat dihubungkan dengan peningkatan angka kematian karena bunuh diri maupun penyakit medis lainnya, hal ini terjadi karena kesehatan jiwa dapat berdampak pada kesehatan fisik dan hal ini juga berlaku sebaliknya.4 Secara umum, gangguan psikiatri sering dilewatkan oleh pekerja kesehatan dan pasien itu sendiri, dan stigma mengenai gangguan psikiatri di masyarakat membuat orang-orang segan untuk mencari bantuan.3 Depresi pada penduduk lansia dapat menimbulkan dampak yang buruk tidak hanya pada individu dan keluarga, tapi

juga menimbulkan konsekuensi medis, sosial, dan ekonomi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di tempat pertemuan Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar, dari September 2014 sampai Desember 2015 yang merupakan studi observasional crosssectional deskriptif. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang lansia anggota Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi berupa anggota berusia 60 tahun ke atas. Dilakukan wawancara dengan tujuan memberikan penjelasan mengenai gambaran penelitian dan menanyakan kesediaan untuk menjadi subyek penelitian dan kemudian, kuesioner dalam bentuk formulir dan Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-S) dengan 15 butir pertanyaan dalam bentuk tertulis dibagikan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian dan untuk mengukur tingkat depresi. Analisis data menggunakan software statistika pada komputer dengan melakukan analisis univariat terhadap karakteristik subyek penelitian seperti umur, jenis kelamin, lingkungan tempat tinggal, tingkat pendidikan, status kesehatan, konsumsi obat, dan tingkat depresi untuk mengetahui secara umum karakter masing-masing sampel, kemudian dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui tingkat depresi menurut karakteristik subyek penelitian tersebut.

HASIL

Sebanyak 30 kuesioner yang diisi oleh 30 orang lansia memenuhi kriteria inklusi sampel berupa orang lanjut usia berusia 60 tahun ke atas yang merupakan anggota dari Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar. Didapatkan data distribusi 30 orang lansia sebagai berikut.

ΓΛΓ^ Λ I DIRECTORY OF

OPEN ACCESS

LJkJ∕-VJ JOURNALS


JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.9,SEPTEMBER, 2019

C*sTnta


Tabel 1. Distribusi Demografi Anggota Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar

Karakteristik

Jumlah

Persentase (%)

Jenis Kelamin

Pria

7

23,3

Wanita

23

76,7

Agama

Hindu

23

76,7

Islam

5

16,7

Kristen Protestan

1

3,3

Kristen Katolik

0

0

Buddha

1

3,3

Status Perkawinan

Menikah (termasuk janda dan duda)

30

100

Belum menikah

0

0

Lingkungan Tempat Tinggal

Tinggal bersama keluarga di rumah

28

93,3

Tinggal sendiri di rumah

2

6,7

Tinggal di panti wredha

0

0

Status Ekonomi

Memiliki penghasilan tetap setiap bulan

26

86,7

Tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan           4

13,3

Tingkat Pendidikan

Tidak menempuh pendidikan

0

0

SD

3

10

SMP

0

0

SMA

12

40

Lainnya

15

50

Status Kesehatan

Tidak menderita penyakit kronis

22

73,3

Menderita penyakit kronis

8

26,7

Konsumsi Obat

Tidak mengonsumsi obat

21

70

Mengonsumsi satu jenis obat

3

10

Mengonsumsi dua atau lebih jenis obat

6

20

Tingkat Depresi

Tidak depresi

28

93,3

Depresi ringan

2

6,7

Depresi berat

0

0

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30

pendidikan terakhir, terdapat sebanyak tiga (10%)

orang lansia, sebagian besar lansia yaitu sebanyak

orang yang pendidikan terakhirnya adalah Sekolah

23  (76,7%) orang berjenis kelamin wanita

Dasar (SD), 12 (40%) orang yang pendidikan

sedangkan sisanya yaitu sebanyak tujuh (23,3%)

terakhirnya adalah

Sekolah Menengah Atas

orang berjenis kelamin pria. Terdapat 23 (76,7%)

(SMA), sebanyak

15 (50%) orang pendidikan

orang beragama Hindu, lima (16,7%) orang

terakhirnya lebih tinggi dari SMA, dan tidak ada

beragama Islam, satu (3,3%) orang beragama

yang buta huruf

maupun yang pendidikan

Kristen Protestan, satu (3,3%) orang beragama

terakhirnya adalah

Sekolah Menengah Pertama

Buddha, dan tidak ada yang beragama Kristen

(SMP).  Sebanyak

22  (73,3%) orang tidak

Katolik.   Seluruh   lansia   memiliki   status

menderita penyakit

kronis dan sisanya delapan


perkawinan sudah menikah (termasuk di dalamnya janda dan duda). Dua puluh delapan (93,3%) orang tinggal bersama keluarga di rumah, dua (6,7%) orang tinggal sendiri di rumah, dan tidak ada yang tinggal di panti wredha. Sebanyak 26 (86,7%) orang memiliki penghasilan tetap setiap bulan dan empat (13,3%) orang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan. Untuk tingkat


(26,7%) orang menderita penyakit kronis (seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan lain-lain). Terdapat 21 (70%) orang tidak mengonsumsi obat apapun, tiga (10%) orang yang mengonsumsi satu jenis obat, dan enam (20%) orang yang mengonsumsi dua atau lebih jenis obat. Menurut hasil skor Geriatric Depression Scale Short Form


DOAJ


(GDS-S), sebanyak 28  (93,3%) orang tidak

menderita                                                  depresi, dua (6,7%) orang menderita

depresi ringan, dan tidak ditemukan yang menderita depresi berat.

Tabel 2. Distribusi Tingkat Depresi terhadap Demografi Anggota Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar

Karakteristik

Tidak Depresi n (%)

Depresi Ringan n (%)

Depresi Berat n (%)

Jenis Kelamin

Pria

7 (100)

0 (0)

0 (0)

Wanita

21 (91,3)

2 (8,7)

0 (0)

Agama

Hindu

21 (91,3)

2 (8,7)

0 (0)

Islam

5 (100)

0 (0)

0 (0)

Kristen Protestan

1 (100)

0 (0)

0 (0)

Kristen Katolik

0 (0)

0 (0)

0 (0)

Buddha

1 (100)

0 (0)

0 (0)

Status Perkawinan

Menikah (termasuk janda dan duda)

28 (93,3)

2 (6,7)

0 (0)

Belum menikah

0 (0)

0 (0)

0 (0)

Lingkungan Tempat Tinggal

Tinggal bersama keluarga di rumah

26 (92,9)

2 (7,1)

0 (0)

Tinggal sendiri di rumah

2 (100)

0 (0)

0 (0)

Tinggal di panti wredha

0 (0)

0 (0)

0 (0)

Status Ekonomi

Memiliki penghasilan tetap setiap bulan

25 (96,2)

1 (3,8)

0 (0)

Tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan

3 (75)

1 (25)

0 (0)

Tingkat Pendidikan

Tidak menempuh pendidikan

0 (0)

0 (0)

0 (0)

SD

2 (66,7)

1 (33,3)

0 (0)

SMP

0 (0)

0 (0)

0 (0)

SMA

12 (100)

0 (0)

0 (0)

Lainnya

14 (93,3)

1 (6,7)

0 (0)

Status Kesehatan

Tidak menderita penyakit kronis

21 (95,5)

1 (4,5)

0 (0)

Menderita penyakit kronis

7 (87,5)

1 (12,5)

0 (0)

Konsumsi Obat

Tidak mengonsumsi obat

20 (95,2)

1 (4,8)

0 (0)

Mengonsumsi satu jenis obat

2 (66,7)

1 (33,3)

0 (0)

Mengonsumsi dua atau lebih jenis obat

6 (100)

0 (0)

0 (0)

DIRECTORY OF OPEN ACCESS UUMJ journals


Tabel 2 menunjukkan distribusi tingkat depresi berdasarkan hasil skor GDS-S dengan demografi lansia anggota Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar. Lansia yang memiliki hasil skor GDS-S menunjukkan depresi ringan ditemukan pada lansia yang berjenis kelamin wanita sebanyak 8,7%; pada lansia yang beragama Hindu sebanyak 8,7%; pada lansia yang menikah termasuk di dalamnya janda dan duda sebanyak 6,7%; pada lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah sebanyak 7,1%; pada lansia yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan sebanyak 25% dan lansia yang memiliki penghasilan tetap setiap bulan sebanyak 3,8%; pada lansia yang pendidikan terakhirnya adalah SD sebanyak 33,3% dan lansia yang pendidikan terakhirnya lebih tinggi dari SMA sebanyak 6,7%; pada lansia yang menderita penyakit kronis sebanyak 12,5% dan lansia yang tidak menderita penyakit kronis sebanyak 4,5%; pada lansia yang mengonsumsi satu jenis obat sebanyak 33,3% dan lansia yang tidak mengonsumsi obat sebanyak 4,8%.

PEMBAHASAN

Ditemukan sebanyak 6,7% orang lansia menderita depresi ringan pada penelitian ini. Hal ini dapat menunjukkan bahwa persentase depresi pada lansia anggota Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar hampir serupa dengan persentase depresi pada lansia di Indonesia yang besarnya 6,5%; akan tetapi, persentase depresi lansia pada penelitian ini kurang sesuai dengan persentase depresi pada lansia di daerah urban India yang diteliti oleh Dumbray, dkk pada tahun 2014 yakni sebesar 30% atau di daerah Alexandria, Mesir yang diteliti oleh El Kady & Ibrahim pada tahun 2013 yakni sebesar 24% di komunitas, maupun di daerah Karangasem, Bali yang diteliti oleh I Wayan Suardana pada tahun 2011 yakni sebesar 41,7%.5

Lansia yang menderita depresi ringan ditemukan pada yang berjenis kelamin wanita saja pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada literatur dimana dikatakan bahwa prevalensi depresi menurut jenis kelamin sangat konsisten pada berbagai studi yaitu wanita dua kali lebih sering mengalami depresi dibandingkan dengan pria.6 Penelitian mengenai depresi pada lansia yang dilakukan di Alexandria, Mesir mendapatkan hasil yang serupa yaitu persentase depresi ringan atau berat pada wanita (57,1%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (35,3%).7 Perbedaan persentase antara pria dan wanita, dimana persentase wanita (43,3%) yang

menderita depresi lebih besar dibandingkan pria (39,4%), ditemukan pada penelitian mengenai depresi pada lansia di Karangasem, Bali meskipun hubungannya tidak signifikan.5 Hubungan yang tidak signifikan antara tingkat depresi dan jenis kelamin juga didapatkan pada penelitian mengenai depresi pada lansia di daerah urban India.8

Lansia yang menderita depresi ringan ditemukan pada lansia yang beragama Hindu pada penelitian ini, sedangkan pada penelitian lain di daerah urban India, persentase depresi yang lebih tinggi ditemukan pada lansia yang beragama Kristen dan menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dan agama.8

Lansia yang menderita depresi ringan ditemukan pada lansia yang menikah (termasuk di dalamnya janda dan duda) pada penelitian ini, akan tetapi menurut literatur, studi epidemiologi di antara orang yang menikah dan tidak menikah menunjukkan bahwa angka depresi lebih tinggi di antara mereka yang tidak pernah menikah atau sebelumnya pernah menikah dibandingkan dengan yang masih mempunyai pasangan menikah.6 Penelitian depresi pada lansia di Karangasem, Bali melaporkan bahwa persentase depresi lebih tinggi pada lansia yang tidak menikah (57,3%) dibandingkan dengan yang menikah (25,9%).5 Penelitian di daerah urban India menunjukkan skor depresi yang sangat tinggi pada lansia yang tidak menikah.8 Penelitian di Alexandria, Mesir yakni persentase depresi lebih tinggi pada lansia yang tidak menikah (80%), ditinggal mati pasangan (90%), atau bercerai (75%) dibandingkan dengan lansia yang menikah (31,7%).7

Penelitian ini menemukan bahwa lansia yang menderita depresi ringan terdapat pada kelompok lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah. Hal ini sesuai dengan penelitian depresi pada lansia di Karangasem, Bali yang menemukan bahwa lansia yang tinggal dengan keluarga besar (58,3%) memiliki persentase depresi lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang tinggal dengan keluarga inti (24,1%).5 Penelitian di Alexandria, Mesir juga menemukan hal yang serupa, bahwa persentase depresi lebih tinggi ditemukan pada lansia yang tinggal bersama pasangannya saja (53,3%) atau lansia yang tinggal bersama keturunannya saja (68,4%), dibandingkan dengan lansia yang tinggal sendiri (37,5%) maupun tinggal di panti wredha (36,4%).7

Lansia dengan depresi ringan ditemukan sebanyak 25% pada lansia dengan penghasilan

I             Directoryof

OPEN ACCESS √ ∙ J - J journals

yang tidak tetap setiap bulannya dan sebanyak 3,8% pada lansia yang memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa didapatkan angka yang konsisten untuk peningkatan angka depresi pada status ekonomi yang rendah.6 Hal yang serupa ditemukan pada penelitian depresi pada lansia di Karangasem, Bali (42,9% penghasilan tidak tetap, 14,3% penghasilan tetap) meskipun menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.5 Penelitian di daerah urban India menunjukkan bahwa lansia yang status ekonominya bergantung pada orang lain memiliki skor depresi yang sangat tinggi dibandingkan dengan lansia yang mandiri, dan menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dan status ekonomi.8 Begitu juga dengan penelitian di Alexandria, Mesir, yang juga menunjukkan persentase depresi yang lebih tinggi pada lansia yang memiliki pendapatan tidak tetap (58,3%) dibandingkan lansia yang memiliki pendapatan tetap (11,1%).7

Lansia dengan depresi ringan ditemukan pada kelompok lansia yang pendidikan terakhirnya SD sebanyak 33,3% dan pada lansia yang pendidikan terakhirnya lebih tinggi dari SMA sebanyak 6,7% pada penelitian ini. Serupa dengan penelitian lain di Alexandria, Mesir dimana ditemukan persentase depresi yang lebih tinggi pada kelompok lansia yang tidak bersekolah (66,7%) dan yang bersekolah sampai sekolah dasar (61,5%) dibandingkan dengan lansia yang bersekolah sampai sekolah menengah atau universitas (24,5%).7 Penelitian di Karangasem, Bali mendapatkan hasil dimana lansia yang tidak bersekolah (59,6%) memiliki persentase depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang bersekolah (17,4%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dan tingkat pendidikan.5

Lansia dengan depresi ringan ditemukan pada kelompok lansia yang menderita penyakit kronis sebanyak 12,5% dan pada lansia yang tidak menderita penyakit kronis sebanyak 4,5% pada penelitian ini. Literatur menyatakan bahwa penyakit medis yang serius merupakan faktor risiko depresi yang diketahui secara umum.4 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian depresi pada lansia di Karangasem, Bali yang menyatakan bahwa persentase depresi lebih tinggi ditemukan pada lansia yang menderita penyakit kronis (74,2%) dibandingkan dengan yang tidak (21,8%), dan hubungannya sangat signifikan.5 Hal yang serupa juga ditemukan pada penelitian di Alexandria, Mesir dimana persentase depresi pada lansia yang menderita penyakit kronis adalah 54,1% dan yang tidak adalah 0%.7

Lansia dengan depresi ringan ditemukan pada kelompok lansia yang mengonsumsi satu jenis obat sebanyak 33,3% dan pada lansia yang tidak mengonsumsi obat sebanyak 4,8% pada penelitian ini. Hal ini kurang sesuai dengan hasil penelitian depresi pada lansia di Alexandria, Mesir yang menemukan bahwa persentase depresi lebih tinggi ditemukan pada lansia yang mengonsumsi empat atau lebih jenis obat (83,3%) dibandingkan dengan lansia yang mengonsumsi kurang dari empat jenis obat (41,2%).7

Penelitian ini merupakan studi observasional cross-sectional deskriptif dimana dilakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu dan pada satu tempat tertentu. Desain penelitian yang demikian menyebabkan sampel yang didapat kurang dapat mewakili populasi. Kurang beragamnya data demografi lansia yang menjadi sampel juga merupakan kelemahan dari penelitian ini, seperti misalnya seluruh lansia memiliki status perkawinan sudah menikah sehingga secara otomatis persentase depresi pada lansia yang sudah menikah lebih tinggi.

SIMPULAN

Hasil penelitian tingkat depresi pada orang lanjut usia (lansia) yang merupakan anggota dari Perhimpunan Werdha Sejahtera (PWS) Kota Denpasar menunjukkan bahwa sebesar 6,7% lansia menderita depresi ringan dan tidak ada yang menderita depresi berat. Lansia dengan depresi ringan ditemukan pada lansia yang berjenis kelamin wanita sebanyak 8,7%; pada lansia yang beragama Hindu sebanyak 8,7%; pada lansia yang menikah termasuk di dalamnya janda dan duda sebanyak 6,7%; pada lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah sebanyak 7,1%; pada lansia yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan sebanyak 25% dan lansia yang memiliki penghasilan tetap setiap bulan sebanyak 3,8%; pada lansia yang pendidikan terakhirnya adalah SD sebanyak 33,3% dan lansia yang pendidikan terakhirnya lebih tinggi dari SMA sebanyak 6,7%; pada lansia yang menderita penyakit kronis sebanyak 12,5% dan lansia yang tidak menderita penyakit kronis sebanyak 4,5%; pada lansia yang mengonsumsi satu jenis obat sebanyak 33,3% dan lansia yang tidak mengonsumsi obat sebanyak 4,8%.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Kementrian Kesehatan RI. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. [serial online] 2013 [diakses 16 Januari 2015] Diunduh dari: URL:

DOAJ


http://www.depkes.go.id/download.php?file=dow nload/pusdatin/buletin/buletin-lansia.pdf

  • 2.    World Health Organization. Global Health and Aging. [serial online] 2011 [diakses 16 Januari 2015]       Diunduh       dari:       URL:

http://www.who.int/ageing/publications/global_h ealth.pdf

  • 3.    World Health Organization. Mental Health and Older Adults. [serial online] 2013 [diakses 16 Januari 2015] Diunduh dari:    URL:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs381 /en/

  • 4.    Thompson DJ, Borson S. Major Depression and Related Disorders in Late Life. Dalam: Agronin ME, Maletta GJ, penyunting. Principle and Practice of Geriatric Psychiatry. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2011; h. 350-368.

  • 5.    Suardana IW. Hubungan Faktor Sosiodemografi, Dukungan Sosial dan Status Kesehatan dengan Tingkat Depresi pada Agregat Lanjut Usia di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem Bali. [tesis]. Depok: Universitas Indonesia; 2011.

  • 6.    Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press; 2009.

  • 7.    El Kady HM, Ibrahim HK. Depression among a group of elders in Alexandria, Egypt. Eastern Mediterranean Health Journal. 2013;19(2):167-174.

  • 8.    Dumbray SS, Kale S, Jadhav A, Neetu PV. 2014. A descriptive study, to assess prevalence of depression among geriatric group (age 60 years and above). Asian Journal of Multidisciplinary Studies. 2014;2(10):72-82.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum