KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015
on
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.8,AGUSTUS, 2019
DOAJ≡s OsTnta
KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015
Endi Ananda Khrisna1, I Made Sudipta2
1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana e-mail : Endiananda17@gmail.com
ABSTRAK
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyebab gangguan pendengaran yang umum ditemukan, terutama di negara berkembang. Laju insiden OMSK adalah 4,76% setara dengan 31 juta kasus, dimana 22,6% kasus terjadi setiap tahunnya. Prevalensi OMSK di dunia mencapai 65 hingga 330 juta orang, dan 39 hingga 200 juta (60%) penderita mengalami gangguan pendengaran yang signifikan. Penting untuk mempelajari penyakit OMSK karena merupakan salah satu penyakit tersering yang terjadi di Indonesia, dan jika tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi, sehingga menyebabkan tambahan biaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan karakteristik penderita OMSK berdasarkan umur, jenis kelamin, keluhan utama, dan tipe OMSK. Penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2016 ini, mengambil data sekunder rekam medis periode Januari hingga Desember 2015 dengan teknik pengumpulan sampel adalah total sampling, dan didapatkan jumlah data sebanyak 45 orang. Data kemudian diolah menggunakan SPSS dan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan usia, penderita OMSK paling banyak ditemukan pada kelompok usia 31-40 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (28,9%). Proporsi tertinggi berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki, yaitu sebanyak 23 orang (51,1%). Berdasarkan keluhan, penderita OMSK paling banyak mengeluh keluar cairan dari dalam telinga (ottorhea), sebanyak 27 orang (60%). Berdasarkan sisi telinga yang terinfeksi, yang mengalami infeksi paling sering adalah telinga kanan, yaitu sebanyak 21 orang (46,7%), dan, tipe benigna merupakan tipe terbanyak yaitu 37 orang (82,2%).
Kata kunci: Karakteristik, Otitis Media Supuratif Kronik, Sanglah
ABSTRACT
Chronic suppurative otitis media (CSOM) is one of the most common causes of hearing loss, especially in developing countries. The incidence of CSOM is 4.76% equivalent to 31 million cases, of which 22.6% of cases occur annually. The prevalence in the world reaches 65 to 330 million people, while 39 to 200 million (60%) patients experience significant hearing loss. It is important to study CSOM because it is one of the most common diseases that occur in Indonesia, and if not given proper treatment, it causes complications and additional costs. This study is a descriptive study that describes the characteristics of CSOM patients based on age, gender, main complaint, and type of CSOM. It conducted at Sanglah General Hospital Denpasar in 2016, taking secondary data from medical records for the period of January to December 2015 with total sampling as a technique for sampling collection, and obtained as many as 45 samples. The data is then processed using SPSS and analyzed descriptively. Based on age, CSOM patient were found mostly in the age group 31-40 years, as many as 13 patients (28.9%). The highest proportion by sex is male, 23 patients (51.1%). Based on complaints, most CSOM patients complained of fluid discharge from the ear (ottorhea), as many as 27 patients (60%). Based on the side of infected ear, the most common infection was the right ear, which was 21 patients (46.7%), and the benign type was the common type, 37 patients (82.2%).
Keywords: Characteristics, Chronic Suppurative Otitis Media, Sanglah
(DIRECTORY OF OPEN ACCESS 7 ’...JOURNALS
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah salah satu penyebab gangguan pendengaran yang umum ditemukan, terutama di negara berkembang. Laju insiden OMSK adalah 4,76% setara dengan 31 juta kasus, dimana 22,6% kasus terjadi setiap tahunnya. Prevalensi OMSK di dunia mencapai 65 hingga 330 juta orang, dan 39 hingga 200 juta (60%) penderita mengalami gangguan pendengaran yang signifikan.1 Bakteri P aeruginosa merupakan yang paling sering menyebabkan OMSK pada orang dewasa.2 Di Indonesia, penyakit OMSK disebut dengan istilah curek, congek, atau telinga berair.
Tingginya angka kejadian OMSK di negara berkembang jika dibandingkan dengan negara maju, disebabkan oleh beberapa faktor, seperti; faktor sosioekonomi, higiene yang kurang, gizi rendah, penduduk yang padat, serta masih terdapat pemahaman yang salah terhadap penyakit ini di masyarakat, sehingga banyak kekeliruan yang terjadi seperti pengobatan yang tidak tuntas.3
Otitis media supuratif kronik (OMSK) ditemukan pada negara maju dan berkembang sekitar 1-46% di setiap komunitas. Berdasarkan sebuah penelitian di negara Asia Tenggara yaitu Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam, pada tahun 2012 diperkirakan prevalensi OMSK berkisar 2-4%.4 Hal serupa juga dilaporkan oleh Departemen Kesehatan melalui Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran di Indonesia, prevalensi OMSK pada tahun 2006-2009 adalah 3,1%. Dapat diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK dari 220 juta penduduk Indonesia.5
Perjalanan penyakit terjadi perlahan-lahan, namun penderita OMSK biasanya datang pertama kali dengan tanda dan gejala penyakit yang sudah parah sehingga morbiditas dapat berganda. OMSK merupakan penyakit pada telinga tengah, keluhan awal yang terjadi berhubungan dengan infeksi pada telinga tengah yang berulang dan keluhan berikutnya adalah hilangnya fungsi pendengaran akibat gangguan mekanisme hantaran suara dan rusaknya koklea karena terjadi perluasan infeksi atau toksisitas.6
Diagnosis OMSK ditegakkan diawali dengan anamnesis, kemudian pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.7 Penanganan OMSK tergantung dari tipe OMSK. Bila didiagnosis tipe benigna dilakukan penanganan konservatif atau dengan medikamentosa sedangkan tipe maligna maka mutlak harus dilakukan operasi.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) yang merupakan salah satu penyakit dengan
angka kejadian tinggi di Indonesia. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan komplikasi sehingga timbul tambahan biaya. Oleh karena itu, mempelajari OMSK dirasa penting, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik penderita Otitis Media Supuratif Kronis di RSUP Sanglah tahun 2015.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan mengambil data sekunder di RSUP Sanglah Denpasar pada Januari – Desember 2015 dan menggambarkan karakteristik penderita OMSK berdasarkan umur, jenis kelamin, keluhan utama, dan tipe OMSK. Teknik pengumpulan sampel adalah total sampling yang berdasarkan kriteria inklusi yaitu penderita yang terdiagnosis OMSK dengan data rekam medis yang lengkap pada tahun 2015. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu pasien yang tidak memiliki data lengkap dalam rekam medis.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember tahun 2016 dengan mengumpulkan data sekunder yang berasal dari rekam medis pasien OMSK di RSUP Sanglah Denpasar. Data kemudian diolah dengan meggunakan program SPSS dan dianalisis secara deskriptif. Hasil disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
HASIL PENELITIAN
Selama periode Januari hingga Desember 2015, terdapat 45 penderita OMSK yang diambil dengan teknik total sampling, yakni memasukkan semua sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ke dalam penelitian.
Tabel 1. Distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan umur di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015
Tabel 1. menunjukkan distribusi frekuensi penderita OMSK di RSUP Sanglah berdasarkan umur. Persentase umur penderita tertinggi dijumpai pada kelompok umur 31-40 tahun, yaitu 13 orang (28,9%). Sedangkan proporsi terendah ada pada kelompok umur 6170 tahun, yaitu 2 orang (4,4%).
Tabel 2. Distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan jenis kelamin di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015
Jenis Kelamin |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Laki-Laki |
23 |
51,1 |
Perempuan |
22 |
48,9 |
Total |
45 |
100 |
DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS

Tabel 2. menunjukkan laki-laki cenderung menderita OMSK dibandingkan dengan perempuan, yaitu sebanyak 23 orang (51,1%) dengan frekuensi perempuan tidak jauh
Usia (tahun) |
Frekuensi |
Persentase (%) |
0-10 |
6 |
13,3 |
11-20 |
4 |
8,9 |
21-30 |
8 |
17,8 |
31-40 |
13 |
28,9 |
41-50 |
8 |
17,8 |
51-60 |
4 |
8,9 |
61-70 |
2 |
4,4 |
Total |
45 |
100 |
berbeda, yaitu sebanyak 22 orang (48,9%).
Tabel 3. Distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan keluhan di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015
Keluhan Frekuensi Persentase
Utama (%)
Gangguan |
6 |
13,3 |
Pendengaran | ||
Nyeri Telinga |
9 |
20,0 |
Ottorhea |
27 |
60,0 |
Vertigo |
3 |
6,7 |
Total |
45 |
100 |
Tabel 3. menunjukkan distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan keluhan utama. Seorang penderita dapat memiliki satu atau lebih keluhan pada masa yang sama. Presentase keluhan utama penderita OMSK terbanyak adalah ottorhea, yaitu sebanyak 27 orang (60%), dan diikuti dengan nyeri telinga sebanyak 9 orang (20%), gangguan pendengaran sebanyak 6 orang (13,3%), dan vertigo sebanyak 3 orang (6,7%).
Tabel 4. Distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan sisi telinga yang terinfeksi di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015
Sisi telinga Frekuensi Persentase
(%)
Kiri |
8 |
17,8 |
Kanan |
21 |
46,7 |
Bilateral |
16 |
35,6 |
Total |
45 |
100 |
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa presentase tertinggi penderita OMSK berdasarkan sisi telinga yang terkena, yaitu telinga bagian kanan sebanyak 21 orang (46,7%), diikuti kedua telinga sebanyak 16 orang (35,6%), dan mengenai telinga kiri sebanyak 8 orang (17,8%).
Tabel 5. Distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan tipe OMSK di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015
Tipe |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Benigna |
37 |
82,2 |
Maligna |
8 |
17,8 |
Total |
45 |
100 |
Berdasarkan Tabel 5. tipe OMSK terbanyak adalah tipe benigna yaitu sebanyak 37 orang (82,2%) sedangkan tipe maligna ditemukan sebanyak 8 orang (17,8%).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, proporsi umur penderita OMSK yang berobat ke RSUP Sanglah Denpasar tertinggi pada kelompok umur 31-40 tahun, yaitu 13 orang (28,9%). Proporsi terendah terdapat pada kelompok umur 61-70 tahun yaitu 2 orang (4,4%). Hasil penelitian ini menunjang penelitian yang dilakukan oleh Dewi dkk.9 di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa penderita OMSK tertinggi terdapat pada kelompok umur >18 tahun.8 namun, tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Malirmasele dkk. pada tahun 2012 di RSUD dr. M Haulussy Ambon yang menyatakan penderita OMSK tertinggi terdapat pada kempok umur <5 tahun.9
Secara teori, OMSK sering terjadi dengan diawali munculnya otitis media berulang pada anak. Alasan terjadinya hal ini adalah letak dan ukuran tuba eustachius yang lebih pendek dan datar sehingga mudah mendapatkan infeksi telinga tengah. Selain itu, fungsi imunologi anak yang masih rendah ikut andil dalam munculnya otitis media berulang. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring, seperti adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, dan sinusitis.10
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa OMSK lebih sering terjadi pada laki-laki yaitu 23 orang (51,1%) dibandingkan dengan perempuan, 22 orang (48,9%). Hal ini mendukung beberapa penelitian yang meneliti karakteristik penderita OMSK di beberapa daerah di Indonesia, penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2013 melaporkan proporsi penderita OMSK tertinggi pada laki-laki yaitu sebanyak 73,9%.8 Sedangkan penelitian di RSUD dr. M Haulussy Ambon tahun 2012 juga menyatakan proporsi jenis kelamin tertinggi pada laki-laki, yaitu sebesar 51,9%.9
Berdasarkan Tabel 3. didapatkan hasil proporsi keluhan penderita OMSK terbanyak adalah keluar cairan dari telinga (ottorhea) yaitu sebanyak 27 orang (60%), dan diikuti nyeri telinga, sebanyak 9 orang (20%), gangguan
DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS

pendengaran 6 orang (13,5%), dan vertigo 3 orang (6,7%). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya di Ambon, yang melaporkan bahwa keluhan terbanyak penderita OMSK adalah keluar cairan dari telinga (ottorhea) 81,5% dan nyeri telinga 16,7%.9 Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa keluhan gangguan pendengaran sedikit dikeluhkan pada pasien OMSK, hanya sebesar 1,85%.9
Keluhan ottorhea yang merupakan keluhan mayoritas dalam penelitian ini, merupakan gejala awal yang sering timbul baik secara terus menerus maupun hilang timbul yang berupa keluarnya sekret encer atau kental, dengan warna bening atau kekuningan berupa nanah.11
Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa proporsi sisi telinga yang terinfeksi paling banyak adalah sisi kanan sebanyak 21 orang (46,7%), diikuti bilateral sebanyak 16 orang (35,5%), sedangkan telinga kiri sebanyak 8 orang (17,8%). Hasil penelitian serupa ditemukan pada penelitian di Medan tahun 2013 bahwa telinga yang terinfeksi paling banyak adalah telinga kanan sebanyak 39,1%, diikuti infeksi bilateral 34,8%, dan kiri 26,1%.8 Alasan mengapa insidensi OMSK pada telinga kanan lebih tinggi, belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa tipe benigna merupakan tipe OMSK terbanyak, yaitu sebanyak 37 orang (82,2%), sedangkan tipe maligna sebanyak 8 orang (17,8%). Hasil penelitian serupa dilaporkan oleh Malirmasele dkk.9 di RSUD dr. M Haulussy Ambon tahun 2012 yang melaporkan proporsi tertinggi tipe OMSK adalah tipe benigna, sebanyak 81,5%. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Dewi dkk.8 di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2013, yakni tipe benigna dikatakan tipe terbanyak penderita OMSK, yaitu sebesar 69,6%.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) tipe benigna dan maligna dapat dibedakan dengan ada atau tidaknya koleasteatoma. Pada tipe maligna terdapat koleasteatoma yang dapat disertai jaringan granulasi dan aural polip. Infeksi kolesteatoma mengeluarkan sekret yang berwarna kuning keabu-abuan dengan aroma yang sangat bau.3 SIMPULAN
Hasil penelitian deskriptif yang membahas mengenai karakteristik penderita OMSK di RSUP Sanglah ini menunjukkan bahwa berdasarkan usia, OMSK sering terjadi pada kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 13 orang (28,9%), berdasarkan jenis kelamin, proporsi tertinggi ada pada laki-laki yaitu
sebanyak 23 orang (51,1%), berdasarkan keluhan, penderita OMSK paling banyak mengeluh keluar cairan dari dalam telinga (ottorhea) yaitu sebanyak 27 orang (60%), berdasarkan sisi telinga yang terinfeksi, telinga kanan merupakan sisi yang sering mengalami infeksi yaitu sebanyak 21 orang (46,7%), berdasarkan tipe OMSK, tipe benigna merupakan tipe terbanyak yaitu 37 orang (82,2%).
Peneliti menyarankan masih perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dengan penambahan variabel berupa faktor lingkungan dan jenis pekerjaan agar dapat memberikan gambaran keseluruhan penderita OMSK.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Morris P, Leach A, Shah P, dkk.
Recommendations for Clinical Care Guidelines on Management of Otitis Media. Australian Department of Health Government. 2010.
-
2. Sahu M, Narasiham V, dkk. Microbiological profile of chronic suppurative otitis media and invitro
antibiotic sensitivity pattern in a tertiary
care hospital. Otolaryngology Online
Journal. 2014; 4(4).
-
3. Orluh. Otitis Media Supuratif Kronis.
Diakses dari
http://orluh2008.wordpress.com/2008/08/1 8/otitis-media-supuratif-kronis.
-
4. Tan HK, Yamanaka N, Sonsuwan N, Wang PC, Dung NT, Restuti RD, Hashim SS, Vijayasekaran S. A review of the burden of disease due to otitis media in the Asia-Pacific. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2012;76(5):623-35.
-
5. Dinkes Sul-Sel. Otitis media kronik. 2011. Diakses dari info@dinkes.go.id.
-
6. Morris PS, Leach AJ. Acute and Chronic Otitis Media. Pediatr Clin N Am. 2009; 56: 1383–1399.
-
7. Acuin J, Berman S, Morris P, and Hasselt PV. Burden of Illness and Management Options. World Health Organization. 2004: 9-28.
-
8. Dewi NP, Zahara D. Gambaran Pasien Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) di RSUP H. Adam Malik Medan. E-Journal FK USU. 2013;1(1):1-6.
-
9. Malirmasele M dkk. Karakteristik Penderita Otitis media Supuratif Kronik di Klinik Telinga Hidung Tenggorok Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2012. Molucca Medica. 2014:
4(2);142–149.
-
10. Nursiah Siti. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap Beberapa
DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS
Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. 2003. Diakses dari
http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti nursiah.pdf.
-
11. Abdul MM, Mahendra KR. Sensory Neural Hearing loss In Chronic Suppurative Otitis Media of Tubotympanic Variety. National Journal of Otorhinolaryngology and Head & Neck Surgery. 2012; 1(10).
Discussion and feedback