CHOLINESTERASE INHIBITORS IN THE TREATMENT OF DEMENTIA ALZHEIMER’S
on
CHOLINESTERASE INHIBITORS SEBAGAI TERAPI DEMENTIA TIPE
ALZHEIMER’S
Prameidya Primaniar S
Bagian/SMF Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
ABSTRAK
Dementia adalah berkurangnya kemampuan intelektual seseorang yang meliputi penurunan kemampuan berfikir, mengingat, memahami, berhitung, berkonsentrasi dan menemukan suatu kata yang tepat. Penyebab dari dementia antara lain : Alzheimer’s, vascular de mentia, alkohol. Dementia tipe Alzheime r’s merupakan tipe dementia yang saat ini paling banyak ditemukan. Cholinesterase inhibitors merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk mengatasi gejala penurunan fungsi kognitif dan mengurangi gejala gangguan neuropsikiatri pada pasien dementia tipe Alzheimer’s. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bagaimana efek beberapa kelas cholinesterase inhibitors sebagai terapi dementia tipe Alzheimer’s. Dosis efektif, sediaan dan efek samping yang dapat ditimbulkan dari pemberian beberapa kelas cholinesterase inhibitors penting diketahui sebelumnya memutuskan untuk menggunakan salah satu kelas dari cholinesterase inhibitors sebagai terapi dementia tipe Alzheimer’s.
Kata kunci: cholinesterase inhibitors, dementia tipe Alzheimer’s
CHOLINESTERASE INHIBITORS IN THE TREATMENT OF DEMENTIA
ALZHEIMER’S
Prameidya Primaniar S Medical
School, Udayana University
ABSTRACT
Dementia is the loss of intellectual abilities which include decreased ability to think, remember, understand, calculate, concentrate, and find the right words. The causes of dementia are Alzheimer’s, vascular dementia, alcohol. Dementia Alzheimer’s is a dementia type that is currently the most commonly found. Cholinesterase inhibitors are one of the therapies used to treat symptoms of cognitive decline and reduce neuropsychiatric symptoms in patient dementia Alzheimer’s. Several studies have been conducted to demonstrate how the effects of several classes of cholinesterase inhibitors in the treatment of dementia Alzheimer’s. Effective dose, dosage and side effects of cholinesterase inhibitors is important to know before deciding to use cholinesterase inhibitors in the treatment of dementia Alzheimer’s.
Keywords: cholinesterase inhibitors, de mentia Alzhe imer’s
PENDAHULUAN
Dementia adalah berkurangnya kemampuan intelektual seseorang. Penurunan kemampuan intelektual tersebut meliputi penurunan kemampuan berfikir, mengingat, memahami, berhitung, berkonsentrasi sampai pada berkurangnya kemampuan untuk menemukan suatu kata yang dimaksut. 1 Dementia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan kumpulan gejala yang menyertai suatu penyakit atau kondisi tertentu.2 Selain itu dementia juga mempengaruhi mental
pasien. 3,4 Biasanya pasien akan mengalami gangguan neuropsikiatri seperti halusinasi penglihatan, paranoid delusion, agitasi, dan berdampak pada perubahan mood.3,4.
Penyebab dari dementia sangat beragam.4 Beberapa diantaranya antara lain : Alzheime r’s, vascular dementia, alkohol. De mentia tipe Alzheimer’s merupakan tipe dementia yang saat ini paling banyak ditemukan. Dari seluruh pasien dementia, dilaporkan 60% mengalami dementia tipe Alzheimer’s. Prevalensi dementia tipe Alzheimer’s akan meningkat seiring bertambahnya umur.4 Prevalensi pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki, hal ini mungkin terjadi dikarenakan lebih banyaknya wanita pada usia tua dibandingkan dengan laki-laki.5 Pada umumnya dementia tipe Alzheimer’s terjadi pada usia tua, namun pada beberapa kasus ditemukan pada umur kurang dari 60 tahun.5
Cholinesterase inhibitors merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk mengatasi gejala penurunan fungsi kognitif dan mengurangi gejala gangguan neuropsikiatri pada pasien dementia tipe Alzheimer’s. Biasanya cholinesterase inhibitors akan diberikan pada tahap awal terapi dementia tipe Alzheimer’s.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bagaimana efek beberapa kelas cholinesterase inhibitors sebagai terapi dementia tipe Alzheimer’s. Dosis efektif, sediaan dan efek samping yang dapat ditimbulkan dari pemberian beberapa kelas cholinesterase inhibitors penting diketahui sebelumnya memutuskan untuk menggunakan salah satu kelas dari cholinesterase inhibitors sebagai terapi dementia tipe Alzheimer’s.
Hal tersebut yang menjadi dasar penulisan makalah ini. Penulis akan membahas lebih rinci pada bab permasalahan.
PEMBAHASAN
-
2.1 Neuropathologi Dementia Tipe Alzheimer’s
Alzheimer’s merupakan penyakit neurodegeneratif dengan karakteristik adanya perubahan-perubahan secara histologi.7 Pada penderita dementia tipe Alzheime r’s akan ditemukan beberapa perubahan-perubahan secara histologi. Senile plaques yang merupakan kumpulan dari amyloid plaques akan ditemukan pada pasien ini.4 Protein β amyloid merupakan komponen terbanyak dari senile plaques yang merupakan salah satu hasil pemecahan dari amyloid precursor protein .4 Amyloid precursor protein merupakan 770 – amino acid protein dimana fungsi secara fisiologis belum diketahui secara jelas.3 Terbentuknya amyloid precursor protein juga belum diketahui secara jelas.4 Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hal ini berhubungan dengan gen E 4.4 Pada proses terbentuknya senile plaques, amyloid precursor protein akan dipecah oleh enzim α, β, dan γ secretase.3 Amyloid precursor protein dipecah oleh α secretase menjadi P 3. P 3 merupakan bentuk amyloid yang nontoxic dan bersifat mudah larut. Sedangkan β dan γ secretase akan memecah amyloid precursor protein menjadi β amyloid yang akan berkumpul di otak. Mutasi pada amyloid precursor protein, presenilin 1 dan presenilin 2 akan semakin meningkatkan produksi β amyloid. Selanjutnya β amyloid akan berinteraksi dengan apolipoprotein E ɛe-4, kolesterol, α 2 makroglobulin dan LPR untuk meningkatkan pengumpulan sehingga terbentuklah diffuse plaques. Tau – positive neuritis akan berkembang disekeliling amyloid yang akhirnya menghasilkan neuritic plaques. Hal ini yang membuat degenerasi dari 3 neuron.
Selain senile plaques, neurofibrillary tangels, neuronal loss, synaptic loss, dan granulovascular degeneration juga akan tampak secara mikroskopis.4 Neurofibrillary tangels berhubungan erat dengan de mentia pada usia sekitar 65 tahun sampai 75 tahun, namun kaitannya
akan lebih rendah pada pasien dengan usia 95 tahun.8 Hal ini disebabkan neurofibrillary tangels juga akan terjadi pada seseorang tanpa dementia seiring dengan bertambahnya usia. Jadi pada seseorang dengan umur berkisar antara 95 tahun, neurofibrillary tangles sulit dipakai sebagai acuan ciri-ciri dari dementia tipe Alzheimer’s.
Defisit dari cholinergic neurons juga dilaporkan terjadi pada pasien dementia tipe Alzheimer’s.7 Hal ini ditandai dengan berkurangnya neurons pada basal forebrain nuclei. Degenerasi dari cho line rgic neurons memicu berkurangnya choline acetyltransferase sekitar 80%-90% di hippocampus dan temporal cortex. Sedangkan pada parietal cortex dan frontal convexity berkurang sekitar 40%-75%.7 Choline acetyltransferase merupakan suatu enzim kunci untuk mensintesis acetylcholine.4 Penurunan produksi choline acetyltransferase pada pasien dementia tipe Alzhe imer’s menyebabkan berkurangnya produksi acetylcholine. Acetylcholine juga akan berkurang karena adanya dua cholinesterase.9 Kedua cholinesterase tersebut yaitu acetylcholinesterase dan butyrylcholinesterase . Achetylcholinesterase dan butyrylcho linesterase juga ternyata berhubungan dengan adanya amyloid plaques. Pada perkembangan dementia tipe Alzheimer’s terjadi peningkatan konsentrasi dari acetylcholinesterase di atas normal dan peningkatan aktifitas butyrylcholinesterase yang menyebabkan berkurangnya kemampuan intelektual atau kognitif pasien dengan cepat.9
Perubahan-perubahan juga akan ditemukan pada reseptor-reseptor cholinergic. Dimana fungsi normal dari reseptor-reseptor ini diperlukan dalam sistem cholinergic. Reseptor M1 dan presynaptic M2 autoreseptor akan berkurang.7 Reseptor nicotinic juga akan berkurang pada dementia tipe Alzheimer’s, namun level dari M3 reseptor akan tetap normal.7
Perubahan-perubahan tersebut merupakan penyeb ab adanya penurunan kemampuan intelektual atau kognitif dan gejala gangguan neuropsikiatri pada pasien dementia tipe Alzheimer’s.
Cholinesterase inhibitors merupakan suatu kelas obat yang digunakan untuk mengatasi gejala penurunan kognitif pada pasien de mentia tipe Alzheimer’s ringan hingga sedang.10 Selain itu, cholinesterase inhibitors juga bisa mengatasi beberapa gangguan neuropsikiatri, walaupun efeknya kecil.10
Cholinesterase inhibitors berfungsi meingkatkan level dari acetylcholine, dimana fungsi dari acetylcholine adalah sebagai chemical messenger yang penting dalam kaitannya dengan fungsi kognitif seseorang. 10
Cholinesterase inhibitors menghambat aktifitas dari acetylcholinesterase yang berfungsi untuk memecah acetycholine, setelah pesan sampai pada sel yang dituju. 10 Dengan penurunan dari acetycholinesterase, diharapkan terjadi peningkatan level dari achetylcholine.10
Cholinesterase inhibitors tidak menghentikan proses degenerasi yang terjadi pada sel saraf, namun hanya mengatasi gejala-gejala yang berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif.10
Cholinesterase inhibitors dibedakan menjadi beberapa kelas berdasarkan tipe ikatan yang dibentuk dengan acetylcholinesterase.7
Yang pertama yaitu kelas carbamate. Contoh dari kelas carbamate yaitu physostigmine, rivastigmine, dan eptastigmine.7 Physostigmine merupakan salah satu dari contoh kelas carbamate yang lebih selektif terhadap butyrylcholinesterase dibandingkan dengan
acetylcholinesterase dan bersifat reversible .7 Rivastigmine selektif terhadap acetylcholinesterase dan butyrylcholinesterase dan bersifat pseudo irreversible.7,8 Eptastigmine juga bersifat lebih selektif terhadap butyrylcholinesterase daripada acetylcholinesterase dan bersifat reversible.7
Kelas yang kedua yaitu kelas acridine .7 Contoh dari kelas tersebut adalah tacrine dan velnac rine. Bersifat reversible dan lebih selektif terhadap butyrylcholinesterase dibandingkan dengan acetylcholinesterase. Tacrine dan velnacrine mempunyai afinitas yang lebih tinggi dan merupakan noncovalent inhibitor.7
Kelas ketiga yaitu kelas piperidine.7 Salah satu contoh dari piperidine yaitu donepezil. Donepezil juga lebih selektif terhadap butyrylcholinesterase dan bersifat reversible. Donepezil mempunyai komponen kompetitif dan komponen non kompetitif.7
Kelas keempat yaitu kelas organophosphate.7 Contoh dari kelas ini yaitu metrifonate. Metrifonate membentuk ikatan kovalen yang bersifat irreversible dengan substrat. Pada awalnya metrifonate akan bersifat kompetitif inhibitor, namun pada tahap selanjutnya akan bersifat sebagai non kompetitif inhibitor. Metrifonate lebih selektif terhadap butyrylcholinesterase daripada acetylcholinesterase.7
Kelas yang kelima yaitu kelas phenanthrene alkaloid dengan salah satu contoh yaitu galantamine.7 Galantamine merupakan salah satu contoh dari phenanthrene alkaloid yang bersifat reversible dan lebih selektif terhadap acetylcholinesterase . Galantamine merupakan salah suatu kompetitif inhibitor.7
-
2.2.2 Cholinesterase inhibitors dalam Meningkatkan Fungsi Kognitif
Penurunan kemampuan intelektual atau penurunan fungsi kognitif pada pasien dementia tipe Alzheimer’s disebabkan oleh hilangnya cholinergic neurons yang bersifat progresif dan berkurangnya acetylcholine pada otak.9
Sepertinya telah dibahas sebelumnya, berkurangnya acetylcholine dikarenakan oleh
adanya dua cholinesterase.9 Kedua cholinesterase tersebut adalah acetylcholinesterase dan butyrylcholinesterase.9
Untuk mengatasi gejala-gejala penurunan fungsi kognitif pada pasien dementia tipe Alzheimer’s, maka dapat dilakukan penanganan dengan menghambat acetylcholinesterase dan butyrylcholinesterase.9 Menurut beberapa penelitian, pemberian cholinesterase inhibitors dapat menunda penurunan fungsi kognitif sekitar 6 bulan sampai 12 bulan, dimana pada pasien dementia tipe Alzhe imer’s yang tidak mendapatkan cholinesterase inhibitors hal itu biasa dialami.9
Beberapa cholinesterase inhibitors yang biasa digunakan pada awal terapi pasien dementia tipe Alzheimer’s untuk mengatasi gejala-gejala penurunan fungsi kognitif adalah rivastigmine, donepezil, dan galantamine. Ketiganya dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh apabila dosis dan cara pemberian sesuai dengan rekomendasi yang dianjurkan.
Beberapa penelitian menunjukkan perbaikan fungsi kognitif dari pasien dementia tipe Alzheimer’s ringan hingga sedang dengan pemberian rivastigmine.9 Rivastigmine sangat signifikan berhubungan dengan inhibisi sentral dari acetylcholinesterase dan butyrylcholinesterase. Rivastigmine dapat menghambat acetylcholinesterase dan butyrylcholinesterase, sehingga konsentrasi dari acetylcholine dapat ditingkatkan.9
Rivastigmine dapat berupa kapsul dengan dosis 1,5 mg, 3 mg, 4,5 mg, dan 6 mg.9 Selain itu tersedia juga oral solution 2 mg/ml. Pemberian dua kali pada pagi dan sore dengan terlebih dahulu makan. Pemberian awal 1,5 mg/hari, setelah 4 minggu ditingkatkan menjadi 3 mg yang
masing-masing diberikan dua kali sehari. Setelah 4 minggu berikutnya dapat ditingkatkan hingga
-
4,5 mg sampai 6 mg yang juga masing-masing diberikan dua kali sehari.9
Rivastigmine sangat cepat dan secara sempurna dapat diabsorbsi.11 Rivastigmine dimetabolisme secara luas oleh acetylcholinesterase. Paruh waktunya adalah sekitar 1,5 jam dengan sebagian besar eliminasinya berupa ekskresi metabolik dari ginjal.11
Pada pasien yang hipersensitif terhadap turunan carbamate, sebaiknya rivastigmine tidak diberikan.11 Sedangkan pada pasien yang mempunyai riwayat asma atau obstructive pulmonary disease, rivastigmine bisa digunakan. Rivastigmine juga biasanya digunakan pada pasien dementia tipe Alzheimer’s yang tidak sensitif terhadap acetylcholinesterase specific inhibitor.11
Efek samping dari pemberian rivastigmine antara lain adalah mual, muntah, anorexia,dan 9 penurunan berat badan.9
Penelitian yang dilakukan kurang lebih 12 sampai 24 minggu menyimpulkan bahwa pemberian donepezil dengan dosis 5mg/hari hingga 10 mg/hari menunjukkan efek yang signifikan secara statistik untuk mengatasi gejala-gejala yang berkaitan dengan kognitif.9 Donepezil membantu memperbaiki memori dan meningkatkan kemampuan untuk mengurus diri sendiri pada pasien dementia tipe Alzheimer’s.9
Donepezil berupa tablet tersedia dalam dosis 5 mg dan 10 mg. Pemberian dilakukan satu kali setiap malam, dapat disertai atau tanpa didahului dengan makan.9 Dosis awal yaitu 5 mg/hari selama kurang lebih 4 minggu sampai 6 minggu, setelah itu meningkat hingga 10 mg/hari.9
Efek samping dari donepezil antara lain adalah diare, anorexia, fatigue, insomnia, mual, muntah, penurunan berat badan dan muscle cramps.9
-
2.2.2.3 Galantamine
Galantamine bekerja selain utntuk menghambat acetylcholinesterase, juga berperan sebagai allosterically potentiating ligand pada nicotinic acetylcholine reseptor.9 Galantamine dapat memperbaiki nicotinic cholinergic neurotransmitter yang akan berdampak baik dalam perbaikan fungsi kognitif.9
Sediaan dari galantamine berupa tablet dengan dosis 4 mg, 8 mg, dan 12 mg.9 Dapat juga berupa oral solution 4 mg/ml. Pemberian dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore setelah makan. Dosis pemberian awal yaitu 4 mg yang masing-masing diberikan dua kali sehari. Setelah 4 minggu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 8 mg hingga 12 mg yang juga masing-masing diberikan 2 kali sehari.9
Efek samping dari pemberian galantamine adalah diare, anorexia, mual, muntah, dan 9 penurunan berat badan.
-
2.2.3 Cholinesterase inhibitors untuk Gangguan Neuropsikiatri
Selain terjadi penurunan fungsi kognitif, pada pasien dementia tipe Alzheimer’s juga akan terjadi gangguan neuropsikiatri. Biasanya pasien akan mengalami gangguan neuropsikiatri seperti halusinasi penglihatan, paranoid delusion, agitasi, dan berdampak pada perubahan mood.3,4
Menurut beberapa penelitian, cholinesterase inhibitors dilaporkan mempunyai efek dalam mengatasi gangguan neuropsikiatri, walaupun dilaporkan efeknya kecil namun signifikan secara statistik.6,12
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui efek dari rivastigmine dalam mengatasi gangguan neuropsikiatri. Rivastigmine dapat mengatasi psikosis pada pasien dementia tipe Alzheimer’s.7 Pernyataan itu didasarkan oleh penelitian yang telah dilakukan dan penilaian menggunakan Neuropsychiatric Interventory Score .
Efek samping dari pemberian rivastigmine antara lain adalah mual, muntah, anorexia, dan penurunan berat badan.9
Awalnya physostigmine hanya diteliti untuk diketahui efeknya terhadap fungsi kognitif.7 Namun seiring berjalannya waktu, beberapa peneliti juga meneliti efek physostigmine terhadap gangguan 7
neuropsikiatri.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa physostigmine memiliki efek yang baik dalam perbaikan aspek perilaku dibandingkan dengan placebo.7 Peneliti lain juga melaporkan bahwa pemberian intramuscular physostigmine berpengaruh terhadap aspek perilaku secara dramatis dalam waktu 3 hari. Physostigmine dapat menurunkan restlessness, depresi, dan memperbaiki kemampuan bersosialisasi dari pasien.7
Efek samping dari penggunaan physostigmine juga dapat ditemukan dari beberapa penelitian yang dilakukan. Efek samping tersebut dapat berupa “physostigmine syndrome”.7 Pasien akan merasakan extreme fatigue, cemas, uncooperative. Namun pada penelitian yang menimbulkan efek samping ini digunakan dosis yang lebih besar dibandingkan dosis yang dipakai pada penelitian yang dilakukan oleh Shcwarz dan Konlstaedt.
Eptastigmine dilaporkan dapat memperbaiki aspek perilaku dari pasien dementia tipe Alzheimer’s.7 Namun masih sedikit penelitian yang membahas eptastigmine secara lebih lengkap melalui efeknya terhadap perbaikan aspek perilaku dan gangguan neuropsikiatri.
-
2.2.3.4 Tacrine
Beberapa penelitian bahwa pemberian tacrine dapat memperbaiki keadaan uncooperative dan paranoid delusion yang dialami oleh pasien dementia tipe Alzheimer’s.7 Hal ini didasarkan oleh
penilaian yang telah dilakukan menggunakan Noncognitive Portion of the Alzheimer’s Disease
Assessment scale.7
Penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 24 minggu pada pasien dementia tipe Alzheimer’s menyebutkan bahwa velnacrine dapat mengurangi apati, anxiety, dan disinhibition.7 Sedangkan apabila dibandingkan dengan placebo, velnacrine terbukti tidak menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek perilaku. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan Relatives Assessment of Global Symptomatology.7
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Neuropsychiatric Inventory mendapatkan bahwa donepezil mampu meningkatkan total skor pada penilaian tersebut.7 Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa donepezil dapat memperbaiki aspek perilaku dan gangguan neuropsikiatri, walaupun kurang signifikan apabila dibandingkan dengan antipsikotik dan anti depresan.7,13 Hal ini terbukti dengan adanya penelitian yang menyebutkan bahwa donepezil kurang efektif sebagai terapi agitasi pada dementia tipe Alzheimer’s.13
Efek samping dari donepezil adalah diare, anorexia, fatigue, insomnia, mual, muntah, penurunan berat badan dan muscle cramps.9
Penelitian yang didasarkan oleh penggunaan Neuropsychiatric Inventory menyimpulkan bahwa metrifonate dapat menurunkan halusinasi penglihatan, apati, depresi, anxiety, dan memperbaiki aberrant motoric behavior.7 Dosis yang dilaporkan aman adalah 0,20 mg/kg/hari.12
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa galantamine akan mempunyai efek untuk perbaikan gangguan neuropsikiatri yang cukup signifikan dibandingkan dengan placebo.6 Hal ini dimungkinkan apabila galantamine diberikan dengan dosis 6 mg/hari.6
Efek samping dari pemberian galantamine adalah diare, anorexia, mual, muntah, dan 9 penurunan berat badan.
RINGKASAN
Dementia tipe Alzheimer’s merupakan suatu penurunan fungsi kognitif dan adanya gangguan neuropsikiatri yang disebabkan oleh Alzheimer’s. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan-perubahan secara histologi pada otak dan berkurangnya konsentrasi acetylcholine .
Cholinesterase inhibitors merupakan salah satu obat yang digunakan pada pasien dementia tipe Alzheimer’s ringan hingga sedang. Beberapa kelas cholinesterase inhibitors secara signifikan dapat memperbaiki gejala-gejala penurunan fungsi kognitif. Cholinesterase inhibitors juga mempunyai efek dalam mengatasi gangguan neuropsikiatri, walaupun dilaporkan efeknya kecil namun signifikan secara statistik.6,12 Dosis dan cara pemberian yang tepat harus diperhatikan dalam penggunaan cholinesterase inhibitors agar dapat dicapai hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. World Health Organization. Alzheimer’s disease: The Brain Killer [diakses 10 Januari 2010]. Diunduh dari:
http://www.Searo.Who.Int/en/section1174/section1199/section1567/section1823_8057.ht m.
-
2. National Academy On an Aging Society. Alzheimer’s Disease and Dementia. Washington [diakses Januari 2010]. Diunduh dari: www.Agingsociety.Org/agingsociety/pdf/Alzheimers.pdf.
-
3. Caselli R, Boeve B. The Generative Dementia. Dalam: Pioli S, Anello L, penyunting. Textbook of Clinic al Neurology. Edisi ke- 2. Pennsylvania: Elsevier, 2003; h. 628- 687.
-
4. Sadock B, Mitchell C. Delirium, Dementia, and Amne stic and other Cognitive Disorders. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, penyunting. Synopsis of Psychiatry. Edisi ke- 10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007; h. 329-331.
-
5. Cochran E. Neurodegenerative disease. Dalam: Prayson R, Goldblum J, penyunting. Neuropathology. Philadelphia: Elsevier, 2005; h. 223-230.
-
6. Sink K, Holden K, Yaffe K. Pharmacological Treatment of Neuropsychiatric Symptoms of Dementia. JAMA. 2005; 293 (5): 596-608.
-
7. Cummings J. Cholinesterase inhibitorss: A New Class of Psychotropic Compounds. Am J Psychiatry. 2000; 157 (1): 4-15.
-
8. Savva G. Age, Neuropathology, and Dementia. NEJM. 2009; 360 (22): 2302-2309.
-
9. Ellis J. Cholinesterase inhibitorss in the T re atment of Dementia. JAOA. 2005; 105 (3): 145- 148.
-
10. Healthy Place. Cholinesterase inhibitorss for Treatment of Alzheimer’s. (diakses Januari
-
2010) . Diunduh dari: http://www.healthplace.com/alzheimers/medications/cholinesterase-inhibitor.
-
11. Aschenbrenner D, Venable S. Drug Treating Psycotic Disorders and Dementia. Dalam: Surrena H, Gentzler B, Harris l, penyunting. Drug Therapy In Nursing. Edisi ke- 3. China: Lippincott Williams & Wilkins, 2009; h. 323- 326.
-
12. Trinh N, Hoblyn J, Mohanty S, Yaffe K. Efficacy of Cholinesterase inhibitorss in the Treatment of Neuropsychiatric Symptoms and Functional Impairment in Alzheimer’s Disease. JAMA. 2003; 289 (2): 210- 216.
-
13. Howard R. Donepezil for Treatment of Agitation in Alzheimer’s Disease. NEJM. 2007; 357 (14): 1382-1392.
29
Discussion and feedback