ISSN: 2303-1395                 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.3 MARET, 2019

I!--Yz—Y A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS I_Jk√∕ ∖-^J JOURNALS

EFEK SINERGIS KOMBINASI CHLORHEXIDINE DAN ALKOHOL TERHADAP DAYA HAMBAT PERTUMBUHAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Yosi Kusuma1, Komang Januartha Putra Pinatih2, Made Agus Hendrayana2 1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 2Departement Mikrobiology, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

ABSTRAK

Antiseptik merupakan suatu zat kimia yang memiliki kerja untuk menghancurkan mikroorganisme ataupun menghambat kerjanya, sehingga dapat mencegah terjadinya suatu infeksi. Salah satu contoh antiseptik adalah chlorhexidine dan alkohol. Chlorhexidine dengan alkohol memiliki mekanisme yang mirip, yaitu bekerja mengganggu struktur membran bakteri, sehingga mengakibatkan lisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan aktifitas antiseptik chlorhexidine-alkohol dengan alkohol dan chlorhexidine pada bakteri Gram positif dan negatif, serta apakah terjadi aktivitas yang sinergis antara kedua antiseptic tersebut. Penelitian menggunakan metode eksperimental, post-test only design, melalui uji disk-diffusion Kirby-Bauer, menggunakan zona hambat pertumbuhan bakteri pada media Mueller-Hinton. Zona hambat rerata chlorhexidine-alkohol (19,56 ± 0,88SB) dengan alkohol (0) dan chlorhexidine (18 ± 0,71SB) pada bakteri Staphylococcus aureus lebih besar secara signifikan, p=0,002 untuk chlorhexidine; sedangkan pada bakteri Escherichia coli, zona hambat rerata chlorhexidine-alkohol 16,22 ± 0,83SB, chlorehexidine 17,22 ± 2,05SB, alkohol 13,22 ± 4,08SB. Perbedaan diameter hanya signifikan untuk alkohol (p=0,019), tapi tidak untuk chlorhexidine (p=0,387). Dapat disimpulkan bahwa terdapat aktivitas antiseptik sinergis pada kombinasi chlorhexidine-alkohol untuk bakteri Staphylococcus aureus, tetapi tidak pada bakteri Escherichia coli.

Kata Kunci: Chlorhexidine, alkohol, antiseptik, Staphylococcus aureus

ABSTRACT

Antiseptic are chemical substance that have the activity to eradicate microorganism or inhibit their activity, so that to prevent infection. One of the examples of antiseptic are chlorhexidine and alcohol. Chlorhexidine and alcohol have a similar mechanism, which is to disturb bacterial membrane resulting in lysis. The purpose of this research is to know whether there is a difference in antiseptic activity of chlorhexidine-alcohol combination with chlorhexidine or alcohol towards Gram positive and negative, and also weather there is a synergetic activity between those antiseptics. This research uses an experimental method, post-test only design, through disk diffusion test. The resulting data are inhibitory zone of alcohol, chlorhexidine, and chlorhexidine-alcohol combination for Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The mean inhibitory zone for chlorhexidine-alcohol (19.56 ± 0.88SD) with alcohol (0) and chlorhexidine (18 ± 0.71SD) for Staphylococcus aureus is significantly larger, with a p= 0.002 for chlorhexidine; meanwhile for Escherichia coli, mean inhibitory zone for chlorhexidine-alcohol 16.22 ± 0.83SD, chlorhexidine 17.22 ± 2.05 SD, and alcohol 13.22 ± 4.08SD. The difference in diameter is only significant for alcohol (p=0.019), but not for chlorhexidine (p=0.387). Conclusion can be made that antiseptic activity are synergetic to chlorhexidine-alcohol combination for Staphylococcus aureus, but not to Escherichia coli. Keywords: chlorhexidine, alcohol, antiseptic, combination

I!--∖f—∖ Λ I DIRECTORY OF OPEN ACCESS I__’ V √.   ∙ . √ JOURNALS

PENDAHULUAN

Antiseptik merupakan suatu zat kimia yang memiliki kerja untuk menghancurkan mikroorganisme ataupun menghambat kerjanya, sehingga dapat mencegah terjadinya suatu infeksi.1 Antiseptik dapat dibedakan dengan disinfektan dari tempat kerjanya, di mana antiseptik digunakan pada sesuatu yang hidup dan disinfektan digunakan untuk benda yang mati. Antiseptik juga dapat dibedakan dengan antibiotik, di mana kerja dari antibiotik adalah spesifik dengan mikroorganisme tertentu, dan antiseptik kerjanya lebih umum.1

Chlorhexidine merupakan salah satu jenis antiseptik. Chlorhexidine umumnya digunakan dalam antiseptik kumur, tapi terkadang dapat juga diberikan dalam sabun antiseptik.2     Chlorhexidine merupakan

suatu bakterisida yang bekerja dengan cara merusak dinding sel dan membran luar sel, sehingga mengakibatkan kebocoran intraseluler, dan pada akhirnya koagulasi sitosol.1 Alkohol merupakan contoh lain dari antiseptic. Alkohol bersifat sebagai bakterisida, dengan cara merusak membran sel dari bakteri, sehingga komponen intraseluler akan keluar. Alkohol juga bekerja dengan cara mendenaturasi proteinprotein yang berada dalam sel, sehingga kinerja dari enzim bakteri akan terhambat, mengakibatkan proses metabolisme terganggu.3

Chlorhexidine dan alkohol memiliki mekanisme kerja yang mirip, sehingga terdapat kombinasi antiseptic antar kedua zat tersebut. Mekanisme kerja yang mirip seharusnya menghasilkan hasil yang sinergis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui      apakah      kombinasi

chlorhexidine-alkohol memberikan suatu efek yang sinergis pada kedua jenis Gram bakteri.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang akan membandingkan efek antiseptik dari chlorhexidine dan alkohol, dengan campuran chlorhexidine-

alkohol terhadap bakteri Staphylococcus aureus (ATCC 43300) dan Escherichia coli (ATCC 8739), yang merepresentasikan jenis bakteri Gram positif dan negatif. Menggunakan tipe post-test only design. Aktvitas antiseptik diketahui melalui uji disk-diffusion.

Chlorhexidine (1,6-bis(4-chloro-phenylbiguanido)hexane) yang digunakan memiliki konsentrasi 0,5% (b/v), yang didapat dari antiseptik komersial bermerek OneMed™ dengan konsentrasi 4% (b/v) yang diencerkan dengan aquades hingga konsentrasi 0,5% (b/v) tercapai. Alkohol 70% (v/v) yang digunakan merupakan jenis etil alkohol C2H5OH, didapat dari antiseptik komersial bentuk larutan. Campuran chlorhexidine 0,5% dan alkohol 70% diperoleh dari antiseptik komersial dengan konsentrasi masing-masing yang sama, yaitu dari OneMed™.

Data telah diolah melalui uji normalitas dan homogenitas. Kemudian dilakukan uji signifikansi antar rerata zona hambat kombinasi chlorhexidine-alkohol dengan chlorhexidine dan alkohol. Signifikansi dinyatakan jika p<0,05. Efek sinergis didefinisikan jika perbedaan rerata zona hambat kombinasi chlorhexidine-alkohol lebih besar signifikan dengan chlorhexidine dan alkohol.

HASIL

Nilai zona hambat rerata dari masing-masing antiseptik terpapar pada tabel 1. Alkohol pada Staphylococcus aureus tidak menghasilkan zona hambat, sedangkan chlorhexidine dan kombinasi menghasilkan zona hambat. Pada Staphylococcus aureus, chlorhexidine memiliki distribusi normal (p=0,338) dan kombinasi chlorhexidine-alkohol memiliki distribusi tidak normal (p=0,049). Zona hambat kombinasi chlorhexidine-alkohol memiliki rerata zona yang hambat yang signifikan lebih besar (p=0,002) dari pada chlorhexidine.

Pada Escherichia coli, alkohol dan chlorhexidine berdistribusi normal (p=0,176 dan p=0,063) sedangkan kombinasi

I--∖r—S Λ I DIRECTORY OF OPEN ACCESS

I_J‰m√∕ X-J JOURNALS

chlorhexidine-alkohol berdistribusi tidak normal (p=0,014). Kemudian dilakukan uji Kruskal wallis, yang menghasilkan nilai p=0.014. Nilai rerata zona hambat

kombinasi chlorhexidine-alkohol memiliki nilai signifikan lebih besar dari pada alkohol (p=0,019), tetapi tidak untuk chlorhexidine (p=0,387).

Tabel 1Hasil Rerata Zona Hambat pada Bakteri SA dan EC terhadap Alk, CHX, dan Alk + CHX.

Antiseptik        RZH SA         RZH EC

Alk                  0           13,22 ± 4,08SB

CHX


18 ± 0,71SB      17,22 ± 2,05SB

Alk + CHX     19,56 ± 0.88SB     16.22 ± 0,83SB

RZH: Rerata zona hambat, SA: Staphylococcus aureus, EC: Escherichia coli, Alk: Alcohol, CHX: Chlorhexidine, mm: millimeter, SB: Simpang Baku

Gambar 1: merupakan hasil akhir disk diffusion. Gambar kiri merupakan kelompok Staphylococcus aureus dan kanan adalah kelompok Escherichia coli. Disk A merupakan disk alkohol, disk B merupakan disk chlorhexidine, dan disk C merupakan disk kombinasi. Terlihat pada disk B kedua kelompok bakteri, terdapat pola menjulur yang tidak teratur


PEMBAHASAN

Penggunaan antiseptik kombinasi untuk bakteri Staphylococcus aureus menghasilkan zona hambat yang signifikan lebih besar dari pada alkohol atau chlorhexidine. Ini mengindikasikan bahwa terjadi hubungan sinergis antara alkohol dan chlorhexidine. Beberapa literature juga menghasilkan data yang konsisten, dengan penelitian ini. Kombinasi alkohol dengan chlorhexidine lebih ampuh dalam mencegah infeksi pada umbilicus bayi neonatus dibandingkan dengan alkohol saja.4 Kombinasi chlorhexidine 0,5% dengan alkohol jenis isopropyl alkohol 70% menghasilkan nilai faktor reduksi lebih

tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine 0,5% atau isopropyl alkohol 70% saja pada Staphylococcus epidermidis.5

Perbandingan antara nilai zona hambat alkohol dengan chlorhexidine tidak konsisten dengan penelitian yang sudah ada. Faktor reduksi isopropyl alkohol 70% lebih tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine 0,5%.5 Nilai minimal biocidal concentration pada alkohol juga lebih rendah dibandingkan dengan chlorhexidine.6 Data yang sudah ada mengindikasikan bahwa alkohol memiliki efek antiseptik lebih tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine. Perbedaan antara hasil penilitian ini dengan hasil penelitian

I--∖r—S Λ I DIRECTORY OF OPEN ACCESS

I_J‰m√∕ X-J JOURNALS

yang sudah ada mungkin diakibatkan oleh glycerol pada alkohol yang digunakan, dimana glycerol mungkin menghambat diffusi alkohol ke media Mueller-Hinton. Dapat juga diakibatkan oleh penguapan alkohol. Namun ini tidak menjelaskan mengapa tidak terbentuk zona hambat alkohol pada Staphylococcus aureus. Zona hambat tidak terbtnuk mungkin dapat dijelaskan dengan penguapan alkohol yang lebih banyak pada Staphylococcus aureus, karena penetesan dengan paper disk lebih awal pada kelompok Staphylococcus aureus.

Penggunaan antiseptik kombinasi pada bakteri Escherichia coli hanya memiliki nilai signifikan jika dibandingkan dengan alkohol saja, tapi pada chlorhexidine tidak memiliki nilai yang signifikan. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan nilai zona hambat antara alkohol ke kombinasi, hanya karena aktivitas chlorhexidine yang lebih tinggi pada kombinasi, dan tidak merupakan efek sinergis antara alkohol dan chlorhexidine. Hal ini dapat diakibatkan oleh penguapan alkohol, sehingga tidak menambah aktivitas antiseptik chlorhexidine secara signifikan. Dapat juga diakibatkan oleh lapisan LPS bakteri Escherichia coli, yang menghambat kerja chlorhexidine.3

Chlorhexidine diketahui memiliki aktivitas yang lebih tinggi pada bakteri Gram positif dibandingkan dengan Gram negatif.7 dan pada penelitian ini chlorhexidine memiliki nilai zona hambat lebih besar pada Staphylococcus aureus dari pada Escherichia coli, namun analisis Mann-Whitney antara hasil zona hambat chlorhexidine pada Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menghasilkan nilai yang tidak signifikan (p=0,136).

Hasil yang tidak signifikan ini dapat diakibatkan oleh pola zona hambat yang dihasilkan oleh chlorhexidine pada kedua bakteri. Pola zona hambat berbentuk menjulur dan tidak teratur (Gambar 1), yang dapat mengakibatkan pengukuran pada chlorhexidine kurang akurat. Pola zona hambat yang dihasilkan oleh chlorhexidine dapat diakibatkan oleh zat surfaktan yang terdapat pada chlorhexidine tersebut. Surfaktan akan menurunkan tegangan permukaan suatu cairan, sehingga mungkin dapat mengakibatkan pola menjulur dari zona hambat chlorhexidine.

SIMPULAN

Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa daya hambat kombinasi chlorhexidine-alkohol lebih kuat dibandingkan chlorhexidine dan alkohol saja terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Terdapat juga efek sinergis pada kombinasi chlorhexidine-alkohol pada bakteri Staphylococcus aureus.

Pada bakteri Escherichia coli, kombinasi chlorhexidine-alkohol memiliki peningkatan aktifitas dibandingkan dengan alkohol, namun tidak meningkat dibandingkan chlorhexidine. Kombinasi chlorhexidine-alkohol tidak menghasilkan efek sinergis pada bakteri Escherichia coli.

SARAN

Penelitian mengenai aktivitas antiseptik agar menggunakan bahan murni, dan tidak tercampur dengan zat lain. Untuk menghindari efek dari zat lain mempengaruhi hasil penelitian.

Penelitian selanjutnya menggunakan perhitungan colony-forming unit (CFU) untuk meningkatkan keakuratan dari hasil penelitian.

I!--∖f—S Λ i DIRECTORY OF OPEN ACCESS I∖^J JOURNALS

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Al-Adham I, Haddadin R, Collier P. Types of Microbicidal and Microbistatic Agents. In: FRAISE AP, MAILLARD J-Y, SATTAR SA, editors. Russell, Hugo & Ayliffe’s Principles and Practice of Disinfection, Preservation and Sterilization. 5th ed. Blackwell Publishing; 2013. h. 5–70.

  • 2.    Foddai ACG, Grant IR, Dean M. Efficacy of Instant Hand Sanitizers against Foodborne Pathogens Compared with Hand Washing with Soap and Water in Food Preparation Settings: A Systematic Review. J Food Prot. 2016;79(6):1040–54.

  • 3.    Mcdonnell G, Russell AAD. Antiseptics and Disinfectants: Activity, Action, and Resistance. 1999 [cited 2018 Jan 24];12(1):147– 79. Diunduh dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar ticles/PMC88911/pdf/cm000147.pdf

  • 4.    Oishi T, Iwata S, Nonoyama M, Tsuji A, Sunakawa K. Double-blind

comparative study on the care of the neonatal umbilical cord using 80% ethanol with or without chlorhexidine. J Hosp Infect. 2004;58(1):34–7.

  • 5.    Adams D, Quayum M, Worthington T, Lambert P, Elliott T. Evaluation of a 2% chlorhexidine gluconate in 70% isopropyl alcohol skin disinfectant. J Hosp Infect. 2005;61(4):287–90.

  • 6.    Narui K, Takano M, Noguchi N, Sasatsu M. Susceptibilities of methicillin-resistant Staphylococcus aureus isolates to seven biocides. Biol Pharm Bull [Internet].

2007;30(3):585–7. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d/17329862

  • 7.    O’Driscoll NH, Labovitiadi O, Cushnie TPT, Matthews KH, Lamb AJ. Potassium loss from chlorhexidine-treated bacterial pathogens is time- and concentration dependent and variable between species. Curr Microbiol. 2014;68(1):6–11.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum