ISSN: 2303-1395                 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 7 NO.11,Nopember, 2018

Il--∖/—S A I DfRECTORY OF OPEN ACCESS

I_^∖^/ ∖—J JOURNALS

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA REAKSI KUSTA TIPE 1 DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI – DESEMBER 2014

Luh Putu Venny Cempaka Sari1I Gusti Ketut Darmada2 1Program Studi Pendidikan Dokter

2BagianKulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Kusta atau Hansen’s disease merupakan salah satu penyakit infeksi pada kulit yang sangat menular dan bersifat kronis dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penderita penyakit kusta dalam perjalanan klinisnya dapat mengalami suatu kondisi akut yang disebut sebagai reaksi kusta. Reaksi kusta ditandai dengan adanya lesi radang akut yang kerap kali disertai dengan gejala sistemik.Reaksi kusta pada penderita kusta merupakan suatu hal yang serius, karena 20-30% dari seluruh penderita cepat atau lambat akan mengalami reaksi kusta yang dapat menyebabkan kecacatan permanen.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat menggambarkan karakteristik penderita kusta dan reaksi kusta berdasarkan sosiodemografi dari segi usia, jenis kelamin, serta onset terjadinya reaksi.Penelitian reaksi kusta ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data skunder yang diambil dari Poliklinik Kulit dan Kelamin, RSUP Sanglah Denpasar periode Januari-Desember 2014.Populasi target pada penelitian ini adalah semua penderitakusta dan reaksi kusta baik yang baru ataupun yang sudah terdiagnosis sebelumnya.Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling.Hasil penelitian ini didapat total 107penderita kusta yang diteliti, dimana 76 orang menderita kusta BB (26,3%), BL (59,2%) dan BT (14,5%), dan 17 orang menderita reaksi kusta tipe 1 (reversal). Kelompok usia yang paling banyak terkena reaksi kusta adalah 16-35 tahun yaitu 14 orang (82,4%), jenis kelamin yang lebih sering ditemukan pada reaksi kusta adalah laki-laki dengan sampel sebanyak 12 orang (70,6%) dan onset terjadinya reaksi paling sering terjadi pada saat lebih dari 3 sampai 6 bulan masa pengobatan yaitu sebanyak 9 orang (52,9%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penderita dengan reaksi kusta di RSUP Sanglah masih cukup tinggi dengan gambaran karakteristik penderita berdasarkan sosiodemografi yang bervariasi.

Kata Kunci: Kusta, Reaksi Kusta, Reversal, Prevalensi

ABSTRACT

Leprosy or Hansen's disease is one of the most contagious and chronic infectious skin diseases caused by Mycobacterium leprae bacteria. Leprosy patients in their clinical course of the disease may experience an acute condition called leprosy reaction. Leprosy reactions are characterized by acute inflammatory lesions that are often accompanied by systemic symptoms. The leprosy reaction in leprosy is a serious thing, because 20-30% of all patients will sooner or later experience leprosy reactions that can cause permanent disability. This study was conducted with the aim to describe the characteristics of leprosy patients and leprosy reactions based on sociodemography in terms of age, gender, and onset of reaction. This leprosy research was a descriptive study using secondary data taken from Dermatovenerology Polyclinic, Sanglah Hospital from January to December 2014. The target population in this study ware all new or previously diagnosed leprosy patients or leprosy reaction patients. The sample in this study was taken by using total sampling technique. The results of this study obtained a total of 107 leprosy patients studied, of which 76 people suffered from BB leprosy (26.3%), BL (59.2%) and BT (14.5%), and 17 people suffered from type 1 leprosy reactions (reversal). The age group most affected by leprosy reaction was 1635 years old that was 14 people (82.4%), gender more often found in leprosy reaction were men with 12 samples (70.6%) and onset the most frequent reactions occurred during the 3 to

I-∖f—x A i DtRECTORY OF OPEN ACCESS

I_/k^/ X—J JOURNALS

6 months of treatment as much as 9 people (52.9%). The conclusion of this research is patient with leprosy reaction in Sanglah Hospital still high enough with variation characteristic of patient based on sociodemography.

Keywords: Leprosy, Leprosy Reaction, Reversal, Prevalence

PENDAHULUAN

Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia.Penyakit ini adalah salah satu penyakit infeksi kulit kronis yang cukup serius, dapat menular dan sangat membahayakan.1Penderita kusta memiliki peluang yang cukup besar untuk mengalamireaksi kusta yang dapat merugikan penderita karena menyebabkan kerusakan syaraf tepi terutama gangguan fungsi sensorik hingga kecacatan permanen.2Reaksi kusta dapat terjadi kapan saja baik pada saat sebelum mendapat terapi, pada saat terapi, maupun sesudah menjalani terapi kusta. Terdapat dua jenis reaksi kusta, yaitu reaksi tipe 1 atau Reaksi Reversal (RR) dan reaksi tipe 2 atau Erythema Nodosum Leprosum (ENL).3

Data yang didapat dari Departemen Kesehatan Propinsi Bali menunjukan jumlah kasus kusta baru pada tahun 2013 sebanyak 84 orang penderita dengan 9 kasus kusta PB (Pausi Basiler) dan 75 kasus kusta MB (Multi Basiler) dan angka penemuan kasus baru tahun 2013 sebesar 2,07 per 100.000 penduduk.4Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manyullei, menunjukan 78,4% responden terdiagnosa kusta

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data skunder yang diambil dari catatan medis penderita kusta yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin, RSUP Sanglah Denpasar.Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis, RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Juli sampai Agustus 2015.Sampel pada penelitian adalah semua penderita dengan reaksi kusta tipe 1 sebagai populasi target dan semua penderita reaksi kusta tipe 1 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah periode Januari 2014 – Desember 2014 sebagai populasi terjangkau.Kriteria inklusi yang digunakan pada penenlitian ini adalah semua penderitakusta dan reaksi kusta baik yang baru ataupun yang sudah terdiagnosis sebelumnya dengan data rekam medis yang lengkap, sedangkan kriteria ekslusinya adalah penderita dengan catatan rekam medis yang tidak lengkap.Teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah total samplingyaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden.Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebesar 107 penderita kusta.Setiap data penderita dengan

saat berumur lebih dari 15 tahun. Umur terdiagnosa kusta lebih dari 15 tahun dapat menjadi faktor risiko terjadinya reaksi kusta, namun sebaliknya apabila terdiagnosis dibawah umur 15 tahun maka kemungkinan seseorang mengalami reaksi kusta lebih kecil.5Perspektif gender juga memiliki peranan penting dan berkaitan dengan kusta. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati mendapatkan hasil jumlah penderita kusta berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan yaitu 66,0% dari total jumlah populasi sebesar 32 responden.6

Deteksi dini reaksi kusta pada penderita kusta diharapkan dapat dilakukanseawal mungkin, sehingga penderita secepatnya mendapat penanganan dan dapat mencegah kecacatan yang timbul akibat reaksi kusta.Banyaknya jumlah penderita kusta di Indonesia serta pentingnya penatalaksanaan reaksi kusta menjadi landasan dalam penyusunan penelitian ini.Pengenalan dan penatalaksanaan reaksi kusta yang adekuat diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas dan kecacatan yang terjadi kriteria data lengkap dan sesuai kebutuhan penelitian maka akan langsung dimasukan dalam analisis data.

Terdapat dua jenis variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yang pertama yaitu variabel sosiodemografi dan kedua adalah variabel onset terjadinya reaksi kusta. Variabel sosiodemografi dibagi menjadi dua bagian yaitu variabel umur dan jenis kelamin, dimana variabel umur dikelompokan menjadi empat katagori yaitu usia 0-15 tahun, 16-35 tahun, 36-50 tahun dan >50 tahun. Variabel jenis kelamin sendiri dibagi menjadi dua yaitu lelaki dan perempuan.Data yang sudah dikumpulkan akandiolah dengan menggunakan komputer melalui program SPSS, lalu data dianalisa secara deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk narasi dan table tanpa disertai uji statistik.

HASIL

Total sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 107 penderita kusta, dimana 76 orang menderita kusta BB (26,3%), BL (59,2%) dan BT (14,5%), dan 17 orang menderita reaksi kusta tipe 1 (reversal). Karakteristik penderita kusta dibagi menjadi dua variabel yaitu umur dan jenis kelamin, sedangkan karakteristik penderita

I-∖f—x A i DtRECTORY OF OPEN ACCESS

I_/k^/ X—J JOURNALS

reaksi kusta dibagi menjadi tiga yaitu umur, jenis kelamin dan onset terjadinya reaksi

Tabel 1. Distribusi Umur Penderita Kusta Tipe BB, BL dan BT

Usia

BB (%)

BL (%)

BT (%)

Total (%)

<15

1

0  (0)

1 (1,3)

2

tahun

(1,3)

(2,6)

16-35

11

27

6 (7,9)

44

tahun

(14,5)

(35,5)

(57,9)

36-50

2

6

1 (1,3)

9

tahun

(2,6)

(7,9)

(11,8)

> 50

6

12

3 (3,9)

21

tahun

(7,9)

(15,8)

(27,6)

Jml

20

45

11

76

(26,3)

(59,2)

(14,5)

(100)

Jumlah total sampel penderita kusta di RSUP Sanglah sebanyak 107 penderita, dimana didapatkan 76 orang menderita kusta dengan tipe BB, BL dan BT yang berpotensi untuk menjadi reaksi kusta tipe 1 (reaksi reversal).Tabel 1 menunjukkan bahwa diketahui 45 orang (52,9%) dari 76 subjek yang diteliti mengalami kusta tipe BL, kusta tipe BB sebanyak 20 orang (26,3%), dan kusta tipe BT sebanyak 11 orang (14,5%).

Hasil penelitian variabel umur yang lebih dominan pada kusta tipe BB adalah kelompok umur 16-35 tahun yaitu 11 orang (14,5%), sedangkan yang terendah adalah kelompok umur 36-50 tahun yaitu 2 orang (2,6%). Terdapat persamaan terhadap hasil penelitian kusta tipe BL, dimana kelompok umur yang lebih dominan juga pada kelompok umur 16-35 tahun yaitu 27 orang (35,5%) dan yang terendah pada kelompok umur 36-50 tahun yaitu 6 orang (7,9%). Pada kusta tipe BT yang lebih dominan juga tetap pada kelompok umur 16-35 tahun yaitu 6 orang (7,9%) dan yang terendah pada kelompok umur <15 tahun dan 36-50 tahun yaitu 1 orang (1,3%).

Tabel 2.Distribusi Jenis Kelamin Penderita Kusta Tipe BB, BL dan BT

Tipe BB BL BT Total Kusta % % % %

Laki-

9 (11,8)

33

8(10,

50(65,

laki

(43,4)

5)

8)

peremp

11

12

3

26(34,

uan

(14,5)

(15,8)

(3,9)

2)

Jml

20

45

11(14

76

(26,3)

(59,2)

,5)

(100)

Data pada tabel 2 menunjukan bahwa terdapat 50 orang (65,8%) pasien kusta dengan jenis kelamin laki-laki dan pada jenis kelamin perempuan terdapat 26 orang (34,2%).Dilihat pada kelompok BB jenis kelamin yang lebih dominan adalah jenis kelamin perempuan yaitu 11 orang (14,5%) sedangkan pada jenis kelamin

laki-laki lebih sedikit yaitu 9 orang (11,8%).Pada kelompok kusta tipe BL yang lebih dominan adalah pada kelompok laki-laki yaitu 33 orang (43,4%) dan pada kelompok perempuan lebih sedikit yaitu 12 orang (15,8%).Sama halnya dengan kusta tipe BT dimana jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 8 orang (10,5%) dan perempuan lebih sedikit yaitu 3 orang (3,9%).

Tabel 3.Distribusi Umur Penderita Kusta Reaksi Reversal

Usia

Reaksi tipe1 (%)

Total (%)

<15 tahun

0 (0)

0 (0)

16-35 tahun

14 (82,4)

14 (82,4)

36-50 tahun

0 (0)

0 (0)

>50 tahun

3 (17,6)

3 (17,6)

17 (100,0)

17 (100,0)

Data pada tabel 3 menunjukan dari 76 penderita kusta tipe BB, BL dan BT terdapat 17 orang penderita kusta reaksi reversal (tipe 1). Penderita kusta reaksi reversal didapatkan lebih banyak terjadi pada usia produktif yaitu 16-35 tahun sebanyak 14 orang (82,4%), ada usia diatas 50 tahun terdapat 3 orang (17,6%) dan pada usia dibawah 15 tahun dan 36-50 tahun tidak ada sample.

Tabel 4.Distribusi Jenis Kelamin Penderita Kusta Reaksi Reversal

Tipe

Reaksi

Laki-laki (%)

Perempua n (%)

Total (%)

Reaksi

12

5 (29,4)

17 (100)

tipe1

(70,6)

Jml

12

5 (29,4)

17 (100)

(70,6)

Tabel 4 menunjukan bahwa dari 17 orang penderita kusta reaksi reversal, terdapat 12 orang (70,6%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 5 orang (29,4%) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 5. Distribusi Onset Penyakit Penderita Kusta Reaksi Reversal

Onset Reaksi

Reaksi tipe 1 (%)

Total (%)

Sebelum pengobatan

3 (17,6)

3 (17,6)

Saat pengobatan (0-3 bulan)

4 (23,5)

4 (23,5)

Saat pengobatan (>3-6 bulan)

9 (52,9)

9 (52,9)

Saat pengobatan (>6-12 bulan)

1 (5,9)

1 (5,9)

Sesudah pengobatan

0 (0)

0 (0)

Jumlah

17 (100)

17 (100)

I-∖f—x A i DtRECTORY OF OPEN ACCESS

I_/k^/ X—J JOURNALS

Data pada tabel 5 menunjukan bahwa penderita kusta reaksi reversal yang memiliki onset saat pengobatan lebih banyak jika dibandingkan pada sebelum ataupun sesudah pengobatan. Onset terjadinya reaksi kusta pada saat pengobatan (>6-12 bulan) adalah sebanyak 1 orang (5,9%), pada saat pengobatan (>3-6 bulan) sebanyak 9 orang (52,9%), pada saat pengobatan (0-3bulan) sebanyak 4 orang (23,5%), pada sebelum pengobatan 3 orang (17,6%) dan pada sesudah pengobatan tidak ada sampel.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada distribusi penderita kusta tipe BB, BL dan BT menunjukan bahwa 45 orang (52,9%) dari 76 subjek yang diteliti terbanyak mengalami kusta tipe BL. Hal tersebut berbanding lurus dengan penelitian oleh Kyriakis di Yunani yang menyebutkan diantara kusta tipe BB, BL dan BT, sample pada kusta tipe BL 26,2% lebih banyak.7 Penelitian yang dilakukan oleh Victoria dkk juga menyebutkan hal yang sama, dimana proporsi responden dengan kusta tipe BL lebih dominan yaitu 72 orang sedangkan tipe BB hanya 4 orang dan BT tidak terdapat sampel.8

Tabel 1. juga menunjukan hasil yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhat dan Chaitra, dimana dominan umur terjadinya kusta adalah pada kelompok umur 16-35 tahun yaitu 19 orang (41,31%).2Depkes RI tahun 2014 menyatakan bahwa penyakit kusta dapat menginfeksi semua tingkatan usia dari bayi hingga lansia, akan tetapi prevalensi infeksi kusta pada usia produktif lebih banyak terjadi.4

Kelompok jenis kelamin terbanyak yang menderita kusta tipe BB, BL dan BT pada penelitian ini adalah pada laki-laki.Data ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Susilowati yang menyebutkan bahwa pasien dengan kusta lebih banyak pada laki-laki yaitu 21 orang (66,0%) dan pada perempuan lebih sedikit yaitu 11 orang (34,0%).6

Menurut Depkes RI tahun 2014 menyebutkan laki-laki cenderung lebih sering terserang penyakit infeksi dibanding wanita. Rendahnya kasus kusta pada wanita dapat terjadi dikarenakan faktor lingkungan, biologi dan gaya hidup.4 Notoadmojo juga menyebutkan perbedaan prilaku dan gaya hidup juga dapat mempengaruhi, karena perempuan terbiasa merawat diri dan menjaga kesehatan.9 Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko penyakit kusta, menurut Susilowati laki-laki lebih banyak terkena penyakit kusta karena laki-laki lebih banyak memiliki aktivitas diluar

rumah dibanding perempuan sehingga untuk terinfeksi suatu penyakit akan lebih mudah.6

Data pada tabel 3.menunjukanbahwa sebagian besar penderita kusta yang menjadi sampel penelitian berada pada golongan usia produktif yaitu 16-35 tahun sebanyak 44 orang (57,9% %) sedangkan pada golongan usia yang tidak produktif lebih sedikit. Hal ini dapat dikarenaka karena sifat multifikasi kuman kusta yang lambat hingga membutuhkan waktu sampai dengan 20 jam, oleh karena itu masa inkubasi di dalam tubuh manusia mencapai 5-7 tahun sehingga penyakit kusta ini sangat jarang menyerang golongan umur 0-14 tahun.6

Hasil penelitian terhadap reaksi kusta menunjukan persamaan dengan penelitian yang dilakukan terhadap kusta tipe BB, BL dan BT yaitu proporsi laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Prawoto menunjukan bahwa proporsi responden yang mengalami reaksi baik tipe reversal maupun ENL lebih banyak laki-laki yaitu sebanyak 34 orang (64,2%) sedangkan pada wanita hanya 19 orang (35,8%).10

Data hasil penelitian pada tabel 5 menunjukan bahwa proporsi onset terjadinya reaksi kusta terbanyak adalah pada saat pengobatan khususnya >3-6 bulan pada saat masa pengobatan. Hasil penelitian ini memiliki persamaan memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prawoto, dimana disebutkan bahwa reaksi kusta lebih cenderung terjadi pada masa pengobatan MDT yaitu terdapat 38 orang (52,8%), sesudah pengobatan sebanyak 22 orang (41,5%) dan sebelum pengobatan sebanyak 3 orang 5,7%).10Tetapi terdapat perbedaan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumar dkk, dimana didapatkan onset terjadinya reaksi kusta paling banyak terjadi lebih dari 6 sampai 12 bulan setelah melakukan pengobatan dengan MDT. Hal ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan respon imun setiap orang, kondisi fisik yang buruk dan beberapa faktor risiko reaksi kusta yang terdapat pada pasien. Menurut Prawoto terdapat beberapa faktor risiko yang sudah terbukti berpengaruh terhadap terjadinya reaksi kusta, yaitu umur saat didiagnosis kusta lebih dari 15 tahun, lama sakit lebih dari setahun, kelelahan fisik yang menyebabkan memburuknya kondisi fisik secara umum.10

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik dan onset pada penderita kusta di RSUP Sanglah Denpasar periode bulan Januari sampai Desember 2014 diperoleh kesimpulan bahwa dari 107 penderita kusta didapat 76 orang dengan kusta tipe BB, BL dan

I-∖f—x A i DtRECTORY OF OPEN ACCESS

I_/k^/ X—J JOURNALS

BT. Penderita reaksi kusta reversal diperoleh lebih banyak terjadi pada laki-laki dan lebih banyak terjadi pada kelompok umur 16-35 DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Widoyono.Penyakit           Tropis:

Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Penerbit Erlangga: Jakarta. 2008

  • 2.    Bath, RM and Prakash, C.Leprosy: An Overview of Pathophysiology. Hindawi Publishing Corporation. 2012.

  • 3.    Walker, L.S and Lockwood, N.J.D. Leprosy Type 1 (reversal) reactions and their management. Department of Infectious and Tropical Diseases, London School of Hygiene and Tropical Medicine, Keppel St, London WC1E 7HT, UK. 2008.

  • 4.    Depkes Provinsi Bali. Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 2013. Dinas Kesehatan Propinsi Bali. 2014.

  • 5.    Manyullei, S., Utama, DA., Birawida, AB. Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Penderita Kusta di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Indonesian Journal of Public Health.2012;1:10-17.

tahun. Reaksi reversal lebih dominan terjadi pada saat pengobatan khususnya lebih dari 3 bulan hingga 6 bulan penggobatan.

faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Penderita Kusta Dalam Kelompok Perawatan Diri (KPD) di Kabupaten Brebes.   Skripsi Ilmu

Kesehatan Masyarakat. Universitas Negri Semarang. 2014.

  • 7.    Kyriakis, Kyriakos. Leprosy in Greece at the of the 20th Century. International Journal of Leprosry and other Mycobacterial Diseases. Vol. 71. 2012;4:357-60.

  • 8.    Victoria, Ma. Balagon, F dkk. Reactions Following Completion of 1 and 2 Year Multidrugs Theraphy (MDT). The American Journal of Tropical Medicine and Hygine. 2010;83(3): 637–644.

  • 9.    Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. 2007.

  • 10.    Prawoto. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya Reaksi Kusta. Universitas Diponegoro : Semarang. 2008.

    6.


Susilowati, Devi Ayu. Analisis Faktor-

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

5