ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 11 NO.8,AGUSTUS, 2022

I—,⅛ o λ  Idirectoryof

;      OPEN ACCESS

IJOURNALS


Diterima: 2021-12-09. Revisi: 28 -05- 2022 Accepted: 25-08-2022

KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI DAN PERILAKU PARTISIPAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI YAYASAN KERTI PRAJA DENPASAR TAHUN 2000-2013

Luh Ayu Bangkitaryani1, Anak Agung Sagung Sawitri2, Luh Seri Ani2 1Program Studi Pendidikan Dokter, 2Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan (IKK/IKP) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Layanan voluntary counseling and testing (VCT) memiliki peran penting sebagai pintu masuk ke seluruh layanan HIV/AIDS. Yayasan Kerti Praja (YKP) merupakan penyedia layanan VCT pertama di Provinsi Bali yang hingga tahun 2013 telah melayani belasan ribu partisipan. Eksplorasi data rekam medik partisipan VCT di YKP dapat mengungkap karakteristik sosiodemografi dan perilaku partisipan VCT dari tahun 2000-2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross sectional. Dari 17.747 sampel didapatkan hasil sebanyak 8,5% partisipan VCT di YKP berstatus HIV positif. Mayoritas partisipan VCT di YKP adalah perempuan, berusia 16-40 tahun, bertempat tinggal di kota Denpasar, memiliki pekerjaan berisiko tinggi terinfeksi HIV, termasuk ke dalam kelompok berisiko tinggi untuk terpapar HIV dan transmisi penularan HIV dicurigai melalui hubungan seks vaginal berisiko. Sedangkan proporsi status HIV positif terbanyak ditemukan pada kelompok lelaki (14,6%), berusia lebih dari 40 tahun (10,3%), berdomisili di luar kota Denpasar (10,5%), tidak bekerja (16,3%), tergolong ke dalam kelompok risiko tinggi terpapar HIV (8,5%) dan pengguna injecting drug user (35%). Didapatkan kesimpulan bahwa angka kunjungan VCT di YKP setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, dengan angka kejadian positif HIV yang semakin menurun.

Kata kunci : Infeksi HIV,. voluntary counseling and testing (VCT),. cross sectional,. sodiodemografi,. Yayasan Kerti Praja

ABSTRACT

Voluntary counseling and testing (VCT) has a very important role as a main entry for all HIV/AIDS treatment. Kerti Praja Foundation as the oldest VCT clinic in Bali has giving it’s best service for thousand participants since 2000. This data exploration will giving an explanation about sociodemographic and behavioral characteristic of VCT participants in YKP from 2000 until 2013. This research using descriptive cross sectional study models. From 17.747 VCT participants we found that 8.5% participants with positive HIV status. Mostly VCT participants are female, 16-40 years old, living in Denpasar, have high risk job, high risk exposure to HIV infection and suspected got HIV from unprotected vaginal sex transmission. Proportion of participants with positive HIV status we found greater in male group (14.6%), >40 years old (10.3%), living outside Denpasar (10.5%), jobless group (16.3%), have high risk exposure to HIV infection (8.5%), and injecting drug user group (35%). We conclude that VCT participants in YKP increased every year, but participants with positive HIV status decreased.

Keywords : HIV infection,. voluntary counseling and testing (VCT),. cross sectional,. sociodemography,. Kerti

Praja Foundation

PENDAHULUAN

Human Immunodeficiency Syndrome/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit defisiensi sistem imun yang disebabkan oleh infeksi virus HIV ditandai dengan munculnya penyakit oportunistik akibat melemahnya sistem pertahanan tubuh.1 Prevalensi global HIV/AIDS pada tahun 2014 telah mencapai 33,4 juta jiwa menunjukkan adanya peningkatan sebesar 20% dibandingkan awal tahun 2000 dan peningkatan sebanyak tiga kali lipat dibandingkan pada tahun 1990.2 Statistik menunjukkan jumlah kasus HIV dan AIDS secara kumulatif sejak 1 April 1987 hingga 30 September 2014 adalah sebanyak 150.296 kasus untuk HIV dan 55.799 kasus untuk AIDS.3 Hal tersebut menunjukkan

bahwa HIV/AIDS merupakan pandemi global yang mengkhawatirkan masyarakat dan masih menjadi masalah kesehatan dunia.2

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pencegahan HIV salah satunya yaitu melalui metode deteksi dini berupa layanan voluntary counseling and testing (VCT). Voluntary counseling and testing memiliki peranan penting karena merupakan pintu masuk ke seluruh layanan HIV/AIDS, dimana melalui VCT seseorang pertama kali didiagnosis terinfeksi HIV atau tidak.4 Voluntary counseling and testing pertama kali dicanangkan secara resmi oleh World Health Organization (WHO) pada bulan Oktober 1999dan diterapkan di Indonesia resmi melalui Keputusan Menkes RI No. 1507 Tahun 2005.5

Provinsi Bali telah memiliki beberapa fasilitas untuk layanan VCT yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota di Bali, salah satunya adalah layanan VCT di Yayasan Kerti Praja (YKP) Denpasar. Yayasan Kerti Praja merupakan organisasi swasta nonprofit yang berdiri sejak 1992. Layanan VCT YKP dibuka sejak tahun 2000 dan merupakan klinik VCT terakreditasi pertama di Indonesia. Sejak pertama berdiri hingga tahun 2013 layanan VCT YKP telah melayani total 17.010 partisipan.6,7

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosiodemografi dan perilaku partisipan VCT YKP serta melihat kecenderungan (trend) distribusi proporsi partisipan VCT YKP.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif cross sectional. Data yang digunakan yaitu data sekunder berupa rekam medik klinik VCT di YKP dari tahun 2000 hingga 2013. Variabel yang digunakan adalah status HIV, usia, jenis kelamin, pekerjaan, wilayah tempat tinggal, kelompok risiko terinfeksi HIV dan transmisi penularan. Data yang tidak memenuhi kriteria inklusi yakni minimal memenuhi 6 dari 7 variabel, tidak diikutsertakan dalam penelitian. Sehingga terdapat total 17.747 rekam medik yang dianalisis secara deskriptif. Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2015 hingga Desember 2015. Penelitian ini telah mendapatkan kelayakan etik dari komisi etik RSUP Sanglah / Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

HASIL

Hasil penelitian didapatkan total jumlah partisipan VCT di YKP sejak Januari 2000 hingga Desember 2013 adalah sebanyak 17.747 orang dengan proporsi status HIV sebesar 1.519 orang (8,5%). Terdapat kecenderungan (trend) peningkatan jumlah kunjungan partisipan VCT dari tahun 2000 hingga 2013. Partisipan VCT dengan status HIV positif memiliki proporsi yang cenderung menurun dari tahun ke tahun, sebesar 30% dan sebesar 4,9% pada tahun 2013. Dengan kata lain telah terdapat penurunan proporsi kasus HIV positif sebanyak 25,1% selama 13 tahun. Proporsi kasus HIV positif tertinggi ditemukan pada tahun 2000 (30%) dan proporsi terendah pada tahun 2013 (4,9%). Data lebih lengkap dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Partisipan VCT Menurut Status HIV Tahun 2000-2013

Tahun

Positif n (%)

Negatif n (%)

Total n (%)

2000

12 (30)

28 (70)

40 (100)

2001

21 (14)

129 (86)

150

(100)

2002

21 (13,7)

132 (86,3)

153

(100)

2003

73 (26,8)

199 (73,2)

272

(100)

2004

87 (22,7)

296 (77,3)

383

(100)

2005

146 (20,1)

580 (79,9)

726 (100)

2006

74 (12,8)

503 (87,2)

577

(100)

2007

140 (8,9)

1.439 (91,1)

1.579

(100)

2008

152 (9,2)

1.507 (90,8)

1.659

(100)

2009

159 (8,7)

1.662 (91,3)

1.821

(100)

2010

194 (7,2)

2.505 (92,8)

2.699 (100)

2011

135 (5,7)

2.229 (94,3)

2.364 (100)

2012

149 6,2)

2.253 (93,8)

2.402 (100)

2013

141 (4,9)

2.766 (95,1)

2.907 (100)

Total

1.519 (8,5)

16.228 (91,5)

17.747 (100)

Berdasakan karakteristik sosiodemografi didapatkan bahwa mayoritas partisipan VCT YKP merupakan perempuan, berusia 16 sampai 40 tahun, bertempat tinggal di Kota Denpasar, dan mayoritas memiliki pekerjaan yang berisiko untuk terpapar infeksi HIV/AIDS.

Pekerjaan partisipan yang digolongkan ke dalam kelompok pekerjaan berisiko tinggi terpapar HIV/AIDS adalah pekerja seks komersil dan sopir. Berdasarkan proporsi status HIV positif, ditemukan hasil yang berbeda dimana partisipan dengan status HIV positif lebih tinggi pada kelompok jenis kelamin lelaki (14,6%), kelompok usia lebih dari 40 tahun (10,3%), partisipan bertempat tinggal di luar Kota Denpasar (10,5%), status pekerjaan tidak bekerja (16,3%). Pada partisipan yang bekerja, proporsi positif justru ditemukan lebih tinggi pada kelompok yang memiliki pekerjaan kurang berisiko

(10,8%). Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan karakteristik perilaku didapatkan data bahwa mayoritas partisipan VCT berada pada kelompok berisiko tinggi untuk terpapar HIV (99,7%) dan transmisi penularan HIV dicurigai melalui hubungan seks vaginal berisiko (90,6%). Proporsi HIV positif juga lebih tinggi ditemukan pada kelompok partisipan risiko tinggi yakni sebesar 8,5%. Berbeda halnya dengan transmisi penularan, proporsi status HIV positif tertinggi justru ditemukan pada IDU yakni sebesar 35%. Penjelasan lebih detail dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Karakteristik Sosiodemografi Partisipan VCT di YKP Tahun 2000-2013

Faktor sosiodemografi

Status HIV

Positif

Negatif

Total

n

%

n

%

n

%

Jenis kelamin

Lelaki

784

14,6

4.597

85,4

5.381

100

Perempuan

718

5,8

11.628

94,2

12.346

100

Usia

<16 tahun

14

8,8

146

91,3

160

100

16-25 tahun

640

7,4

8.061

92,6

8.701

100

26-40 tahun

758

9,4

7.292

90,6

8.050

100

>40 tahun

82

10,3

716

89,7

798

100

Tempat tinggal

Denpasar

1.086

7,9

12.686

92,1

13.772

100

Luar Denpasar

417

10,5

3.542

89,5

3.959

100

Pekerjaan

Tidak bekerja

327

16,3

1675

83,7

2.002

100

Bekerja

1.182

7,5

14.544

92,5

15.726

100

Pekerjaan berisiko

803

6,6

11.414

93,4

12.217

100

Pekerjaan kurang berisiko

379

10,8

3130

89,1

3.509

100

Tabel 3. Karakteristik Perilaku Partisipan VCT YKP Tahun 2000-2013

Faktor Perilaku

Status HIV

Positif

Negatif

Total

n

%

n

%

n

%

Kelompok risiko

Risiko tinggi

1.500

8,5

16.172

91,5

17.672

100

Kurang berisiko

4

6,7

56

99,3

60

100

Transmisi penularan

Seks vaginal berisiko

1.076

6,7

14.997

93,3

16.073

100

Seks anal berisiko

60

13,9

373

86,1

433

100

IDU

331

35

615

65

946

100

Ibu ke anak

6

16,2

31

83,8

37

100

PEMBAHASAN

Proporsi partisipan VCT dengan status HIV positif di YKP adalah sebesar 8,5%. Proporsi ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian serupa di klinik VCT RSUD Mandau, Riau dimana didapatkan proporsi positif HIV sebanyak 4,2%.8 Hal ini bisa dikarenakan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian di YKP lebih besar dibandingkan penelitian di RSUD Mandau yang menggunakan 897 sampel dari tahun 2008 hingga 2012.8 Jumlah ini tentunya sangat timpang apabila dibandingkan dengan sampel penelitian ini yang melibatkan 17.747 sampel dari tahun 2000 hingga 2013. Sedangkan

dibandingkan dengan penelitian lain di klinik VCT Puskesmas Cikarang, Bekasi tahun 2013 didapatkan proporsi status HIV positif yang lebih tinggi yakni sebesar 12,4%.9

Partisipan yang melakukan VCT ke YKP tiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, namun partisipan dengan status HIV positif cenderung menurun jumlahnya. Hal ini berbeda dengan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali yang menyatakan terdapat peningkatan kasus baru HIV dari tahun 2012 ke tahun 2013, yakni dari 754 kasus menjadi 772 kasus.10 Begitu pula dibandingkan dengan data nasional, Ditjen PP dan PL dalam Infodatin

Kemenkes RI menyatakan terdapat peningkatan jumlah kasus HIV dari tahun 2011 yakni sebanyak 21.031 kasus menjadi sebanyak 29.037 kasus pada tahun 2013.3 Peneliti berasumsi bahwa hal tersebut berarti masyarakat di Provinsi Bali, khususnya partisipan VCT di YKP sudah lebih aware dan tahu tentang HIV serta mampu memanfaatkan layanan VCT sebagai salah satu langkah preventif HIV/AIDS.

Partisipan VCT di YKP mayoritas berjenis kelamin perempuan, hal yang sama ditemukan pada partisipan VCT di RSUD Mandau (59,8%), namun berbeda dengan penelitian di layanan VCT Puskesmas Cikarang didapatkan hasil bahwa partisipan VCT mayoritas lelaki (77,3%).8,9 Perbedaan temuan ini diakibatkan partisipan VCT di YKP mayoritas merupakan pekerja seks yang berjenis kelamin perempuan.

Partisipan VCT di YKP lebih banyak berada pada kelompok usia produktif, hasil yang sama ditemukan pada partisipan VCT di RSUD Mandau, Riau (99%) dan penelitian di Puskesmas Cikarang, Bekasi (90,1%).8,9 Hal ini dikarenakan partisipan dengan usia produktif memiliki mobilitas serta aktivitas seksual yang cenderung tinggi sehingga lebih berisiko untuk terinfeksi HIV sehingga mendorong mereka untuk melakukan VCT guna mengetahui status HIVnya.8

Partisipan VCT di YKP sebagian besar memiliki pekerjaan berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV, hasil yang sama ditemukan pada partisipan VCT di RSUD Mandau yang mayoritas memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan faktor risiko (99,4%).8 Namun hasil berbeda didapatkan pada partisipan VCT di Puskesmas Cikarang, yang mayoritas bekerja sebagai wiraswasta (43,1%).9 Perbedaan temuan ini disebabkan oleh layanan VCT di YKP terfokus untuk menyasar populasi kunci yang menjadi akar dari infeksi HIV/AIDS yakni para pekerja seks dan waria.6,7

Partisipan VCT di YKP dari segi faktor perilaku, hampir seluruhnya termasuk ke dalam kelompok dengan risiko tinggi terinfeksi HIV dan transmisi penularan dicurigai dari hubungan seksual vaginal berisiko. Kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi HIV adalah pekerja seks komersil, gay, waria, tenaga kesehatan, pengguna obat-obatan terlarang dengan jarum suntik, dan pelanggan pekerja seks.6,7 Kelompok risiko tinggi juga ditemukan pada partisipan VCT di RSUD Riau (99,4%).8 Hasil berbeda ditemukan pada penelitian di Puskesmas Cikarang, dimana transmisi penularan tertinggi melalui seks anal berisiko (48,2%).9

Proposi HIV positif partisipan VCT di YKP lebih tinggi pada lelaki. Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian lain seperti di RSUD Mandau (4,7%), Puskesmas Cikarang (13,2%), RS HKBP Balige (75,2%), klinik VCT RS Adam Malik Medan (69%), dan klinik VCT RSUP Sanglah (60,8%).8,9,11,12,13 Hasil ini juga sesuai dengan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali yang menyebutkan jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Bali lebih banyak lelaki yakni 4.288 orang dibandingkan perempuan sebanyak 2.216 orang.10 Faktor yang menyebabkan hal tersebut karena lelaki merupakan population at risk yang dikategori menjadi injecting drug

user, waria, lelaki seks dengan lelaki, tahanan penjara, serta pelanggan PSK.14

Proporsi HIV positif paling tinggi pada partisipan berusia lebih dari 40 tahun. Penelitian lain mendapatkan hasil yang cukup bervariasi, seperti di RSUD Mandau status HIV positif lebih tinggi pada kelompok usia tidak produktif (22,2%), di Puskesmas Cikarang paling tinggi pada kelompok usia 25-30 tahun (13,8%), dan di VCT RSUP Sanglah paling tinggi pada kelompok usia 30-39 tahun (42,4%).8,9,13 Hasil yang berbeda tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan penggolongan kelompok usia pada masing-masing penelitian. Namun secara garis besar proporsi HIV positif lebih banyak ditemukan pada kelompok usia produktif, hal ini berkaitan dengan libido, keingintahuan akan seks, dan aktivitas seksual yang tinggi, kemampuan untuk membeli pelayanan seksual, serta pekerjaan yang berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV.8

Proporsi HIV positif lebih tinggi pada partisipan yang tinggal di luar Kota Denpasar, temuan ini berbeda dengan partisipan VCT RSUP Sanglah dimana proporsi status HIV positif lebih tinggi pada partisipan yang berdomisili di kota Denpasar (36,4%).13 Klinik VCT di YKP dan RSUP Sanglah keduanya berada di Denpasar namun terdapat perbedaan hasil, hal ini dapat disebabkan oleh faktor cukup banyaknya partisipan VCT di YKP yang berasal dari luar kota Denpasar. Hal ini juga dapat disebabkan partisipan yang berada di luar kota Denpasar lebih sulit untuk menjangkau layanan kesehatan sehingga pada saat VCT dilakukan kondisi penyakit yang diderita sudah parah dan hal tersebut turut menyumbang proporsi status HIV positif.8,13

Proporsi HIV positif lebih tinggi pada kelompok yang tidak bekerja. Pada kelompok yang bekerja proporsi HIV positif lebih tinggi pada kelompok dengan pekerjaan yang tidak berisiko tinggi. Hasil yang sama juga didapatkan pada beberapa penelitian seperti penelitian di RSUD Mandau dimana proporsi HIV positif tertinggi ditemukan pada partisipan dengan pekerjaan yang tidak berkaitan dengan faktor risiko (40%), pekerjaan minim risiko pada partisipan VCT di Puskesmas Cikarang (28,2%), wiraswasta di RS HKBP Baliage (36,6%), dan karyawan swasta pada partisipan VCT di RS Adam Malik Medan (52%) serta RSUP Sanglah (94,3%).8,9,11,12,13 Sedangkan pada penelitian yang melibatkan partisipan VCT di tujuh provinsi di Indonesia ditemukan lebih tinggi pada kelompok ibu rumah tangga (50,8%).15 Keseluruhan hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang menyebutkan bahwa risiko infeksi HIV tertinggi terdapat pada pekerja seksual.14 Hal ini bisa dikarenakan para pekerja seks sudah mulai teredukasi dan mengetahui tentang bahaya serta risiko HIV.8

Proporsi status HIV positif pada partisipan VCT di YKP lebih besar pada kelompok berisiko tinggi untuk terinfeksi HIV. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian di RSUD Mandau (4,4%), di Puskesmas Cikarang (13,1%), di RS Adam Malik Medan (85%), dan klinik VCT RSUP Sanglah (15,5%).8,9,12,13 Kelompok yang tergolong berisiko tinggi merupakan pekerja seks, waria, lelaki seks dengan lelaki, pengguna jarum suntik,

pelanggan pekerja seks, dan kelompok dengan pasangan risiko tinggi.14

Proporsi HIV positif tertinggi berdasarkan transmisi penularan ditemukan pada pengguna injecting drug user (IDU). Hasil yang sama ditemukan pada partisipan VCT di RSUD Mandau, Riau (33,3%) dan pada klinik VCT di DKI Jakarta (50,1%).8,16 Hasil berbeda ditemukan pada partisipan VCT di Puskesmas Cikarang dimana proporsi HIV tertinggi ditemukan pada transmisi melalui seks anal berisiko (19,4%).9 Sedangkan penelitian di RS HKBP Balige, RS Adam Malik, dan RSUP Sanglah menyebutkan proporsi HIV positif tertinggi ditemukan pada seks vaginal berisiko.11,12,13 Teori menyebutkan risiko transmisi penularan infeksi HIV melalui penggunaan jarum suntik yaitu sebesar 0,5-1% lebih besar dibandingkan penularan melalui mukosa genital yang sebesar 0,2-0,5%. Transmisi infeksi tertinggi ditemukan pada transfusi darah yakni sebesar 90%.17

SIMPULAN

Jumlah partisipan VCT di YKP selama tahun 2000-2013 adalah sebanyak 17.747 orang dengan proporsi status HIV postif sebanyak 8,5%. Angka kunjungan VCT di YKP setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, dengan angka kejadian positif HIV yang semakin menurun. Mayoritas partisipan VCT YKP merupakan perempuan, berusia antara 16-40 tahun, bertempat tinggal di kota Denpasar, pekerjaan sebagai PSK, termasuk ke dalam kelompok risiko tinggi untuk terpapar HIV, dan transmisi penularan yang dicurigai melalui seks vaginal berisiko.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Coffin J. HIV and AIDS (Annerberg  CPB

Rediscovering Biology; 2008. Tersedia  pada:

http://www.learner.org/channel/courses/biology/text book/hiv/hiv_2.html. Diakses pada 20 November 2014.

  • 2.    Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan   Lingkungan.   Pedoman nasional

penanganan infeksi menular seksual. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.

  • 3.  Direktorat  Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan. Laporan Kemenkes terkait HIV/AIDS triwulan III tahun 2012. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.

  • 4.    UNAIDS. Gender and HIV/AIDS: Taking stocks on research and programmes. United Nations Programme for HIV/AIDS: Geneva; 2006.

  • 5.    World Health Organization. HIV/AIDS Voluntary counseling and testing:   review of policies,

programmes, and guidelines. WHO: Geneva; 2002.

  • 6.    Yayasan Kerti Praja. About Yayasan Kerti Praja; 2014a. Tersedia pada: kertiprajafoundation.com. Diakses pada: 20 November 2015.

  • 7.    Yayasan Kerti Praja. Amertha Clinic; 2014b. Tersedia pada: kertiprajafoundation.com. Diakses pada: 20 November 2015.

  • 8.    Roza J. “Faktor yang berhubungan dengan status HIV partisipan voluntary counseling and testing (VCT) di RSUD Mandau Kabupaten Bengkalis Riau pada tahun 2012” (skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia; 2013.

  • 9.    Kamilah. Hubungan karakteristik pasien, perilaku beresiko dan infeksi menular seksual dengan kejadian HIV/AIDS di klinik VCT (Voluntary counselling and testing) Puskesmas Cikarang Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi tahun 2013. FKM UI: Jakarta; 2014.

  • 10.    Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Profil kesehatan Provinsi     Bali;     2014.     Tersedia     di:

www.diskes.baliprov.go.id (Akses: 20 November 2015).

  • 11.    Hutapea M D, Sarumpaet S R, dan Rasmaliah. Karakteristik penderita HIV/AIDS di klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige tahun 2008-2012 (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2012.

  • 12.    Siregar SM. Karakteristik ODHA yang berkunjung ke klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014. Jurnal Universitas Sumatera Utara. 2015; p1-6.

  • 13.    Purwanthi IGAPP. Karakteristik responden voluntary counseling and testing (VCT) dengan hasil tes antiHIV reaktif di RSUP Sanglah Denpasar. E-Journal Medika Udayana. 2015;4(10): p4-17.

  • 14.    Komisi Penanggulangan AIDS, National AIDS Comission. Republic Indonesia Country Report on the Follow up to the Declaration of Commitment on HIV/AIDS (UNGASS; 2010.

  • 15.    Roselinda. Karakteristik pekerjaan pada kasus Human Immunodeficiency Virus-1 dan subtipenya di tujuh Provinsi di Indonesia pada tahun 2011. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. 2015;4(2):71-76.

  • 16.    Jayanti E. Deskripsi dan faktor yang berpengaruh terhadap status HIV pada pengguna klinik-klinik layanan tes HIV di DKI Jakarta tahun 2007 (Analisis data sekunder uji coba surveilans pasif HIV tahun 2006-2007). FKM UI: Jakarta; 2008.

  • 17.    mandal bk, wilkins egl. Lecture notes: Penyakit infeksi. jakarta: erlangga; 2010.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

doi:10.24843.MU.2022.V11.i8.P01

5