ARTIKEL PENELITIAN

E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO. 9, SEPTEMBER, 2017 : 34 - 37

ISSN: 2303-1395

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS


Prevalens Keterlambatan Perkembangan Anak di Taman Kanak-Kanak Sabana Sari, Denpasar Barat

Luh Gede Ayu Putri Vebriany Widiaskara1, I Gusti Ayu Trisna Windiani 2

ABSTRAK

Angka kejadian keterlambatan perkembangan anak secara umum sekitar 10% anak-anak di seluruh dunia. Skrining usia dini sangat penting dilakukan untuk deteksi dini keterlambatan perkembangan. Salah satu metode skrining yang digunakan adalah Denver II. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik cross-sectional untuk mencari prevalens keterlambatan perkembangan dan faktor-faktor yang memengaruhi. Sampel penelitian adalah anak-anak berusia 4-6 tahun yang bersekolah di TK Sabana Sari. Pengambilan data sampel dilakukan dengan alat skrining Denver II dan kuisioner terpadu melalui teknik total sampling. Dari 89 sampel, terdapat 32 (36%) anak dengan hasil normal, 55 (61,8%) suspect, dan 2 (2,2%) untestable. Berdasarkan dari hasil kuisioner yang kemudian dianalisis menggunakan metode Chi-square, didapatkan bahwa hanya variabel pendidikan ibu (p= 0,025) signifikan terhadap hasil tes skrining Denver II. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak TK Sabana Sari mengalami keterlambatan perkembangan (61,8%) dan hanya variabel pendidikan ibu yang signifikan terhadap hasil tes skrining Denver II.

Kata Kunci : keterlambatan perkembangan, skrining, Denver II, faktor-faktor yang memengaruhi

ABSTRACT

The incidence of general children delayed development is 10 % worldwide. Therefore, early screening on children development is important to detect early delayed development. One example of screening technique that used worldwide is Denver II. Descriptive cross-sectional design was use to determine prevalence of delayed development and influencing factors in Sabana Sari Kindergarten. Sample data was collected by using Denver II skrining tools and questionnaire to children aged 4-6 years old through total sampling technique. From 89 sampels, there are 32 (36%) have normal result, 55 (61,8%) have suspect result, and 2 (2,2%) have untestable result. Based on questionnaire that given to 89 research subject and then analyzed by Chi-square found that education of mother (p= 0.025) give a significant result on Denver II result. From this study can be concluded that most of childrens in Sabana Sari Kindergarten were found had delayed development (61,8%) and only education of mother (p= 0.025) give a significant result on Denver II result.

Keyword : delayed development, screening technique, Denver II, influencing factors

  • 1    Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 2    Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana


Diterima : 14 Agustus 2017

Disetujui : 28 Agustus 2017

Diterbitkan : 1 September 2017


PENDAHULUAN

Anak yang memiliki kualitas yang baik adalah dambaan semua orang tua. Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses perkembangannya. Terjadinya gangguan pada proses tumbuh kembang akan menimbulkan beberapa masalah pada perkembangan dan akan berpengaruh pada masa depannya.

Angka kejadian keterlambatan perkembangan secara umum terjadi sekitar 10% pada anak-anak di seluruh dunia.1 Sedangkan angka kejadian keterlambatan perkembangan global diperkirakan 1-3% pada anak-anak berumur <5 tahun.1 Dari hasil penelitian di Jawa Barat, dari 978 anak balita sebanyak 7% anak mengalami terlambat perkembangannya.2

Skrining perlu dilakukan untuk mendeteksi dini adanya masalah pada perkembangan anak. Skrining merupakan prosedur rutin dan dapat

memberikan petunjuk dalam pemeriksaan perkembangan anak sehari-hari kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian. Salah satu skrining yang dapat dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada perkembangan adalah dengan menggunakan tes skrining Denver II.

Denver II merupakan tes skrining perkembangan anak yang merupakan hasil revisi dari DDST (Denver Developmental Screening Test).3 Denver II adalah perangkat yang sering digunakan dalam skrining perkembangan dengan sensitifitas dan spesitifitas yang tinggi. Perlu ditekankan bahwa Denver II digunakan untuk membantu skrining perkembangan pada anak-anak berusia 0-6 tahun dan bukan merupakan tes IQ ataupun standar diagnosis.3

Perkembangan pada anak juga tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang dapat berpengaruh.4 Faktor-faktor yang dicurigai berpengaruh misalnya jumlah saudara, interaksi antara orang tua/wali

dengan anak, pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga yang dapat memengaruhi tercukupi atau kurangnya penyediaan sarana prasana pembelajaran ataupun perhatian terhadap anak tersebut. Upah Minimum Regional Bali tahun 2014 adalah Rp. 1.542.600,-.5

BAHAN DAN METODE

Penelitian deskriptif analitik dengan metode potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui prevalens keterlambatan perkembangan dengan skrining Denver II dan menganalisa hubungan antara hasil skrining Denver II dengan faktor-faktor dapat yang memengaruhi tumbuh kembang anak seperti jumlah saudara, interaksi orangtua/ wali dengan anak, pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga.

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara total sampling pada anak-anak berusia 4-6 tahun yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Sabana Sari tahun ajaran 2014/2015. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan skrining dengan menggunakan Denver II dan pemberian kuisioner terpadu.

Umur peserta didik Taman Kanak-kanak Sabana Sari dihitung terlebih dahulu dengan menggunakan perhitungan umur pada Denver II. Jumlah sampel 89 anak, subjek dipilih dengan kriteria inklusi berusia 4-6 tahun dan persetujuan orang tua untuk mengikuti penelitian. Anak yang menderita sakit berat pada saat pemeriksaan atau sudah didiagnosis mengalami gangguan perkembangan dieksklusi dari penelitian.

Selain pengambilan data Denver II, dilakukan juga pengambilan data wawancara menggunakan kuisioner terpadu yang diisi oleh orang tua/wali dari anak. Sebelum mengisi kuisioner, orang tua/ wali anak harus mengisi lembar informed consent terlebih dahulu.

Tabel 1 Karateristik Subjek Penelitian

Karateristik

N

%

Hasil

normal

32

(36)

suspect

55

(61,8)

untestable

2

(2,2)

Jenis Kelamin

Lelaki

43

(48,3)

Perempuan

46

(51,7)

Usia

4 – 5 tahun

24

(26,9)

5 – 6 tahun

65

(73)

Jumlah Saudara

Tidak ada

3

(2,1)

1

7

(7,9)

2

32

(36)

3

38

(42,7)

>3

11

(12,4)

Interaksi antara orang tua

dan anak

Sering

75

(84,27)

Jarang

14

(15,7)

Pendidikan ibu

Tamat SD

10

(11,2)

Tamat SMP

36

(40,45)

Tamat SMA

23

(25,8)

Tamat Sarjana/Diploma

20

(22,5)

Pendapatan Keluarga

< Rp. 1.542.600

47

(52,8)

>Rp. 1.542.600

42

(47,19)

HASIL

Dari 89 subjek penelitian, terdapat 24 (26,9%) anak dengan rentang usia 4-5 tahun dan 65 (73%) anak dengan rentang usia 5-6 tahun. Selain itu, apabila dilihat dari jenis kelamin terdapat 43 (48,3%) anak lelaki dan 46 (51,7%) anak perempuan.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 4-15 November 2014 dengan melakukan tes skrining Denver II dan kuisioner terpadu ke 89 anak tersebut.

Upah Minimum Regional Bali tahun 2014 adalah sebesar Rp. 1.542.600,-.5

Berdasarkan data di atas, ditemukan bahwa dari 89 anak taman kanak-kanak Sabana Sari yang di tes skrining Denver II, Terdapat 32 (36%) anak dengan hasil normal, 55 (61,8%) anak dengan hasil suspect, dan 2 (2,2%) anak dengan hasil untestable.

Apabila digolongkan berdasarkan jenis kelamin, pada kategori hasil tes Denver II normal terdapat 18 (20,22%) anak lelaki dan 14 (15,7%) anak perempuan. Pada kategori hasil tes Denver II suspect terdapat 24 (26,97%) anak lelaki dan 31 (34,83%) anak perempuan. Lalu pada kategori untestable terdapat 1 (1,1%) anak perempuan dan 1 (1,2%) anak lelaki.

Berdasarkan umur, terdapat 11 (12,36%) orang anak yang berusia 4-5 tahun dan 21 (23,595%) anak yang berusia 5-6 tahun dengan hasil tes skrining Denver II normal. Selanjutnya terdapat 11 (12,36%) anak yang berusia 4-5 tahun dan 44 (49,44%) anak dengan usia 5-6 tahun dengan hasil tes skrining Denver II suspect. Dan terdapat masing-masing 1 anak pada setiap kategori usia dengan hasil untestable.

Tabel 2 Kemaknaan Faktor yang memengaruhi terhadap Hasil Tes Skrining Denver II

Variabel

p

Jumlah saudara

0,314

Interaksi antara orang tua

0,4

dan anak

Pendidikan ibu

0,025

Pendapatan keluarga

0,397

Berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan kepada 89 anak yang kemudian dianalisis menggunakan metode Chi-square, didapatkan hanya variabel pendidikan ibu saja yang signifikan (p<0,05/CI 95%) terhadap hasil tes skrining Denver II. Anak yang mendapatkan hasil normal pada tes skrining Denver II berasal dari 12 (13,48%) ibu dengan pendidikan terakhir sarjana/diploma, 9 (10,11%) ibu dengan pendidikan terakhir SMA, 11 (12,35%) ibu dengan pendidikan SMP, dan tidak ada ibu yang berpendidikan terakhir SD. Anak yang mendapatkan hasil suspect pada tes skrining Denver II berasal dari 8 (8,98%) ibu dengan pendidikan terakhir sarjana/diploma, 14 (15,7%) ibu dengan pendidikan terakhir SMA, 24 (26,96%) ibu dengan pendidikan SMP, dan 9 (10,11%) ibu yang berpendidikan terakhir SD. Anak yang mendapatkan hasil untestable pada tes skrining Denver II berasal dari 1 (1,12%) ibu dengan pendidikan SMP, dan 1 (1,12%) ibu yang berpendidikan terakhir SD.

Sementara variabel jumlah saudara, interaksi antara orang tua dan anak, pendapatan keluarga mendapatkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05%) terhadap hasil tes skrining Denver II. Mungkin hasil tidak signifikan yang didapatkan ini berhubungan dengan sedikitnya jumlah sampel pada penelitian ini.

Untuk variabel jumlah saudara, pada anak yang mendapatkan hasil Normal pada Denver II terdapat 2 (2,25%) anak yang tidak memiliki saudara di keluarganya, 11 (12,36%) memiliki 1 saudara, 12 (13,48%) memiliki 2 saudara, 6 (6,74%) memiliki 3 saudara, dan 1 (1,2%) memiliki 4 saudara. Pada hasil suspect terdapat 4 (4,49%) anak yang tidak memiliki saudara di keluarganya, 21

(23,59%) memiliki 1 saudara, 25 (28,09%) memiliki 2 saudara, dan 5 (5,62%) memiliki 3 saudara. Pada hasil untestable terdapat 1 (1,12%) anak yang tidak memiliki saudara di keluarganya, dan 1 (1,12%) memiliki 2 saudara.

Untuk variabel interaksi antara orang tua dan anak, pada anak yang mendapatkan hasil normal pada Denver II terdapat 27 (30,34%) anak yang cukup sering berkomunikasi dengan orang tua/walinya dan 5 (5,61%) anak yang jarang ber-komuikasi dengan orang tua/walinya. Pada hasil suspect terdapat 47 (52,8%) anak yang cukup sering berkomunikasi dengan orang tuanya dan 8 (8,98%) anak yang jarang berkomunikasi dengan orang tuanya. Pada hasil untestable terdapat 1 (1,12%) anak yang sering berkomunikasi dan 1 (1,12%) anak yang jarang berkomunikasi.

Pada variabel pendapatan keluarga, hasil skrining normal didapatkan pada 15 (12,36%) anak dengan pendapatan <Rp.1.542.600,-, 17 (17,98%) dengan pendapatan keluarga >Rp.1.542.600,-. Hasil skrining suspect didapatkan pada 30 (29,2%) anak dengan pendapatan <Rp.1.542.600,-, 25 (25,84%) dengan pendapatan keluarga >Rp.1.542.600,. Dan juga hasil skrining untestable didapatkan dari 2 (2,25%) anak dengan pendapatan keluarga <Rp.1.542.600,-.

PEMBAHASAN

Hasil tes skrining Denver II pada populasi penelitian ini paling banyak menunjukkan hasil suspect. Dimana terdapat 55 (61,8%) anak dengan hasil tes suspect pada tes skrining Denver II. Hasil ini lebih besar dari penelitian yang dilakukan oleh Hartawan dkk pada salah satu tempat penitipan anak di Denpasar, yaitu sebesar 13,9 %.6 Pembeda ini karena perbedaan kelompok usia terbanyak. Pada penelitian Hartawan dkk memiliki populasi lebih banyak berusia 3-5 tahun sementara penelitian ini memiliki populasi terbanyak usia 5-6 tahun. Pada penelitian ini, hasil suspect lebih banyak ditemukan pada anak berusia 5-6 tahun (49,4%), dan hasil suspect lebih banyak didapatkan pada anak perempuan (34,83%) daripada anak lelaki (26,97%).

Kelemahan penelitian ini adalah tes skrining perkembangan hanya dilakukan sekali. Seharusnya dilakukan pemeriksaan ulangan 1 hingga 2 minggu lagi untuk anak dengan hasil skrining suspect dan untestable.

Jumlah saudara pada penelitian ini tidak terlalu memengaruhi perkembangan anak, hal ini dapat dilihat dari 26 anak walaupun telah memiliki 2 saudara di keluarganya akan tetapi masih memiliki hasil tes skrining yang suspect, dibandingkan dengan hanya 11 anak yang

mendapatkan hasil normal pada Denver II. Hal ini dapat terjadi mungkin karena adanya perbedaan yang cukup dekat antara usia anak dengan saudara kandungnya, sehingga kontak ataupun stimulasi yang diberikan oleh saudaranya tidaklah banyak.

Interaksi antara orang tua pada penelitian ini dapat memengaruhi perkembangan anak, hal ini dapat dilihat dari anak dengan hasil suspect yang jarang berinteraksi dengan orang tua/ walinya lebih banyak dibandingkan dengan anak yang mendapatkan hasil normal yang juga jarang melakukan interaksi dengan orang tua.

Pendidikan ibu pada penelitian ini dapat memengaruhi perkembangan anak, hasil normal pada tes Denver II lebih banyak ditemukan pada anak dengan ibu berpendidikan terakhir sarjana/ diploma (13,48%) sedangkan hasil suspect pada tes Denver II paling banyak ditemukan pada anak dengan ibu pendidikan terakhir SMP (26,96%). Variabel pendidikan ibu pada penelitian ini mendapatkan hasil yang signifikan (p=0,025). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariani, dkk bahwa pendidikan ibu (p=0,004) merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keterlambatan perkembangan anak.7 Selain itu menurut Zuhri, terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan gangguan perkembangan pada anak (p=0,002).8

Paling banyak anak (29,2%) yang memiliki memiliki hasil tes Denver yang suspect berasal dari keluarga dengan pendapatan kurang dari UMR (<Rp.1.542.600,-). Pendapatan keluarga yang mencukupi dapat membantu penyediaan alat bantu untuk menstimulasi perkembangan anak. Pendapatan keluarga tidak signifikan terhadap hasil tes Denver II tidak didapatkan hubungan yang signifikan, hal ini hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Moonik dkk (p=0,057)9. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuhri yang juga mendapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan pemantauan tumbuh kembang balita (p=0,001).8 Hal yang menyebabkan perbedaan hasil ini kemungkinan terletak dari alat skrining yang digunakan. Penelitian ini menggunakan Denver II sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Zuhri menggunakan metode PEDS (Parent’s Evaluation of Developmental Status) untuk mendeteksi gangguan perkembangan pada subjek penelitiannya.

Simpulan

Sebagian besar anak TK Sabana Sari mengalami keterlambatan perkembangan (61,8%). Faktor pendidikan ibu berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan perkembangan.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kepada Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Sabana Sari, Padang Sambian Kaja, Denpasar atas kesempatan yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Suwarba IGN, Widodo DP dan Handryastuti RAS. Profil Klinis dan Etiologi Pasien Keterlambatan Perkembangan Global di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri. 2008;10(4): 255-61

  • 2.    Ashar, Hadi dan Latifah Leny. Hambatan Perkembangan Anak Balita di Daerah Endemik Gaki. MGMI. 2010;10(3): 78-119

  • 3.    Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995. 71 p.

  • 4.    Chamidah AN. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jurnal Pendidikan Khusus. 2009;5(2):83-93

  • 5.    Upah Minimum Regional/Provinsi (UMR/ UMP) dan rata-rata Nasional per tahun (Dalam Rupiah). [cited 31 Maret 2017].

Available from: https://www.bps.go.id/ linkTableDinamis/view /id/917

  • 6.    Hartawan B, Windiani T, dan Soetjiningsih. Kareteristik Tumbuh Kembang Anak di Tempat Penitipan Anak Werdhi Kumara 1, Kodya Denpasar. Sari Pediatri, 2008;10(2); 1348

  • 7.    Ariani, Yosoprawoto M. Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Risiko Gangguan Perkembangan Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2012;27(2): 118-121

  • 8.    Zuhri, Mughniyanti. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua dan Pendapatan Keluarga Terhadap Risiko Gangguan Perkembangan Anak Dengan Metode PEDS di TK dan Paud Gampong Banda Safa Kabupaten Aceh Besar. ETD (Electronic Thesis and Dissertations) Unisyah. 2015.

  • 9.    Moonik P, Hesti LH, Rocky W. Faktor faktor yang Memengaruhi Keterlambatan Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak. Jurnal e-Clinic. 2015;3(1):124-32

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

37