ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.1, JANUARI, 2017

PROFIL TINGKAT STRES PSIKOLOGIS TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR

Luh Putu Arya Putri Ratnasari1, I Gusti Ayu Agung Elis Indira2

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah [email protected]

ABSTRAK

Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang sering menyerang remaja dengan puncak usia 14-17 tahun. Akne vulgaris ditandai dengan inflamasi pada unit pilosebaseus, berupa komedo, papul, pustul, nodul, pseudokist, dan jaringan parut. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan Akne vulgaris adalah stres psikologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil tingkat stres psikologis terhadap derajat keparahan Akne vulgaris pada siswa Sekolah Menengah Atas di Denpasar. Penelitian observasional ini menggunakan pendekatan deskriptif cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI pada beberapa Sekolah Menengah Atas di Denpasar. Simple random sampling digunakan sebagai teknik pengambilan sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi derajat keparahan Akne vulgaris oleh IAEM 2012 dan Perceived Stress Scale (PSS). Hasil penelitian didapatkan 250 sampel dengan distribusi sebagai berikut: yang menderita stres ringan dengan Akne ringan, sedang, dan berat berturut-turut 5(2.0%), 4(1.6%), dan 0 (0.0%). Siswa yang menderita stres sedang dengan Akne ringan, sedang, berat berturut-turut 123(49.2%), 101(40.4%), dan 5(2.0%), sedangkan yang menderita stres tinggi dengan Akne ringan, sedang, dan berat berturut-turut 5(2.0%), 6(2.4%), dan 1(0.4%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa Sekolah Menengah Atas di Denpasar menderita stres sedang dengan Akne ringan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat dijadikan acuan untuk merancang penelitian lain lebih lanjut mengenai tingkat stres psikologis dan keparahan Akne vulgaris serta menemukan keterkaitan keduanya.

Kata Kunci : Stres psikologis, Akne vulgaris , tingkat keparahan, Perceived Stress Scale (PSS)

ABSTRACT

Acne vulgaris is a skin disease that often affects adolescents with the peak age of 14-17 years. Acne vulgaris is characterized by inflammation of the skin sebaceous unit, can be comedones, papules, pustules, nodules, pseudocyst, and scarring. One of the factors that cause acne vulgaris is the psychological stress. The purpose of this study was to determine the profile of psychological stress to the level of Acne vulgaris severity on high school students in Denpasar. This observational study using cross-sectional descriptive approach. The sample in this study were students from class X and XI in high schools in Denpasar. A technique used in sampling is simple random sampling. This research was conducted in July-August 2016. The instrument used in this study is the classification of the severity of acne by IAEM 2012 and the Perceived Stress Scale (PSS). The result showed 250 samples with distribution as follows: students that suffering from mild stress with mild, moderate, and severe Acne consecutively 5(2.0%), 4(1.6%), and 0 (0.0%). Students with moderate stress that have mild, moderate, and severe Acne consecutively 123(49.2%), 101(40.4%), and 5(2.0%), meanwhile students that suffer from high stress with mild, moderate, and severe Acne consecutively 5(2.0%), 6(2.4%), and 1(0.4%). It can be concluded that most of the high school students in Denpasar suffering from moderate stress with mild acne. The results of this study are expected to be used as further research on psychological stress levels and severity of Acne vulgaris and find the correlations. Key words: Psychological stress, Acne vulgaris, level of severity, Perceived Stress Scale (PSS)

PENDAHULUAN                              yang sering dijumpai pada masyarakat umum.

Akne vulgaris atau yang lebih dikenal        Akne vulgaris paling sering mengenai remaja

dengan sebutan jerawat adalah penyakit kulit       dan dewasa muda dengan puncak usia 14-17

1

tahun.1 Akne vulgaris merupakan kondisi kronik yang ditandai oleh proses inflamasi pada unit pilosebaseus, dengan maifestasi klinis berupa papul, pustul, nodul, pseudokista, dan terkadang skar dengan lesi utama berupa komedo.2,3 Prevalensi dari Akne vulgaris dikatakan beragam dari berbagai penelitian yang telah dilakukan di dunia, salah satunya menyatakan Akne vulgaris mengenai lebih dari 90% laki-laki dan 80% perempuan pada semua grup etnis di dunia.4 Penelitian yang dilakukan oleh Bhate dkk pada tahun 2012 menjelaskan bahwa Akne vulgaris mengenai semua orang antara usia 15-17 tahun dengan 15-20% dari mereka menderita Akne vulgaris berat, sedangkan penelitian yang dilakukan di China Utara menggambarkan prevalensi dari Akne vulgaris sebesar 51.30%.5,6

Akne vulgaris paling sering muncul pada masa pubertas dini dan umumnya mengenai wajah, leher, dada, dan punggung karena daerah-daerah tersebut merupakan daerah potensial pada kulit untuk menghasilkan sebum. Sebum ini merupakan produk yang dihasilkan kulit dan memainkan peranan yang penting dalam pertumbuhan bakteri Proprionibacterium acnes.7 Patogenesis dari Akne vulgaris masih belum jelas, tetapi peranan banyak faktor (multifaktorial) telah diidentifikasi. Faktor risiko tersebut diantaranya kolonisasi bakteri P.acnes, riwayat Akne vulgaris pada keluarga, indeks masa tubuh yang tinggi, dan asupan makanan dengan indeks glikemi yang tinggi dapat memengaruhi timbulnya Akne vulgaris derajat ringan sampai berat.8 sementara itu, pengaruh lingkungan masih perlu dipelajari lebih lanjut. Akne vulgaris secara signifikan memengaruhi kondisi fisik dan psikososial dari seseorang, bahkan stres psikologis juga telah teridentifikasi sebagai salah satu faktor yang menimbulkan Akne vulgaris dan bahkan memperburuk kondisi akne.1,4

Stres psikologis didefinisikan sebagai kondisi atau situasi yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal dan dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, atau status sosial dimana orang atau individu yang terlibat di dalamnya harus mengubah diri mereka sendiri karena adaptasi.9 Penelitian yang dilakukan oleh Yosipovitch dkk, pada 160 siswa di seolah mengengah Choa Chu Kang Singapura, menemukan bahwa terdapat hubungan statistik yang bermakna antara tingkat stres psikologis dan derajat keparahan Akne vulgaris . Prevalensi pada kelompok tersebut dilaporkan tinggi, yakni 95% pada laki-laki dan 92% pada perempuan. Penelitian lain yang dilakukan pada Universitas Islam Internasional Malaysia mengenai stres psikologis terhadap

Akne vulgaris pada mahasiswa farmasi dilaporkan juga memiliki hubungan yang positif tetapi tidak bermakna. Penelitian ini melibatkan 98 siswa dan menyimpulkan bahwa akne memburuk pada kondisi stres.10 Penelitian yang dilakukan oleh Nitya dkk di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada 120 mahasiswa kedokteran di tahun 2010 juga menemukan hubungan positif dari stres psikologis yang dapat memperburuk keparahan Akne vulgaris , dimana prevalensinya 40.8% pada laki-laki dan 59.2% pada perempuan.11

Stres psikologis akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan Corticotropin Realeasing Factor (CRF) dan akan merangsang bagian pituitari anterior untuk menghasilkan Adenocorticotropine Hormone (ACTH). Meningkatnya aktivitas ACTH dalam aliran darah akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal. Salah satu hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah hormon androgen. Hormon androgen memainkan peranan yang penting dalam timbulnya Akne vulgaris. Dengan faktor masa pubertas dan tambahan stres psikologis, akan menyebabkan hormon androgen yang berlebihan dan terjadi stimulasi kelenjar sebaseus kulit sehingga terjadi peningkatan produksi sebum baik pada remaja laki-laki maupun perempuan.8

Ujian Akhir Sekolah (UAS) merupakan ujian akhir yang diperuntukan untuk siswa SMA sebagai tolok ukur pembelajaran disekolah. Ujian ini nantinya akan menentukan apakah siswa bersangkutan berhak melanjutkan pendidikan ke kelas yang lebih tinggi. Pelaksanan Ujian Akhir Sekolah biasanya dilakukan selama satu minggu atau lebih mengingat banyaknya materi yang diujiankan. Hal tersebut akan membuat para siswa berusaha lebih keras untuk belajar, jadi itu sebabnya banyak dari mereka yang tampaknya stres selama bulan-bulan persiapan ujian sekolah. Dengan hal ini, ujian sekolah adalah pemicu stres psikologis yang akan memicu timbulnya Akne vulgaris . Beberapa penelitian telah dilakukan namun sedikit penelitian yang menampilkan data mengenai prevalensi tingkat stres psikologis terhadap derajat keparahan Akne vulgaris . Melihat hal tersebut, penulis ingin mengetahui profil tingkat stres psikologis terhadap derajat keparahan Akne vulgaris pada siswa sekolah menengah atas di Kota Denpasar, Bali.

METODE PENELITIAN

Penelitian observasional ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan crosssectional. Subjek dalam penelitian ini adalah 250 siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Denpasar yang berasal dari empat sekolah yang

2 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

berbeda. Semua subjek merupakan siswa kelas X dan XI dalam rentangan usia 14-18 tahun dan mengalami stres psikologis. Pemilihan sekolah yang akan dijadikan subjek menggunakan teknik simple random sampling dengan terlebih dahulu mengurutkan nama-nama Sekolah Menengah Atas baik negeri mauun swasta di Denpasar. Kemudian dengan menggunakan undian, keempat sekolah tersebut dipilih. Empat sekolah tersebut yaitu SMAN 1 Denpasar, SMAN 2 Denpasar, SMA TP 45 Denpasar, dan SMAK Harapan Denpasar. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016.

Kriteria ekslusi yang ditentukan pada penelitian ini adalah siswa yang tidak bersedia menjadi subjek dan kriteria drop out adalah siswa yang tidak menjawab semua kuisioner stres psikologis. dalam penelitian ini subjek diberikan kuisioner berupa sepuluh buah pertanyaan mengenai stres psikologis yang telah di validasi dan adaptasi dari kuisioner Perceived Stress Scaled (PSS). Tingkat stres psikologis digambarkan dengan stres ringan, stres sedang, dan stres tinggi. Derajat keparahan Akne vulgaris dibagi dalam tiga kelompok, yakni akne ringan, akne sedang, dan akne berat sesuai dengan konsensus International Acne Expert Meeting (IAEM) 2012.

Hasil penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan menggunakan IBM Statistic 21 dalam bentuk distribusi frekuensi, kemudian dilakukan analisa secara deskriptif mengenai karakteristik sampel dan prevalensi tingkat stres psikologis terhadap derajat keparahan Akne vulgaris .

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel

Subjek dari penelitian ini berjumlah 250 orang yang meliputi para siswa Sekolah Menengah Atas kelas X dan XI di Kota Denpasar. Hasil analisis statistik deskriptif terdiri dari jenis kelamin, usia, sekolah, dan kelas. Distribusi karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin

No.

Jenis Kelamin

Frekuensi

1

Laki-laki

140 (56%)

2

Perempuan

110 (44%)

Total

250 (100%)

Sebanyak 250 sampel yang telah dianalisis, 140 diantaranya adalah siswa laki-laki (56%), dan 110 siswa perempuan (44%). Penelitian ini sesuai dengan studi yang dilakukan Yosipovitch dkk (2007), Ghodsi dkk (2009), dan Yahya dkk (2009), dimana prevalensi kelompok siswa laki-laki lebih banyak yang menderita Akne vulgaris

dibandingkan dengan kelompok perempuan.4,12,13

Analisis usia pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok 14-15 tahun dan kelompok 16-18 tahun. Distribusi sampel berdasarkan usia dapat dilihat dari tabel 2 berikut.

Tabel 2. Distribusi Kelompok Usia

No.

Usia

Frekuensi

1

14-15 th

162 (64.8%)

2

16-18 th

88 (35.2%)

Total

250 (100%)

Dapat dilihat bahwa prevalensi kelompok umur 14-15 tahun lebih tinggi dibandingkan kelompok umur 16-18 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni, prevalensi siswa yang menderita stres psikologis dan Akne vulgaris memang lebih tinggi pada kelompok umur tersebut atau saat pengambilan sampel lebih banyak siswa dari kelompok umur tersebut yang hadir saat penelitian dilaksanakan. Rerata usia pada penelitian ini adalah 15.32 dengan modus 15.

Sampel dari penelitian ini berasal dari empat Sekolah Menengah Atas di Kota Denpasar. Terdapat masing-masing dua sekolah negeri dan swasta. Distribusi asal sekolah sampel dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Asal Sekolah

No.

Asal Sekolah

Frekuensi

1

2

3

SMAN 1 Denpasar

SMAN 2 Denpasar

SMA TP 45

Denpasar

97 (38.8%)

30 (12%)

33 (13.2%)

4

SMAK Harapan Denpasar

90 (36%)

Total

250 (100%)

Dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel berasal dari SMAN 1 Denpasar dan SMAK Harapan Denpasar. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang mengalami stres psikologis dan Akne vulgaris lebih banyak berasal dari sekolah tersebut atau secara umum jumlah siswa dari kedua sekolah tersebut memang lebih banyak dibandingkan dua sekolah lainnya.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X dan XI dengan persebaran distribusi yang disajikan dalam tabel 4.

3


Tabel 4. Distribusi Kelas

No.

Kelas

Frekuensi

1

Kelas X

154 (61.6%)

2

Kelas XI

96 (38.4%)

Total

250 (100%)

Terlihat perbedaan jumlah sampel yang mencolok pada kelompok kelas X dan kelas XI, dimana kelompok kelas X lebih banyak dibandingkan kelompok kelas XI. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang menderita stres psikologis disertai Akne vulgaris lebih besar pada kelompok tersebut atau memang secara keseluruhan populasi siswa kelas X pada tiap sekolah lebih besar.

Tingkat Keparahan Akne vulgaris

Berdasarkan Karakteristik Sampel

Tingkat Keparahan Akne vulgaris

Grafik 1. Tingkat Keparahan Akne vulgaris

Pada grafik di atas, dari 250 sampel dapat dilihat bahwa prevalensi Akne vulgaris derajat ringan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Frekuensi Akne ringan, sedang, dan berat masing-masing 133 (53.2%), 111 (44.4%), dan 6 (2.4%).

Tingkat keparahan Akne vulgaris berdasarkan karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Tingkat Keparahan Akne vulgaris Berdasarkan Karakteristik Sampel

No

Karakteristik Sampel

Tingkat Ke Ringan

parahan Akm Sedang

1 vulgaris Berat

Total

1

Jenh Kelamin

Laki-Laki

63 (25.2%)

71 (28.4%)

6 (2.4%)

140 (56%)

Perempuan

70 (28%)

40(16%)

0(0%)

110(44%)

2

Kelompok Usia 14-15 Tahun

86 (34.4%)

72 (28.8%)

4(1.6%)

162 (64.8%)

16-18 'Tahun

48 (19.2%)

38 (15.2%)

2(0.8%)

88 (35.2%)

3

Asal Sekolah

SMAN 1 Denpasar

42(16.8%)

51 (20.4%)

4(1.6%)

97(38.8%)

SMAN 2 Denpasar

22 (8.8%)

7 (2.8%)

1 (0.4%)

30(12%)

SMA 1TP 45 Denpasar

14 (5.6%)

19(7.6%)

0(0%)

33 (13.2%)

SMAK Harapan Denpasar

55 (22%)

34 (13.6%)

1 (0.4%)

90 (36%)

4

Kelas

KelasX

79(31.6%)

72(28.8%)

3 (1.2%)

154 (61.6%)

KelasXI

54 (21.6%)

39 (15.6%)

3 (1.2%)

96(38.4%)

Total

133 (53.2%)

111(44.4%)

6 (2.4%)

250 (100%)

Berdasarkan tabel di atas, apabila kita perhatikan tingkat keparahan Akne terhadap jenis kelamin didapatkan bahwa prevalensi Akne vulgaris lebih tinggi pada kelompok laki-

laki. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Yosipovitch dkk (2007), Ghodsi dkk (2009), dan Yahya dkk (2009). Pada penelitian ini, kelompok laki-laki lebih banyak yang menderita Akne berat dibandingkan dengan kelompok perempuan. Namun hal yang berbeda ditampilkan pada penelitian yang dilakukan Bhate dkk (2013), dimana kelompok perempuan cenderung lebih banyak yang menderita Akne berat dibandingkan kelompok perempuan. Sedangkan Yahya dkk (2009) menyatakan bahwa derajat keparahan Akne vulgaris yang dialami antara siswa laki-laki dan perempuan cenderung sama. Perbedaan ini terjadi diakibatkan oleh beberapa faktor yakni : riwayat akne pada keluarga, higenitas kulit, hormon, pola makan, dan tingkat stres. Diperkirakan siswa perempuan dalam penelitian ini lebih dapat mengontrol faktor-faktor risiko tersebut sehingga tidak ada siswa perempuan yang mengalami Akne berat.

Pada kelompok usia, dalam penelitian ini didapatkan bahwa peningkatan umur berbanding terbalik dengan prevalensi Akne vulgaris . Data ini tidak sesuai dengan studi yang dilakukan Ghodsi dkk (2009) dan Yahya dkk (2009), dimana dalam penelitian tersebut prevalensi Akne vulgaris meningkat seiring dengan meningkatnya umur pada masa pubertas.

Tingkat Stres Psikologis Berdasarkan Karakteristik Sampel

Stres psikologis sering dikaitkan sebagai variebel independen yang dapat memicu beberapa permasalahan. Dalam penelitian ini, stres psikologis sebagai faktor pencetus timbulnya Akne vulgaris pada siswa Sekolah Menengah Atas. Tingkat stres psikologis berdasarkan kuisioner Perceived Stress Scale (PSS) dapat dilihat pada grafik 2 di bawah.

Tingkat Stres Psikologis

Grafik 2. Tingkat Stres Psikologis

Berdasarkan grafik 2, prevalensi siswa yang mengalami stres psikologis ringan, sedang, dan tinggi berturut-turut sebanyak 9 (3.6%), 229 (91.6%), dan 12 (4.8%) dari total 250 sampel.

4


Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh siswa mengalami tingkat stres psikologis yang sedang.

Tingkat stres psikologis berdasarkan karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Tingkat Stres Psikologis Berdasarkan Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel

Tingkat stress psikologis

Total

Ringan

Sedang

Tinggi

Jenis kelamin Laki-laki

7 (2,8%)

129 (51,6%)

4 (1,6%)

140 (56%)

Perempuan

2 (0,8%)

100 (40%)

8 (3,2%)

110 (44%)

Kelompok Usia 14-15 tahun

7 (2,8%)

147 (58,8%)

8 (3,2%)

162 (64,8%)

16-18 tahun

2 (0,8%)

82 (32,8%)

4 (1,6%)

88 (35,2%)

Asal sekolah

SMAN 1

4 (1,6%)

90 (36%)

3 (1,2%)

97 (38,8%)

Denpasar

SMAN 2

0 (0%)

26 (10,4%)

4 (1,6%)

30 (12%)

Denpasar

SMA TP 45

0 (0%)

30 (12%)

3 (1,2%)

33 (13,2%)

Denpasar

SMAK Harapan

Denpasar

5 (2,0%)

83 (33,2%)

2 (0,8%)

90 (36%)

Kelas

Kelas X

5 (2,0%)

142 (56,8%)

7 (2,8%)

154 (61,6%)

Kelas XI

4 (1,6%)

87 (34,8%)

5 (2,0%)

96 (38,4%)

Total

9 (3,6%)

229 (91,6%)

12 (4,8%)

250 (100%)

Pada tabel di atas, apabila kita melihat dari jenis kelamin, kelompok laki-laki cenderung lebih banyak mengalami stres psikologis ringan-sedang. Hal ini dibuktikan dengan lebih banyak jumlah siswa laki-laki yang melaporkan dirinya mengalami stres psikologis dalam satu bulan terakhir terhitung dari penelitian dilaksanakan. Sedangkan pada kelompok perempuan, lebih banyak mengalami stres psikologis tinggi dibandingkan pada kelompok siswa laki-laki. Cohen dkk (2012) mengadakan penelitian mengenai stres psikologis pada tahun tahun 2006 dan 2009.14 Terjadi perbedaan hasil, dimana pada tahun 2006 Cohen dkk menemukan bahwa prevalensi stres psikologis lebih banyak dialami oleh kelompok laki-laki, sedangkan pada tahun 2009 terjadi perubahan dimana kelompok perempuan cenderung lebih banyak mengalami stres psikologis. namun tidak terdapat data mengenai tingkat stres psikologis yang dibagi menjadi ringan, sedang, berat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shah dkk (2010), yang dilakukan pada mahasiswa kedokteran di Pakistani Medical School didapatkan bahwa kelompok perempuan cenderung mengalami stres psikologis tinggi lebih besar dibandingkan kelompok laki-laki.15 Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat pada penelitian ini dimana jumlah siswa perempuan yang mengalami stres psikologis tinggi dua kali lebih banyak dibandingkan pada kelompok laki-laki.

Pada klasifikasi usia, kelompok siswa dengan usia 14-15 tahun pada semua tingkatan stres psikologis lebih tinggi dibandingkan

kelompok usia 16-18 tahun. Hasil yang didapat dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cohen dkk (2012) bahwa tingkat stres psikologis akan menurun seiring dengan meningkatnya usia.

Melihat klasifikasi berdasarkan asal sekolah, semua siswa yang mengalami stres psikologis ringan berasal dari dua sekolah yakni SMAN 1 Denpasar dan SMAK Harapan Denpasar. Siswa yang mengalami stres psikologis sedang lebih banyak ditemui pada SMAN 1 Denpasar, sedangkan stres psikologis tinggi paling banyak ditemukan pada siswa SMAN 2 Denpasar. Pada semua tingkatan stres psikologis, siswa kelas X lebih banyak mengalami stres psikologis.

Tingkat Stres Psikologis Terhadap Derajat Keparahan Akne vulgaris

Tabel 7. Tabulasi Silang Tingkat Stres Psikologis Terhadap Derajat Keparahan

Akne vulgaris

Tingkat stress psikologis

Derajat keparahan akne vulgaris

Total

Ringan

Sedang

Berat

Ringan

5 (2,0%)

4 (1,6%)

0 (0%)

9 (3,6%)

Sedang

123

101

5 (2,0%)

229

(49,2%)

(40,4%)

(91,6%)

Tinggi

5 (2,0%)

6 (2,4%)

1 (0,4%)

12 (4,8%)

Total

133

111

6 (100%)

250

(100%)

(100%)

(100%)

Pada tabel di atas, dapat kita perhatikan bahwa sebagian besar siswa dengan stres psikologis sedang mengalami Akne vulgaris derajat ringan (49.2%), kemudian diikuti oleh stres sedang dengan Akne vulgaris derajat sedang (40.4%), dan stres psikologis tinggi dengan Akne vulgaris sedang (2.4%).

SIMPULAN

Pada penelitian dengan sampel sebanyak 250 siswa Sekolah Menengah Atas usia 14-18 tahun di Kota Denpasar, sebanyak 123 (49.2%) siswa mengalami stres psikologis sedang dengan Akne vulgaris derajat ringan.

SARAN

Hal yang dapat disarankan kepada komunitas, pihak sekolah, dokter, dan peneliti. Kepada komunitas diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi secara umum mengenai stres psikologis dan timbulnya Akne vulgaris dan menambah referensi mengenai studi epidemiologi prevalensi stres psikologis dan Akne vulgaris di kalangan siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Denpasar. Kepada pihak sekolah, agar dibuatkan suatu program nyata untuk mengurangi tingkat stres psikologis siswa menjelang Ujian Akhir Sekolah (UAS). Kepada dokter, diharapkan penelitian ini nantinya agar dapat menjadi pertimbangan 5 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

bahwa etiologi Akne vulgaris dapat berasal dari stres psikologis sehingga pengobatan Akne vulgaris akan lebih maksimal. Kepada para peneliti, diharapkan data dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk merancang penelitian lain lebih lanjut mengenai hubungan tingkat stres psikologis dengan derajat keparahan Akne vulgaris .

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Pindha,I.G.A.S. Akne vulgaris . Dalam : Soetjiningsih (ed). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. 2007. Cetakan 2. Jakarta:Sagung Seto,pp :109.

  • 2.    James, William D., Timothy Berger, and Dirk Elston. Andrews' diseases of the skin: clinical  dermatology.  Elsevier Health

Sciences, 2015.

  • 3.    Arora, Megha Kataria, Shashi Seth, and Surabhi Dayal. "The relationship of lipid profile and menstrual cycle with acne vulgaris." Clinical biochemistry 43.18 (2010): 1415-1420.

  • 4.    Yosipovitch, Gil, et al. "Study of psychological stress, sebum production and acne vulgaris in adolescents." Acta dermato-venereologica 87.2 (2007): 135139.

  • 5.    Bhate, K., and H. C. Williams. "Epidemiology of acne vulgaris." British Journal of Dermatology 168.3 (2013):

474-485.

  • 6.    Wei, B., et al. "The epidemiology of adolescent acne in North East China." Journal of the European Academy of Dermatology and Venereology 24.8 (2010): 953-957.

  • 7.    William, CH., Dellavalle, RP., and Garner, S., Acne  Vulgaris. The Lancet. 2012.

(379): 361-373

  • 8.    Arora, Megha Kataria, Amita Yadav, and Vandana Saini. "Role of hormones in acne vulgaris." Clinical biochemistry 44.13 (2011): 1035-1040.

  • 9.    Maramis, Willy F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2 . Surabaya : Airlangga University Press, pp : (2009). 83-101

  • 10.    Ab Hadi, H., and A. Awadh. "Study of Psychological stress and ACNE vulgaris among Pharmacy Students." Value in

Health 18.3 (2015): A179-A180.

  • 11.    Nitya, P. Perbedaan Stres dan Kebersihan pada Kejadian Akne vulgaris Di Kalangan Mahasiswa     Fakultas     Kedokteran

Universitas Sumatera Utara. (2010). http://repository.usu.ac.id/handle/1234567 89/21494

  • 12.    Ghodsi, S. Zahra, Helmut Orawa, and Christos C. Zouboulis. "Prevalence, severity, and severity risk factors of acne

in high school pupils: a community-based study." Journal of Investigative Dermatology 129.9 (2009): 2136-2141.

  • 13.    Yahya, Husain. "Acne vulgaris in Nigerian adolescents–prevalence, severity, beliefs, perceptions, and practices." International journal of dermatology 48.5 (2009): 498505.

  • 14.    Cohen, Sheldon; JanickiDeverts, Denise. “Who's stressed? Distributions of psychological stress in the United States in probability samples from 1983, 2006, and 20091”. Journal of Applied Social Psychology, (2012), 42.6: 1320-1334.

  • 15.    Shah, Mohsin, et al. “Perceived stress, sources and severity of stress among medical undergraduates in a Pakistani medical school”. BMC medical education, (2010), 10.1: 1.

6

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum