ISSN: 2303-1395

E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.12, DESEMBER, 2016

PROFIL PENYAKIT SKABIES PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI TAHUN 2014

Putu Nanda Tediantini1,IGAA Praharsini2

  • 1.    Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 2.    Bagian Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Skabies adalah penyakit infeksi kulit akibat investasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung oleh tungau dan menyebabkan gatal pada tubuh manusia sehingga bisa berkembang menjadi infeksi sekunder. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui profil penyakit skabies berdasarkan usia, lokasi lesi, tanda lesi, dan perilaku kebersihan diri pada anak-anak SMP di Yayasan Al Islam Hidayatullah Denpasar tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross sectional dengan pengambilan data melalui wawancara. Profil penyakit skabies terdapat 7 kasus dari 35 responden. Kasus penyakit skabies terjadi pada anak laki-laki yang berada dalam kisaran umur 10 tahun sampai 13 tahun (20%). Proporsi lokasi lesi paling banyak didapat pada pergelangan tangan 43%, sela-sela jari dan pergelangan tangan 29%, 14% didapat pada sela-sela jari, dan pada kaki 14%. Proporsi tanda lesi paling banyak ditemukan eritema, bula dan krusta 29%, eritema saja 28%, dan 14% eritema, krusta, dan pustula. Proporsi kebersihan diri tiap individu yang pernah kontak dengan penderita penyakit kulit 100%, sedangkan frekuensi mandinya, semua anak (100%) sudah mandi 2 kali dalam sehari.

Kata Kunci : Skabies, anak-anak, Yayasan Islam

ABSTRACT

Scabies is a skin infection due to disease and sensitization to mite infestation with Sarcoptes scabiei hominis and product variants. Scabies disease can be transmitted through direct contact by mites and cause itching in the human body so that it can develop into a secondary infection. The aim of the study to determine the profile of scabies disease based on age, lesion location, lesion signs, and personal hygiene behavior in children junior high school at Yayasan Al Islam Hidayatullah Denpasar 2014. This study is a descriptive cross sectional study with data collection through interviews. Profile disease scabies, there were 7 cases of 35 respondents. Cases of scabies occur in boys who are in the age range 10 years to 13 years (20%). The proportion of the lesion location is obtained in wrists 43%, between fingers and wrist 29%, 14% obtained on the sidelines of the fingers, and at the foot of 14%. The proportion of lesions most common signs of erythema, bullae and crusts 29%, erythema only 28%, and 14% erythema, crusting, and pustules. The proportion of personal hygiene individuals who had contact with patients with skin disease 100%, whereas the frequency of the bath, all the children (100%) can shower 2 times a day.

Keywords: Scabies, children, Islamic Foundation

PENDAHULUAN

Skabies merupakan masalah kesehatan yang penting dan seringkali menjadi penyakit endemik di masyarakat. Penyakit skabies dapat mengenai semua kelompok usia dan pada umumnya menyerang individu yang hidup berkelompok, seperti individu yang tinggal di asrama, panti asuhan, pesantren, perkampungan padat dan sebagainya. Luasnya distribusi penyakit skabies (umumnya di daerah tropis) berkaitan erat dengan mudahnya proses transmisi penyakit. Skabies dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dan tidak langsung dengan penderita.1,2

Penyakit skabies ditemukan hampir di semua negara dengan prevalensi yang berbeda-beda. Secara global, kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan mencapai 300 juta kasus setiap tahunnya. Prevalensi skabies di beberapa negara berkembang dilaporkan berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja. Di Indonesia, skabies dilaporkan sebagai peringkat ketiga dari 12 penyakit kulit tersering dengan prevalensi mencapai 4,60-12,95%.1,3

Penelitian terkait prevalensi skabies di berbagai daerah di Indonesia sudah cukup banyak, namun belum memadai khususnya di Bali. Bali

merupakan salah satu daerah endemik skabies. Untuk mendukung data yang ada terkait prevalensi skabies di Bali, tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut yang menggambarkan tingkat penyebaran skabies dengan menyasar area-area yang rentan terjadi skabies. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan suatu penelitan deskriptif yang berjudul Profil Penyakit Skabies pada Anak-anak SMP di Yayasan Al Islam Hidayatullah, Denpasar tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil umum penyakit skabies pada anak-anak SMP di Yayasan Al Islam Hidayatullah Denpasar tahun 2014.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif cross-sectional yang dilakukan pada bulan Oktober 2014. Tempat penelitian adalah di Yayasan Al Islam Hidayatullah, Jl. Raya Pemogan Gg. Taman No.20x Denpasar Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Dalam penentuan sampel, terdapat kriteria inklusi yang mencakup: 1) anak-anak yang menetap di Yayasan; 2) bersedia menjadi subyek penelitian atau menjadi responden dan kriteria eksklusi, seperti: 1) anak yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian; dan 2) anak yang menderita penyakit kulit selain skabies. Jumlah sampel penelitian adalah 35 orang. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program microsoft excel 2007.

HASIL

Pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel penelitian yang dapat hadir saat pengambilan data sebanyak 35 orang dan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.

Gambaran Karakteristik Penyakit Skabies Berdasarkan Usia, Lokasi Lesi, Tanda Lesi dan Perilaku Kebersihan Diri

Berdasarkan Usia

Dari 35 sampel penelitian, ditemukan 7 anak (20%) yang menderita penyakit skabies

Tabel 1. Karakteristik usia anak-anak di Yayasan Islam Hidayatullah

Karakteristi k usia

Bukan skabies

Skabies

10-12 tahun

5 (14%)

0

13-15 tahun

16 (45%)

7 (20%)

16-18 tahun

7 (21%)

0

Total

28 (80%)

7 (20%)

Berdasarkan Lokasi Lesi

Berdasarkan lokasi lesi ditemukan bahwa lesi yang mengenai sela-sela jari dan pergelangan tangan sebanyak 29%, mengenai sela-sela jari tangan saja

14%, di pergelangan tangan 43% dan hanya mengenai kaki sebanyak 14%.

Gambar 1.

Grafik penyakit skabies berdasarkan proporsi lokasi lesi

Berdasarkan Tanda Lesi

Gambaran tanda lesi meliputi: adanya eritema yang disertai bula 29%, eritema disertai krusta 29%, hanya ditemukan eritema saja 28%, dan 14% ditemukan eritema, krusta dan pustula.

Tanda Lesi

Gambar 2.

Grafik penyakit skabies berdasarkan proporsi tanda lesi

Berdasarkan Perilaku Kebersihan Diri

Berdasarkan perilaku kebersihan diri, diperoleh hasil bahwa dari ketujuh anak yang mengalami penyakit skabies, ditemukan pernah kontak 100%, pernah tidur bersama 57%, menggunakan pakaian bersama 43%, dan menggunakan alat mandi bersama 29%. Untuk frekuensi mandi didapatkan sudah semua anak (100%) mandi 2 kali dalam sehari. Gambaran penyakit skabies berdasarkan perilaku kebersihan diri dapat dilihat pada gambar 3.

2

Gambar 3.

Grafik penyakit skabies berdasarkan proporsi perilaku kesehatan

PEMBAHASAN

Profil Umum Penyakit Skabies

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 35 orang sampel, seluruhnya (100%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan Yayasan tersebut memang hanya mengkhususkan anak laki-laki untuk menetap. Sebanyak 7 anak (20%) mengalami penyakit skabies. Angka kejadian ini masih tergolong rendah dan berbeda dengan penelitian oleh Amajida Fadia yang menemukan bahwa prevalensi skabies mencapai 51,6% di Jakarta Timur. Perbedaan hasil ini berkaitan dengan tingkat kepadatan penduduk di Denpasar tidak setinggi di Jakarta Timur dan faktor lingkungan, sumber air serta perilaku masyarakat Denpasar yang sudah tergolong cukup bersih.1,4

Profil Penyakit Skabies Berdasarkan Usia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok usia 13-15 tahun, ditemukan 7 anak mengalami skabies. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sunil Agrawal (2012) yang menemukan bahwa kejadian infeksi skabies paling banyak pada kelompok usia 10-15 tahun (51%), diikuti dengan kelompok umur 5-10 tahun (27%). Hal ini dikarenakan pada tingkat usia tersebut, anak belum memahami mengenai upaya menjaga kebersihan diri.6

Profil Penyakit Skabies Berdasarkan Lokasi Lesi

Pada penelitian ini, lokasi lesi paling banyak ditemukan pada pergelangan tangan (43%). Hasil penelitian Amajida Fadia menemukan lokasi lesi secara umum paling banyak pada bokong (33,8%) dan sela-sela jari tangan (29,2%), sedangkan pada penelitian Das et al ditemukan lokasi terbanyak pada daerah genitalia (60%) dan sela-sela jari tangan (57%). Kondisi ini dikarenakan pergelangan tangan dan sela-sela jari merupakan area dengan stratum korneum yang tipis sehingga tungau skabies lebih mudah membuat terowongan.2

Profil Penyakit Skabies Berdasarkan Tanda Lesi

Berdasarkan temuan tanda lesi pada penelitin ini kita ketahui bahwa selain gatal dan kemerahan, akibat garukan yang terus-menerus pada tempat lesi, dapat berkembang menjadi krusta atau infeksi sekunder lainnya.

Profil Penyakit Skabies Berdasarkan Perilaku Kebersihan Diri

Perilaku kebersihan yang buruk seperti berbagi barang-barang pribadi dengan orang lain dapat menjadi media transmisi tungau skabies dan menyebabkan terjadinya penularan secara tak langsung. Kebiasaan mandi pada semua anak dilaporkan sebanyak 2 kali sehari. Hal ini sesuai dengan penelitian Yuzzi Afraniza yang menyatakan bahwa anak-anak dengan frekuensi mandi yang kurang dan perilaku kebersihan yang buruk berisiko lebih tinggi untuk menderita skabies.6.8

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1) terdapat beberapa sampel yang mungkin terlewatkan, seperti anak yang berhalangan hadir; 2) keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti saat melakukan wawancara oleh karena responden pada saat itu ada kegiatan pendidikan, dan pengambilan sampel hanya bisa dilakukan di satu tempat.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dari 35 responden didapatkan proporsi anak yang pernah mengalami penyakit skabies adalah sebanyak 20%. Proporsi penyakit skabies tertinggi ditemukan pada kelompok usia 10 sampai 13 tahun (20%). Proporsi lokasi lesi paling banyak didapatkan pada pergelangan tangan 43%, pada sela-sela jari dan pergelangan tangan 29%, pada sela-sela jari 14% dan pada kaki 14%. Selain itu, proporsi tanda lesi yang ditemukan adalah sebagai berikut: eritema dengan krusta 29%, eritema dengan bula 29%, hanya eritema saja 28%, eritema dengan krusta, pustula 14%. Terkait dengan perilaku kebersihan diri, ditemukan 100% anak pernah kontak dengan penderita penyakit kulit, dan 100% anak sudah mandi dengan frekuensi 2 kali sehari.

Saran

Adapun saran dalam penelitian ini, antara lain: 1) pentingnya edukasi bagi anak-anak yang menetap di Yayasan mengenai skabies termasuk tatalaksana; 2) bagi penelitian selanjutnya, dapat mengembangkan variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi kejadian skabies misalnya, perilaku kebersihan diri dan kebersihan lingkungan dan dapat menemukan sumber dari penularan penyakit

tersebut yang dapat mendukung dalam penanganan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Amajida, F. Saleha, S. 2014. Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Pesantren X, Jakarta Timur.

  • 2.    Das S, Chatterjee T, Banerji G, Biswas I. Evaluation of the commonest site, demographic profile & most effective therapy in scabies.IJD.2006;51:186-8.

  • 3.    Gilmore SJ. Control strategies for endemic childhood scabies. PLoS One. Jan 25 2011;6(1) :e15990 [Available from : http://emedicine.medscape.com/article/1109204 -overview#a0156]. (Akses 6 Januari 2014).

  • 4.    Handri Irawan, 2008. Scabies, Penyakit Kulit Khas Pada Warga Pesantren. Diakses dari http://www.drhandri.com/?p=380 pada tanggal 6 Januari 2014.

  • 5.    Sri Handajani, 2007. Hubungan Antara Praktik Kebersihan Diri Dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Nihayatul Amal Waled Kabupaten Cirebon. Diakses dari http://sia.fkm-undip.or.id/data/index.php pada tanggal 6 Januari 2014.

  • 6.    Sunil, A. 2012. Mass scabies management in an orphanage of rural community: an experience. Medical Journal Armed Forces India XXX (2012) I-4.

  • 7.    Tabri F. 2003. Skabies pada bayi dan anak. Dalam : Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 67-79.

  • 8.    Yuzzi Afraniza, 2011. Hubungan Antara Praktik Kebersihan Diri dan Angka Kejadian Skabies di Pesantren Kyai Gading Kabupaten Demak.

4

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum