ISSN: 2303-1395

E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.11, NOVEMBER, 2016

PROFIL DERMATITIS KONTAK ALERGI DI PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR PERIODE JANUARI 2013 SAMPAI DESEMBER 2013

IGNA Wisnu Kresnan Dana1, IGAA Praharsini2

  • 1.    Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 2.    Bagian Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Terdapat peningkatan jumlah kasus dermatitis kontak pada lima tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi dan profil penyakit dermatitis kontak alergi di Puskesmas II Denpasar Timur yang dapat menjadi dasar penelitian untuk penelitian selanjutnya. Merupakan study retrospektif yang dilakukan mulai Mei 2014. Data diperoleh dari catatan registrasi dan perawatan di puskesmas kemudian di kelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan lokasi lesi. Analisis dilakukan secara deskriptif dan diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas II Denpasar Timur tersering pada perempuan dengan rentang usia 25 hingga 35 tahun serta lesi terbanyak terdapat pada tangan. Pekerjaan yang paling berisiko adalah wirausaha. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah pengisian catatan register hendaknya lebih lengkap, pemberian edukasi terhadap pasien mengenai pemantauan kesembuhan dari pengobatan yang diberikan, dan pencegahan dermatitis kontak alergi.

Kata kunci: Dermatitis kontak alergi, pekerjaan, wirausaha

ABSTRACT

There are an increasing number of allergic contact dermatitis patients in the last five year. The aim of this research is to acknowledge the prevalence number and disease profile at East Denpasar Health Center II as basic source of information for further research. A retrospective study was conducted from May 2014. The data obtain from the registration records and treatment in health center then grouped by sex, age, occupation, and location of the lesion. The analysis was done descriptively and processed using Microsoft Excel 2007 and then served in the form of tables, diagrams, and narrative. The incidence of allergic contact dermatitis in Puskesmas II Denpasar Timur most commonly in women aged range from 25 to 35 years, and most lesions found on hands. The riskiest occupation is entrepreneurship. Based on the results of this research, advices that can be given are completing registration record, education and information about the treatment, and prevention of allergic contact dermatitis.

Keyword: allergic contact dermatitis, occupation, enterpreneurship

PENDAHULUAN

Dermatitis kontak merupakan reaksi fisiologis karena kulit kontak dengan substansi tertentu. Kulit yang kontak dengan alergen seperti rumput, bunga, sayur, buah, dan bahan sintetik akan mengalami fase sensistisasi kemudian menimbulkan reaksi alergi. Reaksi alergi timbul tanpa adanya zat iritan. Keluhan alergi tersering berupa gatal dan kemerahan pada kulit. 1,2

Dinas kesehatan di Amerika Serikat mengklaim 90 % kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh kontak dermatitis.1 Berdasarkan data Departemen Dermatologi Rumah Sakit Sanglah Denpasar, terdapat peningkatan jumlah kasus baru dermatitis kontak alergi selama Januari 2000 sampai Desember 2005, yaitu dari 10,2% menjadi 13,4%.3

Sebagai unit organisasi bergerak dibidang pelayanan kesehatan, puskesmas berfungsi sebagai penyaring permasalahan kesehatan di masyarakat sebelum dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dermatitis kontak alergi di Puskesmas II

Denpasar Timur. Data yang didapat berguna untuk mengetahui gambaran penderita dermatitis kontak alergi di Puskesmas II Denpasar Timur dan dijadikan pertimbangan dalam upaya meningkatkan efektifitas pencegahan terhadap dermatitis kontak alergi.

METODE

Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Peneliti menghitung angka prevalensi dermatitis kontak alergi periode Januari 2013 sampai Desember 2013 menggunakan data sekunder yaitu catatan registrasi dan catatan perawatan di Puskesmas II Denpasar Timur. Teknik consecutive sampling dipilih untuk mendapatkan sampel. Pasien dengan diagnosa dermatitis kontak alergi pada catatan registrasi dan perawatan, langsung dimasukkan menjadi sampel penelitian. Data dikelompokkan sesuai variabel yang diteliti kemudian diinput ke Microsoft Excel 2007 untuk mengetahui distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan lokasi lesi.

Selanjutnya analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui profil dermatitis kontak alergi.

HASIL PENELITIAN

Profil Dermatitis Kontak Alergi

Dari 25 sampel yang diperoleh didapatkan sebanyak 9 (36 %) laki-laki dan 16 (64 %)

perempuan.

Tabel 1. Dermatitis Kontak Alergi

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase

Laki-Laki

9

36 %

Perempuan

16

64 %

Total

25

100%

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Usia

Usia

Jenis kelamin

Jumhh

W

Laki

W

Perempuan

W

<17 tahun

0

0%

2

8%

2

8%

17-24 tahun

2

8%

1

4%

3

12%

25-35 tahun

5

20%

9

36%

14

56%

>35 tahun

2

8%

4

16%

6

24%

Total

9

36%

16

64%

25

100%

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

Jumlah

Persentase

Tidak Bekerja

2

8%

Pelajar

9

35%

Pegawai Kantor

3

12%

Wirausaha

11

45%

Total

25

100%

Distribusi Sampel Berdasarkan Lokasi Lesi

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Lokasi

Lesi

Lokasi Lesi

Jumlah

Persentase

Tangan

18

72%

Kaki

1

4%

Wajah dan Leher

1

4%

Telinga

1

4%

Bokong

4

16%

Total

25

100%

Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia

Dalam penelitian ini sampel dibagi menjadi 4 kelompok yaitu usia kurang dari 17 tahun, 17 tahun hingga 24 tahun, 25 tahun hinnga 35 tahun dan diatas 35 tahun.8 Jumlah penderita terbanyak pada rentang usia 25 hingga 35 tahun dengan jumlah 14 orang (56%) dan jumlah penderita paling

sedikit pada usia kurang dari 17 tahun dengan jumlah 2 orang (8%). Seperti pada Tabel 2.

Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan

Peneliti membagi pekerjaan sampel menjadi 4 kategori, yaitu tidak bekerja, pelajar, pegawai kantor, dan wirausaha.

PEMBAHASAN

Dermatitis kontak alergi merupakan reaksi imunologis kulit terhadap paparan alergen yang akan mengaktivasi sistem imun didapat dari antigen spesifik, sehingga terjadi inflamasi kulit aktibat diaktifkan efektor sel T.4 Eritema berbatas tegas, gatal, dan edema merupakan keluhan awal yang dialami orang terpapar alergen.1 Dermatitis kontak alergi dapat disebabkan oleh bahan-bahan seperti nikel, perak, pengawet, pewarna, berbagai jenis tumbuhan seperti rumput, bunga, sayur, dan buah.4,5

Diagnosis dermatitis kontak alergi ditegakkan melalui manifestasi klinis dengan dukungan anamnesis, dan test kulit epikutan menggunakan chamber method untuk mengetahui jenis substan yang menyebabkan alergi. Rasa gatal, vesikel, inflamasi, dan bentukan spongiosa ditemukan pada anamnesis riwayat dermatitis kontak alergi.6

Berdasarkan hasil pencatatan registrasi Puskesmas II Denpasar Timur pada rentang periode Januari 2013 hingga Desember 2013 diperoleh penderita dermatitis kontak alergi 25 kasus.

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa dermatitis kontak alergi lebih tinggi pada wanita yaitu 64% dibandingkan dengan laki-laki yaitu 36%. Hal ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Nuraga dkk (2008) mengenai jumlah penderita dermatitis kontak alergi lebih banyak pada perempuan yaitu 70% dibandingkan dengan laki-laki yaitu 30%. Namun terdapat perbedaan karakteristik sampel pada kedua penelitian ini. Sampel yang digunakan Nuraga dkk merupakan pekerja perekat kabel otomotif yang berbahan dasar resin dan berhubungan dengan logam.7

Distribusi sampel menurut kelompok usia menunjukkan kelompok usia terbanyak rentang 25 tahun hingga 35 tahun (56%) menderita dermatitis kontak alergi.

Lokasi lesi dermatitis kontak alergi terbanyak pada tangan yaitu 72%. Lokasi lesi pada tangan karena tangan merupakan anggota tubuh yang kontak langsung dengan alergen bila tidak menggunakan alat pelindung diri saat melakukan pekerjaan yang berisiko. Lokasi dermatitis kontak alergi di bokong dengan persentase 16%. Penyebab tersering akibat penggunaan diaper. Menurut Sardoglu (2010) dermatitis yang terletak di bokong serupa dengan istilah diaper dermatitis. Pada diaper dermatitis, kulit yang awalnya dengan

kelembaban normal menjadi lebih lembab sehingga fungsi lapisan kulit rusak dan penetrasi zat iritan dan mikroorganisme menjadi lebih mudah. Gejala klinis yang ditemukan berupa eritema pada daerah bokong, pubis, dan femur.8

Penderita dermatitis kontak alergi terbanyak dialami oleh para wirausaha dengan persentase 45%. Hal ini didukung dengan penelitian cross sectional menurut Angkit Oktaviani (2009) mengenai analisa dermatitis kontak pada karyawan pencuci botol yang menggunakan 50 responden dengan hasil tidak terdapat hubungan bermakna antara tindakan yang dilakukan, tingkat pengetahuan, dan masa kerja dengan angka kejadian dermatitis kontak. Namun lain halnya dengan penelitian menurut Fatma (2007) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada karyawan dengan hasil terdapatnya hubungan bermakna antara dermatitis kontak dengan jenis pekerjaan, usia, dan lama bekerja.9,10

Menurut McCunney (1988), status kesehatan kerja dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkungan kerja, perilaku pekerja, pelayanan kesehatan kerja, dan faktor genetik. Lingkungan kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh dari keempat faktor tersebut. Jenis pekerjaan terbanyak pada pasien di Puskesmas II Denpasar Timur adalah wirausaha yang secara umum meliputi pedagang canang dan ibu rumah tangga. Pekerjaan ini memungkinkan subjek kontak dengan bahan-bahan penyebab alergi seperti berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai serbuk alergen, rumput, bunga, dan sayuran sehingga menyebabkan alergi.11

SIMPULAN

Perbandingan persentase penderita dermatitis kontak alergi pada wanita mencapai 64% dibandingkan dengan laki-laki 36%. Menurut kelompok usia, dermatitis kontak alergi terbanyak berada rentang usia 25 hingga 35 tahun dengan persentase 56%. Jenis pekerjaan yang tersering menyebabkan dermatitis kontak alergi adalah wirausaha. Tangan merupakan lokasi tersering dikeluhkan mengalami dermatitis kontak alergi sebanyak 72%.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : Pengisian catatan register hendaknya lebih lengkap terutama mengenai data dasar pasien serta penulisan yang lebih rapi untuk memudahkan mengevaluasi data, perlu pemberian edukasi pada pasien untuk melakukan pemantauan kesembuhan mengenai pengobatan yang sudah diberikan, perlu dilakukan tindakan pencegahan terjadinya dermatitis kontak alergi dengan upaya menggunakan alat pelindung diri seperti sarung

tangan saat melakukan pekerjaan yang berisiko menyebabkan dermatitis.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Taylor, J.S et al. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Dalam Wolff, K. et al (penyunting). Occupational Skin Disease Due To Irritants and Allergen. Selected reading, hlm 2105-2110. USA : Mc Graw Hill

  • 2.    James, W.D et al. (2006). Contact Dermatitis dalam Andrews’ Disease of The Skin Clinical Dermatology. 6th ed. Elsevier : UK.

  • 3.    Lesthari NNI, Karmila IGAD, Wardhana M, Adiguna MS. (2005). “Pola Penyakit Dermatitis Kontak pada Pekerja Industri yang Dilakukan Tes Tempel di RSUP Sanglah Denpasar Bali”, Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNUD/RSUP Sanglah.

  • 4.    Djuanda. Suria dan Sri Adi Sularsito. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FK UI

  • 5.    Diepgen, T. L. (2011).  Occupational Skin

Disease”, JDDG Journal of German Society of Dermatology 10 CME Article, pp.297-315

  • 6.    Ale, Iris S. and Howard A. Malbach (2010). “Diagnostic Approach In Allergic and Irritant Contact Dermatitis”, Vol 6 (2) : 291-310 . available                    at                    :

http://www.medscape.com/viewarticle/719914_ 3 [Accessed: 2014, Februari 1]

  • 7.    Nuraga, W., dkk. (2008). “Dermatitis Kontak Pada Pekerja Yang Terpajan Dengan Bahan Kimia Di Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat”, Makara Kesehatan. Vol 12 : 63-69

  • 8.    Sardoglu, S. (2010). “Diaper Dermatitis (Napkin Dermatitis)”, Journal of The Turkish Academy Dermatology. J Tuck Acad Dermatol : 4

  • 9.    Oktaviani A. (2009). “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Iritan pada Karyawan Pabrik Pengolahan Aki Bekas di Lingkungan Industri Kecil (Lik) Semarang”, Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

  • 10.    Lestari F, Utomo HS (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

  • 11.    McCunney, Robbert J. (1988). Handbook of Occupational Medicine. The American Occupational Medical Asociation. USA. Melalui : http://books.google.co.id/

3

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum