ISSN: 2303-1395

E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.11, NOVEMBER, 2016

IDENTIFIKASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI SEROTIPE 0157 DENGAN MEDIA SORBITOL MAC CONKEY AGAR (SMAC) PADA

JAMU BERAS KENCUR DARI PEDAGANG JAM GENDONG DI KOTA DENPASAR

I Kadek Serisana Wasita1, I Made Agus Hendrayana2

  • 1    Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 2    Bagian Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Jamu beras kencur masih sering dikonsumsi sebagai minuman kesehatan, minimnya pengawasan serta kurang higenisnya proses pembuatannya, tidak menutup kemungkinan terjadinya kontaminasi E.coli pada minuman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontaminasi dan serotipe E.coli pada jamu beras kencur yang dijual oleh pedagang jamu gendong di kota Denpasar. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan rancangan studi eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan dengan dengan metode non-probability sampling yaitu consecutive sampling, dengan mendapatkan sepuluh sampel dari empat kecamatan di kota Denpasar. Sampel dicampur dengan media pengaya Tryptic Soy Broth (TSB) dan dibiakkan pada media MacConkey dan Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Hasil koloni diperiksa dengan pengecatan gram dan identifikasi serotipe menggunakan media Sorbitol-MacConkey agar (SMAC). Hasil penelitian ditemukan empat dari sepuluh sampel jamu beras kencur (40%) positif terkontaminasi E.coli, sedangkan untuk E.coli serotipe O157 tidak ditemukan di kesepuluh sampel. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai jamu beras kencur dengan sampel yang lebih besar.

Kata kunci: Escherichia coli, jamu beras kencur, SMAC

ABSTRACT

Jamu beras kencur still consumed as a health drink, lack of supervision and hygiene of the manufacturing process, make it possible for E.coli to contaminate that health drink. This study aims to determine the contamination and serotype of the E.coli bacteria in jamu beras kencur sold by jamu gendong seller in Denpasar. Design of the study is descriptive observational with exploratory design. Sampling process was done by non-probability sampling method that is consecutive sampling, in which ten of jamu beras kencur samples obtained from jamu gendong seller in four districts in Denpasar. Jamu specimens than mixed with Triptic Soy Broth (TSB) and inoculating on MacConkey media and Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Colonies that obtained then examined with gram staining and serotype identification using Sorbitol-MacConkey Agar (SMAC). The final result, four of ten (40%) samples suspected positive contaminated with E.coli, whereas O157 serotype of E.coli not found in the ten samples. Further research is needed regarding jamu beras kencur with larger sample.

Keywords: Escherichia coli, jamu beras kencur, SMAC

PENDAHULUAN

Jamu masih banyak dikonsumsi oleh wisatawan maupun masyarakat Indonesia itu sendiri hingga saat ini. Tercatat pada tahun 2007 angka penggunaan obat tradisional salah satunya jamu meningkat, bukan hanya sekedar tren back to nature, namun juga dikarenakan cara mendapatkan yang mudah dan harganya yang murah. Salah satunya adalah beras kencur, masyarakat beranggapan bahwa jamu ini baik untuk kesehatan mereka. Selain itu jamu ini juga dapat dikonsumsi oleh berbagai kelompok usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan serta mudah didapat dari pedagang jamu gendong. Jamu gendong sendiri biasanya dikemas dalam botol tanpa penandaan sehingga memungkinkan

siapa saja dapat memproduksi jamu ini. Hal ini menyebabkan sulitnya untuk mengontrol kualitas dari proses produksi hingga sampai dinikmati masyarakat. Tidak higienisnya pemilihan bahan, proses pembuatan, pengemasan, hingga penyajian memungkinkan jamu untuk terkontaminasi bakteri. Air menjadi suatu hal yang penting dalam proses pembuatan jamu, sehingga jika terjadi kontaminasi bakteri patogen maka dapat memberikan resiko signifikan pada kesehatan.1,2

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktariani Gulo mengenai pemeriksaan cemaran bakteri E.coli. dari lima sampel jamu yang didapat dari pedagang jamu gendong di Medan, ditemukan bahwa ada satu sampel jamu gendong yang didalamnya

terdapat cemaran E.coli. Beberapa penelitian lain mengenai jamu gendong yaitu yang ditemukan oleh Karinda pada tahun 2004 bahwa dari 40 sampel jamu gendong yang didapat di sepuluh pasar di Kota Semarang, 22 terkontaminasi E.coli. Sri Sulistyorini pada tahun 2003 memeriksa mikroba pada sampel jamu di Kota Semarang didapatkan 42,85% jamu tercemar bakteri E.coli.3,4

Infeksi E.coli dikatakan merupakan penyebab utama diare di negara berkembang. Penyakit yang masih sering terjadi ini diakibatkan oleh makanan yang terkontaminasi bakteri, sehingga perlu mendapat perhatian. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011 diare akibat infeksi menjadi penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien rawat inap, yaitu sebanyak 92.278 kasus dengan angka kematian sebesar 1,92 %. Selain itu berdasarkan data RISKESDAS tahun 2007 penyebab kematian tertinggi pada balita disebabkan oleh diare.4,5,6

E.coli merupakan bakteri flora normal di saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Dianggap sebagai permasalahan kesehatan masyarakat yang serius setelah pada tahun 1982 menyebabkan outbreak atau wabah di Amerika. E.coli serotipe O157 merupakan jenis yang paling sering menyebabkan penyakit yang bersumber dari makanan terkontaminasi, produk olahan daging, dan susu yang yang tidak dipasturisasi. Untuk mengidentifikasi jenis bakteri ini dapat digunakan media Sorbitol Mac Conkey Agar (SMAC).7,8,9

Belum adanya data ataupun penelitian mengenai kontaminasi E.coli serotipe O157 pada produk minuman jamu, sehingga membuat peneliti merasa perlu untuk untuk melakukan penelitian mengenai identifikasi E.coli terutama serotipe O157 pada jamu beras kencur yang dijual oleh pedagang jamu gendong di kota Denpasar.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan rancangan studi eksploratif. Dengan menggunakan sampel jamu beras kencur yang dijual oleh pedagang jamu gendong di kota Denpasar dengan jumlah sampel yang dipergunakan adalah sepuluh sampel diambil dari empat kecamatan di kota Denpasar, dengan distribusi berbeda diurut berdasarkan jumlah penduduk. Sampel diambil dengan salah satu metode non-probability sampling yaitu consecutive sampling. Sampel yang memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.10,11

Jamu beras kencur dibeli dari pedagang tanpa mencampur dengan jamu lainnya dengan menggunakan botol kemasan dari pedagang itu sendiri dan diberi label tanpa memanipulasi sampel atau aseptik, sehingga didapatkan sampel murni dari populasi. Jumlah sampel yang harus didapat dari masing-masing pedagang jamu gendong adalah minimal 100 ml. Untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikrobiologis di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.8

Proses Kultur dan Identifikasi E.coli

Kesepuluh sampel jamu yang didapat selanjutnya akan dicairkan sebanyak 25 ml dicampur dengan 225 ml atau 1:10 larutan Tryptic Soy Broth (TSB). Larutan dihomogenkan selama 30 detik, untuk kemudian diinkubasi pada suhu 37oC kurang lebih selama 18-24 jam. Hasil pada TSB siap diinokulasi pada media MacConkey. Sampel dioleskan dengan menggunakan ose pada media, pengolesan dilakukan dengan metode quadrant streak metode B dan diinkubasi pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam dengan posisi cawan yang terbalik. Jika media berubah warna menjadi merah muda sampai merah maka koloni E.coli dikatakan positif. Subkultur bakteri dilakukan dengan tujuan untuk memurnikan lagi bakteri yang sudah di MacConkey. Prosedur ini dilakukan pada hasil penanaman bakteri pada media MacConkey yang memberikan hasil lebih dari satu koloni. Prosedurnya diambil satu ose sampel dari MacConkey, kemudian dilakukan penanaman pada media MacConkey yang masih steril dan diinkubasi dengan metode yang sama pda MacConkey sebelumnya. Dari MacConkey yang memberikan hasil satu warna koloni bakteri ataupun dari hasil subkultur MacConkey, diambil titik koloni yang berwarna merah muda ataupun merah dengan menggunakan ose, lalu ditanam pada media lempeng selektif Eosin Methylene Blue Agar (EMBA). Setelah dilakukan penanaman, media diinkubasi pada suhu 37oC selama kurang lebih 24 jam dengan posisi cawan yang terbalik. Diamati koloni spesifik yang tumbuh (koloni hijau kilap logam dengan bintik biru kehijauan di tengahnya).12,13,14,15

Pengecatan Gram

Pengecatan gram dilakukan sebelum sampel diinokulasi pada media EMBA, dengan tujuan mengidentifikasi gram dan bentuk bakteri yang sudah tumbuh. Dengan menggunakan ose steril diambil sedikit koloni lalu dibuat lapisan tipis di atas kaca objek steril yang sebelumnya sudah ditetesi akuades. Setelah kering, lakukan fiksasi dengan menyentuhkan permukaan sebelah bawah kaca objek tiga kali berturut-turut pada permukaan api Bunsen, agar hapusan bakteri tidak tersapu pada saat pengecatan dilakukan. Selanjutnya diberikan larutan gentian violet dan tunggu 20-60 detik dan cuci dengan air mengalir dengan arah hampir sejajar dengan aliran air untuk mengurangi kehilangan bakteri akibat pencucian. Kemudian diberi larutan lugol iodin sebagai mordan untuk meningkatkan afinitas sel terhadap pengecatan yang dilakukan dan dibiarkan selama satu menit lalu cuci dengan air mengalir. Preparat selanjutnya didekolorisasi dengan alcohol 95% jangan terlalu banyak didekolorisasi dan selanjutnya cuci dengan air mengalir. Setelah itu diberi air fuchsin selama 45 detik lalu cuci dengan air mengalir. Keringkan dan teteskan minyak imersi untuk selanjutnya siap diamati di bawah

2

mikroskop dengan menunjukan hasil batang berwarna

Hasil Kultur dan Identifikasi E.coli

merah muda (batang gram negatif).16

Sampel jamu beras kencur yang didapat lalu

dicampur dengan Tryptic

Soy Broth (TSB). Dari

Identifikasi E.Coli Serotipe O157

pengamatan

didapatkan hasil pada table 2 yaitu

Identifikasi E. Coli O157 dilakukan dengan

kesepuluh sampel setelah dicampurkan dengan larutan

penanaman pada media Sorbitol-Mac Conkey agar

TSB menunjukkan warna keruh. Hal tersebut

(SMAC).

Setelah diinokulasi, media diinkubasi pada

menunjukan

bakteri telah

tumbuh, semakin keruh

suhu 35-37oC selama 16-24 jam. Koloni E. Coli O157

warnanya semakin banyak bakteri yang tumbuh.

pada SMAC akan terlihat bening (colourless) atau

sedikit keabu-abuan dengan diameter sekitar 1-2mm.17

Tabel 2 Hasil penumbuhan sampel pada media

Tryptic Soy Broth (TSB)

HASIL PENELITIAN

No

Kode Sampel

Hasil Pada

Hasil Pengambilan Sampel

Tryptic Soy

Pengambilan sampel sebanyak sepuluh sampel

Broth

dari keempat kecamatan di kota Denpasar. Data kode

1

JA1

Keruh (+)

dan lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada table

2

JA2

Keruh (+)

1.

3

JA3

Keruh (+)

4

JA4

Keruh (+)

Tabel 1 Kode Sampel dan Lokasi Pengambilan

5

JA5

Keruh (+)

Sampel

6

JA6

Keruh (+)

No

Kode Sampel

Lokasi

7

JA7

Keruh (+)

1

JA1

Denpasar Barat

8

JA8

Keruh (+)

2

JA2

Denpasar Barat

9

JA9

Keruh (+)

3

JA3

Denpasar Barat

10

JA10

Keruh (+)

4

JA4

Denpasar Timur

5

JA5

Denpasar Timur

Selanjutnya semua

sampel dilakukan kultur

6

JA6

Denpasar Utara

pada media MacConkey yang dapat dilihat pada table

7

JA7

Denpasar Utara

3. Perlu diperhatikan jumlah jenis koloni, warna, dan

8

JA8

Denpasar Selatan

gambaran makroskopisnya.

Gambaran makroskopis

9

JA9

Denpasar Selatan

yang dimaksud termasuk

bentuk koloni (sirkuler,

10

JA10

Denpasar Selatan

ireguler), bentuk berupa peninggian (datar, cembung),

gambaran ukurannya.18

permukaannya

(halus,   kasar),   dan

Tabel 3 Hasil penanaman bakteri pada media MacConkey agar

No

Kode Sampel

Jumlah dicurigai koloni

Warna temuan koloni

Gambaran makroskopis

1

JA1*

2

Merah

Kuning

Cembung, mengkilat, halus, kecil Cembung, mengkilat, halus, kecil

2

JA2*

2

Merah

Kuning

Cembung, mengkilat, halus, kecil Datar, mengkilat, halus

3

JA3*

2

Merah

Kuning

Cembung, mengkilat, halus, kecil Cembung, mengkilat, halus, kecil

4

JA4

2

Merah

Kuning

Cembung, mengkilat, halus, kecil Cembung, mengkilat, halus, kecil

5

JA5

2

Merah

Kuning

Cembung, mengkilat, halus, besar, mukoid Cembung, mengkilat, halus, kecil

6

JA6

1

Merah

Cembung, mengkilat, halus, kecil

7

JA7*

2

Merah kuning

Cembung, mengkilat, halus, kecil Datar, mengkilat, halus, sedang

8

JA8*

1

Kuning

Tidak dapat diidentifikasi

9

JA9*

2

Merah

Kuning

Cembung, mengkilat, halus, kecil Tidak dapat diidentifikasi

10

JA10*

1

Kuning

Tidak dapat diidentifikasi

Catatan: Kecil : berukuran < 3 mm

Besar : berukuran >3 mm

* : perlu dilakukan subkultur

3

Dari MacConkey selanjutnya akan dilakukan subkultur untuk menunggalkan jenis koloni bakteri. Diambil titik koloni merah pada MacConkey lalu dilakukan penanaman kembali pada media MacConkey yang baru dengan perlakuan yang sama seperti sebelumnya. Subkultur hanya dilakukan pada hasil MacConkey yang menunjukkan warna merah dan kuning, serta yang tidak ditemukan koloni merah tunggal. Sampel yang perlu dilakukan subkultur adalah JA1, JA2, JA3, JA7, JA9. Pada sampel dengan kode JA4, JA5 dan JA6 tidak dilakukan subkultur karena sudah dianggap ada koloni merah. Ketiga sampel ini akan lanjut ke pengecatan gram dan EMBA. Sedangkan pada sampel JA8 dan JA10, kemungkinan terdapat koloni yang tumbuh, akan tetapi dikarenakan media yang basah sehingga sulit untuk mengidentifikasi koloni, sehingga perlu dilakukan subkultur untuk mengkonfirmasi koloni secara lebih spesifik. Hasil subkultur dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hasil subkultur pada media MacConkey

No

Kode Sampel

Hasil pada media subkultur MacConkey

1

JA1

Koloni merah (+)

2

JA2

Koloni merah (+)

3

JA3

Tidak ada koloni merah (-)

4

JA7

Tidak ada koloni merah (-)

5

JA8

Tidak ada koloni merah (-)

6

JA9

Koloni merah (+)

7

JA10

Tidak ada koloni merah (-)

Untuk Mengkonfirmasi bahwa koloni merupakan bakteri batang gram negatif yang merupakan ciri dari bakteri E.coli maka dilakukan pengecatan gram. Lalu diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x. Hasil pengecatan gram dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil pengecatan gram setelah dilihat menggunakan mikroskop

No

Kode sampel

Gram

Bentuk

1

JA1

Gram negatif

Batang

2

JA2

Gram negatif

Batang

3

JA3

Gram negatif

Batang

4

JA4

Gram negatif

Batang

5

JA5

Gram negatif

Batang

6

JA6

Gram negatif

Batang

7

JA7

Gram negatif

Batang

8

JA8

Gram negatif

Batang

9

JA9

Gram negatif

Batang

10

JA10

Gram negatif

Batang

Koloni yang dicurigai E.coli

Sampel dari media subkultur MacConkey yang menunjukkan koloni merah (JA1, JA2, JA9) dan tiga sampel yang menunjukkan koloni merah pada media MacConkey pertama (JA4, JA5, JA6) selanjutnya akan ditanam pada media EMBA. Diamati adanya koloni hijau kilap logam yang diitunjukkan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hasil subkultur bakteri pada EMBA

No

Kode Sampel

Koloni hijau kilap logam

1

JA1

Ada (+)

2

JA2

Tidak ada (-)

3

JA4

Ada (+)

4

JA5

Tidak ada (-)

5

JA6

Ada (+)

6

JA9

Ada (+)

Hasil Identifikasi bakteri E.coli serotipe O157

Untuk Mengidentifikasi bakteri E.coli serotipe O157 dilakukan penanaman pada media Sorbitol-Mac Conkey agar (SMAC) dengan mengambil koloni berwarna hijau kilap logam pada. Koloni E. Coli O157 pada SMAC akan terlihat bening (colourless).

Tabel 5.7 Hasil penanaman sampel pada media SMAC

Warna bening

No

Kode Sampel

pada media SMAC

1

JA1

Tidak ada (-)

2

JA4

Tidak ada (-)

3

JA6

Tidak ada (-)

4

JA9

Tidak ada (-)

DISKUSI

Pada penelitian ini, proses kultur dan identifikasi E.coli menggunakan dua media agar yang berbeda dan bertahap dikarenakan pada media MacConkey hanya bersifat selektif dan diferensiasi hanya pada bakteri gram negatif yang memfermentasi laktosa maupun tidak memfermentasi laktosa. Selain E.coli, bakteri Enterobacter spp dan Klebsiella spp juga merupakan bakteri gram negatif yang memfermentasi laktosa, sehingga kemungkinan memperlihatkan karakteristik koloni yang hampir sama pada media MacConkey. Sehingga hasil koloni merah pada MacConkey perlu dilanjutkan dengan pengecatan gram dan penanaman menggunakan media EMBA untuk meningkatkan kemungkinan bahwa koloni yang tumbuh meerupakan koloni E.coli. EMBA merupakan media yang selektif dan mampu mendiferensiasi bakteri coliform atau fecal coliform yaitu E.coli.18

Dari sepuluh sampel jamu beras kencur yang didapat, empat dari sepuluh (40%) menunjukkan hasil positif terkontaminasi bakteri E.coli. Hal serupa juga dilaporkan oleh Oktariani Gulo melalui penelitiannya yang menemukan satu dari lima sampel jamu beras kencur yang dijual oleh pedagang jamu gendong di Medan pada tahun 2011. Dikatakan kemungkinan kontaminasi berasal dari air yang digunakan untuk proses pembuatan jamu, udara kontaminan yang didapat ketika proses penjualan, dan lokasi berjualan yang tidak bersih.3

E.coli serotipe O157 tidak ditemukan pada penelitian ini. Salah satu jurnal yang ditulis oleh March dan Ratnam mengenai penggunaan SMAC dalam identifikasi E.coli serotipe O157, mengatakan bahwa

4

SMAC memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 85%. Kemungkinan hasil koloni hijau kilap logam pada media EMBA merupakan koloni E.coli serotipe non-O157. CDC menyatakan kebanyakan bakteri E.coli serotipe non-O157 mampu memfermentasi sorbitol, sehingga nampak berwarna merah pada SMAC.9,19

Kontaminasi Bakteri E.coli pada jamu beras kencur yang dijual oleh pedagang jamu keliling ini kemungkinan berasal dari bahan baku, proses pembuatan, penjualan, dan penyajian. Dari bahan baku, yang kemungkinan dapat mengkontaminasi adalah tempat penyimpanan bahan baku yang tidak bersih dan tertutup seperti diletakkan di lantai ataupun lemari terbuka tidak akan melindungi bahan baku dari hama seperti tikus, serangga, dan hewan lainnya. Akan tetapi kemungkinan jamu tercemar E.coli dari proses penyimpanan bahan baku ini rendah karena bahan baku seperti air, gula, dan asam sudah melalui proses perebusan dengan air mendidih, dan beras yang digunakan sudah melalui proses sangan, sehingga E.coli yang hanya dapat hidup maksimal pada suhu 46oC akan mati melalui proses tersebut. Kemungkinan lainnya berasal dari proses pembuatan. Proses pembuatan sebelum melalui proses sangan dan pendidihan memiliki kemungkinan yang rendah untuk mengkontaminasi, sedangkan proses pembuatan setelah melalui proses sangan dan pendidihan, seperti penumbukkan beras masih mungkin untuk mengkontaminasi. Dikarenakan hasil dari rebusan air, gula, dan, asam tersebut didinginkan terlebih dahulu baru dicampurkan dengan hasil tumbukkan beras. Tidak bersihnya air yang digunakan untuk mencuci alat tumbuk memungkinkan terjadinya proses kontaminasi. Selain itu, proses pengemasan jamu ke dalam botol-botol yang digunakan untuk berjualan juga dapat memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi. Botol-botol yang tidak dicuci dengan bersih ataupun yang dicuci menggunakan air tidak bersih dan tanpa menggunakan sabun cuci, dapat menjadikan botol tersebut sebagai tempat kontaminasi. Pada proses penjualan yang dapat menjadi sumber kontaminan adalah penggunaan air yang sudah terkontaminasi untuk mencuci gelas bekas yang sebelumnya sudah digunakan, penggunaan botol, serta penggunaan lap yang sudah tidak bersih. Selain itu, buruknya higienitas tempat berjualan juga dapat menjadi sumber kontaminan. Beberapa pedagang jamu gendong ada yang berjualan di pasar tradisional dengan lingkungan yang kurang bersih. Lalat dan serangga lainnya dapat menjadi vektor E.coli dalam proses kontaminasi bakteri. Selain E.coli juga ditemukan bakteri jenis lain yang tumbuh pada media MacConkey, hal ini memungkinkan kontaminasi melalui udara ketika proses penjualan yang dilakukan oleh pedagang yang berjualan di pinggir jalan. Hal ini sesuai dengan laporan Zulaikhah pada tahun 2005 melalui penelitiannya mengenai faktor yang berhubungan dengan pencemaran mikroba pada jamu gendong di Semarang, menunjukkan bahwa cemaran pada bahan

baku, kurang baiknya proses pengolahan dan penyajian, perlakuan terhadap alat-alat yang kurang higienis, dan lingkungan tempat tinggal pedagang jamu serta tempat berjualan yang kurang baik merupakan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi cemaran mikroba pada jamu gendong. Semua proses tersebut sepatutnya menjadi perhatian bagi para pelaku pedagang jamu gendong agar tidak lagi ditemukan bakteri kontaminan pada jamu yang mereka jual. Adanya bakteri patogen seperti E.coli dapat merugikan pembeli. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No:661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional pada sari jamu yang digunakan sebagai obat dalam perlu diwaspadai kontaminasi mikroba patogen seperti E.coli, mikroba tersebut tidak boleh terkandung dalam obat tradisional.5,20

SIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh jamu yang dijual oleh pedagang jamu gendong di empat wilayah kecamatan kota Denpasar didapatkan empat (40%) dari sampel penelitian tercemar bakteri E.coli dan tidak ada yang tercemar bakteri E.coli serotipe O157.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kontaminasi E.coli dan E.coli serotipe O157 dalam makanan dan minuman terutama jamu beras kencur di kota Denpasar dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan skala geografis yang lebih luas sehingga lebih representatif, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Serta perlu dilakukan uji laboratorium yang lebih definitif mengingat dalam penelitian ini uji yang dilakukan masih terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Hermanto N, Subroto M A. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2007.

  • 2.    Farasat T, Bilal Z, F Yunus. Isolation and biochemival identification of Escherichia coli from wastewater effluents of food and beverage industry. Journal of Cell and Molecular Biology, 10(1); 13-18. 2012.

  • 3.    Gulo, Oktariani. Pemeriksaan Cemaran Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus pada Jamu Gendong dari Beberapa Penjual Jamu Gendong. Skripsi.Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan. 2011.

  • 4.    Hung B V. The most common cause of and risk factors for diarrhea among children less than five years of age admitted to Dong Anh Hospital, Hanoi, Northern Vietnam. Oslo: University of Oslo. 2006.

  • 5.    Zulaikhah S T. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencemaran Mikroba pada Jamu Gendong di Kota Semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 2005.

5

  • 6.  Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan

Indonesia Tahun 2012. Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi. Jakarta. 2012.

  • 7.  WHO. Enterohaemorrhagic Escherichia coli

(EHEC).            2014.            Melalui:

http://www.who.int/topics/escherichia_coli_infect ions/en/. Diakses pada 1 Februari 2014 (16.22).

  • 8.    Hendriksen R S. A global Salmonella surveillance and laboratory support project of the World Health Organization. Canada: CDC. 2013.

  • 9.    March S B, Ratnam S. Sorbitol-MacConkey medium for detection of Escherichia coli O157:H7 associated with hemorrhagic colitis. Journal of Clinical Microbiology, 3 (5): 869. 1986.

  • 10.    Ananta, Wijaya P, Dhinarananta, Yuniadi A, Agus H. Identifikasi Serotipe Bakteri Vibrio cholerrae Terisolasi dari Es Bahan Pengawet Ikan yang Digunakan oleh Pedagang Hasil Laut Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Kota Denpasar. 2011.                                   Melalui:

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/downl oad/5615/4259. Diakses pada 10 Februari 2014.

  • 11.    Sastroasmoro S, Ismael   S.   Dasar-dasar

Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-4. Indonesia: Sagung seto. Halaman 99-100. 2011.

  • 12.    Suwito W. Escherichia coli Verotoksigenik (VTEC) yang diisolasi dari Susu Sapi. JITV, Vol. 14(3): 237-243. 2009.

  • 13.    Arifah I N. Analisis Mikrobiologi pada Makanan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 2010.

  • 14.    Allen M E. MacConkey Agar Plates Protocols. 2013.                                   Melalui:

http://www.microbelibrary.org/component/resour ce/laboratory-test/2855-macconkey-agar-plates-protocols. Diakses pada 10 Februari 2014.

  • 15.    Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2010. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.Badan POM RI. 2008. Info POM. BPPOM RI. Maret, vol 9 (2): Jakarta. 2010.

  • 16.    Cappuccino J G, Sherman N. Microbiology a Laboratory Manual 8th ed. Pierson International Edition. New York. 2008.

  • 17.    Health Protection Agency. UK Standards for Microbiology Investigations Identification of Escherichia coli O157. HPA, 1-14. 2011.

  • 18.    Bailey W R, Scott E G. Diagnostic microbiology 13th ed. Mosby Company, St. Louis. 2013.

  • 19.    CDC. Laboratory-Confirmed Non-O157 Shiga Toxin-Producing Escherichia coli. 2007. Melalui: http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/ mm5602a2.htm. Diakses pada 10 Oktober 2014.

  • 20.    Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan    Republik    Indonesia    No:

661/MENKES/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat      Tradisional.      1994.      Melalui:

http://www.bpmpt.jabarprov.go.id/assets/data/arsi p/Kepmenkes_661-MENKES-SK-

VII1994_PERSYARATAN_OBAT_TRADISIO NAL.pdf. Diakses pada10 Februari 2014.

6

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum