PENGALAMAN REMAJA PUTRI SELAMA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLUNGKUNG I

Monica1, Sutarsa I Nyoman2

1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

2

2Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

ABSTRAK

Tingginya proporsi kehamilan di usia dini sangat berdampak dalam bidang kesehatan dan sosial remaja. Kunjungan kasus ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun di Puskesmas Klungkung I terus bermunculan dengan rentang proporsi 3,9%-5,17% setiap tahun sejak tahun 2010. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pengalaman remaja putri selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Klungkung I. Penelitian ini menggunakan rancangan peneltian deskriptif kualitatif. Sampel dipilih secara purposive. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam. Analisis data menggunakan metode analisis tematik. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Klungkung I pada tanggal 7 Agustus - 6 September 2014. Sebanyak 6 orang responden mengikuti penelitian dengan karakteristik usia 17, 18, 19 tahun dengan pendidikan terakhir SD, SMP dan SMA. Hasil penelitian menunjukkan pengalaman remaja putri selama menjalani masa kehamilan beragam dan bergantung pada situasi yang dialami oleh masing-masing remaja. Bagaimana remaja putri saat mengetahui kehamilan pertama kali mempengaruhi pengalaman remaja putri, tekanan personal, kepercayaan diri dan tekanan sosial selama kehamilan. Pengalaman yang dialami oleh remaja beragam dipengaruhi bagaimana situasi remaja putri saat mengetahui kehamilan pertama kali.

Kata kunci: remaja, kehamilan usia dini, pengalaman

EXPERIENCE OF YOUNG WOMEN WITH PREGNANCY IN KLUNGKUNG I PRIMARY HEALTH CARE COVERAGE

ABSTRACT

The high proportion of pregnancies at an early age greatly impact in the field of health and social teenagers. Visits cases of pregnant women with age less than 20 years in the health center Klungkung I kept popping with proportion range of 3.9% -5.17% per year since 2010. This research was conducted to find out how young women experience during pregnancy in Puskesmas Klungkung I. This study used a qualitative descriptive research design. Samples were selected purposively. Data were collected through interviews. Analysis of data using thematic analysis method. Research conducted at the health center first Klungkung on August 7 to September 6, 2014. A total of 6 respondents follow research by the characteristics of the age of 17, 18, 19 years with the last education elementary, junior high and high school. The results showed young women experiences during pregnancy were diverse and depend on the situation experienced by each adolescent. How young women to learn first pregnancy affects young women experience, personal stress, self-confidence and social pressure during pregnancy. Experience of adolescents is diverse and influenced by how the situation of young women learn their first pregnancy.

Keywords: adolescent, teen pregnancy, experience,

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan suatu fase dinamis dalam tumbuh kembang seorang individu dan sebagai suatu periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. WHO mendefinisikan remaja sebagai individu yang mencapai usia 10-19 et angka kehamilan penduduk perempuan dalam rentang usia 10-54 tahun di Indonesia adalah 2,68% dengan 0,02% pada umur kurang dari 15 tahun dan 1,97% pada usia 10-19 tahun.2,3

Tingginya proporsi kehamilan dini berdampak dalam bidang kesehatan, sosial, dan bagi remaja. Komplikasi yang terjadi selama kehamilan dan proses

persalinan merupakan penyebab tertinggi kematian wanita usia 15-19 tahun di negara – negara berpenghasilan sedang dan rendah.4 Setiap tahun diperkirakan 4 juta remaja melakukan aborsi dan sebanyak 67.000 perempuan meninggal karena aborsi yang tidak aman.5,6 Kehamilan dini juga membahayakan anak yang dilahirkan dimana tingkat kematian bayi dalam usia minggu pertama dan bulan pertama kehidupan meningkat 50% pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu berusia kurang dari 20 tahun dengan resiko yang semakin meningkat seiring dengan semakin mudanya ibu. Kehamilan dini juga dapat menimbulkan konsekuensi sosial seperti berhenti sekolah atau

dianggap merusak nama baik keluarga.4,7

Sampai saat ini, belum ada penelitian di Indonesia yang menilai bagaimana pengalaman remaja putri dalam menjalani masa kehamilan. Penelitian oleh Gyesaw dan Ankomah pada tahun 2013 di Ghana menggambarkan pengalaman remaja yang hamil dan menjadi seorang ibu dimana hampir sebagian besar remaja mengaku tidak mengetahui implikasi hubungan seksual dan hanya mencoba-coba yang kemudian berakhir menjadi kehamilan.8 Sedangkan penelitian-penelitian lainnya menemukan kenyataan yang berbeda dengan pandangan umum saat ini.8,9 Tenaga kesehatan berperan penting dalam merawat wanita hamil. Mengetahui pengalaman remaja putri selama kehamilan diharapkan dapat memberi terobosan baru bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan promosi bahaya perilaku seksual pra-nikah serta bagaimana tenaga kesehatan dapat mendampingi remaja selama kehamilan dan mendapatkan hasil obstetri yang baik bagi ibu dan bayi.

Dari tahun ke tahun selalu ditemukan kunjungan kasus remaja hamil di wilayah kerja Puskesmas Klungkung I. Pada pendataan terdapat kunjungan kasus remaja hamil berusia kurang dari 20 tahun pada tahun 2010 sebanyak 22 orang dan menjadi 27 orang di tahun 2011. Pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 24 orang, 30 orang pada tahun 2013 dan telah terdapat 13 orang remaja putri hamil pada Januari – Agustus 2014. Dari data tersebut didapatkan rentang proporsi ibu hamil berusia kurang dari 20 tahun yang mencapai 3,9% pada tahun 2010 dan tertinggi sebesar

5,17% di tahun 2013. Hal ini merupakan suatu kesenjangan yang terjadi pada lingkup kerja Puskesmas Klungkung I dimana penyuluhan bahaya perilaku seksual pra-nikah remaja sudah dilaksanakan secara berkala di tiap-tiap sekolah menengah pertama dan atas di wilayah kerja puskesmas.

Penulis telah menyampaikan bagaimana belum ditelitinya pengalaman kehamilan remaja, pentingnya mengetahui pengalaman remaja selama kehamilan, dan fenomena ibu hamil dengan usia di bawah 20 tahun di wilayah kerja Puskesmas Klungkung I. Dengan latar belakang tersebut, peneliti telah melakukan     penelitian     untuk

mengetahui pengalaman remaja putri selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Klungkung I.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Puskesmas Klungkung I pada tanggal 7 Agustus – 6 September 2014 menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif untuk menggambarkan pengalaman remaja putri selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Klungkung I. Penentuan sampel dilakukan secara non-random, yaitu dengan purposive sampling sesuai dengan tujuan studi. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri yang mengalami kehamilan di usia dini yaitu kurang dari 20 tahun. Responden yang dilibatkan adalah remaja putri di wilayah puskesmas Klungkung I yang mengalami kehamilan di usia dini (dipilih sejumlah 6 orang responden) dan telah menyetujui informed consent. Responden kemudian ditemui oleh peneliti dengan bantuan kader desa secara langsung dan dilakukan perjanjian terlebih dahulu mengenai

tanggal, waktu, dan tempat wawancara.

Dalam studi ini, kami mengeksplorasi pengalaman remaja putri secara mendalam dan detail berdasarkan perspektif beberapa orang yang berbeda. Responden tidak dikumpulkan pada tempat yang sama dan cara pengumpulan data melalui wawancara terhadap responden. Aktivitas wawancara akan direkam dengan alat perekam suara digital atas persetujuan responden untuk memastikan pengumpulan data yang lengkap dan akurat. Data yang diperoleh merupakan data primer dan wawancara terhadap responden dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.

Pedoman wawancara ini terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai variabel-variabel yang ingin dijelaskan dalam penelitian yaitu:

  • 1.    pengalaman saat pertama kali mengetahui kehamilan

  • 2.    perubahan selama kehamilan

  • 3.    tekanan personal

  • 4.    kepercayaan diri

  • 5.    tekanan sosial selama responden menjalani masa kehamilan

Data yang diperoleh dari hasil wawancara (pertanyaan dan jawaban wawancara) akan ditranskripsi oleh pewawancara dan dilakukan secara verbatim, kata per kata, mencakup semua gaya bahasa informal, dan ekspresi emosi selama wawancara. Selanjutnya data akan diberi kode (coding), dan dilakukan thematic analysis. Data hasil thematic analysis akan disajikan dalam bentuk deskripsi dalam laporan penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan enam orang remaja putri berusia kurang dari 20 tahun yang mengalami kehamilan selama tahun 2014 di wilayah kerja Puskesmas Klungkung I sebagai responden. Informasi dari keenam responden tersebut dianggap dapat mewakili aspek yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Berikut karakteristik responden penelitian (Tabel 1).

Pengalaman selama kehamilan adalah perasaan yang dirasakan oleh seorang wanita selama menjalani masa kehamilannya dan mempengaruhi kehidupan wanita tersebut.10 Dalam penelitian ini akan dibahas pengalaman selama kehamilan dari sudut pandang remaja putri. Pengalaman dinilai melalui beberapa aspek selama kehamilan yaitu apa yang dilakukan saat remaja mengetahui kehamilan pertama kali, bagaimana remaja menghadapi perubahan fisik dan psikologis selama kehamilan, apakah terjadi tekanan personal dan sosial, serta bagaimana kepercayaan diri seorang remaja putri dalam menjalani kehamilan di usia dini. Berdasarkan karakteristik responden yang berpartisipasi dalam penelitian didapatkan 5 orang responden yaitu R1, R3, R4, R5, dan R6 sudah menikah saat diwawancarai sementara R2 belum menikah. R1, R3 dan R6 mengalami kehamilan terlebih dahulu sebelum menikah, sedangkan R4 dan R5 telah menikah terlebih dahulu sebelum mengalami kehamilan.

Tabel 1. Karakteristik Responden

No.

Inisial

Umur (tahun)

Asal

Pendidikan terakhir

Status pernikahan

Status pekerjaan

Hamil ke-

Ket

1.

SU

17

Karangasem

SD

Menikah

Tidak

1

R1

2.

RA

17

Karangasem

SMP

Tidak

Tidak

1

R2

3.

LAK

18

Karangasem

SMP

Menikah

Tidak

1

R3

4.

DSA

18

Karangasem

2 SMA

Menikah

Tidak

1

R4

5.

KW

19

Karangasem

SMP

Menikah

Tidak

1

R5

6.

KA

19

Nusa Penida

SMA

Menikah

Bekerja

3

R6


Pengalaman saat mengetahui kehamilan pertama kali

Pada wawancara dengan responden didapatkan berbagai perasaan yang timbul saat mengetahui kehamilan mereka seperti merasa kaget, takut, dan senang. Perasaan yang berbeda-beda ini disebabkan adanya perbedaan situasi dalam mengalami kehamilan. Responden yang merasa takut dan kaget mengalami kehamilan di luar nikah dan tidak merencanakan kehamilan tersebut, sementara responden yang merasa senang sudah menikah terlebih dahulu atau sudah merencanakan

kehamilan tersebut.

Kaget, ini soalnya saya hamil duluan trus jadi abis itu langsung buru-buru nikah.

[R1]

Pas awal tau hamil sempat takut sih, gak berani ngomong sama ortu soalnya belum nikah udah hamil duluan

[R2]

Perasaannya ya seneng juga sih namanya juga pertama kali hamil. Saya kan uda nikah jadi emang mau hamil

[R5]

Walaupun terdapat responden yang merasa kaget, sebagian besar responden mengatakan menerima kehamilan secara langsung, tidak merasa marah, dan kebingungan

seperti yang ditemukan dalam beberapa studi di Ghana, Kenya, dan Kanada. Salah satu responden menjelaskan awalnya ia sempat tidak sadar akan kehamilannya, sementara tiga orang responden menyadari kehamilan segera setelah terlambat menstruasi dan dua responden mengetahui hal tersebut saat kehamilan berumur satu bulan. Lima dari enam orang responden baru memiliki kehamilan anak pertama, sementara salah satu responden tengah menjalani kehamilan ketiga saat ini. Seluruh responden memberitahu kabar kehamilan

mereka pertama kali kepada pasangan mereka kira-kira sehari setelah mereka mengetahui kehamilan tersebut. Kemudian baru memberitahukan kehamilan tersebut kepada orang lain, seperti ibu atau keluarga lainnya.

Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Gyesaw dan Ankomah yang menemukan remaja kebanyakan tidak mengetahui kehamilan mereka serta tidak mengharapkan terjadinya kehamilan. Disebutkan beberapa diantaranya bahkan tidak menyadari kehamilan tersebut sampai usia kehamilan memasuki trimester pertama, sementara sebagian lainnya sadar setelah tidak menstruasi seperti biasanya.8 Penelitian oleh Cordes dkk mengungkapkan terdapat

responden yang telah mengetahui kehamilannya di umur kehamilan 4 minggu, namun baru memberitahu hal tersebut kepada orang lain setelah kehamilannya berumur 8 bulan karena takut menjadi beban bagi keluarga.9 Belum ditemukan adanya pola tertentu bagi remaja dengan kehamilan dini mengenai kepada siapa ia bercerita pertama kali tentang kehamilan tersebut. Ada yang bercerita kepada sahabat, ibu kandung, atau ayah dari bayi yang dikandung. Sebagai dampak dari ketidaksiapan remaja dalam menghadapi kehamilan, akan muncul tekanan personal yang dibahas lebih lanjut pada sub pembahasan berikutnya.

Reaksi pasangan setelah mengetahui juga berbeda-beda. Saat diwawancara, lima dari enam orang responden sudah menikah dengan dua diantaranya menikah sebelum kehamilan, tiga lainnya merupakan pasangan yang bertanggungjawab setelah responden hamil sementara satu responden belum menikah.

Beberapa studi yakni Gyesaw dan Ankomah, Cordes dkk, Seamark, dan Lings menemukan reaksi dari pasangan remaja dengan kehamilan bervariasi. Sebagian besar bereaksi positif saat diberitahu mengenai kehamilan, bersikap mendukung dan siap menerima kehamilan. Namun terdapat pula yang menolak bertanggungjawab atas kehamilan tersebut.8,9,11 Hal ini ditemukan pada responden yang belum menikah dimana saat menginjak bulan ke-8 usia kehamilan, pasangan responden kabur, dan tidak diketahui keberadaannya sampai saat responden diwawancarai.

Pengalaman         mengalami

perubahan selama kehamilan

Responden mengalami perubahan yang berbeda-beda selama kehamilan walaupun sebagian besar diawali rasa mual dan muntah. Responden mengatakan mengalami perubahan fisik seperti pertambahan berat badan, payudara     yang     membesar,

peningkatan frekuensi buang air kecil serta memiliki rasa mengidam selama kehamilan. Sementara itu hanya satu orang responden yang mengalami emosi yang naik turun selama kehamilan. Aktivitas yang dilakukan responden juga cukup beragam, ada yang tetap beraktivitas seperti biasa, ada yang hanya beristirahat di dalam rumah dan berjalan-jalan di sore hari.

Terus waktu awal hamil sering sakit terus aja, gelem. Rasanya nggak mau makan, kepala pusing terus muntah-muntah terus. Makan teratur, ga bisa sampe kenyang soalnya kalo terlalu kenyang jadi sesak terus juga sering pipis.

[R1]

Awal hamil kayak blm hamil, biasa aja ringan gitu perutnya kan belum begitu besar. Makan aja trs pengen. Terus ada sih cepet marah tapi ntar nya biasa aja dah. Kadang malam suaminya datang, marah jadinya [R4]

Aktivitas biasa aja, ga gimana-gimana. Sama aja sih kayak sebelum hamil. Di rumah ya kerjanya beres – beres aja, kalo ngga ya tidur-tiduran

[R5]

Mengalami baik perubahan fisik maupun psikologis merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh wanita

yang hamil dimana perubahan ini diperlukan    untuk    membantu

beradaptasi    dan    mendukung

pertumbuhan   dan   kelangsungan

hidup bayi yang dikandung. Pada penelitian yang sama juga mengungkapkan partisipan yang mengalami perubahan psikologis seperti emosi labil, menjadi mudah marah dan lebih sensitif disertai nafsu makan yang tidak tentu.11 Remaja dengan kehamilan juga terkadang mempunyai keinginan khusus yaitu mengidam. Hal ini dirasakan oleh empat orang responden. Mengidam menurut Brown pada tahun 2011 disebabkan adanya perubahan dalam penciuman dan pengecapan rasa dimana terjadi peningkatan sensitivitas terhadap rasa pahit dan menurunnya sensitivitas terhadap rasa asin. Selain itu, juga terdapat teori yang menyatakan mengidam merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi diri dan bayi walaupun belum ada bukti khusus 12

yang mendukung teori ini.12

Dalam        menghadapi

perubahan tersebut, Nirmalasari dan Susilawati juga menemukan kebutuhan remaja putri untuk menerima dukungan berupa nasihat, motivasi, informasi baik berasal dari keluarga, teman ataupun tenaga kesehatan.13 Hal ini ditemukan pada responden seperti nasihat dan informasi yang berasal dari ibu responden, motivasi dari teman-teman dan diketahuinya informasi masa kehamilan, masa menyusui dan tumbuh kembang bayi dari buku panduan bagi ibu hamil.

Tekanan personal

Sebuah studi di Kenya menjelaskan bagaimana remaja yang menjalani kehidupan orangtua di usia dini

memiliki konsekuensi secara fisik, sosial dan emosional bagi pasangan dan anak mereka.14 Kebanyakan remaja hamil merasakan hal positif mengenai pengalaman mereka, walaupun mengalami kesulitan beradaptasi, mereka bangga dan merasa hal tersebut sudah sepantasnya dilakukan dalam langkah untuk menerima seorang anak.11

Pada awalnya, tiga orang responden menyatakan rasa sedih serta menyesal memiliki kehamilan di usia dini, walaupun kemudian rasa tersebut dikatakan menghilang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan kelahiran sementara tiga orang responden lainnya merasa senang selama kehamilan. Senada dengan hal yang ditemukan, Rahayu pada tahun 2014 menjelaskan bahwa sebagai dampak psikologis bagi remaja yang hamil di luar nikah akan mengalami perasaan ketakutan, kecewa, menyesal, dan rendah diri dengan dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak mau bertanggung jawab.15

Perasaan yang muncul bergantung pada situasi masing-masing responden. Perasaan sedih dan menyesal diungkapkan awalnya dirasakan karena kehamilan tersebut terjadi di luar pernikahan dan mengakibatkan responden harus secepatnya menikah, belum lagi kekecewaan ketika pasangan tidak mau bertanggungjawab atas kehamilan. Salah satu responden juga menyatakan sulitnya ia bergaul dengan teman sebayanya dan kebebasannya menjadi terbatas sejak hamil dan akhirnya melahirkan. Responden lainnya mengaku menyesal tidak bisa membahagiakan orangtuanya lantaran sudah menikah dan tinggal jauh dari kampung

halamannya. Responden yang menikah sebelum kehamilan menyatakan bahagia karena merasa beruntung sudah bisa memiliki anak di usia muda, jika dibandingkan banyak orang lain yang tidak bisa memiliki anak serta memang memiliki keinginan untuk hamil setelah menikah.

Gimanalah sedih rasanya kesel. Pas tau hamil perasaannya juga kesel soalnya kan jadi buru-buru nikah.Tapi ngga merasa terbebani sih, paling berasa takut aja pas ngelahirinnya susah soalnya ada kenalannya kayak gitu

[R1]

Seneng malahan kan dibilang kalau ga hamil kan ada yang bilang mandul mending bagusan punya anak duluan daripada nanti belum. Lebih baik punya anak duluan. Banyak kan orag kayak gitu belum punya anak.

[R4]

Pernah nyesel waktu pertama ngapain dulu pas masih muda kan bebas kesana kesini, sekarang kesana ga boleh kemana –mana harus bawa anak. Nyesel kawin muda, sampe sekarang masih ada perasaan gitu. Ketemu temen di senggol diajakin reunian kan masa saya bawa anak, dibilang jangan ke bawa anak, men dimana anak saya ditaruh. Sampe rumah ada perasaan, coba pidan ing keburu-buru nganten, bajang nu.

[R6]

Kepercayaan diri

Seluruh responden menyatakan rasa bangga dan beruntung telah memiliki kehamilan. Hal ini dirasakan responden dalam waktu yang

berbeda dimana pada responden yang telah menikah sebelum hamil, perasaan ini segera muncul. Namun bagi responden hamil sebelum menikah, perasaan sedih dalam tekanan personal yang sudah dibahas sebelumnya muncul terlebih dahulu, kemudian seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan kelahiran bayi, rasa percaya diri responden muncul. Beberapa responden juga mengungkapkan harapan menjalani proses kelahiran yang lancar dan anak mereka sehat.

Iya merasa beruntung. biar nanti suatu saat kalo kesepian ada anaknya yang bisa diajak ngobrol

[R1]

Bangga, kan namanya juga ada orang yang susah hamil tapi ini saya bisa langsung hamil. Terus kalo punya anak cowok kan bangga, tapi kalo ngga juga gapapa yang penting sehat aja.

[R5]

Seamark dan Cordes dkk mengungkapkan wanita hamil dituntut lebih bertanggungjawab terhadap hidup mereka sendiri serta bagaimana mereka dapat membuat keputusan. Hal inilah yang membuat remaja merasakan perubahan identitas menjadi seorang dewasa.9,11 Sama halnya dengan studi tersebut, kehamilan juga menjadi salah satu cara responden untuk menjadi lebih dewasa seperti belajar mengurus rumah tangga dan keluarga, serta menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada keluarga. Keenam responden mengaku siap menjadi ibu bagi anak mereka.

Siap ga siap ya harus siap.

Namanya juga udah hamil, trus

kita kan juga udah nikah jadi ya harus siap.

[R5]

Salah satunya adalah dengan menjaga kesehatan diri dan kandungan. Beberapa cara responden untuk menjaga kesehatan adalah dengan mengonsumsi vitamin dan susu khusus untuk ibu hamil serta rutin mengontrol kehamilan di puskesmas. Sesuai dengan hal tersebut, kehamilan telah menjadi pengalaman positif dan membuka kesempatan yang baru dimana kehamilan dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja untuk dapat menjadi seorang ibu yang baik dan membuktikan kepada orang lain bahwa mereka mampu menjadi ibu yang baik. Studi di Kanada mengenai perubahan     perilaku     selama

kehamilan menemukan kebiasaan-

kebiasaan buruk wanita sebelum hamil berubah setelah dinyatakan

hamil. Sikap seperti  membaca,

berbelanja dan menonton juga disesuaikan sebagai persiapan bayi sekaligus menjadi kesempatan untuk bersikap sebagai ibu. Mengonsumsi makanan bernutrisi, berusaha menjadi sehat, datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk menerima perawatan      pre-natal      serta

menghentikan perilaku mengonsumsi alkohol, merokok dan obat-obat menjadi cara wanita hamil untuk menjaga kesehatan diri mereka dan bayi yang sedang dikandung.16

Tekanan sosial

Menurut hasil wawancara dengan responden, tidak terjadi tekanan oleh masyarakat di lingkungan sekitar seperti cemoohan oleh tetangga ataupun teman sebaya mereka. Walaupun demikian, salah satu responden tidak menyelesaikan sekolahnya dan hampir sebagian

besar responden berhenti bekerja disebabkan kehamilan yang mereka alami dengan  beberapa  alasan,

seperti ingin fokus terhadap keluarga. Salah satu    responden   juga

mengemukakan bahwa ia malah

mendapat dukungan dari teman-temannya selama masa kehamilan.

Sekarang uda diberhentiin dari sekolah. Dulu hamilnya pas lagi training di kelas dua, mau naik kelas tiga.

[R4]

Hal tersebut berbeda dengan beberapa studi yang ditemukan oleh peneliti       dimana      terdapat

kecenderungan remaja hamil merasa dihakimi oleh teman sebaya ataupun masyarakat di sekitar mereka.9 Salah satu stigma adalah bagaimana seharusnya wanita berusia muda belum hamil dan bagaimana remaja belum mampu menjadi ibu yang baik. Stigma ini sering menjadi suatu pengalaman negatif dan menjadi sumber stres dan isolasi bagi remaja hamil.16 Kebanyakan remaja yang menjadi ibu sulit untuk melanjutkan pendidikan mereka dimana hal ini berasal dari guru, orangtua dan 17

teman sekelas mereka.17

Lebih lanjut, salah satu penyebab tekanan sosial pada remaja hamil adalah memiliki ekspektasi berlebih kepada pasangan pria. Beberapa responden wanita dalam penelitian        oleh       Reszel

mengungkapkan bahwa pasangan mereka tidak terlalu mengerti mengenai apa yang mereka rasakan karena pria bukan subyek yang menerima tekanan dan pengawasan yang sama seperti mereka. Pasangan pria cenderung menekan wanita hamil untuk mengubah perilaku untuk menjaga kehamilan tersebut namun tidak memberikan dukungan

yang penuh untuk membuat perubahan tersebut terjadi.16

Pada penelitian ini tidak ditemukan ungkapan penekanan pasangan pria kepada remaja. Namun terdapat salah satu responden ingin lebih diperhatikan oleh pasangan. Terdapat pula responden yang mengaku pasangan menjadi lebih perhatian dan ada pula yang menyebutkan tidak terjadi perubahan sikap setelah kehamilan.

Suami sekarang sering ajak anaknya ngobrol ama becanda. Dulu waktu pacaran sering selingkuh sekarang uda ga pernah, jadi lebih tanggung jawab..

[R1]

Biasa aja sih, paling juga ya kalo ngidam kan harus dapet jadi ya harus dibeliin. Tapi kalo yang lain sih biasa aja.

[R5]

Ada perubahan sikap, “masih dia sudah milik saya biarin aja dah”, acuh tak acuh gitu pikirannya, dulu lebih perhatian, makan ditanyain, sekarang gak, malah kita yang nanya. Pengen seperti dulu, tetep perhatian sama saya [R6]

Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa dengan memiliki pasangan yang dapat mendukung wanita hamil, wanita dapat mengalami pengalaman positif dan membantu dalam memiliki kehamilan yang sehat.9,16,17

Bagaimana situasi remaja putri saat mengetahui kehamilan tersebut pertama kali mempengaruhi pengalaman remaja putri dan menyebabkan adanya perbedaan perasaan dan pengalaman pada masing-masing responden. Tekanan personal dan rasa percaya diri

dirasakan pada waktu yang berbeda. Responden yang tidak merencanakan kehamilan merasa takut dan kaget namun kemudian muncul rasa percaya diri dan bangga seiring dengan     bertambahnya     usia

kehamilan dan kelahiran.

Pada penelitian ini juga ditemukan adanya kebutuhan remaja putri untuk menerima dukungan berupa nasihat, motivasi, informasi baik berasal dari keluarga, teman ataupun tenaga kesehatan. Remaja hamil merasakan hal positif mengenai   pengalaman mereka,

walaupun   mengalami   kesulitan

dalam beradaptasi, namun mereka merasa bangga dan merasa hal tersebut sudah sepantasnya dilakukan dalam langkah untuk menerima seorang anak. Kehamilan telah menjadi pengalaman positif dan membuka kesempatan bagi remaja untuk dapat menjadi seorang ibu yang baik.

Kelemahan penelitian

Penelitian yang kami lakukan masih memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

  • 1.    Penelitian ini belum dapat membahas hubungan pengalaman responden yang berpendidikan rendah dan sudah bekerja cenderung mengalami kehamilan di usia dini ataupun penyebab responden berhenti sekolah setelah mengalami kehamilan secara mendalam.

  • 2.    Penelitian ini belum membahas hubungan pengalaman kehamilan dengan hasil obstetri responden.

SIMPULAN

Dari penelitian yang sudah dilakukan selama satu bulan terhadap petugas Puskesmas Klungkung I, peneliti

dapat menyimpulkan pengalaman saat remaja mengetahui kehamilan pertama kali, bagaimana remaja mengalami    dan    menghadapi

perubahan fisik dan psikologis, tekanan personal dan sosial, serta bagaimana kepercayaan diri para responden    dalam    menjalani

kehamilan di usia dini bergantung pada situasi yang dialami oleh masing-masing responden dan dipengaruhi bagaimana situasi remaja putri saat mengetahui kehamilan tersebut pertama kali. Dengan demikian diharapkan remaja dapat mencari informasi yang akurat, orangtua    dapat    memberikan

pengetahuan secara tepat dan pihak pelayanan kesehatan meningkatkan promosi kesehatan mengenai bahaya perilaku seksual pra-nikah kepada semua kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Dhamayanti, Meita. Overview adolescent health problem and services. Adolescent Health National Symposia:   Current

Challenges in Management. Ed 2. IDAI: 2013.

  • 2.    Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar. Litbang Kemenkes RI. 2013.

  • 3.    Widjanarko,         Bambang.

Ginekologi Anak dan Remaja. 2009. [diakses 7 Agustus 2014]. Diunduh dari: URL: http://repro duksiumj.blogspot.com/2009/11/ ginekologi-anakdanremaja.html.

  • 4.    WHO. Early marriages, adolescent     and     young

pregnancies.   World Health

Organization A65/13. 2009.

  • 5.    Surilena. Fenomena Seks Bebas pada Remaja di Indonesia. Kedokteran Damianus 2006 5(2): 83-107.

  • 6.    Indonesia Country Report. The Development of Adolescent Reproductive     Health     in

Indonesia. Paper is Part of the Indonesia Country Report at The Fifth Asia Pasific Population Conference, Bangkok, Thailand. 2002.

  • 7.    UNFPA. Adolescent pregnancy: A review of the evidence. New York. 2013.

  • 8.    Gyesaw, Nana Y. K. dan Augustine          Ankomah.

Experiences of pregnancy and motherhood among teenage mothers in a suburb of Accra, Ghana: a qualitative study. Int Journ of Wmn’s Hlth 2013(5):773-780

  • 9.    Cordes, Corinne, Will Norman dan Vicki Savage. Meet the Parents:  Stories of teenage

pregnancy and parenthood in Lewisham.    The    Young

Foundation. 2009.

  • 10.    Britannica        Encyclopedia.

Definition of Experience. 2014. [diakses 7 Agustus 2014]. Diunduh dari: URL: http://www. britannica.com/EBchecked/topic /160445/John-Dewey#ref133789

  • 11.    Seamark, Clare J dan Pamela Lings. Positive experiences of teenage     motherhood:     a

qualitative study. Brit Journ of Gen Pract 2004 (54): 813-818.

  • 12.    Brown, Lisa S. Nutrition requirements during pregnancy. Jones and Bartlett Publishers, LLC: 2011.

  • 13.    Nirmalasari, Novi dan Dwi Susilawati. Stres dan koping kehamilan pada usia remaja di wilayah kerja Puskesmas Klambu, Kecamatan Klambu,

Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.  Semarang:  Fakultas

Keperawatan UNDIP. 2011.

  • 14.    Commision. Teenage pregnancy and parenting: Overview.2014

  • 15.    Rahayu, Mia Puri. Kehamilan dini usia remaja pada masa pranikah dan nikah. Malang: Poltekkes Kemenkes Malang. 2014.

  • 16.    Reszel, Jessica. Behavioural Expectations and Behaviour Change     in     Pregnancy:

Experiences of Young Single Women. Canada: University of Ottawa. 2014.

  • 17.    Achoka, Judith, Sarah dan Njeru, Frida, Muthoni. DeStigmatizing          Teenage

Motherhood:         Towards

Achievement of Universal Basic Education in Kenya. JETERAPS 2012 3(6): 887-892

12