PREVALENSI PENGGUNAAN KOSMETIK PELEMBAB DAN BEDAK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENDERITA ACNE VULGARIS TAHUN 2014
on
PREVALENSI PENGGUNAAN KOSMETIK PELEMBAB DAN BEDAK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENDERITA ACNE VULGARIS TAHUN 2014
Gede Febby Pratama Kusuma1
1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Acne vulgaris merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Penggunaan kosmetik yang bersifat komedogenik, seperti pelembab dan bedak, sering dikaitkan sebagai salah satu faktor pencetus terjadinya acne vulgaris.Penelitian untuk mengetahui prevalensi penggunaan kosmetik pelembab dan bedak pada penderita acne vulgaris telah dilakukan terhadap mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Udayana yang menderita acne vulgaris dengan menggunakan metode studi deskriptif crosssectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui prevalensi acne vulgaris, klasifikasi acne vulgaris, prevalensi penggunaan kosmetik pelembab dan bedak, frekuensi penggunaan kosmetik, kebersihan wajah, riwayat keluarga, trauma, dan menstruasi.Dari 100 sampel, didapatkan 92% yang menderita acne vulgaris dan 92,4% diantaranya aktif menggunakan kosmetik. Prevalensi penggunaan kosmetik pelembab dan bedak pada responden yang menderita acne vulgaris masing-masing sebesar 88,2% dan 83,5%. Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) sebagian besar responden menggunakan kosmetik pelembab (69,4%) dan bedak (58,8%) secara rutin; (2) responden tetap menderita acne vulgaris walaupun sudah membersihkan wajah secara rutin setelah menggunakan kosmetik (68,2%); (3) sebagian besar penderita acne vulgaris memiliki riwayat keluarga acne vulgaris (55,3%) dan; (4) 89,4% responden suka memberikan trauma pada akne yang muncul.Dapat disimpulkan bahwa prevalensi penggunaan kosmetik pelembab lebih tinggi dibandingkan dengan kosmetik bedak pada mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana. Acne vulgaris juga tetap terjadi walaupun sudah rutin membersihkan wajah setelah menggunakan kosmetik. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara pemilihan kosmetik yang aman, serta metode pencegahan acne vulgaris lainnya selain sekedar membersihkan wajah sehingga prevalensi acne vulgaris dapat ditekan.
Kata kunci:Acne vulgaris, pelembab, bedak
THE PREVALENCE OF MOISTURIZING AND POWDER COSMETICS USAGE ON MEDICAL STUDENTS OF UDAYANA
UNIVERSITY WHO SUFFER ACNE VULGARIS IN 2014
ABSTRACT
Acne vulgaris is a high prevalence disease in Indonesia. The use of comedogenic cosmetics, such as moisturizer and powder, often associated as one of the acne’s precipitating factor.A study to determine the prevalence of moisturizing and powder cosmetics usage on individuals with acnewas conducted toward medical students of Udayana University who suffer acne vulgaris with cross-sectional descriptive study method. The data is collected using questionnaire to determine the acne prevalence, acne classification, moisturizing and powder cosmetics usage prevalence, frequency of cosmetics usage, face hygiene, family history, trauma, and menstruation.From 100 medical students, 92% of them was found suffering acne vulgaris and 92.4% of it is using cosmetics actively. The prevalence of the moisturizing and powder cosmetics usage in acne vulgaris patient is 88.2% and 83.5% consecutively. The results obtained in this study shows: (1) most of the respondents use moisturizing (69.4%) and powder (58.8%) cosmetics routinely; (2) The respondents still suffering from acne although they have cleaned up their face routinely after using the cosmetics (68.2%); (3) most of the acne patients have family history with acne (55.3%) and; (4) 89.4% respondents are likely to give trauma to the appearing acne in their face.Thus, it is concluded that the prevalence of the moisturizing cosmetics usage is more higher than the powder cosmetics in medical students of Udayana University. Acne also still occur although the face has cleaned up routinely after using the cosmetics. Counseling about selecting a safe cosmetics and prevention method of acne vulgaris other than cleaning up the face is necessary, so that the acne vulgaris prevalence can be suppressed.
Keywords:Acne vulgaris, moisturizing, powder
PENDAHULUAN
Acne vulgarisadalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya.1Salah satu faktor komedogenik yang dapat meningkatkan jumlah sebum pada kulit adalah penggunaan kosmetik yang digunakan oleh masyarakat untuk membersihkan,
mempercantik, mempromosikan daya tarik, atau mengubah penampilannya (terutama di bagian wajah) tanpa mempengaruhi struktur atau fungsi tubuh.2Penggunaan kosmetik sudah menjadi hal yang lumrah di berbagai kalangan masyarakat Indonesia, baik itu perempuan maupun laki-laki.
Bahan-bahan yang terkandung di dalam kosmetik sebagian besar merupakan bahan sintetik, dan hanya
sebagian kecil yang bersifat alami. Salah satu bahan penyusun kosmetik yang bersifat komedogenik adalah minyak. Bahan ini digunakan terutama pada kosmetik pelembab kulit atau untuk membentuk sediaan berupa cream karena bersifat hidrofobik, sehingga mampu menjaga retensi air. Secara teoritis, bahan sintetik yang bersifat komedogenik dapat memicu terjadinya akne, karenakandungan kosmetik yang diterapkan pada permukaan kulit tersebut dapat berakumulasi di dalam folikel kulit dan menyumbat folikel kulit. Keadaan ini menyebabkan sebum yang diproduksi oleh kelenjar sebasea terperangkap di dalam folikel dan memicu reaksi inflamasi yang berujung pada terjadinya 3
akne.3
Suatu penelitian sebelumnya menemukan bahwa 98% dari kelompok responden yang menderita acne vulgaris menyatakan menggunakan kosmetik dan hanya 2% sisanya yang menyatakan tidak menggunakan.4
Merujuk pada permasalahan tingginya prevalensi acne di kalangan wanita dan secara teori terdapat hubungan antara penggunaan kosmetik dengan acne, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi penggunaan kosmetikpelembab dan
bedak pada wanita yang menderita acne vulgaris.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi deskriptif crosssectional. Pengukuran variabel-variabel pada desain studi ini hanya dilakukan satu kali pada satu titik waktu yang bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.Sebanyak 100 mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayanaangkatan 2011 yang telah diseleksi dengan teknik consecutive sampling sebelumnya, dilibatkan sebagai subjek penelitian.
Variabel pada penelitian ini terdiri dari: acne vulgaris, klasifikasi acne vulgaris, jenis kosmetik, penggunaan kosmetik, kebersihan wajah, genetik, trauma, dan menstruasi. Variabel tersebut diukur dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dilampirkan dengan informed consentsebagai bukti persetujuan untuk menjadi responden. Klasifikasi acne vulgaris diukur berdasarkan kriteria dari American Academy of Dermatology, yaitu: (a) Ringan, apabila jumlah komedo < 25; jumlah papula/pustula <10; dan tidak ada nodul. (b) Sedang, apabila jumlah komedo > 25; jumlah papula/pustula 10-30; dan jumlah nodul < 10. (c) Berat,
apabila jumlah papula/pustula > 30; dan jumlah nodul lebih dari 10.
Jenis kosmetik adalah tipe kosmetik yang digunakan oleh responden dan dibedakan kedalam dua kelompok: (1) Kosmetik Pelembab adalah kosmetik perawatan dalam bentuk sediaan apapun yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban, struktur, fungsi kulit dari berbagai pengaruh yang dapat membuat kulit menjadi kering; (2) dan Kosmetik Bedak adalah kosmetik dengan sediaan berbentuk serbuk tabur atau serbuk dipadatkan yang diaplikasikan pada wajah untuk memperindah penampilan.
Penggunaan kosmetik adalah pengaplikasian kosmetik pada wajahyang dibagi menjadi empat kelompok: (1) Rutin, apabila digunakan setiap hari; (2) Tidak rutin, apabila digunakan minimal 1 hari dalam seminggu; (3) Jarang, apabila digunakan kurang dari 1 hari dalam seminggu; (4) dan Tidak pernah, apabila tidak pernah digunakan.
Kebersihan wajah adalah kebiasaan responden dalam membersihkan wajah setelah menggunakan kosmetik dengan cara mencuci muka. Kebersihan wajah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) HASIL DAN PEMBAHASAN
Selalu, apabila selalu mencuci muka setelah menggunakan kosmetik; (2) Kadang-kadang, apabila terkadang tidak mencuci muka setelah menggunakan kosmetik; (3) dan Tidak pernah, apabila tidak pernah mencuci muka setelah menggunakan kosmetik.
Trauma adalah kecenderungan seseorang untuk mencubit, menggaruk, atau menekan jerawat yang muncul pada wajah. Trauma dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Selalu, apabila selalu mencubit, menggaruk, atau menekan jerawat yang muncul pada wajah; (2) Kadang-kadang, apabila terkadang mencubit, menggaruk, atau menekan jerawat yang muncul pada wajah; (3) dan Tidak pernah, apabila tidak pernah mencubit, menggaruk, atau menekan jerawat yang muncul pada wajah.
Data dianalisis secara desktiptif menggunakan analisis frekuensi dan crosstabulation. Analisis frekuensi digunakan untuk mendapatkan hasil prevalensi mahasiswi dengan acne vulgaris, proporsi derajat acne vulgaris, prevalensi penggunaan kosmetik, faktor kebersihan wajah, riwayat keluarga, faktor trauma, faktor riwayat keluarga, dan faktor menstruasi pada mahasiswi dengan acne vulgaris.
Prevalensi Mahasiswi dengan Acne Vulgaris
Dari 100 responden, didapatkan hasil sebanyak 92 responden (92%) yang mengalami acne vulgaris dan 8 responden (8%) yang tidak (Tabel 1). Hasil ini kurang sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa prevalensi umum dari acne vulgaris mencapai 85% dari total penduduk Indonesia.5
Perbedaan hasil temuan ini mungkin dapat diakibatkan karena sampel pada penelitian sebelumnya diambil hanya berdasarkan pasien yang berkunjung ke rumah sakit, dimanapasien acne vulgaris yang tidak mencari pengobatan tidak diikutsertakan.
Proporsi Derajat Acne Vulgaris pada Mahasiswi
Dari total 92 responden mahasiswi yang menderita acne vulgaris, sebanyak 88% mahasiswi (81 responden) tergolong dalam klasifikasi acne vulgaris derajat ringan. Sedangkan 12% sisanya (11 responden) tergolong dalam klasifikasi derajat sedang, dan tidak ada responden yang tergolong dalam derajat berat (Gambar 1).
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa acne vulgaristipe papulopustularadalah yang tertinggi (35,8%), diikuti oleh tipe komedo (30,1%), dan noduler (2,2%).5
Tabel 1 |
Prevalensi Acne Vulgarispada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayanaangkatan 2011 pada Tahun 2014
Frekuensi Persen Mahasiswi | |
Menderita Acne Vulgaris Tidak Menderita Acne Vulgaris Total |
92 92 88 100 100 |
Jika dikategorikan berdasarkan kriteria American Academy of Dermatology, tipe papulopustular dan komedo dapat digolongkan kedalam kategori Ringan.5 Prevalensi Penggunaan Kosmetik pada Mahasiswi dengan Acne Vulgaris
Dari 92 responden mahasiswi yang mengalami acne vulgaris, didapatkan hasil sebanyak 92,4% (85 responden) yang menggunakan kosmetik. Sedangkan 7,6% lainnya (7 responden) tidak menggunakan kosmetik (Tabel 2).
Hasil ini cukup mendekati hasil penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa 98,0% dari kelompok responden yang menderita
acne vulgaris menyatakan menggunakan kosmetik, dan hanya 2,0% dari responden yang menyatakan tidak menggunakan kosmetik.4
Prevalensi Penggunaan Kosmetik Pelembab
Prevalensi penggunaan kosmetik pelembab pada responden yang menderita acne vulgaris adalah 88,2%. Sedangkan 11,8% sisanya tidak menggunakan kosmetik pelembab (Tabel 3).
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang hanya menemukan sebanyak 58% responden yang menggunakan kosmetik pelembab dari total 50 responden mahasiswi yang menderita acne vulgaris.4 Perbedaan ini
Tabel 2 |
Prevalensi Penggunaan Kosmetik pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayanaangkatan 2011 yang Menderita Acne Vulgaris
pada Tahun 2014 | |
Menggunakan Kosmetik |
Frekuensi Mahasiswi Persen |
Ya Tidak Total |
85 92.4 7 7.6 92 100 |
diakibatkan karena |
sampel yang Prevalensi penggunaan kosmetik |
digunakan pada masing-masing studi bedak pada responden yang menderita
memiliki perbedaan karakteristik.
Prevalensi Penggunaan Kosmetik
Bedak
acne vulgaris didapatkan sebanyak 83,6% (Tabel 4).Hasil ini mendekati hasil penelitian sebelumnya yang menemukan sebanyak 86% dari responden yang menderita acne
vulgaris,menggunakan kosmetik 10 responden (11,8%) hanya meng-
bedak.4 Jadi, tidak terdapat perbedaan gunakan jenis kosmetik bedak (Tabel
yang signifikan terhadap kebutuhan 4). akan penggunaan kosmetik bedak di masyarakat.
Dari total 85 responden yang menderita acne vulgaris dan menggunakan kosmetik, didapat sebanyak 71,8% menggunakan jenis kosmetik pelembab dan bedak. Sedangkan 14 responden (16,4%) hanya menggunakan jenis kosmetik pelembab dan
Tabel 3
Prevalensi Penggunaan Kosmetik Pelembab pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayanaangkatan 2011 yang
Menderita Acne Vulgaris pada Tahun 2014
Menggunakan Frekuensi Pelembab |
Persen |
Ya 75 Tidak 10 Total 85 |
88.2 11.8 100 |
Tabel 4
Crosstabulation Prevalensi Penggunaan Kosmetik Pelembab dan Bedak pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayanaangkatan2011 yang Menderita Acne Vulgaris pada Tahun 2014
Menggunakan Kosmetik Bedak Total (%)
Ya |
Tidak | |||
Menggunakan |
Ya |
61 (71,8%) |
14 (16,4%) |
75 (88,2%) |
Kosmetik Pelembab |
Tidak |
10 (11,8%) |
0 (0%) |
10 (11,8%) |
Total (%) |
71 (83,6%) |
14 (16,4%) |
85 (100%) |
Frekuensi Penggunaan Kosmetik pada Mahasiswi dengan Acne Vulgaris
Sebanyak 69,4% dari total 85 responden didapatkan menggunakan
kosmetik pelembab secara rutin. Sebanyak 12,9% responden menggunakan kosmetik pelembab secara tidak rutin. Sebanyak 5 responden (5,9%) jarang menggunakan kosmetik
pelembab. Dan 10 responden sisanya (11,8%) tidak pernah menggunakan kosmetik pelembab (Tabel 5).
Hal yang serupa juga didapatkan pada frekuensi penggunaan kosmetik bedak. Sebanyak 50 responden (58,8%) dari total 85 responden didapatkan menggunakan kosmetik bedak secara rutin. Sebanyak 11 responden (12,9%) menggunakan kosmetik bedak secara tidak rutin. Sebanyak 10 responden
(11,8%) jarang menggunakan kosmetik bedak. Dan 14 responden sisanya (16,5%) tidak pernah menggunakan kosmetik bedak (Tabel 5).
Tabel 5
Crosstabulation Frekuensi Penggunaan Kosmetik Pelembab dan Bedak pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayanaangkatan 2011 yang Menderita Acne Vulgaris pada Tahun 2014
Penggunaan Kosmetik Bedak |
Total (%) | |||||
Ruti |
n Tidak Rutin |
Jarang |
Tidak Pernah | |||
Penggunaan |
Rutin |
38 |
4 |
6 |
11 |
59 (69,4%) |
Kosmetik |
Tidak Rutin |
4 |
4 |
0 |
3 |
11 (12,9%) |
Pelembab |
Jarang |
1 |
2 |
2 |
0 |
5 (5,9%) |
Tidak Pernah |
7 |
1 |
2 |
0 |
10 (11,8%) | |
Total |
50 |
11 |
10 |
14 |
85 (100%) |
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya dimana sebanyak 86% responden yang mengalami acne vulgaris menggunakan kosmetik secara rutin, dan penggunaan kosmetik tersebut paling banyak terjadi pada waktu pagi hari (57%) dengan frekuensi pemakaian kurang dari 3x sehari (78%), dan lama penggunaan 5-6 jam (45%).4 Perbedaan ini mungkin terjadi karena terdapat perbedaan metode pengukuran
dalam menentukan kriteria seberapa rutin dan tidaknya penggunaan suatu kosmetik.
Faktor Kebersihan Wajah pada Mahasiswi dengan Acne Vulgaris
Dari total 85 responden mahasiswi yang menderita acne vulgaris dan menggunakan kosmetik didapatkan hasil sebanyak 58 responden (68,2%) yang rutin membersihkan wajah setelah selesai menggunakan 8
kosmetik tersebut. Sedangkan 27 responden sisanya (31,8%) terkadang tidak membersihkan wajahnya setelah selesai menggunakan kosmetik tersebut, dan tidak ada responden yang tidak pernah membersihkan wajahnya setelah menggunakan kosmetik (Tabel 6).
Hasil ini dapat mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa 80% responden
dengan acne vulgaris membersihkan wajahnya secara teratur (minimal 2 kali sehari), dan 20% lainnya tidak teratur dalam mem-bersihkan wajah setiap hari.4 Pada kedua hasil penelitian ini, sebagian besar responden sudah membersihkan wajah-nya secara rutinnamun tetap menderita
Tabel 6
Kebiasaan Membersihkan Wajah Setelah Menggunakan Kosmetik pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Udayanaangkatan 2011 yang Menderita Acne Vulgaris pada Tahun 2014
Kebiasaan Membersihkan Wajah |
Frekuensi Persen |
Selalu Kadang-kadang Total |
58 68.2 27 31.8 85 100 |
acnevulgaris. Sehingga, hal ini |
keluarga yang menderita acne vulgaris |
bertentangan dengan kepustakaan yang |
(Tabel 7). |
menyatakan bahwa menjaga kebersihan |
Hasil ini sesuai dengan |
wajah secara teratur dapat mencegah |
penelitian sebelumnya bahwa faktor |
terjadinya acne vulgaris.6 |
riwayat keluarga berperan terhadap |
Faktor Riwayat Keluarga pada |
terjadinya acne vulgaris. Jika kedua |
Mahasiswi dengan Acne Vulgaris |
orang tua memiliki riwayat menderita |
Dari total 85 responden |
acne vulgaris, maka kemungkinan |
mahasiswi yang menderita acne |
anaknya akan menderita acne vulgaris |
vulgaris dan menggunakan kosmetik |
juga.7 Hasil penelitian lain juga |
didapatkan hasil sebanyak 47 responden |
menemukan bahwa 82% penderita acne |
(55,3%) memiliki riwayat keluarga |
vulgaris memiliki sedikitnya seorang |
yang menderita acne vulgaris. |
saudara yang menderita acne vulgaris, |
Sedangkan 38 responden lainnya |
dan sebanyak 60% orang dengan acne |
(44,7%) tidak memiliki riwayat |
vulgaris memiliki salah satu atau kedua |
orang tua yang juga menderita acne vulgaris.8
Faktor Trauma pada Mahasiswi dengan Acne Vulgaris
Sebanyak 63 responden (74,1%) didapatkan terkadang mencubit, menggaruk, atau menekan jerawat yang muncul pada wajah. Sebanyak 13 responden (15,3%) didapatkan selalu
Tabel 7
Riwayat Keluarga Acne Vulgaris pada Mahasiswi Program StudiPendidikan Dokter Universitas Udayanaangkatan 2011 yang
MenderitaAcne Vulgaris pada Tahun 2014
Riwayat KeluargaAcne Frekuensi Vulgaris |
Persen |
Ada 47 Tidak Ada 38 Total 85 |
55.3 44.7 100 |
mencubit, menggaruk, atau menekan jerawat yang muncul pada wajah. Sedangkan 9 responden lainnya (10,6%) didapatkan tidak pernah mencubit, menggaruk, atau menekan jerawat (Gambar 2).
Jika tindakan ini dilakukan dengan alat-alat yang steril (seperti facial treatment di klinik kecantikan) tidak akan terlalu bermasalah karena alat yang steril dan bebas dari bakteri kemungkinan tidak akan memperburuk reaksi inflamasi jerawat. Namun jika menggunakan alat-alat yang tidak steril,
kemungkinanakandapat memperburuk reaksi inflamasi jerawat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa faktor-faktor mekanik seperti mengusap, menggesek, tekanan, dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea juga dapat merangsang timbulnya akne.9
Faktor Menstruasi pada Mahasiswi dengan Acne Vulgaris
Semua responden (100%) didapatkan tidak mengalami menstruasi saat pengambilan data. Hasil ini menunjukkan bahwa acne vulgaris tetap
nden tidak
struasi.
74%
Illl Selalu
-
■ Kadang-kadang
s Tidak Pernah
jat Traumapada Mahasiswi Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Udayana angkatan 2011 yang Menderita Acne Vulgaris pada
Tahun 2014
Penelitian sebelumnya me
nemukan bahwa hormon gonadotropin dan adrenokortikosteroid dapat
merangsang kelenjar sebasea secara tidak langsung melalui gonad dan kelenjar adrenal. Pada wanita yang sedang mengalami menstruasi, akan mengalami peningkatan hormon FSH dan estrogen akibat rangsangan hormon gonadotropin. Hormon-hormon tersebut dapat merangsang kelenjar sebasea sehingga menyebabkan terjadinya
7 akne.7
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Udayana angkatan 2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
-
1. Prevalensi penggunaan kosmetik pelembab (88,2%) pada mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas
Udayanaangkatan 2011 yang
menderita acne vulgaris pada tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis kosmetik bedak (83,5%).
-
2. Sebagian besar mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Udayana angkatan 2011 yang menderita acne vulgaris pada tahun 2014 menggunakan kedua jenis kosmetik yang diteliti, yaitu pelembab danbedak (71,8%).
-
3. Frekuensi penggunaan kosmetik pada mahasiswi Pendidikan Dokter Universitas Udayanaangkatan 2011 yang menderita acne vulgaris pada tahun 2014 yang terbanyak adalah digunakan secara rutin, baik pada jenis kosmetik pelembab (69,4%), maupun kosmetik bedak (58,8%).
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi ke-6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. h. 253-63.
-
2. Schneider G, Gohla S, Schreiber J, Kaden W, Schonrock U, Schmidt-Lewerkuhne H, dkk. Skin Cosmetics.
Dalam:Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry.
Weinheim: Wiley-VCH; 2005. h. 219-45.
-
3. Gerson J. Standard Textbook for Professional Estheticians. Edisi ke-8. Albany, NY: Milady Publishing;1999.
-
4. Kabau S. Hubungan Antara Pemakaian Jenis Kosmetik Dengan Kejadian Akne Vulgaris.Jurnal Media Medika Muda. 2012;43:32-6.
-
5. Tjekyan RMS. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika
Indonesiana.2009;43(1):37-43.
-
6. Susanto SD. Epidemiologi Akne. Dalam: Seminar and Workshop Penanganan Akne; 2009 21-22 Maret; Semarang, Indonesia.
-
7. Cuncliffe WJ, Perera WD, Thackray P, Williams M, Forster RA, Williams SM. Pilo-sebaceous Duct Physiology. III. Observation On The Number and Size of Pilo-sebaceous Ducts In Acne Vulgaris. Br J Dermatol. 2007;95(2):153-6.
-
8. Siregar RS. Akne Vulgaris. Dalam:Wijaya C, Anugrerah P, penyunting. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisike-3. Jakarta: EGC; 2009.h. 20914.
-
9. Cunliffe WJ, Holland DB, Jeremy A. Comedone formation: etiology, clinical presentation,
and treatment.Clin Dermatol.
2004;22(5):367-74.
13
Discussion and feedback