PARADOX OF POVERTY IN VILLAGE Ubud
on
1
PARADOKS KEMISKINANDI KELURAHAN UBUD
I NyomanSudipa
FakultasTeknik UniversitasMahendradatta
Denpasar
ABSTRAK
Penelitianinimengangkatkemiskinansebagairealitassosial di tengahgemerlappariwisata di KelurahanUbud.Penelitianinidifokuskanpadapembahasan: (1) mengapa masih adakemiskinan, (2) upayaapayang dilakukan pemerintah dan lembaga lain untuk menanggulangi kemiskinan, dan (3) bagaimanadampak kemiskinan yang muncul. Penelitianinimenggunakanmetodekualitatif. Data diperolehmelalui proses observasi, wawancara, dandokumentasi.
Hasilpenelitianmenunjukkan, kemiskinan di KelurahanUbud, disebabkanolehfaktor eksternal yaitu kebijakan pemerintah seperti acuan data yang tidak jelas, diagnosis yang kurang tepat, penanganan kemiskinan tidak terpadu dan tumpang tindih, dan kegagalan kebijakan pengembangan pariwisata.Faktoreksternaldidukung faktor internal, yaituketerbatasanekonomi, sumberdaya, dantekanansosialbudaya, gayahidup, perilakukonsumsi,kepemilikanaset, lahan,danbiayaadatdan ritual. Upayapemerintah secara finansial dilakukanmelalui program penanggulangan kemiskinan dan nonfinasial melaluikebijakan atau regulasi, pendampingan, danpelatihan.LSM melakukan upaya nonfinasial seperti menjadipendamping, mediator, fasilitator dan menyusun pemetaan sosial.Dampak kemiskinan di Kelurahan Ubud adalahmengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, menimbulkankonflik sosial, dankonflik ekonomi. Dampak bagi pariwisata adalah pariwisata dianggap gagal dalam menyejahterakan masyarakat. Dampak bagi masyarakat adalah mengakibatkan kesenjangan sosial, konflik, meningkatnya angka kriminalitas, dan pewarisan kemiskinan.
Kata kunci: kemiskinan, pariwisata, kebijakanpemerintah.
PENDAHULUAN
Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi bagi daya tarik wisata seperti Bali,yang memang sudah terkenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia, tidakperlu dipertanyakan lagi. BPS pada tahun 2012 juga mengemukakan bahwa pariwisatamempunyai keterkaitan ekonomi yang sangat erat dengan banyak sektor. Peranan pariwisata juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja di Bali. Meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terhadap PDRB Bali.
Salah satu kawasan pariwisata yang cukup terkenal di Bali adalah KelurahanUbud, di KecamatanUbud, KabupatenGianyar. Ubud sebagai kampung seniman di Gianyar telah menjadi daya tarik bagi wisatawan sehingga Ubud telah menjadi tujuanpariwisatainternasional. Kelurahan Ubud yang berada di pusat kawasan pariwisata Ubud sudah cukup lamaberkembang dan sampai sekarang masihmenjadiikonpariwisata. Sebagai tujuan pariwisata utama di Kabupaten Gianyar, Kelurahan Ubud mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan menjadi magnet ekonomi bagi kawasan lain yang ada di sekitar Kelurahan Ubud dan Bali. Pariwisata telah memegang peranan yang cukup
besar dalam pembangunan di Kelurahan Ubud dan Kabupaten Gianyar dan sebagai salah satu penggerak laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gianyar.
Di balik sektor pariwisata yang demikian gemerlap dengan berbagai aktivitas yang mengiringinya, ternyata Ubudmasih menyimpan wajah lain, yaitu kemiskinan. Badan Pusat Statistik melalui pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011 mencatat 408 Rumah Tangga Sasaran yang terdiri atas katagori miskin, hampir miskin, dan rentan miskin, atau jumlah individu sasaran sebanyak 2.318 jiwa. Dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang ada di Kelurahan Ubud yaitu sebanyak 2.315 rumah tangga, persentase kemiskinan di Kelurahan Ubud sebesar 17,62% (BPS, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kemiskinan kemiskinan,langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga lain untuk menanggulangi kemiskinan,dan dampak kemiskinan di Kelurahan
Ubud.Manfaatpenelitianiniadalahmemperdalam dan mengembangkan kajian tentang kemiskinan.Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan bagi penelitian lebih lanjut tentang kondisi-kondisi kemiskinan khususnya masyarakat pada kawasan pariwisata, danmemberikan stimulasi bagi peneliti-penelitiselanjutnya untuk mengkaji fenomena-fenomena sosial secara lebih komprehensif, baik menggunakan pendekatan hukum, ekonomi, maupun pendekatan kajian budaya (cultural studies).
METODE PENELITIAN
Penelitianinimenggunakanmetodekualitatif. Metode kualitatif menghasilkan data deskriptif, baik berupa kata-kata ungkapan tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2002). Data yang diperlukandiperolehmelalui proses observasi yang dipandudenganpedomanwawancara, studipustakadandokumen yang
mendukungpenelitianini.Lebihlanjutsetelahdilakukanverifikasi, data
dianalisisdenganmenggunakanseperangkatteori yang digolongkansebagaiteorisosialkritis, sepertiteoriHegemoni, teoriDekonstruksi, danteoriKemiskinanKebudayaan.
PEMBAHASAN
Hasilpenelitianmenunjukkanbeberapahalsebagaiberikut.PenyebabmasihadanyaRumahT anggaSasaran (miskin) di KelurahanUbud, disebabkanoleh faktor eksternal yaitu kebijakan pemerintah yang secara struktural menjadi penyebab kemiskinan seperti acuan data yang tidak jelas, diagnosis yang kurang tepat, penanganan kemiskinan tidak terpadu dan tumpang tindih, dan kegagalan kebijakan pengembangan pariwisata. Faktor internal disebabkan oleh karenaketerbatasankemampuanRumahTanggaSasaran (miskin)
tersebutuntukmengaksessumberdayaekonomi yang adakarenarendahnyatingkatpendidikan, rendahnyakemampuansumberdaya, dantekanan-tekanansosialbudaya yang ditimbulkan
dariaktivitasekonomi-pariwisata yang berlangsung di KelurahanUbud. Faktor lain
adalahkegagalanRumahTanggaSasaran (miskin) untukmemenuhihak-
hakdasarsepertihakdasarterhadappendidikan, kesehatan,
perumahandanhakuntukberpatisipasi.
Keterbatasanruanggeraktersebutmenyebabkanketerhimpitandalamlingkarankemiskinan.Gaya hidupdanperilakukonsumsidalamlingkupekonomibiayatinggi di
KelurahanUbudakibatdampakberkembangnyapariwisata yang
berimbaspadanilaikemahalandarihargaproduk-produkkonsumsi.Globalisasibudayaterjadiketikapenetrasikekuatandansuperioritasbudayadariba ratmerambahkeberbagaisendikehidupanmasyarakat, mempengaruhipembentukanpolakonsumsimasyarakat, gayahidup,
danbahkanmempengaruhicaraberpikirmasyarakat (George Ritzer, 2002).
Masih adanya Rumah Tangga Sasaran (miskin) di Kelurahan Ubud disebabkan oleh kemampuan mengakses sumber-sumber ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah. Kebudayaan kemiskinan mencakup perasaan tidak berguna, pasrah, biasanya mereka tidak memiliki pengetahuan, pandangan dan ideologi untuk melihat persamaan permasalahan. Penderitaan dan perasaan hampa diantara mereka yang hidup dalam kebudayaan kemiskinan (Suparlan, 1984).
Di sisilainkepemilikanaset di kalanganRumahTanggaSasaran (miskin) sangatrendah, kepemilikanlahandanadanyapengeluarantambahanuntukbiayaadatdan ritual yang
cukupmemberatkandanmenyitawaktukerjamasyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah baik finasial dan non finasial. Secara finasial dilakan melalui program-program penanggulangan kemiskinan dan non finansial dilakukan melalui pedekatan kebijakan atau regulasi, pendampingan, pelatihan atau diklat.Sedangkanlembaga lain seperti LSM melakukan upaya non finasial seperti menjadipendamping, mediator, fasilitator dan membantu dalam pelaksanakan program penanggulangan dengan menyusun pemetaan sosial.Dampak kemiskinan di Kelurahan Ubud menimbulkan perubahan kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan, bisa menjadi preseden buruk bagi pembangunan dan mengurangi kepercayaan masyarakat luas terhadap pemerintah. Kegagalan dalam pencapaian target penanggulangi kemiskinan akan mengakibatkan pemerintah dianggap tidak mampu memenuhi komiten global yang telah dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs). Secara politis pemerintah akan menjadi bulan-bulanan masyarakat dan para oposan.
Kegagalan dalam menanggulangi kemiskinan dan apabila kemiskinan meningkat akan berdampak kepada kondisi sosial masyarakat. Kesenjangan pendapatan, distribusi pendapatan yang tidak merata akan memicu konflik sosial, konflik ekonomi yang berakibat semakin beratnya beban pemerintah dalam pembangunan. Dampak bagi pariwisata adalah apabila pariwisata yang berkembang tetapi di sisi lain masyarakat semakin miskin, akan menimbulkan pertanyaan, apakah pariwisata telah memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apabila kondisi ini terjadi, maka akan ada gugatan secara sosial secara tidak langsung kepada pariwisata dan pariwisata dianggap gagal dalam mensejahterakan
masyarakat. Isu pro poor tourism hanya akan menjadi pemanis dalam literatur dan kampanye pariwisata. Dampak bagi masyarakat adalah akan mengakibatkan kesenjangan sosial yang tinggi, konflik, meningkatnya angka kriminalitas, dan pewarisan kemiskinan kepada anak-anak si miskin sehingga akan menjadi mata rantai kemiskinan yang tidak dapat dipecahkan.Kemiskinan pada masyarakat akan berdampak pada sikap apatis masyarakat terhadap lingkungan sekitar, interaksi sosial yang lemah, kepedulian rendah dan acuh tak acuh.
Makna kemiskinan dilihat dari makna ekonomi terhadap kemiskinan, dapat dijelaskan apabila secara ekonomi masyarakat miskin tidak memiliki kemampuan secara ekonomi, maka kaum miskin tidak dapat mempunyai akses terhadap pembiayaan kredit, tidak mampu membiayai pendidikan anaknya. Secara ekonomi, pendapatan yang rendah dan standar hidup yang burukyang dialami oleh golongan miskin akan tercermin dari kesehatan, gizi, dan pendidikan yang rendah, dapat menurunkan produktivitas ekonomi mereka dan akibatnya secara tidak langsung akan menyebabkan perekonomian tumbuh lambat. Distribusi dan pemerataan pendapatan yang gagal menjangkau kelompok miskin berimbas pada ketimpangan status sosial kehidupan masyarakat miskin tersebut. Makna sosial adalah kesenjangan secara sosial juga akan memicu konflik sosial akibat kemiskinan yang membelit mereka. Mereka cenderung diam, tidak mau ikut dalam pembangunan, dan partisipasi rendah. Makna budaya yang ditimbulkan dari kemiskinan adalah adanya kemiskinan budaya sangat sulit untuk dihilangkan. Sikap mental yang malas, tidak mau berusaha, semangat untuk meningkatkan taraf hidup, bahkan menganggap kemiskinan sebagai karma atau jalan hidup, dan yang paling ekstrim adalah pewarisan kemiskinan. Secara budaya akan merasa sebagai masyarakat marjinal yang tidak memiliki hak secara personal dan akan pasif dalam setiap proses pembangunan.Akses terhadap dunia luar juga kurang yang mengakibatkan munculnya partisipasi dan integrasi kaum miskin kedalam lembaga-lembaga utama masarakat, yang memunculkan rasa ketakutan, kecurigan, apatis dan perpecahan. Respons-respons semacam ini akan berubah secara dramatis sesuai dengan cara pandang mereka, alasan mereka. Sulit bagi golongan untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Respon kelompok miskin terhadap kemiskinan bersifat rasional, inovatif, dan bahkan lebih dapat diterima (Gilbert dan Gugler, 2007:111).
Kemiskinandalamperspektifkesejahteraansosialmengarahpadaketerbatasanindividuat aukelompokdalammengaksesjaringandanstruktursosial yang
mendukungdalammendapatkankesempatan-kesempatanpeningkatanproduktivitas.Faktorpenghambattersebutsecaraumummeliputifaktor internal, dalamhalinibersumberdarisimiskinitusendiri,
sepertirendahnyapendidikandanadanyahambatanbudaya.Sedangkanfaktoreksternalberasaldaril uarkemampuansesorangtersebut, sepertibirokrasiatauperaturan-peraturanresmi yang
menghambatseseorangmendapatkansumberdaya.Secarasederhanakemiskinandalampersepek tifilmukesejahteraansosialdimaknaisebagaikemiskinan yang
padaawalnyadisebabkanolehkemiskinanekonomi, kemudiandikarenakanterlalu lama
dalamkondisitersebutbaikkarenafaktortidakdisengaja, disengajamaupunkarenadipeliharamenyebabkanefek domino
yaitutumbuhnyapatologiataumasalah-masalahsosial.Sedangkanrisikoketikakemiskinansudahmenjadimasalahsosialadalahselainharus menyelesaikanmasalahekonomiitusendirijugamengatasimasalahsosial yang
timbul.Contohnyaadalahmunculnyakriminalitas, budayamalas, korupsi, disparitassosial yang menyebabkankonflik, danketergantunganpadapihak lain.
Marginalisasi masyarakat menimbulkan pengaruh sosial. Makna kemiskinan terhadap kondisi sosial masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat. Ketimpangan ekonomi yang terjadi yang dikenal dengan istilah kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan menjadi pemicu kesenjangan sosial yang berkembang di masyarakat. Tingkat kesejahteraan yang yang timpang akan menimbulkan gejolak sosial dan meningkatnya angka kriminalitas. Permasalahan sosial yang terjadi karena kemiskinan memunculkan kelompok-kelompok marginal yang terhegemoni oleh kelompok tertentu.
Pariwisata Ubud telah menjadi periwisata eksklusifyang telah menyingkirkan hak masyarakat Ubud. Munculnya hotel-hotel kecil telah membunuh ruang ekonomi masyarakat yang memiliki home stay atau penginapan kecil. Ruang ekonomi masyarakat telah digerogoti oleh ruang komersil kapitalis. Hegemoni secara terstruktur melalui perang ekonomi wisata telah memarginalkan kelompok masyarakat (pariwisata) dengan permainan ediologi ekonomi pariwisata para kapitalis. Masyarakat secara halus dipaksa mengakui ediologi yang dibangun (Gramsci, 1971). Masyarakat miskin dan pelaku pariwisata yang berasal dari masyarakat telah menjadi oposan dari sistem pariwisata yang dibangun. Kemiskinan semakin meningkat karena keterdesakan ruang ekonomi, kebudayaan kemiskinan yang menjadi warisan dari kelompok miskin di Kelurahan Ubud. Kondisi ini sebenarnya disadari. Tetapi kemampuan untuk melakukan dekonstruksi dari permainan tanda dan makna kapitalis.Ideologipariwisata yang telahterbangun di Ubudtelahmenjadisimbolkapitalisuntukmenguasairuang-
ruangekonomipariwisatadanmembawapengikutbaruyaitukapitalismelokalyaitumasyarakatsetem patdankelasmasyarakattertentu yang ikutmemainkansimbolpariwisata di
KelurahanUbud.Pertarunganmemperebutkanruangekonomipariwisatasangannyataterlihatdanse kalilagimasyarakatbawahharusmenjadipecundangdalampertarungankapitalistersebut.Basis sosial masyarakat di era kapitalisme terletak pada hubungan produksi dalam ekonomi dan kapitalis menguasai kontrol ideologis industri budaya (Suyanto, 2013).
SIMPULAN DAN SARAN
Penyebabkemiskinan di KelurahanUbud, disebabkanolehadalah faktor eksternal yaitu kebijakan pemerintah yang secara struktural menjadi penyebab kemiskinan seperti acuan data yang tidak jelas, diagnosis yang kurang tepat, penanganan kemiskinan tidak terpadu dan tumpang tindih, dan kegagalan kebijakan pengembangan pariwisata. Faktor internal
disebabkanolehketerbatasankemampuanRumahTanggaSasaran (miskin)
untukmengaksessumberdayaekonomi, rendahnyatingkatpendidikan,
rendahnyakemampuansumberdaya, dantekanan-tekanansosialbudaya,
dankegagalanmemenuhihak-hakdasarsepertipendidikan, kesehatandanperumahan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah baik finasial dan nonfinasial. Secara finasial dilakukan melalui program-program penanggulangan kemiskinan dan nonfinansial dilakukan melalui pedekatan kebijakan atau regulasi, pendampingan, pelatihan atau diklat.Sedangkanlembagalain,seperti LSM,melakukan upaya nonfinasial seperti
menjadipendamping, mediator, fasilitator, dan membantu dalam pelaksanakan program penanggulangan dengan menyusun pemetaan sosial.
Sebagai saran, sebaiknyaadaperubahan kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan agar tidakmengurangi kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahsendiri.Perubahanituakanberdampak kepada kondisi sosial
masyarakatdantidakmenimbulkan konflik sosial, konflik ekonomi, dan beratnya beban pemerintah dalam pembangunan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapanterimakasih yang sedalam-dalamnyapenulissampaikankepadaLurahUbud, Para KepalaLingkungan di KelurahanUbud, parainforman,
PerpustakaanKajianBudayaUniversitasUdayana, dansemuapihak yang
telahmembantupenulisanpenelitianini.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Bali. 2011.Statistik Sosial. Denpasar.
Gilbert, A danGugler, J. 2007.UrbanisasidanKemiskinan di DuniaKetiga. PT Tiara Wacana: Yogyakarta
Gramsci, Antonio. 1971. Selection from Prison Notebooks.International Publishers.ISBN07178-0397-X.
Moleong, L.J. 2002. MetodePenelitianKualitatif. Bandung: PT RemadjaRosdakarya.
Ritzer, George. 2002. Ketika Kapitalisme Berjingkrang, Telaah Kritis terhadap Gelombang
McDonalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudipa, ......................................................................
Suparlan. 1984. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Sinar Harapan.
Suyanto, B. 2013.SosiologiEkonomi:KapitalismedanKonsumsi di Era Masyarakat Post-
Modernisme. Jakarta:KencanaPrenada Media Group.
Discussion and feedback