EVALUASI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN TAHURA NGURAH RAI
on
Ecotrophic ♦ 4 (1): 49-56
ISSN: 1907-5626
EVALUASI PENGEMBANGAN EKOWISATA
DI KAWASAN TAHURA NGURAH RAI
PUTU IKA WAHYUNI1) IPG ARDHANA2), I NYOMAN SUNARTA3)
-
1) Fakultas Teknik, Universitas Warmadewa
-
2) Jurusan Biologi FMIPA Unud
-
3) Program Studi Pariwisata Unud
ABSTRAK
Sejak tahun 1992 kawasan Tahura Ngurah Rai oleh MIC dibuka sebagai kawasan ekowisata yang menawarkan program-progam sebagai berikut: Program Mangrove education tour & Tracking, Program Bird Watching, Program Fishing, Program Mangrove Tree Plantation or Adoption, Program Canoeing, Program Boating. Namun perkembangannya masih belum memenuhi keinginan pengelola dilihat dari jumlah kunjungan, fasilitas yang masih perlu dibenahi dan kondisi kawasan Tahura terutama kebersihan masih jauh dari harapan. Evaluasi pengembangan ekowisata di kawasan Tahura bertujuan untuk mengetahui profil pengembangan ekowisata di kawasan Tahura dan untuk mengetahui sejauhmana ekowisata yang dikembangkan memenuhi kriteria/prinsip dari hasil lokakarya ekowisata nasional. Selanjutnya dibuat saran berupa rekomendasi yang dirancang terkait dengan program-program yang tidak berjalan setelah sebelumnya ditelusuri kendala-kendala dalam pelaksanaannya.
Metode yang digunakan dalam mengevaluasi pelaksanaan program ekowisata adalah analisis deskriptif dengan cara menganalisa data hasil wawancara, observasi dan studi literatur, selanjutnya data tersebut dikomparasikan dengan prinsip dan kriteria ekowisata nasional.
Kawasan hutan mangrove sejak tanggal 12 Maret 2007 dikelola oleh BPHM-Wil I dengan lingkungan kerja melanjutkan program dari pada JICA dan MIC. Fasilitas yang ada di kawasan ekowisata MIC meliputi: Jembatan kayu (trail), Pondok peristirahatan sebanyak 5 buah di sepanjang jembatan kayu, Geladak terapung (floating deck), Menara pandang sebanyak 2 buah, Gedung MIC/BPHM, Kolam sentuh, Areal persemaian, Kolam monitor. Kondisi delapan fasilitas yang ada di kawasan ekowisata sampai saat ini dalam kondisi yang cukup baik dan dapat dipergunakan untuk pelaksanaan program-program ekowisata. Adapun program ekowisata yang ditawarkan antara lain: Program Mangrove education tour & Tracking, Program Bird Watching, Program Fishing, Program Mangrove Tree Plantation or Adoption, Program Canoeing, Program Boating. Pelaksanaan dari keenam program tersebut, Mangrove education tour & Tracking yang paling banyak peminatnya dibandingkan dengan program yang lain. Dari 9 kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi diperoleh hasil antara lain 1) Peka & menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. (88% memenuhi), 2) Memiliki kepedulian, komitmen & tanggung jawab terhadap konservasi alam & warisan budaya. (95,24% memenuhi), 3) Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. (85,71% memenuhi), 4) Edukasi: ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan. (100% memenuhi), 5) Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah. (20% memenuhi), 6) Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat. (0% memenuhi), 7) Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. (100% memenuhi), 8) Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen. (50% memenuhi), 9) Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggung jawab) (100% memenuhi). Secara umum hasil dari komparasi antara program ekowisata dengan prinsip/kriteria adalah: dari sembilan prinsip yang dijelaskan hanya prinsip yang ke-5 dan ke-6 yang pelaksanaannya kurang dari 50%, melihat kondisi di atas dapat disimpulkan pengembangan ekowisata mangrove sudah memenuhi prinsip/kriteria ekowisata nasional. Hal yang menjadi perhatian dalam pengelolaan kawasan Tahura sebagai saran kepada pengelola, antara lain: Partisipasi masyarakat, Pemungutan retribusi, Penanganan sampah, Penyempurnaan program yang tidak berjalan, Pengelolaan ekowisata melalui kelembagaan yang solid.
Kata Kunci: Evaluasi, Ekowisata, Tahura Ngurah Rai.
ABSTRACT
Since January 1992 MIC has initiate Tahura Ngurah Rai are as a ecotourism area, offering programs such as : Mangrove Education Tour & Tracking, Bird Watching; Finishing; Mangrove Tree Plantation or Adoption, Canoeing, and Boating programs. However, its growth has not me the management’s targets in term of the number of visitors, improved facilities available, and the surrounding Tahura are – especially its cleanliness-these are far from expectation standard.
The evaluation of eco-tourism area of Tahura is aimed at understanding the profile of the eco-tourism area and to understand to what extent the ecotourism has met criteria/principles issued in the national workshop. This ecotourism will offer recommendations designed in relation to programs that has not been working so far after identifying obstacles of their implementation.
The method used in the evaluation of this eco-tourism area I descriptive analysis by analyzing interview data, observations, and literature studies. These descriptive data then are measured against criteria and principles of national eco-tourism.
Since March 12, 2007 Mangrove forest area is under the management of BPHM-wil-I continuing JICA IC program. Facilities available in the area are as follows; Wood Trails, 5 Huts along the trail, Floating Decks, 2 Viewing Towers; MIC/BPHM Office Building, Touch Pools, Seeding area, and a Monitor Pool. These facilities right now are still in good condition and can be used to implement the eco-tourism programs.
From the 6 programs offered, the Mangrove Education Tour & Tracking Program gets the most interests from visitors than the other 5 programs. From 9 criteria used to evaluate the programs, the outcome is as follows: 1) Being sensitive to and respecting socio-cultural values and religious tradition of local community (88% met); 2) Showing concern, commitment, and responsibility to natural conservation and cultural heritage (95,24% met); 3) Provide interpretation that facilities visitors to enjoy nature and increase their awareness and concern for nature (85,71% met); 4) Educational in which there is a mutual learning between visitors and community (100% met); 5) Its development be based on local community through agreement (20% met); 6) Empower and optimize participant and at the same time bring forth on going contribution to the local community (0% met), 7) To go by existing rules and law (100% met); 8) Consistently satisfy the visitors (50% met), 9) Being marketed and promoted openly and accurately to meet expectation – that is a marketing responsibility (100% met). Generally the result from comparison between ecotourism program with principal/criteria are as follows : from nine principles that already explained only the fifth and sixth principal whose its development less than 50%, based on those condition above it can be conclude that mangrove ecotourism development already fulfill the principal/criteria of national ecotourism. Important points of recommendations to the management are as follows; community participation; retributions, waste management; improvement of programs that are not working; and eco-tourism management under a solid institution.
Keywords : Evaluation; Eco-tourism, Tahura Ngurah Rai
PENDAHULUAN
Kawasan Tahura Ngurah Rai sudah mengalami perubahan cukup signifikan, dimana melalui fasilitas dari The Grant Aid Pemerintah Jepang, Japan International Coorperation Agency (JICA); The Development of Sustainable Mangrove Management project di wilayah Suwung telah dilaksanakan beberapa program dan berhasil cukup baik, meliputi :
-
1. Pengembangan berbagai teknik restorasi dan rehabilitasi lahan hutan mangrove bekas tambak seluas 334 ha, dengan hasil yang cukup baik.
-
2. Pembangunan pusat pembenahan dan persemaian (silviculture) mangrove.
-
3. Pembangunan sarana dan pra-sarana untuk pusat informasi mangrove (MIC).
-
4. Membangun sarana dan prasarana penunjang pariwisata dan meluas beberapa program ekowisata.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, khususnya program Ekowisata yang dilaksanakan di MIC antara lain: Mangrove education tour & Tracking, Bird Watching, Fishing, Mangrove Tree Plantation pr Adaption, Canoeing, Boating .
Namun perkembangannya ekowisata di Tahura Ngurah Rai masih belum memenuhi keinginan pengelola maupun pengunjung. Adapun masalah dalam pengembangan ekowisata yang dapat kami lihat antara lain: Jumlah
kunjungan yang relatif sedikit dapat dilihat dari data kunjungan wisatawan yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek
Ekowisata Hutan Mangrove Tahun 2002-2007
Tahun |
Jumlah Kunjungan Wisatawan (orang) |
Total (orang) | |
Domestik |
Manca Negara | ||
Juni 2002 |
795 |
32 |
827 |
2003 |
1.636 |
87 |
1.723 |
2004 |
4.038 |
134 |
4.172 |
2005 |
6.240 |
302 |
6.542 |
2006 |
4.148 |
260 |
4.408 |
Juni 2007 |
3.401 |
105 |
3.506 |
Sumber : Balai Pengelola Hutan Mangrove Wilayah I Tahun 2007
Kondisi fasilitas untuk ekowisata di kawasan Tahura kurang terpelihara, Partisipasi masyarakat dalam program ekowisata kurang bahkan keterlibatan masyarakat sekitar tidak tampak
Untuk dapat mengatasi masalah-masalah diatas serta guna peningkatan pengembangan dan kemajuan ekowisata dalam usaha menjaga dan melestarikan Tahura, maka perlu dilakukan evaluasi pengembangan ekowisata di Tahura Ngurah Rai – Bali.
Tujuan Penelitian
-
a. Untuk mengetahui profil pengembangan ekowisata di kawasan Tahura.
-
b. Untuk merancang ekowisata yang dikembangkan di kawasan Tahura sejauh mana memenuhi kriteria prinsip dari hasil lokakarya ekowisata nasional pada tanggal 25-26 Agustus 2006.
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini meliputi beberapa kegiatan, antara lain :
-
a. Persiapan dasar, berupa pengkajian data atau informasi dari kepustakaan (literature) yang berkaitan dengan topik penelitian. Mempersiapkan perijinan survei, meliputi survei lapangan dan instansional.
-
b. Menentukan jenis data, responden penelitian dan teknik pengumpulan data, kemudian mempersiapkan instrumen survey dan kuisioner.
-
c. Pengumpulan data.
-
d. Seleksi data.
-
e. Analisis data dengan menggunakan metode sesuai masalah yang dikaji.
-
f. Pembuatan Tesis
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang tujuannya adalah untuk menyajikan, mendeskripsikan atau menggambarkan, menguraikan, menjelaskan dan menjabarkan secara jelas dan sistematis data yang didapat itu data kualitatif maupun data kuantitatif. Setelah data dikumpul, data dianalisis dengan cermat untuk mendapatkan kesimpulan dan penjelasan yang relevan. Ciri-ciri teknik deskriptif adalah metode itu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang aktual, data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Sugiyono, 2003).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mangrove Information Center (MIC) terbentuk atas kerjasama antara Departemen Kehutanan Republik Indonesia melalui Proyek Pengembangan Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari dengan Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Proyek tersebut berlangsung dari tanggal 4 November 1992 sampai tahun 1999, dengan tujuan untuk mendukung kegiatan reboisasi dan pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan, termasuk rehabilitasi hutan mangrove seluas 253 ha. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka dilaksanakan beberapa kegiatan dengan membentuk beberapa kelompok kerja (KK) diantaranya : 1) KK Pelatihan, 2) KK Penyuluhan, 3) KK Penelitian dan Informasi, 4) KK Pendidikan lingkungan, 5) KK Ekowisata, dan 6) KK Konservasi dan Rehabilitasi. Berdasarkan peraturan Menteri Kehutanan tanggal 6
Februari 2007 Nomor P. 04/Menhut-II/2007 tentang organisasi dan tata kerja balai pengelolaan hutan mangrove maka secara resmi MIC berganti menjadi Balai Pengelolaan Hutan Mangrove wilayah I. Adapun memiliki tugas : 1) Melaksanakan penyusunan rencana dan program pengembangan kelembagaan, 2) Pengelolaan sistem informasi, 3)Pemantauan dan evaluasi pengelolaan hutan mangrove. Selanjutnya kantor balai pengelolaan Hutan Mangrove wilayah I diresmikan pada tanggal 12 Maret 2007. Namun pada pelaksanaan tugas-tugasnya BPHM-I lebih banyak melanjutkan program-program yang telah dilaksanakan oleh JICA dan MIC dan dibantu oleh Sub Sectoral program on mangrove project.
Fasilitas Ekowisata yang ada antara lain: Jembatan kayu (wooden trail), Pondok peristirahatan sebanyak 5 buah di sepanjang jembatan kayu, Geladak terapung (floating deck), Menara pandang (View Tower), Gedung MIC/BPHM-I, Kolam sentuh, Areal persemaian, Kolam monitor
Kondisi pelaksanaan program yang dilaksanakan antara lain
-
a. Mangrove educational tour and trekking
Program ini sangat favorit di minati hampir oleh semua pengunjung Ngurah Rai. Hal ini dapat kita lihat dari data jumlah pengunjung.
-
b. Bird Watching
Program ini belum mendapat minat dari pengunjung kemungkinan karena lokasi pengamatan yang jauh, waktu pelaksanaan yang harus menyesuaikan dengan waktu burung-burung keluar dari sarangnya dan jam kerja pengelola. Disamping itu pengunjung jarang memiliki alat yang cukup untuk melaksanakan kegiatan bird watching.
-
c. Fishing
Pada awal pelaksanaan ekowisata pada tahun 20042005 dikawasan Trail Soneratia dibuat bagian lahan yang tertutup untuk memelihara ikan terkait kepentingan memancing. Namun pada pelaksanaannya tanggulnya dijebol oleh masyarakat dan ikannya menyebar keluar. Kendala lain yang menyebabkan program fishing kurang diminati adalah karena waktu dan peralatan khusus.
-
d. Mangrove Tree Plantation or Adoption Kegiatan ini banyak diminati pengunjung mengingat kolaborasi dengan kegiatan mangrove educational tour and trekking dan dapat dilaksanakan setiap saat dalam waktu yang relatif singkat dengan peralatan yang sederhana.
-
e. Canoeing
Program canoeing kurang diminati pengunjung dan wisatawan karena hanya dapat dilaksanakan pada
waktu khusus seperti saat pasang, dan jumlah alat terbatas.
-
f. Boating
Program boating kurang diminati pengunjung dan wisatawan karena hanya dapat dilaksanakan pada waktu khusus seperti saat pasang. Disamping itu pengoperasian peralatan boating membutuhkan tenaga kerja atau operator khusus peralatan boating.
Hasil evaluasi pelaksanaan program ekowisata terkait dengan prinsip dan kriteria dan metode pengukuran seperti yang tertera di bawah ini:
-
- Pengembangan dan Pengukuhan Kelembagaan Sejak tahun 1973 kawasan Tahura sudah mengalami degradasi baik dari segi luas karena penyerobotan fungsi lahan atau karena penjarahan kayu. Pengelolaan hutan mangrove sebagai kawasan tambak bukanlah hal yang bijak untuk dilaksanakan, justru makin memperparah kondisi alih fungsi lahan. Proyek pengembangan hutan mangrove oleh JICA pada tahun 1992 sangat membantu rehabilitasi hutan mangrove sampai pada akhirnya Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I terbentuk tahun 2007.
Usaha pengembangan kawasan Tahura menjadi kawasan ekowisata, sudah dilaksanakan oleh JICA melalui MIC, Bali Mangrove Park dan Desa Adat Deluang Sari, namun yang masih berjalan sampai saat ini hanya yang ada di kawasan yang dikelola oleh JICA saja, yang sejak tanggal 12 Maret 2007 dikelola oleh BPHM-Wil I.
-
- Fasilitas yang ada di kawasan ekowisata MIC meliputi: Jembatan kayu (trail), Pondok peristirahatan sebanyak 5 buah di sepanjang jembatan kayu, Geladak terapung (floating deck), Menara pandang sebanyak 2 buah, Gedung MIC/BPHM, Kolam sentuh, Areal persemaian, Kolam monitor. Kondisi delapan fasilitas yang ada di kawasan ekowisata sampai saat ini dalam kondisi yang cukup baik dan dapat dipergunakan untuk pelaksanaan program-program ekowisata.
-
- Program ekowisata
Adapun program ekowisata yang ditawarkan antara lain: Program Mangrove education tour & Tracking, Program Bird Watching, Program Fishing, Program Mangrove Tree Plantation or Adoption, Program Canoeing, Program Boating.
Program yang paling mendapat minat wisatawan adalah program mangrove education tour & tracking. Program bird watching hanya diminati oleh kalangan tertentu karena memerlukan waktu yang tepat dan alat spesifik. Program fishing lebih banyak diminati oleh masyarakat sekitar dan tidak dipungut biaya. Program Mangrove Tree Plantation or Adoption dilaksanakan tidak sempurna mengingat kebutuhan penanaman dan biaya program sangat mahal sehingga program penanaman
dilakukan secara massal. Program canoeing dan boating jumlah peminatnya sedikit, sehingga hanya berjalan sewaktu-waktu saja.
Pengambilan data di lokasi penelitian dilaksanakan dengan metode observasi dan wawancara. Adapun data yang diperoleh, merupakan hasil penelitian terhadap parameter-parameter yang digunakan sebagai bahan evaluasi untuk masing-masing kriteria. Secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
-
1. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.
Dalam pelaksanaan program pengelolaan ekowisata berdasarkan Tri Hita Karana yang mencakup hubungan:
Tabel 2 Aktivitas masyarakat lokal dan usaha konservasi di kawasan Tahura.
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persenta se Hasil |
Peka & menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat |
TM = 3 M = 22 T = 25 22/25x 100% = 88% Meme nuhi | ||
a. Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang sesuai dengan konsep masyarakat setempat, seperti Tri Hita Karana: memperhatikan keselarasan: o Hubungan antara manusia dengan Tuhan (parhyangan) |
> Kelengkapan bangunan suci yang ada di lokasi ekowisata |
O.1 / WP.1 | |
> Upacara rutin |
WP.2 | ||
> Bangunan/benda yang disakralkan |
O.2/WP.3 | ||
o Hubungan antara manusia dengan manusia (pawongan) |
> Interaksi wisatawan dengan pengelola/ pemandu wisata |
WW1 | |
> Interaksi wisatawan dengan penduduk lokal |
WW2 | ||
> Interaksi pemandu dengan penduduk lokal |
WP4 | ||
> Program yang menampilkan aktivitas penduduk lokal |
WP5 | ||
o Hubungan antara manusia dengan lingkungan (palemahan) |
education tour & Tracking
Plantation or Adoption
|
O.3/WP.6 O.4/WP.7 O.5/WP.8 O.6/WP.9 O.7/WP.10 O.8/WP.11 | |
> Limbah |
O.9/WP.12 | ||
|
WP.13 WP.14 WP.14a / O9a | ||
b. Pembangunan dan operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat dan kearifan lokal. |
> Awig mangrove (kearifan lokal) |
WM.1 | |
> Adat/aturan adat |
WM.2 | ||
c. Keberadaan dan kegiatan obyek ekowisata tidak mengganggu aktivitas keagamaan masyarakat setempat. |
education tour & Tracking
Plantation or Adoption
|
WP.15,/W M.3 WP.16/WM .4 WP.17/WM .5 WP.18/WM .6 WP.19/WM .7 WP.20/WM .8 |
Sumber: Hasil penelitian
-
- Manusia dengan Tuhan
-
- Manusia dengan Manusia
-
- Manusia dengan Alam
Diperoleh data melalui pengamatan terhadap aktivitas keagamaan, bangunan suci, benda-benda/ruang yang disakralkan, hubungan interaksi antara wisatawan dengan aktivitas masyarakat lokal, serta kegiatan-kegiatan yang mendukung usaha-usaha penyadaran kelestarian lingkungan dan usaha konservasi di kawasan Tahura terkait program ekowisata yang sudah dijalankan.
Disamping itu, penting pula dilakukan penyesuaian antara program yang dijalankan dengan tata krama adat istiadat masyarakat sekitar. Berdasarkan pengamatan secara umum, kriteria (1) dilaksanakan oleh pengelola, hanya program kebersihan kawasan yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut. Hasil penelitian terlihat pada Tabel 2.
-
2. Memiliki kepedulian, komitmen dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya
Untuk mengevaluasi prinsip/kriteria (2) dievaluasi berdasarkan parameter sebagai berikut:
-
a. Penggunaan luas lahan berdasarkan UU No.18 Tahun 1994 tentang pengelolaan alam di zona pemanfaatan kawasan pelestarian alam.
-
b. Penggunaan peralatan yang ramah lingkungan meliputi fasilitas dan alat ekowisata.
-
c. Standar daya dukung diperhatikan dan sesuai dengan perbandingan antara rasio, luas kawasan ekowisata, tenaga dan jumlah pengunjung.
-
d. Keberadaan satwa tumbuh-tumbuhan dan bentang alam yang unik perlu diangkat sebagai daya tarik obyek wisata.
Secara umum hasil yang diperoleh dari data lapangan menyangkut parameter yang digunakan cukup memenuhi syarat, hanya dalam pengaturan standar
jumlah pengunjung masih ada kendala-kendala di lapangan. Hasil penelitian terlihat pada Tabel 3.
-
3. Edukasi: ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan Program pendidikan yang dikembangkan oleh pengelola ekowisata sudah sangat memadai dilihat dari data hasil wawancara kepada pengunjung dan masyarakat. Dengan adanya penelitian-penelitian mahasiswa, kelompok pelajar dan mandiri di kawasan tahura, maka lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas data kawasan tahura yang dapat digunakan lebih lanjut untuk kemajuan program ekowisata. Hasil penelitian pada Tabel 5.
Tabel 3. Tingkat kepedulian, komitmen dan tanggug jawab terhadap konservasi alam dan warisan budaya
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persentas e Hasil |
Memiliki kepedulian, komitmen & tanggung jawab terhadap konservasi alam & warisan budaya |
TM = 1 M = 20 T = 21 20/21x100% = 95,24% Memenuhi | ||
a. Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan. |
> PP No. 18 1994 |
komparasi antara aturan dan kondisi | |
b. Penggunaan teknologi ramah lingkungan. |
education tour & Tracking
Plantation or Adoption
|
O.10/WP.21 O.11/WP.22 O.12/WP.23 O.13/WP.24 O.14/WP.25 O.15/WP.26 | |
c. Pemanfaatan areal warisan budaya sebagai obyek ekowisata disesuaikan dengan peruntukan dan fungsinya |
> Lokasi program vs areal warisan budaya |
WP.27 | |
d. Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya disesuaikan dengan daya dukung setempat. |
> Standar daya dukung ekowisata WTO 1997 (15-17 orang perhari) |
Komparasi antr standar & kondisi knjung wstw | |
Plantation or Adoption
|
O.16/WP.28 O.17/WP.29 O.18/WP.30 O.19/WP.31 O.20/WP.32 O.21/WP.33 | ||
> Program Inventaris |
O.22/WP.34 | ||
> Program ekowisata vs cagar budaya |
O.23/WP.35 | ||
e. Memperhatikan keberadaan endemisitas |
> Satwa/fauna unik |
WP.36 | |
> Flora/tumbuhan unik/khas |
WP.37 | ||
> Kondisi kawasan/bentang alam yang khas |
WP.38 |
Sumber: Hasil Penelitian
-
4. Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. Dalam menyediakan fasilitas ekowisata, baik fisik maupun non fisik sangat penting diketahui. Karena tanpa adanya fasilitas, maka kegiatan ekowisata akan sulit dikembangkan.
Dari data jumlah pengunjung yang dibandingkan dengan jumlah pemandu wisata yang ada, masih perlu mendapat perhatian. Jumlah wisatawan yang membludak pada waktu tertentu perlu diantisipasi oleh pengelola dengan memberdayakan seluruh komponen BPHM-Wil I sehingga saat sepi pengunjung diharapkan juga tidak kelebihan pegawai. Khusus untuk fasilitas pendukung, informasi, program-program yang dibuat sudah cukup memadai dan hanya perlu pemeliharaan untuk dapat berfungsi secara berkesinambungan. Hasil penelitian terlihat pada Tabel 4 di bawah ini:
-
5. Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah.
Tabel 4. Hasil Penelitian intepretasi untuk memberikan peluang kepada wisatawan menikmati alam dan mencintai alam.
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persentas e Hasil |
Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaanya terhadap alam. |
TM = 1 M = 6 T = 7 6/7x100% = 85,71% Memenuhi | ||
a. Menyediakan pramuwisata profesional & berlisensi. |
> Standar pramuwisata |
WP.39/WW.3 | |
> Kebutuhan pramuwisata vs kedatangan wisatawan |
Komparasi antr kbth dan ketersediaan pramuwisata | ||
b. Menyediakan fasilitas pendukung dan informasi yang memadai terkait dengan obyek ekowisata |
> Fasilitas pendukung ekowisata > Toilet Warung/toko Parkir Telepon |
O.24WW.4 WP.40 | |
> Kondisi fasilitas pendukung yang ada |
Komparasi dgn kebutuhan | ||
> Fasilitas audio visual Pamplet Baligo, Brosur, Buku, dll |
O.25 WW.5 | ||
> Kondisi fasilitas informasi yang ada |
Komparasi dgn kebutuhan |
Sumber: Hasil Penelitian
Tabel 5. Pembelajaran masyarakat dan wisatawan yang
dikembangkan oleh pengelola ekowisata
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persentas e Hasil |
Edukasi: ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan |
TM = 0 M = 13 T = 13 13/13x100 % = 100% Memenuhi | ||
a. Melibatkan unsur akademis pemerhati lingkungan serta lembaga terkait (langsung atau tidak langsung). |
> Penelitian di lingkungan Tahura Proyek JICA/MIC, Mandiri |
Komparasi antr hasil penelitian dgn prog. | |
b. Memberikan pemahaman mengenai keanekaragaman hayati, cagar budaya dan nilai-nilai budaya lokal. |
Plantation or Adoption
|
WW.6 WW.7 WW.8 WW.9 WW.10 WW.11 | |
c. Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam dan budaya . |
Plantation or Adoption
|
WW.12 WW.13 WW.14 WW.15 WW.16 WW.17 |
Sumber: Hasil Penelitian
Perencanaan, pengembangan dan pengelolaan ekowisata sudah selayaknya mendapat dukungan dari masyarakat lokal sekitar. Namun pada kenyataannya banyak kendala yang masih timbul dari pelaksanaan program-program yang melibatkan masyarakat. Selanjutnya perlu pemikiran yang lebih mendalam melalui pengambilan data yang terkait dengan kemungkinan-kemungkinan pengelolaan ekowisata di kawasan tahura yang melibatkan masyarakat sekitar sehingga masyarakat dapat ikut serta memelihara kawasan tahura sebagai kawasan konservasi. Hasil penelitian pada Tabel 6.
-
6. Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat
Tabel 6. Dukungan masyarakat dalam perencanaan pengembangan dan pengelolaan ekowisata.
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persentase Hasil |
Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah | |||
a. Perencanaan, pengembangan, pengelolaan dan pengawasannya perlu mendapat persetujuan masyarakat setempat |
Pengembangan
|
WP.40/WM.9 WP.41/WM.10 WP.42/WM.11 |
TM = 4 M = 1 T = 5 |
b. Melakukan koordinasi dengan masyarakat setempat dalam setiap tahap pengembangannya. |
> Bentuk koordinasi |
WP.43/WM.12 |
1/5x100% = 20% Memenuhi |
c. Melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan yang berdampak luas terhadap masyarakat, lingkungan dan perusahaan. |
> Bentuk keterlibatan masyarakat |
WP.44 |
Sumber: Hasil Penelitian
Konsep-konsep pemberdayaan masyarakat sangat cocok dikaji dalam menyelesaikan permasalahan di kawasan tahura. Bentuk dan keterlibatan masyarakat dalam program ekowisata perlu digali lebih dalam, sebab dukungan dari masyarakat akan terlihat nyata melalui program-program yang ditawarkan, seperti:
-
- Penggunaan produk lokal
-
- Penggunaan tenaga kerja lokal
Dari data yang diperoleh (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa kendala-kendala pelaksanaan program adalah: - Kelembagaan - Kurangnya Dana
-
- Kegiatan nyata yang melibatkan masyarakat sekitar.
Hasil penelitian disajikan pada Tabel 7.
tabel 7. partisipasi dan kontribusi terhadap mayarakat setempat.
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persentas e Hasil |
Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat |
TM = 4 M = 0 T = 4 0/4x100% = 0% Memenuhi | ||
a. Memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian |
> Asal Tenaga kerja/pramuwisata |
WP.45 | |
b. Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional obyek wisata |
> Produk lokal dalam program |
WP.47/O.26 | |
c. Melibatkan lembaga adat/tradisional serta tokoh masyarakat setempat. |
> Bentuk keterlibatan masyarakat/adat |
WP.49/WM.1 4 | |
> Bentuk kontribusi |
WP.50/WM.1 5 |
Sumber: Hasil Penelitian
-
7. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pengelolaan kawasan tahura sebagai kawasan ekowisata didasarkan oleh 2 keputusan yaitu SK Menhut No.885/Kpts-II/1992 sedangkan badan pengelola diatur berdasarkan keputusan Menhut No.P.04/Menhut-II/2007
Dalam perolehan data prinsip/kriteria ke-7 hanya berpedoman pada runtutan peristiwa dan runtutan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Secara umum hasilnya sesuai dengan parameter yang diukur. Hasil penelitian pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Penelitian dalam mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persentas e Hasil |
Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku |
TM = 0 M = 4 T = 4 4/4x100% 100% Memenuhi | ||
a. Mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku |
> Peraturan dan Undang-undang |
Komparasi syarat dan pelaksanaan | |
b. Mentaati dan menghormati kearifan lokal yang dianut masyarakat setempat |
> Program vs kearifan local |
WP.51 WM.15 |
Sumber: Hasil Penelitian
-
8. Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen
Dalam pengambilan data untuk memperoleh gambaran pelaksanaan prinsip/kriteria no.8, dilaksanakan melalui observasi terhadap fasilitas yang digunakan dalam program dan kinerjanya. Data menunjukkan bahwa pelayanan informasi, fasilitas yang prima dan penyediaan media sebagai umpan balik kepada konsumen hasilnya cukup baik, hanya ada kendala dalam perekrutan tenaga guide lokal. Hasil penelitian pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil penelitian dalam memberikan kepuasan kepda pelanggan
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persentase Hasil |
Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen |
TM = 2 M = 2 T = 4 2/4x100% 50% Memenuhi | ||
a. Memberikan pelayanan informasi yang akurat kepada konsumen |
> Peremajaan data |
O.28/WP.52 | |
b. Menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen |
> Kondisi fasilitas ekowisata |
O.29 | |
c. Memanfaatkan masyarakat setempat sebagai local guide |
> Pemanfaatan lokal guide |
WP.53 | |
d. Menyediakan fasilitas dan media untuk memperoleh umpan balik dari konsumen |
> Umpan balik > Kesan pesan, Kuisioner, Kenang-kenangan |
WP.54/O.30 |
Sumber: Hasil Penelitian
-
9. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggung jawab)
Materi pemasaran ekowisata dan media promosi sangat menentukan keberhasilan sebuah program, untuk itu perlu didata dan diobservasi fasilitas-fasilitas promosi dan target market yang telah dijalankan oleh pengelola. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Pemasaran Ekowisata TAHURA Ngurah Rai
Prinsip dan Kriteria |
Parameter |
Metode |
Persentase Hasil |
Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggung jawab) |
TM = 0 | ||
a. Materi pemasaran harus akurat, |
> Program pemasaran |
WP.55 |
M = 4 |
jelas, berkualitas dan sesuai dengan kenyataan |
> Media promosi |
WP.56 |
T = 4 4/4x100% |
b. Materi pemasaran harus memiliki media promosi yang dipilih sesuai dengan target market |
> Target market |
WP.57 |
100% Memenuhi |
Sumber: Hasil Penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan beberapa rekomendasi guna perbaikan ekowisata, berdasarkan kendala pelaksanaan di lapangan untuk memenuhi prinsip yang kelima (5) dan keenam (6) yaitu bidang: pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat melalui musyawarah dan memberdayakan, mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat melalui program yang dipersiapkan oleh pengelola.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas telah dirumuskan beberapa rekomendasi guna perbaikan ekowisata, selanjutnya kami menyarankan hal yang terpenting untuk dapat ditindaklanjuti oleh pengelola, antara lain: - Untuk pengelola
Perlu dibuatkan program berupa pemberdayaan masyarakat dalam mengelola hutan mangrove, terutama dalam kegiatan ekowisata meliputi:
-
1) Pengelolaan kebersihan kawasan hutan mangrove yang melibatkan masyarakat melalui proyek padat karya.
-
2) Mengelola retribusi masuk ke kawasan hutan mangrove, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam program pengelolaan hutan mangrove.
- Untuk Peneliti
Perlu dibuat penelitian lanjutan. Terkait program yang direkomendasikan melalui analisis SWOT berdasarkan potensi-potensi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2000, Undang – Undang Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2004, Undang-undang, Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997, Undang-undang tentang Pengusahaan Pariwisata di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam No. 18 Tahun 1994 Citra Umbara Jakarta.
Ardhana, IPG, 2004, Pengelolaan Ekosistem Mangrove, Jurusan Biologi FMIPA Unud.
Bengen, D.G., 2000, teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Insitut Pertanian Bogor, Bogor.
Budiarta, 2005, Pengelolaan Pengembangan Ekowisata di Kawasan Hutan Mangrove Benoa, Tesis.
Dahuri, R. J. Raius, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu, 2001, Pengelolaan Sumber Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, (Ed.Rev) Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta.
Djawarwanto, PS, 1990, Statistik Sosial Ekonomi, BPFE Yogyakarta.
Fandeli. C., 2000, Perencanaan Nasional Pengembangan Ekowisata Dalam Fandeli.C dan Mukhklison (Ed),Pengusaha Ekowisata, Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta.
Harjosoemantro, 1991, Hukum Lingkungan : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Gadjah Mada University Press Yogyakarta.
Inoue Y., Hadiyati, H. M. Affendi, Sudarma, I Budiana, 1999, Model Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari, Departemen Kehutanan dan Perkebunan Japan International Cooperation Agency (JICA) Jakarta.
Janianton Damanik & Helmut F. Weber, Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, Penerbit Andi. Yogyakarta.
Kantor Menteri Kehutanan, 1994, Surat Keputusan Menteri Dirjn PHPA Nomor : 62/Kpts/DJ-VI/1994 tentang Pembagian Zonasi (Blok) Taman Hutan Raya I Gusti Ngurah Rai Bali, Jakarta.
_____, 1994, Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam, Jakarta.
Lokakarya Ekowisata Nasional, hasil Tanggal 25-26 Agustus 2006 Denpasar Bali.
Muliartha, I.K., 2000, Implementasi Kebijakan Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Kerja Bapelda Regional II, Bapelda Regional II Denpasar.
Odum, W.E., anda E.J. Heald, 1975, The Response of Mangrove to Man-in-duced Environment Stress., PP : 52-62, In Ferguson Wood, E.J., and R.E.
Johannes (eds). Tropical Marine Pollution. Elsevier Scientific Publisihing Company, Amsterdam.
PPLH Universitas Udayana dan Dinas Kehutanan Bali, 2000, Rencana Pengelolaan (Management Plan) Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai Propinsi Bali, PPLH Universitas Udayana dan Dinas Kehutanan Bali, Denpasar.
Presiden RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, Jakarta : Sekjen Dephut.
Pusat Informasi Manfrive, 2004, Sejarah Singkat Proyek Mangrove di Bali, Denpasar.
Sevilla Consuelo G. Dkk., 1993, Pengantar Metode Penelitian, Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Subadra, 2005, Ekowisata Hutan Mangrove Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, Tesis.
Sudarto, Gatot, 1999, Ekowisata; Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan kat, Bekasi :
Yayasan Kalpataru Bahari.
Sunaryo, Bambang, 2001, Strategi Pemasaran Pariwisata Alam, Dalam : C Fandeli (editor), Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, Penerbit Liberty. Yogyakarta. Halaman 26-32.
______, 1994, Penerapan Ilmu Ekonomi Dalam Konservasi Sumber Daya Alam, Makalah disampaikan dalam Rapat Konsultasi Teknis di Cisarua, Bogor tanggal 1-4 Nopember 1994 Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan.
Soegiarto, A., and N. Pollunin, 1982, The Marine Environment of Indonesia, Dept. Zoology, University of Cambridge.
Tomlison, P.B., 1986, The Botany of Mangroves, Cambridge University Press, Cambridge, U.K.
World Tourism Organization (WTO), 1999, International Tourism A Global Perspective, Madrid, Spain.
Yoeti, Oka A, 2000, Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan, Jakarta, PT. Pertja.
56
Discussion and feedback