Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Usaha Pondok Wisata di Desa Wisata Tetebatu Kabupaten Lombok Timur
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937
Vol. 9 No 2, 2021
Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Usaha Pondok Wisata di Desa Wisata Tetebatu Kabupaten Lombok Timur
Dyah Estu Larasati 1a, 1, Saptono Nugroho 2a, 2
1dyahestu23@gamil.com, 2saptono_nugroho@unud.ac.id
a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia
Abstract
A cottage is one of the businesses that is able to contribute to the community's economy and become a product to support tourism activities in the East Lombok Regency. The increase in tourist visits to the Tetebatu Tourism Village is an opportunity for the community to develop home-based businesses to improve the welfare of the community. This study aims to determine the participation of local communities in the development of home-based businesses in Tetebatu Tourism Village, East Lombok Regency.
This study uses qualitative and quantitative data types. The data sources used are primary and secondary. Data collection techniques in this study were observation, in-depth interviews and documentation. The informant determination technique used was a purposive sampling technique, and the data analysis technique used was descriptive and qualitative.
The results of this study indicate that the tourist cottage business in the Tetebatu Tourism Village is owned by the local community, has complete facilities and infrastructure, the number of rooms is adjusted to the ability of the homeowner, the room prices vary, and the service to tourists is very good and is carried out by the owner of the cottage., as well as the type of community participation in the development of the tourist cottage business, which initially spontaneously turned into a passive business because of public disappointment with the government.
Keyword: Community Participation, Tourism Cottage
Pariwisata merupakan sektor yang penting dan sangat efektif dalam upaya menggerakkan perekonomian masyarakat dan mendorong pembangunan daerah. Dapat disebutkan demikian karena sektor pariwisata merupakan sektor yang dapat dikembangkan oleh daerah-daerah di Indonesia lainnya dengan potensi yang dimiliki masing-masing daerah tidak hanya memiliki banyak potensi alam tetapi Indonesia memiliki wisata buatan yang saat ini banyak diminati oleh wisatawan hingga keragaman budaya serta tatanan kehidupan masyarakatnya, selain dapat menambah devisa negara pariwisata juga dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.
Keberadaaan desa wisata di Indonesia menjadi isu sentral sejak tahun 2000-an dengan gagasan awal konsep yang cukup dikenal yaitu community based development, yang diimplementasikan dalam ranah kepariwisataan sebagai community based tourism. Gagasan pemberdayaan masyarakat menjadi isu yang penting sehubungan dengan kegagalan pola pembangunan top down yang dianggap sangat Jakarta sentris. Sejak saat itu konsep pemberdayaan masyarakat menjadi jawaban atas pemecahan segala permasalahan pembangunan dengan penekanannya kepada pola pembangunan bottom up atau pertemuan antara pola bottom up denganpola top down (Mahagangga, dkk., 2015).
Pulau Lombok merupakan salah satu daerah yang sadar akan potensi alam yang dimiliki, mengusung tema wisata pedesaan Lombok telah menjadi salah satu destinasi yang banyak diminati dan didatangi oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara dengan menawarkan gaya hidup masyarakat yang lebih alami dengan menunjukan keaslian budaya daerah. Berbagai daerah mulai mengembangkan desa wisata sebagai alternatif tujuan wisata yang ditawarkan kepada wisatawan, termasuk Kabupaten Lombok Timur.
Desa Wisata Tetebatu yang telah diresmikan menjadi desa wisata yang ditetapkan berdasarkanSK Gubernur NTB tahun 2019 tentang Penetapan 99 Desa Wisata(ntbprov.go.id, 2019), selain pesona alam asri dari pemandangan gunung Rinjani, wisata trekking menuju air terjun, kehidupan masyarakat desa hingga terdapat perkebunan tanaman holtikultura beberapa komoditas andalan Desa Wisata Tetebatu. Wisatawan yang datang ke Desa Wisata Tetebatu agar dapat belajar tentang segala kehidupan masyarakat desa dan dapat menikmati pesona alam hingga mendatangi daya tarik wisata alam yang ada di Desa Wisata Tetebatu maka diperlukan akomodasi yang bisa manarik wisatawan untuk meluangkan waktu agar bisa lebih lama tinggal di desa tersebut. oleh karena itu, masyarakat Tetebatu mengembangkan usaha pondok wisata dengan konsep pengalaman kehidupan masyarakat lokal, dimana dengan adanya pondok wisata ini wisatawan dapat menginap dan tinggal lebih lama sehingga dapat berinteraksi dengan masyarakat lokal.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan poko dalam penelitian ini yaitu, bagaimana kondisi eksisting usaha pondok wisata di Desa Wisata Tetebatu, Kabupaten Lombok Timur? Dan bagaimana partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan usaha pondok wisata di Desa Wisata Tetebatu, Kabupaten Lombok Timur? Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai kondisi eksisting usaha pondok wisata serta untuk mengetahui partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan usaha pondok wisata di Desa Wisata Tetebatu, Kabupaten Lombok Timur. Dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan akademis.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
-
A. Telaah Penelitian Sebelumnya
Mencegah adanya penelitian serupa, maka diperlukan telaah hasil penelitian sebelumnya penting untuk dikaji. Penelitian pertama yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini adalah jurnal yang diteliti oleh Abdul Raid Abdul Razaq, Mohd Yusop Hadi dan Zaid Mustafa (2011). Penelitian kedua adalah jurnal yang diteliti oleh Lalu Ratmaja dan Anas Pattaray (2019). Penelitian ketiga adalah jurnal yang diteliti oleh Ni Putu Ratna Sari dan Anak Agung Putri Sri (2017). Berdasarkan ketiga telaah penelitian sebelumnya, disimpulkan bahwa penelitian terkait analisis terhadap partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan usaha pondok wisata di Desa Wisata Tetebatu penting untuk diteliti. Dilihat dari referensi yang ada di public bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan dan dipublishdalam penelitian-penelitian terdahulu terkait fokus, lokasi dan metode penelitian. Hal itulah yang menjadi alasan kebaruan dalam penelitian ini. Sehingga luaran dari penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
Dalam tulisan ini menggunakan konsep-konsep sebagai referensiuntuk menganalisis rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi, Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat merupakan jenis pariwisata alternatif yang berbasis partisipasi masyarakat sebagai unsur utama dalam pariwisata untuk mencapai tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan(Telfer dan Sharpley, 2015), Konsep Tipologi Partisipasi Masyarakat, merupakan keterlibatan pariwisata sebagai sebuah industri di masyarakat mengenai kepastian bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan industri pariwisata(Tosun, 1999), Konsep Pengembangan Usaha, dibagi menjadi tiga yaitu Kelembagaan sebagai organisasi lokal yang membawahi suatu kegiatan pariwisata, Pelaku merupakan pihak-pihak yang secara langsung menjalankan suatu usaha, Produk yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk datang dan ingin mengikuti kegiatan yang ditawarkan(Ratmaja, 2019), Konsep Pondok Wisata merupakan suatu usaha dalam bidang akomodasi berupa bangunan tempat tinggal yang dimanfaatkan sebagian kamar untuk disewakan kepada wisatawan dalam jangka waktu tertentu dengan perhitungan pembayaran harian (Kepmen Parekraf No 9 Tahun 2014) dan Konsep Desa Wisata merupakan bentuk pariwisata dimana adanya sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam atau di dekat kehidupan yang masih tradisional seperti di desa-desa terpencil serta mendapatkan edukasi kehidupan desa serta lingkungan setempat (Inskeep, 1991).
Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Tetebatu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ruang lingkup penelitian ini yang pertama yaitu Kondisi Eksisting Usaha Pondok Wisata di Desa Wisata Tetebatu, Kabupaten Lombok Timur yang meliputi pemilik pondok wisata, sarana dan prasarana, jumlah kamar, variasi harga kamar dan pelayanan terhadap tamu. Ruang lingkup penelitian yang kedua yaitu Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Usaha Pondok Wisata di Desa Wisata Tetebatu, Kabupaten Lombok Timur yang meliputi pengembangan usaha pondok wisata dan jenis partisipasi masyarakat lokal.
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yang merupakan data dalam bentuk uraian kata atau kalimat kemudian diolah guna mendapatkan kesimpulan(Bungin, 2007) dan jenis data kuantitatif yang merupakan data dalam bentuk angka atau bilangan (Sugiyono, 2010). Penelitian ini juga menggunakan sumber data primer, yang merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan (Sugiyono, 2008) dan sumber data sekunder, merupakan data pendukung berupa buku, jurnal dan referensi terkait lainnya (Bungin,2007). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi non-partisipasi yang merupakan teknik dengan melakukan pengamatan langsung oleh peneliti, wawancara mendalam melalui telepon dengan narasumberdan dokumentasi berupa foto-foto (Bungin, 2007). Selanjutnya, teknik penentuan informan yang digunakan adalah purposivesamplingyang dimana menentukan narasumber yang memiliki wawasan yang luas mengenai lokasi penelitian (Bungin, 2007), dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif yang menjelaskan dan mendeskripsikan data sehingga dapat menarik kesimpulan (Bungin, 2007),
-
IV. HASILDAN PEMBAHASAN
Desa Tetebatu merupakan salah satu desa yang terletak di ujung dari empat belas desa dalam wilayah Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur. Desa ini merupakan hasil pemekaran dari desa Kotaraja pada tahun 1966.
Secara administratif Desa Tetebatu terdiri dari sepuluh wilayah kekadusan yaitu: Dusun Tetebatu. Dusun Tetebatu Lingsar, Dusun Orong Gerisak, Dusun Peresak, Dusun Lingkung Leuk, Dusun Tengak, Dusun Deye, Dusun Beru, Dusun Seri dan Dusun Seri Leuk (Sumber: Data Profil Desa Tetebatu Tahun 2017).
Gambar 1. Pintu Gerbang Desa Wisata Tetebatu Sumber: Hasil Penelitian 2020
Masyarakat Desa Tetebatu mayoritas bekerja sebagai petani dan bekerja dikebun, dapat dilihat melalui hasil pertanian masyarakat desa yang sangat melimpah, selain bekerja di bidang pertanian dan perkebunan, banyak masyarakat Desa Tetebatu juga bekerja di bidang pariwisata, tidak hanya sebagai tourguide tetapi banyak juga masyarakat desa yang menjadi pemilik dari sebuah usaha pondok wisata. Dengan alam yang sangat indah dan luas, area petanian masyarakat juga dijadikan menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik untuk wisatawan
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
khususnya wisatawan mancanegara karena memiliki panorama yang sangat indah dan memukau.
Desa Tetebatu identik dengan daerah persawahan dan padi yang menghampar luas. Tetebatu merupakan daerah penanam padi bagi masyarakat Lombok Timur, hal ini dikarenakan tanahnya yang subur dengan air yang melimpah, dan hal yang menarik dari Desa Tetebatu adalah kegiatan pariwisata yang terjadi, hal ini menarik bagi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara dikarenakan aktivitas menanam padi masyarakat dan kegiatan yang dilakukan dipersawahan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing sebab pemandangan seperti itu tidak bisa dilakukan dan jarang terlihat di negara asal mereka.
Keindahan alam yang didominasi dengan area persawahan dan hasil alam yang melimpah membuat Desa Wisata Tetebatu sering kali disamakan dengan Ubud. Meskipun demikian berbeda dengan Ubud yang telah mempunyai fasilitas untuk wisatawan yang lengkap dan tujuan wisata yang telah tertata rapi, lingkungan yang ada di Desa Wisata Tetebatu masih sangat tradisional dengan nuansa perkampungan yang masih sangat kental, fasilitas untuk wisatawan yang ada masih sangat terbatas dan sangat minim, yang mana fasilitas yang tersedia hanya disediakan oleh penduduk Desa Tetebatu itu sendiri.
Masyarakat Desa Tetebatu mulai mengenal dan merintis usaha pondok wisata dimulai sejak dibangunnya wisma dr. Soedjono, dimana wisma inilah yang menjadi akomodasi penginapan pertama dan tertua yang ada di Desa Tetebatu.
Gambar 2. Wisma Soedjono
Sumber: Hasil Penelitian 2020
Usaha pondok wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu secara keseluruhan merupakan usaha pribadi milik masing-masing masyarakat setempat Desa Wisata Tetebatu. Sama-sama Bungalow milik pak Jaya merupakan contoh usaha pondok wisata yang dimana pengelolaannya dimulai dari manajemen hingga marketing dikelola secara mandiri oleh pemilik.
Sarana yang tersedia di setiap pondok wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu berupa kelengkapan yang ada di setiap kamar pada umumnya seperti (meja, kursi dan lemari kecil), ada pula beberapa pondok wisata yang telah
berkembang maka sarana dan prasarana lebih lengkap seperti tersedianya aula, restoran hingga tersedia kendaraan khusus yang dapat digunakan oleh tamu yang menginap digunakan untuk berkeliling kampung dan lain-lain.
Pondok wisata milik masyarakat yang ada di Desa Wisata Tetebatu memiliki jumlah kamar yang beragam, biasanya masyarakat yang memiliki rumah dan memiliki sejumlah kamar ataupun dalam satu rumah memiliki kamar lebih yang tidak terpakai maka Pokdarwis sebagai organisasi pengembang kegiatan pariwisata akan mengarahkan pemilik rumah untuk menyewakan kamar tersebut kepada wisatawan, hal ini dilakukan dengan cara Pokdarwis membantu mengiklankan kamar tersebut melalui Booking.com ataupun Airbnb. Kamar tersebut akan disulap menjadi room yang layak dengan kelengkapan sesuai standar kamar pondok wisata pada biasanya, maka pemilik rumah telah memiliki satu tambahan pendapatan dari menyewakan kamar lebih yang dimiliki, hal ini dilakukan agar semua masyarakat yang ada di Desa Wisata Tetebatu secara keseluruhan dapat merasakan manfaat dari adanya kegiatan pariwisata yang ada.
Berbeda dengan usaha pondok wisata milik masyarakat yang telah berkembang sebagai contoh Samasama Bungalow merupakan usaha pondok wisata yang saat ini telah memiliki total sembilan kamar baik kamar tipe single maupun tipe family yang dapat menampung 4-5 orang.
Harga kamar pondok wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu sangat bervariasi, masyarakat biasanya akan mengiklankan kamar yang dimiliki untuk disewakan kepada wisatawan melalui Booking.com atau Airbnb. Masyarakat atau pemilik biasanya menentukan harga kamar dibantu oleh Pokdarwis sesuai keinginan pemilik masing-masing dimana seluruh keputusan sepenuhnya berada ditangan pengelola. Kisaran harga kamar pondok wisata di Desa Wisata Tetebatu dimulai dengan harga seratus ribu rupiah hingga tiga ratus lima puluh ribu rupiah, baik untuk tipe kamar single dan tipe familyroom.
Pelayanan pada tamu yang menginap di setiap pondok wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu berbeda-beda, namun pelayanan umum yang diberikan oleh tuan rumah adalah sarapan bersama-sama dengan tuan rumah. Berbeda dengan pelayanan untuk kegiatan pariwisata yang dapat dilakukan oleh tamu beberapa pemilik pondok wisata menjadi tourguide bagi tamunya sendiri dan mengajak tamunya berkeliling kampung, ada juga pondok wisata yang menyediakan tour guide secara terpisah, dan beberapa pengelola pondok wisata juga menyediakan kendaraan yang dapat digunakan oleh wisatawan dalam menunjang kegiatan pariwisata yang dapat dilakukan saat berada dan menginap di Desa Wisata Tetebatu.
-
C. Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Usaha Pondok Wisata di Desa Wisata Tetebatu.
-
1. Pengembangan Usaha Pondok Wisata di Desa Wisata Tetebatu.
Ratmaja (2019), mengungkapkan bahwa pengembangan udaha pondok wisata dibagi menjadi tiga komponen, meliputi:
-
a. Kelembagaan
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
Kelembagaan diartikan sebagai sebuah organisasi lokal yang membawahi kegiatan wisata di daerah tujuan wisata, kelembagaan disini berupa Kelompok Sadar Wisata atau yang disebut Pokdarwis Desa Wisata Tetebatu. terbentuknya desa wisata dan usaha pondok wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu tentu memerlukan sebuah organisasi pengelola dimana yang menjadi wadah dalam pengembangan segala bentuk kegiatan pariwisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu, Kabupaten Lombok Timur.
Organisasi pengelola pariwisata di Desa Wisata Tetebatu adalah Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) yang bernama Kelompok Sadar Wisata Green Rinjani Tetebatu, dengan penetapannya melalui SK (Surat Keputusan) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Timur yang ditetapkan di Selong pada tanggal 8 September 2015, Nomor 188.45/ /BUPDAR/2015 (Kabupaten Lombok Timur, 2015).
Latar belakang terbentuknya Pokdarwis Green Rinjani ini adalah dimana Pokdarwis ingin memberikan pemahaman serta bimbingan kepada pemuda-pemuda, masyarakat dan seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang belum menerima sepenuhnya adanya kegiatan pariwisata di Desa Wisata Tetebatu. Maka dari kegiatan Pokdarwis ini dibentuk dari golongan-golongan pemuda di Desa dan menjadikan mereka sebagai anggota dimana pemuda-pemuda inilah yang akan melakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat, maka hal ini merupakan salah satu jalan yang dibuat oleh Pokdarwis untuk membuat perlahan-lahan masyarakat menerima pariwisata itu sendiri.
Pekerjaan anggota Pokdarwis Green Rinjani juga tidak hanya sebagai wadah dalam mengelola destinasi-destinasi wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu, namun dalam kegiatannya, tidak jarang pula anggota dari Pokdarwis juga merintis usaha pondok wisata, hal ini dilakukan karena para anggota telah mendapatkan cukup bekal pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan dari organisasi Pokdarwis ini, Pokdarwis Green Rinjani Tetebatu dalam melakukan tugasnya memiliki tujuan untuk menghidupkan kembali nilai kegotong royongan masyarakat yang sudah mulai hilang, dalam bekerja Pokdarwis tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun, Pokdarwis ini melakukan segalanya dengan sukarela dan benar-benar berkerja nyata untuk kepentingan sosial serta kegiatan pariwisata yang ada, hal ini dilakukan agar rasa kegotong royongan itu tetap ada dan utuh dengan menyatukan seluruh lapisan masyarakat dengan cara Pokdarwis memberikan berbagai penyuluhan dan selalu bekerjasama melibatkan masyarakat lokal berbagi kegiatan aktif dalam mengikuti perkumpulan masyarakat yang ada di Desa Wisata Tetebatu.
-
b. Pelaku
Selain kelembagaan pelaku juga merupakan hal yang penting dalam pengembangan usaha pondok wisata. Masyarakat Desa Wisata Tetebatu merupakan pelaku utama dalam kegiatan pariwisata yang berjalan di Desa Wisata Tetebatu. Masyarakat mulai mengembangkan usaha pondok wisata karena masyarakat mulai sadar bekerja di bidang pariwisata juga sangat menjanjikan tanpa harus meninggakan pekerjaan sebelumnya yaitu bekerja dalam bidang pertanian. Masyarakat mendukung dan dilibatkan secara penuh dalam kegiatan pariwisata yang berjalan dimana masyarakat di bimbing, dilatih, masyarakat akan diberikan pendidikan, cara mengelola pondok wisata, bagaimana cara menservice tamu, berinteraksi dengan tamu
sehingga dapat menciptakan kepercayaan antar tuan rumah dan tamu, termasuk anggota dari Pokdarwis juga banyak yang memiliki usaha pondok wisata di Desa Wisata Tetebatu.
-
c. Produk
Kelembagaan dan pelaku dalam usaha pondok wisata di desa wisata harus memiliki sebuah produk yang dihasilkan. Produk menjadi daya tarik utama wisatawan untuk datang dan mau mengikuti serta melakukan kegiatan yang ditawarkan oleh pondok wisata, pada pembahasan ini produk yang di maksud merupakan produk secara fisik yaitu pondok wisata yang disewakan itu sendiri dan produk wisata berupa kegiatan yang menjadi atraksi wisata dan alasan wisatawan ikut melakukan kegiatan wisata yang diberikan.
Rumah yang disewakan sebagai pondok wisata biasanya rumah warga yang memang sudah ada dan memiliki kamar yang tidak terpakai, beberapa juga memang ada warga yang telah mengembangkan usaha pondok wisata secara profesional dan mandiri, sudah memiliki sejumlah kamar dan dikelola secara profesional juga. Untuk menginap wisatawan akan dikenakan tarif mulai dari seratus ribu rupiah hingga tiga ratus ribu rupiah sudah termasuk sarapan di pagi hari, selain itu masing-masing kamar mendapatkan fasilitas sederhana sesuai dengan kemampuan dari pemilik pondok wisata umumnya berupa meja kecil, kursi kecil, dan lemari kecil, tetapi mayoritas rumah yang dijadikan pondok wisata masih menggabungkan kamar mandi pemilik pondok wisata dengan wisatawan yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan bagi wisatawan.
Interaksi yang terjadi antara tuan rumah dan wisatawan biasanya sering terjadi dan hal ini menjadi jembatan utama wisatawan merasa nyaman dengan Desa Wisata tersebut, tak jarang pemilik pondok wisata tempat wisatawan menginap menjadi tourguide bagi wisatawan tersebut, biasanya tuan rumah membuat program sendiri seperti jalan ke kampung-kampung, ke sawah, ke gunung apabila pendakian sedang dibuka dan akan diberikan fasilitas mobil atau motor yang diberi nama endurotour dimana jalurnya ke hutan dan ke sawah selain itu masih banyak kegiatan yang bisa dilakukan wisatawan saat berada di Desa Wisata Tetebatu antara lain kegiatan mengemas hasil pertanian milik masyarakat ditengah sawah seperti coklat dan biji salak, kemudian ada kegiatan cookingclass yang juga dilakukan di tengah sawah, wisatawan disana akan belajar memasak dan juga belajar bagaimana cara menanam padi.
Partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan kegiatan pariwisata khususnya usaha pondok wisata di Desa Wisata Tetebatu sangat aktif, dilihat dari antusias masyarakat yang sangat besar. Pokdarwis yang terbentuk atas inisiatif masyarakat menjadi sebuah organisasi yang mewadahi masyarakat dalam mengelola usaha pondok wisata, dari hal ini dapat dikatakan bahwa bentuk partisipasi masyarakat lokal Desa Wisata Tetebatu adalah Spontaneous community participation, dilihat dari peran serta partisipasi masyarakat dalam membangun usaha pondok wisata, mengelola hasil alam dan mengembangkan destinasi yang ada di Desa Wisata Tetebatu hingga Tetebatu bisa dan berhasil mendatangkan wisatawan walaupun belum dalam jumlah yang banyak, namun jumlah
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
kedatangan wisatawan ke Desa Wisata Tetebatu terus mengalami peningkatan.
Seiring dengan perkembangan pola kegiatan pariwisata yang semakin banyak, Desa Wisata Tetebatu memiliki semakin banyak program-program kegiatan pariwisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan, hal-hal unik, baru dan khas dengan kegiatan masyarakat pedesaan membuat wisatawan memiliki minat untuk datang ke Desa Wisata Tetebatu. Hal ini membuat Desa Wisata Tetebatu mulai dilirik pemerintah, pemerintah mulai masuk ke dalam sektor pariwisata di Desa Tetebatu dengan membuat program-program serta pelatihan-pelatihan kepada masyarakat terkait dengan pariwisata dengan kata lain partisipasi masyarakat yang semula spontan secara bertahap beralih menjadi jenis partisipasi pasif dengan ciri-ciri masyarakat hanya terlibat dalam pelaksanaan dan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Perubahan jenis partisipasi spontan ke arah pasif terjadi karena kemampuan pemilik usaha pondok wisata dalam mendatangkan wisatawan untuk berlibur dan menghabisakan waktu di Desa Wisata Tetebatu, dengan menginap dan mengikuti segala kegiatan wisata yang ada, menunjukan kemajuan yang baik dan pasti, Desa Wisata Tetebatu mulai dilirik oleh pemerintah pusat, beberapa aturan mulai masuk dan berbagai kegiatan sosialisasi hingga pelatihan-pelatihan mulai diterapkan, keadaan ini terntu saja tidak bisa langsung diterima oleh masyarakat khususnya pemilik usaha sebab sebelum pemerintah terjun pada kegiatan pariwisata di Desa Wisata Tetebatu, masyarakat hanya bekerja dengan Pokdarwis hingga berhasil menjadi desa wisata terbaik di Lombok Timur.
Tabel 1. Jenis Partisipasi Masyarakat Lokal di Desa Wisata Tetebatu
N o |
Kelemba gaan |
Pelaku |
Produk |
Jenis Partisi pasi |
1 |
Pokdarw is |
Pemilik Usaha Desa |
Kampung
dan Sawah
Pertanian
|
Sponta n (Spont aneous Comm unity partici pation ) |
2 |
- |
Dinas Pariwisata |
|
Pasif (Passiv e Comm unity Partici pation ) |
Sumber. Hasil Penelitian 2020
Tidak dapat dikatakan pemerintah mengambil alih kendali secara keseluruhan, karena peran serta partisipasi masyarakat lokal masih sangat kental di Desa Wisata Tetebatu, masyarakat memiliki rasa kekecewaan terhadap pemerintah namun tentu saja tetap dilibatkan dalam pembentukan program-program dan pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan pariwisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu, maka dapat dikatakan jenis
partisipasi masyarakat lokal di Desa Wisata Tetebatu mulai berubah dari Spontaneous community participation ke arah Passive community participation.
Usaha pondok wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu dikelola oleh masyarakat Desa Tetebatu itu sendiri, Masyarakat membuat dan mengiklankan kamar yang dimiliki kemudian disewakan menjadi pondok wisata kepada wisatawan, dan masyarakatlah yang menjadi pemilik dari pondok wisata yang dikelola masing-masing. Sarana dan prasarana yang tersedia di pondok wisata yang ada di Desa Tetebatu belum dapat dikatakan lengkap namun sudah mengikuti standar kelengkapan isi kamar suatu pondk wisata seperti meja, kursi, kasur dan lemari kecil, tidak jarang untuk kelengkapan lainnya pengelola menambahkan fasilitas seperti kendaraan yang dapat digunakan wisatawan untuk berkeliling kampung. Jumlah kamar yang tersedia di masing-masing pondok wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu beragam, dimulai dari satu kamar sampai sepuluh kamar dengan fasilitas aula dan restaurant dimana pondok wisata yang seperti ini pemilik usaha yang sengaja membangun dan mengelola secara profesional. Tarif harga kamar yang ditawarkan oleh pemilik usaha juga beragam dimulai dari harga seratus ribu hingga tiga ratus lima puluh ribu rupiah sesuai dengan jenis kamar yang diinginkan yaitu tipe kamar single atau untuk family room. Wisatawan yang menginap di pondok wisata juga mendapatkan pelayan yang bervariasi dari masing-masing pondok wisata pilihan, secara umum wisatawan akan mendapatkan sarapan dan biasanya pengelola akan menyediakan jasa tour guide untuk wisatawan yang akan berwisata di Desa Wisata Tetebatu.
Usaha pondok wisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu meski belum dalam jumlah yang besar, namun telah berhasil mendatangkan wisatawan untuk menghabiskan waktu di Desa Wisata Tetebatuupaya pengembangan usaha pondok wisata di Desa Wisata Tetebatu dapat dilihat melalui tiga faktor yaitu kelembagaan, pelaku dan produk. Pokdarwis merupakan kelembagaan yang dimaksud sebagai wadah masyarakat Desa Tetebatu dalam mengembangkan keberlanjutan kegiatan pariwisata yang ada di Desa Wisata Tetebatu, Pokdarwis memiliki peran yang sangat besar dalam mengarahkan masyarakat agar menerima dan memahami apa itu pariwisata serta dampak positif dan negatif dari pariwisata itu sendiri. Pelaku yang dimaksud adalah masyarakat lokal sekaligus pemilik dari usaha pondok wisata yang dimana tanpa peran serta keatifan masyarakat
Desa Wisata Tetebatu hanyalah desa yang tidak memiliki daya tarik yang khas. Produk yang dihasilkan oleh masyarakat sekaligus pemilik usaha pondok wisata ini adalah berupa pondok wisata itu sendiri dan juga berupa kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan saat berada di Desa Wisata Tetebatu, kegiatan tersebut antara lain keliling kampung, wisata ke hutan dan ke sawah, cooking class, pelesir budaya, enduro tour, mengemas hasil pertanian dan menanam padi di sawah.
Hal ini tidak akan terjadi apabila tanpa peran aktif dari masyarakat desa itu sendiri. Apabila ditinjau dari tipologi partisipasi masyarakat, sebelum pemerintah mulai ikut ambil bagian dari kegiatan pariwisata di Desa Wisata Tetebatu, jenis partisipasi masyarakat desa adalah spontan (Spontaneous Community Participation), dikarenakan
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 2, 2021
masyarakat memang secara inisiatif mengembangkan usaha pondok wisata agar wisatawan yang datang lebih lama menginap di Desa Wisata Tetebatu, sebab masyarakat sudah merasakan manfaat yang didapatkan dari berjalannya kegiatan pariwisata. Adanya faktor eksternal yang merupakan pemerintah sudah masuk kedalam
kegiatan pariwisata munculah kekecewaan dari masyarakat karena selama ini masyarakatlah yang bekerja, pemerintah dipandang hanya melanjutkan apa yang sudah dikerjakan oleh masyarakat, maka dari itu jenis partisipasi masyarakat mulai beralih menjadi pasif (Passive Community Participation).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017. Data Profil Desa Tahun 2017 Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana
Inskeep, E. (1991). Perencanaan pariwisata: Pendekatan
pembangunan yang terintegrasi dan berkelanjutan. John Wiley & Sons.
Kabupaten Lombok Timur. 2015. SK (Surat Keputusan) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Timur. Lombok: Pemerintah Daerah Kabupaten
Lombok Timur.
Mahagangga, I. G. A. O. (2015). KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG. Prosiding Seminar Senastek II 2015, 2(culture tourism), 575–588.
Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Pemerintah Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif No 9 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Pondok Wisata. Kemenparekraf. Jakarta.
Ratmaja, L., & Pattaray, A. 2019. Homestay sebagai
Pengembangan Usaha Masyarakat di Desa Wisata Kembang Kuning Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Kepariwisataan
Sharpley, R., & Telfer, D. J. (Eds.). (2015). Pariwisata dan
pembangunan: Konsep dan isu (Vol. 63). Publikasi tampilan saluran.
Sugiono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian PendidikanPendekatan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tosun, C. (1999). Menuju tipologi partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan pariwisata. Anatolia, 10(2), 113134.
Sumber lain :
Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2019. Tetapkan 99, Pemprov Awali dengan 25 Desa Wisata. Diakses pada 27 Desember 2020 di https://www.ntbprov.go.id/post/tetapkan-99-desa-pemprov-awali-dengan-25-desa-wisata
415
Discussion and feedback