Jurnal Destinasi Pariwisata                                                  p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 8 No 2, 2020

Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo, Sumatera Utara

Louis Steven Sitangganga, 1, Dian Pramita Sugiartia, 2 1[email protected], 2[email protected] a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

Sipiso-piso Waterfall located in Karo District, North Sumatra can be used as a superior attraction because it has great potential to be developed compared to other attractions around Lake Toba because this waterfall is one of the most popular tourist attractions. However, there are several obstacles on the development of Sipiso-piso Waterfall tourism such as tourism stakeholders who do not cooperate well such as the provision of supporting facilities that should be provided by the tour manager, namely the Karo District government instead, provided by the local community. Based on this phenomenon, it is necessary to know the management of Sipiso-piso Waterfall and how much participation of local people in the management of Sipiso-piso Waterfall.

The method used in this research is descriptive qualitative. This research aims to To find out how to manage Sipiso-piso waterfall in Karo District, North Sumatra To find out how far the participation of local people in the management of Sipiso-piso waterfall. Data collection techniques using observation, interviews, and literature. Determination of informants using Purposive Sampling techniques. The results of this research is that the community in the management of Sipiso-Piso Water Tourism Attraction at the planning stage is at the encouraged participation type, at the community organizing stage is at the spontaneous participation as well as at the mobilization stage, while at the community supervision stage is at the encouraged participation type.

Keywords: participation, development, local community

  • I.    PENDAHULUAN

Sumatera Utara merupakan provinsi yang terkenal oleh keanekaragaman suku dan budaya, tidak hanya itu saja di provinsi Sumatera Utara juga mempunyai alam yang sangat luar biasa keindahannya dan tidak perlu diragukan lagi. Provinsi Sumatera Utara saat ini sedang gencar dalam tahap mengembangkan pariwisatanya yang bertitik fokus di Danau Toba dan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena Danau Toba telah menjadi salah satu dari sepuluh Bali baru yang di canangkan oleh Kementerian Pariwisata. Dari berbagai tempat wisata yang ada di sekitar Danau Toba salah satu yang dapat dikembangkann menjadi daya tarik unggulan lainnya adalah Air Terjun Sipiso piso yang berada di Desa Merek, Sumatera Utara, berlokasi di sekitar tempat tinggal penduduk.

Air terjun Sipiso-piso dapat dijadikan sebagai daya tarik unggulan karena memiliki begitu banyak potensi untuk di kembangkan apabila dibandingkan dengan daya tarik lainnya di sekitaran Danau Toba. Tidak hanya karena jumlah kunjungan wisatawan yang lebih besar

serta tidak hanya karena banyak diminati wisatawan dari dalam maupun luar negeri, tetapi juga karena keindahan alamnya yang dapat dinikmati wisatawan di sekitar air terjun. Hingga saat ini, wisatawan dari berbagai negara seperti, Jerman, Belanda, Perancis, Australia, Malaysia, Singapura, dan negara lainnya masih banyak yang mengunjungi Air Terjun Sipiso-piso. Air Terjun Sipiso-piso dengan segala potensi yang ada seharusnya bisa dengan mudah berkembang menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan selain Danau Toba.

Namun terdapat beberapa kendala yang menghambat perkembangan wisata Air Terjun Sipiso-piso seperti stakeholder pariwisata yang kurang bekerjasama dengan baik seperti penyediaan fasilitas pendukung yang seharusnya di sediakan oleh pengelola wisata yaitu pemerintah daerah Kabupaten Karo justru disediakan oleh masyarakat lokal. Berdasarkan fenomena tersebut, perlu diketahui bagaimana pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso serta seberapa besar partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan daya tarik wisata Air Terjun Sipiso-piso Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Vol. 8 No 2, 2020

Berdasarkan hasil penelitian berbasis masyarakat yang sebelumnya pernah dilakukan serta relevan dengan penelitian ini adalah “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok di Desa Kretek Parangtritis” milik Ahmad Nawawi (2013). Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui mengenai pola pengelolaan wisata pantai Depok, di Desa Kretek Parangtritis, hasil penelitian ini adalah partisiasi penuh oleh masyarakat lokal yang membentuk suatu wadah untuk tujuan pengelolaan Pantai Depok, adapun persamaan antar penelitian ini dengan penelitian yang sedang dilakukan terletak di metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif serta teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan juga dokumentasi. Perbedaannya berada pada fokus penelitian, yaitu penelitian yang sedang dilakukan terfokus pada Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso.

Penelitian yang kedua oleh Dyah Pertiwi Jaya Wardhani, Bambang Sulardiono, Boedi Hendrarto (2016) yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Suwuk Kabupaten Kebumen Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana masyarakat setempat berpartisipasi dalam mengelola Pantai Suwuk saat ini. Hasil dari penelitian ini adalah dalam pengelolaan obyek wisata alam partisipasi masyarakat lokal masih sangat minim, walaupun wilayah ini mempunyai sumber daya alam yang mendukung. Seharusnya masyarakat lokal diberdayakan mengenai sistem pariwisata lewat pendekatan partisipatif melalui perantara pemerintah desa. Adapun persamaan antara penelitian ini terhadap penelitian yang sedang dilakukan berada pada metode yaitu analisis deskriprif, serta teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi dan wawancara. Perbedaan terletak pada pada lokasi penelitian sertakomponen pengelolaan yang di analisa dalm penelitian.

  • II.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Daya Tarik Wisata Airt Terjun Sipiso-piso yang terletak di Desa Tongging, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas pertimbangan bahwa, Air Terjun Sipiso-piso ini merupakan air terjun yang tertinggi ke-6 di Indonesia, Air Terjun Sipiso-piso memiliki

pemandangan yang menghadap langsung ke Danau Toba dan juga mengalir langsung ke Danau Toba, serta tingginya minat masyarakat dalam mengelola dan menjaga daya tarik wisata Air Terjun Sipiso-piso.

Ruang lingkup penelitian yang terdapat di dalam penelitian ini memiliki tujuan sebagai penegas batas-batas permasalahan sehingga aspek data menjadi jelas. Adapun aspek data dalam penelitian ini adalah:

  • 1.    Pemahaman mengenai pengelolaan adalah:

  • a.    Planning yaitu Anggaran biaya, Visi Misi, pembangunan di air terjun

  • b.    Organizing yaitu kepegawaian dan struktur organisasi

  • c.    Actuating    yaitu    kepemimpinan,

penggerakan, dan pelaksanaan

  • d.    Controlling yaitu Menetepkan standar pelaksanaan kegiatan, Menentukan pemgukuran pelaksanaan kegiatan, Menganalisa penyimpangan yang terjadi, Mengambil tindakan untuk memperbaiki penyimpangan.

  • 2.    Pemahaman    mengenai    partisipasi

masyarakat adalah:

  • a.    Pembagian pendapatan dari tiket masuk.

  • b.    Pembangunan di air terjun.

  • c.    Pelaksana pengelolaan air terjun.

  • d.    Ikut serta dalam kepengurusan.

  • e.    Terlibat terhadap proses pengambilan keputusan.

Pendekatan utama penelitian adalah menggunakan paradigma kualitatif (Anom, dkk., 2019). Sumber data utama adalah temuan di lapangan sebagai data primer dan data sekunder   sebagai    rujukan. Penelitian

kualitatatif  bertujuan untuk menyelidiki,

menemukan,     menggambarkan,     serta

menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial. Penelitian kualitatif sumber data penelitian adalah tampilan berupa katakata lisan ataupun tertulis yang dicermati oleh peneliti, serta benda-benda yang. diamati sampai detailnya supaya makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya dapat ditangkap maknanya (Saryono, 2010). Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif (Kasiram, 2008). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah Jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Air Terjun Sipiso-piso dan jumlah kunjungan wisata

Vol. 8 No 2, 2020

mancanegara. Adapun sumber data di dalam penelitian ini ialah data primer berupa perencanaan yaitu anggaran biaya, visi misi, pembangunan di air terjun, organizing yaitu kepegawaian dan struktur organisasi, partisipasi masyarakat    seperti pembagian

pendapatan dari tiket masuk, pembangunan di air terjun, Pelaksana pengelolaan air terjun, ikut serta dalam kepengurusan, terlibat dalam pengambilan keputusan.

Dalamipenelitian       ini       teknik

pengumpulan data dilakukan melalui:

  • a.    Observasi ialah sebuah metode akurat dan spesifik dalam melakukan pengumpulan data kemudian memiliki tujuan untuk mencari informasi mengenai segala kegiatan yang sedang berlangsung untuk dijadikan objek kajian dalam sebuah penelitian (Patton: 2006). Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan data mengenai berbagai tingkat partisipasi yang dilakukan di Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso Kecamatan Merek tepatnya Desa Tongging danL ditujukani untuk melakukan pengamatan mengenai hal-hal yang berkaitan dari partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso.

  • b.    Menurut Lexy J. Moleong (2012:1 86)

wawancara merupakan suatu metode percakapan yang memiliki tujuan tertentu yang kemudian dilakukan secara face to face untuk memperoleh informasi lisan sebagai tujuan untuk mendapatkan data yang          kemudian          dapat

menjelaskan permasalahan-permasalhan di dalam penelitian. Wawancara yang digunakan di dalam penelitian ini ialah tidak terstruktur dan data yang diperoleh melalui wawancara tidak terstruktur adalah sejarah Air Terjun Sipiso-piso dijadikan sebagai Daya Tarik Wisata, struktur organisasi pengelola Air Terjun Sipiso-piso, sistem perekrutan pegawai yang ingin bekerja di wisata air terjun sipiso-piso, partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan di Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso, visi misi, Pembangunan yang akan dilakukan, anggaran biaya, dan Berapa jumlah kunjungan wisatawan Domestik dan Mancanegara yang berkunjung ke wisata air terjun sipiso-piso

selama 3 (tiga) tahun terakhir. Adapun Hasil wawancara yang telah lakukan kepada masyarakat lokal yaitu, keterlibatan masyarakat lokal dalam pembangunan Air Terjun Sipiso piso, keterlibatan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

  • c.    Studi kepustakaan adalah suatu teknik mengumpulan   data   dengan    cara

mengadakan studi  penelaahan  kepada

buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan penting, serta laporan-laporan yang memiliki hubungan terhadap masalah yang dipecahkan (M. Nazir 1998: 111). Adapun studi kepustakaan yang dimaksudkan di dalam penelitian ini ialah data yang di peroleh dari dokumen resmi yaitu Gambaran umum, Jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Air Terjun Sipiso-piso, Jumlah kunjungan mancanegara ke air terjun Sipiso-piso

Teknik analisis data yang akan digunakan di dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif. Dengan mengikuti langkah-langkah seperti yang telah dikemukakan oleh Burhan Bungin (2007), sebagai berikut:.

  • a.    Melakukan    pengamatan    terhadap

fenomena sosial yang ada di Air Terjun Sipiso-piso

  • b.    Melakukan kategorisasi terhadap informasi yang di peroleh, kemudian hasil yang di peroleh dari langkah pertama semakin banyak. Oleh karena itu peneliti seawal mungkin, mulai memilah data serta mengelompokkan data yang sejenis. Data yang sejenis merupakan sekumpulan data yang merupakan sejumlah indikator ataupun konsep internal dari satu konsep sebagai tema ataupun sub-tema.

  • c.    Menelusuri dan juga menjelaskan mengenai kategorisasi, pada tahap ini peneliti meneliti data-data yang di perloleh dan menjelaskan mengenai data-data tersebut sehingga dapat di pahami lebih baik.

  • d.    Menjelaskan    mengenai    hubungan

kategorisasi, pada tahap ini peneliti menuliskan kembali segala yang didapat dari    langkah    pertama,    sehingga

menjadikan catatan-catatan yang lebih rapi, mudah dipahami, serta lebih mudah di baca, tetapi hanya mengandung hal-hal yang terkait dengan yang diperlukan.

Vol. 8 No 2, 2020

  • e.    Menarik kesimpulan umum, adapun tujuan dari langkah ini ialah peneliti memberi arti kepada deskripsi para responden untuk menjawab permasalahan penelitian.

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso yang berada di Desa Tongging, tepatnya di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo Sumatera Utara terletak 24 km kurang lebih dari Kota Kabanjahe. Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipisopiso adalah salah satu tempat wisata populer di Pulau Sumatera. Jika di lihat dari peta dapat dilihat bahwa kecamatan Merek berada dekat dengan tepian Danau Toba hal ini lah yang mengakibatkan Air Terjun Sipiso-piso memiliki nila lebih karena wisatawan dapat menikmati keindahan Danau Toba sekaligus dari lokasi air terjun ini. Wisatawan juga dapat melihat aliran air terjun yang langsung menuju ke Danau Toba. Air Terjun ini terletak di perbukitan yang memiliki ketinggian 800 mdpl serta dikelilingi oleh hutan pinus. Pengelolaan wisata alam air terjun ini dipegang oleh Pemerintah daerah Kabupaten Karo. Dengan memiliki ketinggian sekitar 120 meter, Air Terjun Sipiso-piso merupakan salah satu air terjun tertinggi di Indonesia.

  • 1.    Kondisi Pariwisata di sekitar Air

Terjun Sipiso-piso

Air Terjun Sipiso-piso yang di jadikan sebagai prioritas pengembangan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo di kenal sebagai salah satu Air terjun tertinggi di Indonesia yang dikelilingi oleh hutan bukit dan hutan pinus yang indah yang menjadikan air terjun ini menjadi pariwisata unggulan yang baik untuk di kembangkan. Adapun potensi yang dapat di kembangkan di air terjun ini seperti paralayang, arum jeram, serta dapat di jadikan tempat untuk kamping. Jumlah usaha terkait pariwisata antara lain Hotel berbintang/non-berbintang: berjumlah 74 unit, untuk    Transportasi/angkutan     umum:

berjumlah 17unit, Rumah makan: 107 unit, Kios cendramata: 7 unit, Industri kerajinan: 3 unit sedangkan sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang ada di Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso yaitu rumah sakit dan puskesmas, akmodasi, museum, restaurant, pengerajin patung, seniman lukis, tari dan tabuh. Selain Air Terjun Sipiso-piso terdapat

beberapa daya tarik wisata lainnya seperti Sapojuma, Taman Bunga Sapojuma, Pulau Paropo, Gajah Bobok, dan lain-lain.

  • 2.    Pengelolaan Air Terjun Sipio-piso a. Perencanaan

Latar belakang terbentuknya wisata Air Terjun Sipiso-piso dikarenakan terjadinya perkembangan dalam dunia pariwisata di sekitar Danau Toba yang mana hal tersebut meningkatkan aktivitas industri pariwisata, termasuk karena munculnya akomodasi pendukung pariwisata seperti hotel, homestay, serta berbagai toko yang menjual oleh-oleh khas daerah sekitar. Dikarenakan perkembangan pariwisata di Danau Toba wisatawan yang berkunjung pun semakin banyak dan mengakibatkan tempat untuk menikmati panorama tidak mencukupi sehingga masyarakat sekitar mulai mencari tempat wisata yang baru yang dapat menarik minat wisatawan sehingga wisatawan yang berkunjung tidak hanya datang ke Danau Toba untuk lebih meningkatkan kesadaran akan kegiatan pariwisata, dibentuk kelompok sadar wisata di Desa Tongging, yang mana mempunyai visi dan misi yaitu dengan visi “Terwujudnya Masyarakat yang Makmur dan Sejahtera Berbasis Pembangunan Pertanian dan Pariwisata yang Berwawasan Lingkungan” sedangkan misinya adalah meningkatkan kapasitas mengenai profesionalisme dari pihak aparatur, serta meningkatkan produksi pertanian dan pemasaran hasil pertanian sektor unggulan yang berdaya saing melalui dukungan agro industri, membangun atau meningkatkan kuantitas dan kualitas daerah tujuan wisata yang mampu meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara, membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur yang menjangkau daya tarik wisata, kawasan strategi, dan wilayah terisolir yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata, menjamin dan meningkatkan kuantitas serta kualitas dari pelayanan pariwisata, kemudian mengembangkan. dan memperkuat ekonomi kerakyatan..yang saling bersinergi serta berkelanjutan, kemudian Meningkatkan kualitas serta aksesibilitas pariwisata, Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya masyarakat

Vol. 8 No 2, 2020

Masyarakat lokal melakukan partisipasi secara tidak langsung pada tahap perencanaan. Ditbuktikan dari kosongnya keterlibatan masyarakat lokal secara langsung dalam hal mengambil langkah, tindakan ataupun keputusan. Masyarakat hanya menjalankan pekerjaan yang ada dan telah di sediakan oleh pemerintah, maka dengan demikian masyarakat lokal diarahkan kepada pilihan alternatif dalam mengatasi permasalahan yang nantinya masyarakat merasakan dampak positif dari pilihan alternatif tersebut. Namun pada kegiatan penataan lingkungan, masyarakat lokal ikut secara langsung sebagai langkah awal dikembangkannya Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso serta masyarakat diberikan kewenangan untuk menata daya Tarik wisata tersebut namun tetap dikordinasikan kepada tingkat manajerial yang menaungi, seperti biaya yang datang wajib dikordinasikan kepada Pokdarwis, selanjutnya Pokdarwis mengordinasikan dana tersebut kepada pemerintah desa.

Dari penjelasan tersebut bisa dilihat bahwa masyarakat lokal dalam perencanaan partisipasi yang dilakukan masih berada pada tipe partisipasi dorongan (induced participation)

  • b.    Pengorganisasian

Dalam pelaksanaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso di pegang oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo. Masyarakat yang berpartisipasi di dalam pelaksanaan daya tarik wisata di atur dan di tempatkan langsung oleh dinas seperti untuk petugas parkir yang dipilih oleh Dinas Perhubungan, dan untuk ticketing di awasi oleh honorer dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo. Sistem pelaksanaan dan kepegawaian di Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso telah teratur dan terstruktur dengan baik karena dipegang langsung oleh Dinas yang berwenang. Perekrutan pegawai dilakukan dengan cara di pilih langsung oleh dinas sebagai pengelola daya tarik wisata. Agar dapat meningkatkan kesadaran akan kegiatan pariwisata, dibentuk kelompok sadar wisata di Desa Tongging, dibentuknya Pokdarwis bertujuan untuk mewadahi ide ide masyarkat loka serta diharapkan supaya seluruh kegiatan pengelolaan daya tarik wisata dapat lebih baik, sehingga masyarakat lokal lebih di perhatian.

Hal ini di dukung juga oleh dibentuk dan dikepalainya pokdarwis oleh orang yang berasal dan juga dari daerah yang sama. Hal ini memungkinkan terbentuknya hubungan yang lebih fleksibel dan juga tidak terlalu terikat terhadap aturan yang biasanya mengekang. Kemudian agar pengelolaan paraiwisata di daya tarik wisata berjalan dengan lancar pokdarwis memiliki ide-ide seperti:

  • 1.    Pengembangan sumber daya manusia pokdarwis melakukan sosialisasi bagi masyarakat lokal mengenai pariwisata sehingga kesadaran masyarakat mengenai pariwisata dapat lebih meningkat.

  • 2.    Selain itu pokdarwis juga memiliki program pelestarian lingkungan. Dari segi lingkungan pokdarwis melaksanakan kegiatan    gotong royong    dengan

masyarakat, baik dari kalangan anak-anak, remaja, sampai orang tua semua ikut serta dalam kegiatan ini.

Dalam rangka menjalankan program-proram dan kebijakan dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air terjun Sipiso-piso, maka Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Karo selaku pengelola melakukan strategi pengembangan agar apa yang telah dicanangkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Strategi pertama yang dijalankan adalah membangun fasilitas fasilitas pendukung Pariwisata yang dapat dikelola oleh masyarakat seperti tempat parkir, toilet, mushola, toko souvenir, kuliner, spot selfie, open stage. Kemudian dalam waktu dekat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo akan melakukan Renovasi terhadap toko-toko yang ada dikawasan Air Terjun dan dijadikan toko-toko yang bernuansa kebudayaan Karo

Partisipasi     masyarakat     dalam

pelaksanaan pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso bisa disebutkan masih berada di tipe partisipasi spontan (spontaneous participation).

  • c.    Penggerakan

Berdasarkan kepemimpinan di dalam manajemen Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipisopiso sebagai upaya dalam menggerakkan masyarakat, dilakukan dengan cara melakukan pendekatan    secara langsung kepada

masyarakat lokal dengan membicarakan mengenai Pariwisata dan kesempatan kerja yang tersedia di dalamnya. Adapun pendekatan

Vol. 8 No 2, 2020

yang dimaksud didalamnya berupa bimbingan pengetahuan bagi masyarakat lokal dalam upaya menjalankan usaha pariwisatanya.

Untuk menggerakkan masyarakat Dinas Pariwisata melakukan aksi dengan cara pendekatan ke masyarakat langsung untuk mendiskusikan mengenai pariwisata dan kesempatan pekerjaan yang ada serta permasalahanpermasalahan yang dihadapi. Pendekatan yang dimaksud berupa penyampaian dan pemberian masukan, bimbingan pengetahuan kepada masyarakat lokal untuk menjalankan usaha pariwisatanya. Masyarakat lokal juga dianggap sebagai partner kerja untuk menjalankan kegiatan pariwisata, yang mana hal ini berarti tidak ada tipe dalam manajemen, yaitu siapa yang lebih tinggi maupun siapa yang lebih rendah.

Partisipasi masyarakat lokal Desa Tongging dalam penggerakan bisa perhatikan berdasarkan tingkat keterlibatan masyarakat lokal terhadap pendekatan serta diskusi mengenai permasalahan apa saja yang di hadapi yang dihadapi di dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso, ini membuktikan jika partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal masih bersifat bottom-up. selanjutnya masyarakat lokal aktif berpartisipasi hal ini dikarenakan masyarakat lokal dalam pengelolaan dianggap sebagai partner, yang mana berarti bahwa partisipasi merupakan hak dari masyarakat lokal, yang mengakibatkan masyarakat lokal tidak dijadikan alat maupun sarana untuk mencapai tujuan untuk mencapai dikembangkannya Air Terjun Sipis-piso sebagi daya tarik wisata. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kerjasama yang terjadi antara masyarakat lokal dengan pemerintah dalam melakukan dan menjalankan aktivitas pariwisata. Dari keterangan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan pengelolaam Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso partisipasi masyarakat lokal terletak pada tipe Partisipasi Spontan.

  • d.    Pengawasan

Pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso, tidak dilakukan rapat evaluasi rutin agar melihat perkembangan dari kegiatan pariwisata yang ada. Evaluasi dilakukan ketika ada hal-hal yang terjadi diluar apa yang sudah dicanangkan, atau ketika ada even-even tertentu dan ada sesuatu yang perlu

dibicarakan. Selain itu, dalam kegiatan pengevaluasian, pengelola kerap kali masih mengandalkan hasil evaluasi yang diadakan oleh lembaga tertentu untuk menilai kinerja yang dilakukan dalam kegiatan pariwisata di Air Terjun Sipiso-piso. Hal tersebut menandakan bahwa belum ditetapkannya pemantauan mengenai aktivitas pariwisata yang dilaksanakan secara rutin oleh Dinas Pariwisata

Partisipasi masyarakat lokal terhadap pengawasan ini dapat diamati berdasarkan tingkat keikutsertaan masyarakat lokal pada saat dilakukannya pengambilan keputusan ketika diadakan evaluasi terhadap kerjaan pengelolaan Daya Tarik Wisata, Masyarakat lokal hanya menjalankan pertemuan jika terdapat hal yang perlu untuk dibicarakan. Ketergantungan masyarakat lokal kepada evaluasi yang dilakukan oleh pihak eksternal, contohnya tim penilai Pokdarwis nasional. Maka dapat diartikan terdapatnya dominasi dari pihak luar terhadap diselenggarakannya rapat evaluasi.

Selain itu, Pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipsio-piso tidak memiliki tingkat minimum keberhasilan yang ditetapkan sebagai upaya dalam mendorong semangat kerja pengelola selama ini. Manajemen Daya Tarik wisata mengembangkan Air Terjun Sipiso-piso berdasarkan dari potensi yang dimiliki. Dari hal ini terlihat terlihat bahwa terdapat partisipasi pasif di dalam masyarakat lokal dalam menentukan tingkat minimum keberhasilan dari pengelolaan Daya Tarik Wisata. kemudian, terdapat juga halangan di dalam pengelolaan berupa dana operasional, dimana dana tersebut tidak berputar optimal hal ini diakibatkan pemasukan di dalam pengelolaan kurang. Dalam masalahan dana tersebut, belum dikeluarkan secara pasti mengenai solusinya,hal ini terjadi karena pihak internal dari pengelola dan juga pemerintah belum terdapat pembicaraan yang berlangsung. Dalam permasalahan ini menandakan bahwa masyarakat lokal belum dan tidak memiliki wewenang penuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dari penjelasan tersebut bisa simpulkan bahwa dalam pengawasan tingkat partisipasi masyarakat lokal berada pada tipe partisipasi terdorong. Keterlibatan dari masyarakat lokal dalam pengelolaan Air Terjun Sipiso-piso keseluruhan

Vol. 8 No 2, 2020

mulai      dari     tahap      perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan, hingga pada

tahap pengawasan dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso

Pengelolaan

Tipe Partisipasi

Paksaan

Terdorong

Spontan

Planning (Perencanaan)

Organizing (Pengorganisasian)

Actuating (Penggerakan)

Controlling (Pengawasan)

Sumber: Hasil Penelitian 2019

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa masyarakat lokal mengeai pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso di tahap perencanaan ada pada tipe partisipasi terdorong, sedangkan dalam pengorganisasian masyarakat lokal ada pada tipe partisipasi spontan begitu juga pada tahap penggerakan, namun pada tahap pengawasan masyarakat lokal beradaa paada tipe, partisipasi terorong.

  • 3.    Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Wisata Air Terjun Sipiso-piso

  • a.    Pengambilan Keputusan

Partisipasi     masyarakat     dalam

pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso salah satunya dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan Program yang diputuskan melalui kebijakan top-down, yang dimana Dinas melakukan keputusan sedangkan masyarakat yang ingin menyampaikan pendapat atau ide, di sampaikan kepada Pokdarwis,      kemudian       Pokdarwis

menyampaikan aspirasi masyarakat tersebut agar persetujuan lebih lanjut dapat di raih. Jika aspirasi yang diberikan. oleh Pokdarwis telah di setujui oleh Dinas kemudian dana akan dianggarkan untuk direalisasikan. Hal ini menunjukkan juga bahwa di dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso memiliki komunikasi dua arah masyarakat dengan pemerintah bertujuan agar menentukan langkah-langkah yang dapat diambil berdasarkan pengembangan Daya Tarik wisata Air Terjun Sipiso-piso Dalam Pengambilan

keputusan, masyarakat lokal dapat dikatakan telah masuk kedalam tiga aspek pengelolaan diantaranya pada apek pengelolaan, yaitu pada pelaksanaan, penggerakan dan pengawasan. Pada ketiga aspek tersebut masyarakat lokal telah ada pada tahap mendengarkan dan juga didengarkan meskipun pandangan masyarakat lokal belum pasti mendominasi pada saat keputusan diambil.

  • b.    Pelaksanaan Pengelolaan

Partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal pada kepengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso dibuktikan dengan pembentukann Pokdarwis, yang seluruh anggotanya terdiri dari masyarakat lokal yang telah memiliki dasar pengetahuan dan kemampuan khusus dalam. bidang pariwisata. Masyarakat lokal yang menjadi anggota pokdarwis tersebut dikumpulkan dan juga dipilih dari beberapa kawasan di daerah Desa Tongging. selain menjadi anggota dalam kepengurusan pokdarwis, masyarakat lokal juga terlibat dalam penyelenggaraan usaha akomodasi berupa Rumah makan Toko aksesoris, menyediakan jasa rental motor.

Masyarakat lokal juga turut terlibat dalam aktivitas pariwisata. artinya, masyarakat lokal yang mempunyai usaha rumah makan dapat mendapatkan keuntungan yang merata dari adanya kegiatan pariwisata seperti yang di jelaskan di atas apabila ada rombongan wisatawan maka rumah makan yang ada di sana akan mengarahkan wisatawan tersebut ke rumah makan yang lain agar semuah bisa merasakan keuntungan. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat lokal yang memiliki usaha di bidang penyediaan akomodasi berupa Rumah Makan setidaknya harus mengerti dan saling berbagi keuntungan kepada pemilik akomodasi yang lain. Dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso, masyarakat lokal turut berpartisipasi pada tahap pelaksanaan pengelolaan yang dapat dilihat pada empat aspek yaitu, perencanaaan, peelaksanaan, penggerakann dan pengawwasan. Pada setiap aspek tersebut masyarakat lokal terlibat secara langsung. Pada aspek pertama yaitu perencanaan, masyarakat lokal ikut serta dalam kegiatan program program pelatihan dan penataan lingkungan. Pada aspek selanjutnya yaitu aspek pelaksanaan, masyarakat lokal ikut serta dalam kepengurusan pokdarwis, pemilik

Vol. 8 No 2, 2020

akomodasi berupa rumah makan. Pada aspek ketiga yaitu penggerakan, keterlibatan masyarakat lokal dapat dilihat pada prinsiip bekerja secara sukarela, tidak hanya itu masyarakat lokal juga terlibat pada diskusi dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul terkait pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso. Pada aspek yang terakhir yaitu aspek pengawasan, masyarakat lokal ikut serta dalam setiap rapat evaluasi, baik internal maupun eksternal yang diadakan oleh pihak Pokdarwis, walaupun setiap rapat evaluasi tidak dilaksanakan secara rutin namun, hanya jika ada sesuatu permasalahn yang perlu dibicarakan.

  • c.    Pembagian Keuntungan

Pada tahap pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso, masyarakat yang berpartisipasi aktif memperoleh keuntungan secara ekonomi. Masyarakat lokal yang menyediakan jasa pelayanan wisatawan samasama mendapatan manfaat ekonomi. Harga yang ditetapkan di rumah makan terebut tidak dinaikkan, meskipun wisatawan yang berkunjung ramai. selain itu, masyarakat lokal yang mempunyai bisnis akomodasi lainnya mendapatkan penghasilan langsung darii wisatawan.

Penghasilan yang didapat oleh masyarakat yang memiliki usaha akomodasi menikmati keuntungan ekonomi mereka sendiri, tidak ada kontribusi pokdarwis. Ketika membahas mengenai pembagan keuntungan, partisipasi masyarakat lokal dapat diketahui pada. aspek pelaksanaan. Hal ini ditunjukkan jelas dengan keterlibatan masyarakat pada kegiatan kegiatan pariwisata yang ada di Air Terjun Sipiso-piso, terutama pada usaha akomodasi.

  • IV.    SIMPULAN

Berdasarkan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian, dapat ditarik

kesimpulan, bahwa masyarakat dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Air Terjun Sipiso-piso di bagian perencanaan termasuk tipe partisipasii terdorong, di bagian pengorganisasian      masyarakat      lokal

berpartisipasi secara spontan sama halnya di bagian penggerakan, sedangkan pada bagian pengawasan masyarakat berada pada tipe partisipasi terorong.

DAFTAR PUSTAKA

Anom, M. Par., Dr. Drs. I Putu Anom dan Mahagangga, S. Sos., M.Si, I Gusti Agung Oka. 2019. Handbook Ilmu Pariwisata Karakter dan Prospek. Jakarta: Prenada Media Group (Divisi Kencana)

Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya (Vol. 2). Kencana.

Darmadjati, R.S. 1995. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Jakarta : Pradnyamita

Moh, K. (2008). Metodologi penelitian kualitatif-kuantitatif.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi Cet. Ketigapuluh. Bandung:  Remaja Rosdakarya

Bandung.

Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikatif.Buku.Agung Media. Bandung. 188 p.

Nawawi, A. (2013). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok di Desa Kretek Parangtritis. Jurnal Nasional Pariwisata, 5(2), 103-109.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian, Ghalia Indonesia.

Patton, M. Q., Priyadi, B. P., & Kamdani. (2006). Metode evaluasi kualitatif. Pustaka Pelajar.

Rorah, D.N.P.,  (2012). Pengelolaan Pariwisata Berbasis

Masyarakat (Community Based Tourism) Di Desa Wisata Kebon Agung, Kecamatan Imogiri. (Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta).

Saryono (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika.

Suansri, P., (2003). Community based tourism handbook.

Bangkok: Responsible Ecological Social Tour-REST.

Timothy, D.J. and White, K., 1999. Community-based ecotourism development on the periphery of Belize. Current issues in tourism, 2(2-3), pp.226-242.

Tosun, (2004), Expected Nature of Community Participation In Tourism Development, School of Tourism and Hotel Management,Turke

Wardhani, D. P. J., Sulardiono, B., & Hendrarto, B. (2016).

Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam Pantai Suwuk Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Management of Aquatic Resources Journal, 5(1), 91-100.

245