Jurnal Destinasi Pariwisata                                                  p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 7 No 2, 2019

Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Pertunjukan Seni Tari Tradisional Di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali

Bony Christianta Sembiring a, 1 I Made Adikampana a2

  • a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, FakuItas Pariwisata, Universitas Udayana, JI. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

ABSTRACT

Ubud is an area on the island of Bali which is known as a tourism area that is very popular with the cultures. This research purposes to analyze how the implications that occur as a result of the eruption of Mount Agung in 2017 on the traditional dance performances contained in the Ubud district. The method used to achieve the objectives in this research is using descriptive qualitative, namely by means of observation, interviews and documentation. The technique of determining informants in this study used a purposive procedure, the data were then analyzed using descriptive analysis. The results of the research analysis show the implications of the eruption of Mount Agung on traditional dance performances have an impact on the level of tourist visits which declined and there are also implications on the management system of dance performances contained in the Village of Ubud.

The significant impact on the level of tourist visits occurred from March 2017 to December 2017 where there were no tourists visiting to watch traditional dance performances in the Ubud district because tourists were afraid of the outstanding issues of the eruption of Mount Agung. In addition there is an impact that occurs on the traditional dance performance management system in Ubud output, the changes include reducing the active days of the show, reducing ticket prices and reducing the duration of traditional dance performances in the Ubud district

Key Words Natural Disasters, Implications of Eruption Mount Agung, Traditional Dance Performances in Ubud

  • I.    PENDAHULUAN

Gunung Agung adalah gunung tertinggi yang berada di pulau Bali, dengan ketinggian 3.031 mdpl. Gunung Agung terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Gunung Agung adalah Gunung yang memiliki tipe stratovolcano, gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap. Peristiwa erupsi gunung Agung pada tahun 2017 memberikan luka yang amat mendalam bagi masyarakat Bali dan juga kepariwisataannya. Tepatnya bermula pada tanggal 18 September 2017 lalu, stasus gunung Agung telah berubah menjadi Siaga, dimana aktivitas gempa tektonik semakain menguat berdasarkan pengamatan visual dan instrumental (Suardana, 2017). Empat hari setelah status siaga tersebut berlalu, status gunung Agung naik menjadi Awas, dimana pada saat itu masyarakat melakukan pengungsian besar- besaran keluar dari radius zona Awas erupsi gunung Agung.

Pada tanggal 27 November 2017, merupakan erupsi gunung Agung yang paling besar dan merupakan puncak dari erupsi gunung Agung di Tahun 2017 yang dihimpun dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi (PVMBG). Meskipun tidak terdapat korban jiwa dari bencana alam tersebut, terdapat banyak kerusakan dan kerugian yang di rasakan oleh masyarakat Bali, dan juga erupsi gunung Agung tersebut menimbulkan efek yang signifikan terhadap kegiatan Pariwisata Bali. Ubud adalah salah satu daerah yang merasakan dampak dari erupsi gunung Agung tersebut. Ubud merupakan sebuah daerah yang terkenal dengan pusat kebudayaannya, tedapat banyak sekali kegiatan entertainment yang menjadi daya tarik wisata. Adapun seni pertunjukan yang terdapat diantaranya adalah pertunjukan seni tari, pertunjukan seni musik, dan juga terdapat banyak karya seni seperti lukisan, kerajinan tangan, dan juga bangunan-bangunan unik yang menjadi pusat hiburan bagi para Wisatawan. Namun dari sekian banyaknya pertunjukan di Ubud, pertunjukan seni tari tradisional merupakan pertunjukan yang paling banyak diminati oleh para wisatawan. Namun semenjak erupsi gunung Agung, pariwisata di Ubud mengalami krisis kunjungan wisatawan khususnya pada seni pertunjukan tari tradisional. Berdasarkan

permasalahan tersebut menarik untuk diteliti bagaimana implikasi yang disebabkan oleh erupsi gunung Agung terhadap kegiatan pariwisata khususnya pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.

  • II.    KEPUSTAKAAN

    • 2.1    Tinjauan PeneIitian sebelumnya

Dalam peneIitian ini mengunakan dua hasil penelitian sebagai referensi. Hasil peneIitian yang diIakukan oleh I.G.A Oka Mahagangga dan Ida Ayu Suryasih (2017) yang dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional “Ruwat-Rawat Semesta Pariwisata” yang berjudul Perspektif Turismemorfosis: Masa-Masa Jeda Pariwisata Bali. Adapun relevansi dari jurnal tersebut dengan penelitian ini ialah fokus dari penelitian tersebut, dimana membahas tentang implikasi dari erupsi Gunung Agung terhadap Kepariwisataan Bali. Referensi jurnal kedua yaitu ditulis oleh Hastina Febriaty (2015) yang berjudul tentang Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Dari Sektor Pariwisata di Kabupaten Karo. Relevansi jurnal tersebut dengan penelitian ini yaitu membahas tentang dampak bencana alam erupsi gunung berapi terhadap daya tarik wisata.

  • 2.2 . Landasan Konsep.

PeneIitian ini mengunakan empat konsep untuk menganalisis permasalahan dalam tulisan ini yaitu konsep implikasi (Shadily, 1989) dimana konsep implikasi akan berfungsi untuk menganalisa bagaimana implikasi ataupun pengaruh yang terjadi akibat dari erupsi gunung Agung terhadap kegiatan pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud, Konsep Erupsi Gunung Berapi (Nurjanah, 2011), konsep gunung berapi dalam penelitian ini berfungsi untuk menganalisa bagaiamana dampak yang ditimbulkan akibat dari erupsi gunung Agung. Konsep Seni tari tradisional (Salad, 2001) dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui bagaiamana pengaruh pertunjukan seni tari tradisional terhadap perkembangan pariwisata di kelurahan Ubud. Konsep tentang Pengelolaan Pariwisata (Pitana, 2009) dalam penelitian ini bertujuan untuk

menganalisa bagaiamana sistem pengelolaan yang terdapat di pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud sesudah erupsi Gunung Agung terjadi.

  • III.    METODE PENELITIIAN

PeneIitian ini berlokasi di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Jenis data yang digunakan didalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data, yakni Data Kualitatif dan Data Kuantitatif (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000). Sumber data yang digunakan dalam peneIitian ini adalah sunber data primer (Moleong, 2000) dan data sekunder (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000). Data primer dalam peneIitian ini diantaranya adalah gambaran umum permasalahan Implikasi erupsi Gunung Agung terhadap pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud. Data Sekunder dalam peneIitian ini berupa profiI Kelurahan Ubud seperti letak geografis, data monografi dan data kunjungan wistawan di Kelurahan Ubud. Teknik pengumpulan data dalam peneIitian ini ialah dengan teknik observasi (Akbar dan Usman, 2009), wawancara mendalam (Sugiyono, 2014) dengan para informan dan dokumentasi (Akbar dan Usman, 2009).

Teknik analisis data dalam peneIitian ini mengunakan teknik analisis deskriptif kuaIitatif (Sugiyono, 2014). Teknik analisis deskriptif memiliki empat langkah yaitu pertama tahap pengumpulan data dimana peneliti dalam tahap ini mengumpulkan data sesuai dengan keadaan di lapangan, selanjutnya yaitu reduksi data, dimana data yang sudah di dapatkan dan di kumpulkan di pilah ataupun di filter sesuai kebutuhan penelitian, data tersebut adalah mengenai data gambaran umum perkembangan pertunjukan seni tari di Kelurahan Ubud, jenis tari-tarian tradisional, pengelolaan pertunjukan seni tari tradisonal, tingkat kunjungan wisatawan dan implikasi dari erupsi Gunung Agung terhadap kegiatan Pariwisata di Kelurahan Ubud, selanjutnya yaitu penyajiian data yang diIakukan dengan menyajikan data yang telah

direduksi seperti hasiI wawancara dalam bentuk naratif, dan yang terakhir adalah kesimpulan, dalam peneIitian ini data yang diperoleh akan diverifikasi dan ditarik kesimpulan sesuai dengan topik permasalahan sehingga dapat menghasilkan data aktual dan di uji kevaliditasannya mengenai Implikasi erupsi Gunung Agung terhadap pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 4.1 . Perkembangan pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud

Perkembangan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud tepatnya bermula pada tahun 50-an hingga 70-an. Pada tahun 2001 sampai 2003 Kegiatan Pertunjukan Seni Tari Tradisional di Ubud meningkat drastis dan hal tersebut juga membuat masyarakat Ubud berinisiatif untuk membentuk Sanggar Tari guna melestarikan Kebudayaan dan juga untuk mendapatkan keuntungan secara Ekonomi (Dinas Pariwisata Gianyar, 2018). Sampai saat ini kegiatan pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud masih memiliki peminat dan tingkat kunjungan yang tinggi. Melihat peluang tersebut kini masyarakat lokal Ubud telah memiliki banyak sekali sanggar tari dan juga Jenis tari-tarian yang di pentaskan sebagai daya tarik wisata.

  • 4.1.1    Jenis Pertunjukan Seni Tari Tradisional di Kelurahan Ubud

Jenis tari tradisional yang terdapat di Ubud sangat bervariasi, setiap tariannya juga memiliki makna masing-masing. Dari hasil penelitian terdapat 16 jenis tari tradisional yang terdapat di Kelurahan Ubud yang diantaranya ialah; Tari legong, tari Kecak dan Api, tari Joged, tari Barong dan Keris, tari Wayang Wong Ramayana, tari Legong Telek, tari Ramayana, tari Mahabharata, tari Oleg Tambulilingan, tari Shadow Puppet, tari Baris, tari Kebyar, tari Pendet, tari Sanghyang, tari topeng dan tari Gamelan Jegeg. Dari keenam belas jenis tari-tarian tradisional tersbut tari Legong, tari Kecak dan Api dan tari Barong dan

Keris merupakan jenis tari tradisional yang paling diminati oleh para wisatawan.

  • 4.1.2 . Pengelolaan Pertunjukan Seni Tari Tradisional di Kelurahan Ubud

Pengelolaan pertunjukan seni tari tradisional di kelurahan Ubud dikelola oleh 22 badan yang mengelola dan mementaskan pertunjukan seni tari tersebut. Pengelola pertunjukan tersebut juga sekaligus sebagai tempat dimana pertunjukan seni tari tradisional tersebut di selenggarakan. Adapun Badan pengelola pertunjukan seni tari tradisional tersebut diantaranya ialah; Ubud Palace(Puri Saren), Junjungan Village, Water Palace(Puri Saraswati), Wantilan Padang Tegal Kelod, Museum ARMA, Bale Banjar Ubud Kelod, Puri Dalem Ubud, Pondok Bamboo Acc, Jaba Puri Desa Kutuh, Puri Agung Ubud Kaja, Puri Dalem Taman Kaja, Oka Kartini Hotel, Puri Agung Peliatan, Puri Puse Ubud, Balerung Stage Peliatan, Puri Padang Kertha, Bentuyung Village, Padang tegal Kaja, Jaba Puri Taman Sari, Bale Banjar Ubud Kaja, Puri Batu Kari, dan Kertha Accomodation. Untuk biaya tiket masuk, durasi pertunjukan dan jadwal pementasan dari setiap badan pengelola berbeda-beda dikarenakan sistem pengelolaan yang berbeda juga.

  • 4.2    Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Pertunjukan Seni Tari Tradisional di Kelurahan Ubud.

Implikasi erupsi gunung Agung terhadap seni pertunjukan tari tradisional di Kelurahan Ubud yaitu adanya perubahan sebelum dan sesudah erupsi gunung Agung terhadap tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung untuk menyaksikan seni pertunjukan tari tradisional, dan perubahan pengelolaan dari pertunjukan seni tari tradisional yang terdapat di kelurahan Ubud.

  • 4.2.1 . Perubahan Tingkat   Kunjungan

    Wisatawan di Kelurahan Ubud

Tingkat    kunjungan     wisatawan

merupakan salah satu tolak ukur terhadap perkembangan pariwisata. Menghadapi erupsi

Gunung Agung yang berdampak hampir diseluruh aspek kehidupan di Bali seperti terjadi pembatalan (Cancelling penerbangan), dan penurunan drastis kunjungan wisatawan, fakta ini berdampak langsung terhadap situasi – kondisi perekonomian Bali (Mahagangga dan Suryasih, 2017). Adapun pengaruh dari erupsi Gunung Agung terhadap tingkat kunjungan wisatawan dalam menyaksikan pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud mengalami penurunan yang cukup drastis yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Tingkat Kunjungan Wiatawan Terhadap Pertunjukan Seni Tari di Kelurahan Ubud Tahun 2016 - 2017

Bulan

Jumlah Kunjungan Tahun 2016

Jumlah Kunjungan Tahun 2017

Januari

4.327

2.549

Februari

4.056

2.470

Maret

3.739

-

April

3.705

-

Mei

5.327

-

Juni

6.972

-

Juli

6.547

-

Agustus

7.856

-

September

4.961

-

Oktober

3.211

-

November

2.959

-

Desember

1.768

-

Total

55.428

5.019

Sumber: Diolah dari dokumen Ubud Tourist

Information Centre, 2018

Dari tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa pada Tahun 2016 tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung ke pertunjukan seni tradisional di kelurahan Ubud tertinggi pada bulan Agustus yaitu sebanyak 7.856 wisatawan dan tingkat kunjungan wisatawan yang terendah berada pada bulan Desember sebanyak 1.768 wisatawan. Sedangkan pada

tahun 2017 tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung hanya terdapat di bulan Januari sebanyak 2.549 wisatawan dan juga dibulan Februari sebanyak 2.470 wisatawan. Pada bulan Maret hingga Desember tidak terdapat kunjungan wisatawan, hal ini disebabkan oleh adanya erupsi Gunung Agung. Puncak dari erupsi Gunung Agung terjadi pada 22 September 2017 yang dimana status Gunung Agung menjadi level IV (awas). Kemudian pada tanggal 27 November 2017 hinggal 30 November 2017, terjadi penutupan bandara internasional I Gusti Ngurah Rai dikarenakan isu dari erupsi Gunung Agung tersebut.

  • 4.2.2    Implikasi Gunung Agung Terhadap Pengelolaan Pertunjukan Seni Tari Tradisional di Kelurahan Ubud

Sejak erupsi Gunung Agung terdapat perubahan dari sistem pengelolaan. Adapun salah satu tempat pertunjukan tari tradisional yang mengalami perubahan yaitu Puri Agung Ubud Kaja. Puri Agung Ubud Kaja merupakan salah satu lokasi pementasan pertunjukan tari tradisional yang berada di kelurahan Ubud. Puri Agung Ubud Kaja mengelola 4 sanggar yaitu: Sanggar Sadha Budaya, Sanggar Bina Remaja, Sanggar PKK Ubud Kaja, dan Sanggar Palgunadi. Sebelum adanya erupsi Gunung Agung, keempat sanggar tersebut rutin melakukan pementasan di Puri Agung Ubud Kaja, namun pasca erupsi Gunung Agung terjadi terdapat perubahan diantaranya ialah: pengurangan hari aktif pementasan dan juga adanya pengurangan harga tiket masuk untuk menonton di Puri Agung Ubud Kaja. Hal ini senada dengan hasil wawancara terhadap Bapak I Putu Lendra selaku staff Puri Agung Ubud Kaja dan juga sekaligus menjadi ketua Sanggar Bina Remaja.

“Kalau pengaruh terhadap sistem pengelolahan pertunjukan seni tari tradisional di Puri Agung Ubud Kaja pasca erupsi tentu ada, hal ini disebabkan tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung khususnya di Puri Agung Ubud Kaja mengalami penurunan yang cukup drastis. Oleh sebab itu kami dari pihak pengelola melakukan penurunan harga tiket

menonton yang biasanya berkisar 100-150 ribu rupiah menjadi 50-75 ribu rupiah. Hal ini dilakukan agar wisatawan yang berkunjung ke Ubud masih tetap ingin menyaksikan pertunjukan seni tari tradisional meskipun masih dalam isu erupsi Gunung Agung”. (Hasil wawancara, 4 Mei 2018)

Selain itu perubahan yang terjadi terkait pengelolaan pertunjukan seni tari tradisional khususnya di Puri Agung Ubud Kaja yaitu perubahan hari aktif pementasan. Jika biasanya pementasan di lakukan setiap hari, pasca erupsi terjadi pementasan pertunjukan seni tari tradisional di Puri Agung Ubud Kaja hanya dilakukan setiap hari rabu hingga jumat saja. Namun pada saat awal Januari tahun 2018 pertunjukann seni tari tradisional di Puri Agung Ubud Kaja kembali normal.

  • 5 SIIMPULAN DAN SARAN

  • 5.1 . Simpulan

Berdasarkan permasalahan erupsi Gunung Agung terhadap pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud terdapat beberapa kesimpulan diantaranya:

  • 1.    Pertunjukan seni tari di Ubud dimulai pada tahun 30an sampai 50an dan kegiatan tari tradisional menjadi sebuah daya tarik wisata di Kelurahan Ubud bermula pada tahun 2001-2003, dan hingga kini Pertunjukan seni tari tradisional menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan di Kelurahan Ubud. Terdapat 16 jenis tari tradisional yang dipentaskan di Kelurahan Ubud. Adapun Badan pengelola pertunjukan seni tari tradisional terdapat 22 Badan pengelola, untuk biaya tiket masuk, durasi pertunjukan dan jadwal pementasan dari setiap badan pengelola berbeda-beda dikarenakan sistem pengelolaan yang berbeda juga.

  • 2.    Pada Tahun 2016 tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung ke pertunjukan seni tradisional di kelurahan Ubud tertinggi pada bulan Agustus yaitu sebanyak 7.856 wisatawan dan tingkat kunjungan wisatawan yang terendah

berada pada bulan Desember sebanyak 1.768 wisatawan. Sedangkan pada tahun 2017 tingkat kunjungan wisatawan yang berkunjung hanya terdapat dibulan Januari dan juga dibulan Februari. Pada bulan Maret hingga Desember tidak terdapat kunjungan wisatawan, hal ini disebabkan oleh adanya erupsi Gunung Agung. Untuk implikasi erupsi gunung Agung terhadap perubahan jenis tari tradisional tidak ada, jenis tari tradisioanl tetap dipentaskan seperti keadaan biasanya, hanya saja saat pementasan berlangsung para penari dan pengelola pertunjukan memberikan himbauan kepada wisatawan agar tidak mengkhawatirkan isu erupsi Gunung Agung , dan implikasi erupsi Gunung Agung terkait pengelolaan pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud terjadi sedikit perubahan pada tarif tiket menonton dan hari akif pementasan tari tradisional di Kelurahan Ubud.

  • 5.2    Saran

Adapun saran yang dapat diberikan terkait permasalahan dalam penelitian ini ialah:

  • 1.    Saran kepada pengelola pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud ialah agar mempelajari upaya ataupun penanganan terkait krisis yang serupa di daerah lain agar menjadi bekal di masa mendatang. Selain itu juga untuk meminimalisir implikasi yang terjadi pasca bencana sebaiknya pengelola melakukan tindakan antisipasi seperti memberikan informasi yang akurat lewat media cetak dan media massa bahwa isu erupsi gunung Agung sudah reda dan normal seperti biasanya.

  • 2.    Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan khususnya untuk Pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud, sebaiknya pihak pengelola, pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Gianyar agar berkolaborasi untuk membangkitkan kembali minat wisatawan untuk berkunjung dan menyaksikan pertunjukan

seni tari tradisional yang terdapat di Kelurahan Ubud. Promosi Pariwisata dan juga penyelenggaraan festival Budaya merupakan beberapa contoh yang mungkin dapat mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan, selain itu juga partisipasi dari masyarakat lokal sangatlah penting dalam membangun kembali citra Ubud sebagai destinasi wisata yang khas dengan kebudayaannya, dengan realisasi nyata atas upaya tersebut diharapkan pertunjukan seni tari tradisional di Kelurahan Ubud mendapatkan citra positif kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar dan Usman, 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Anonim. 2018. “Ubud Tourist Information Centre”. Ubud. Bali.

Hastina Febriaty. 2015. “Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Dari Sektor Pariwisata Di Kabupaten Karo”. Universitas Sumatera Utara

I.G.A Oka Mahagangga dan Ida Ayu Suryasih .2017. Perspektif Turismemorfosis: Masa-Masa Jeda Pariwisata Bali.

Kantor Dinas Pariwisata Daerah Gianyar. 2018. Data Monografi Kecamatan Ubud dan Kelurahan Ubud.

Kusmayadi dan Sugiarto. 2000. Metode Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurjanah. 2011. Defenisi erupsi Gunung Berapi dan Dampak Terhadap Pariwisata

Nyoman, Suardana. 2017. Pengamatan visual dan Instrumental Gunung Agung. Bali

Pitana, I Gede. 2005. “Sosiologi Pariwisata”. Yogyakarta: ANDI

Salad. 2006. “Kontribusi Seni Pertunjukan Kecak Fire sebagai atraksi Wisata terhadap kesejahteraan Seniman Di Desa Adat Padang Tegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar”. Skripsi Program StudiPariwisata. Denpasar. Universitas Udayana.

Shadily. 1989. “Implikasi Pariwisata Indonesia, siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan”. Jakarta.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitin Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta.

Sumber Media Online:

Anonim.Diakses             pada             laman-.

https://www.balitaksu.com/waroeng/e/ubud_ schedule_of_dance_performance_201

8_en.pdf - tanggal 15 April, 2018.

331