Strategi Pengembangan Lumpur Lapindo Sebagai Wisata Edukasi Di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
Strategi Pengembangan Lumpur Lapindo Sebagai Wisata Edukasi Di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
Rizky Maulana Abdillah a,1, Ida Bagus Suryawan a,2
¹[email protected], [email protected]
a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia
Abstract
Sidoarjo has a unique tourist attraction due to the disaster that has happened before, so that emerging potential that can be developed into tourist attraction. But Lapindo mud tourism has a very complex problematics to be used as a tourist attraction. Therefore, it aims to develop lapindo mud as a tourist attraction in Porong district East Java by knowing its development strategy.
This research was conducted in Porong district by conducting interviews to selected stakeholders using purposive sampling method. Data is gathered through deep interviews with the tourism department and local communities, then in analysis using SWOT analysis.
The results of this study are: 1) potential livelihood opportunities undergo changes to the aspects of tourism. 2) aspects in the attraction of this lapindo mud tourism is very minimal because there is still not much development done by the Government of Sidoarjo and by the manager in the tourist attraction Lapindo mud. 3) The development strategy of Lapindo mud as a tourist attraction has more opportunities because the community began to feel changes in the livelihood because of the many tourists visiting the Lapindo mud, but the lack of Public facilities for tourists visiting the attraction. It can be concluded that the consequences of Lapindo mud disaster can be developed as a tourist attraction because it provides opportunities for local communities such as obtaining new livelihoods.
-
E. Keywords : Development, Strategy, Tourist Attraction, MUD Lapindo
Suatu kegiatan atau program untuk wisatawan yang berkunjung ke suatu lokasi secara langsung dengan tujuan utama untuk memahami dan mempelajari suatu objek wisata disebut dengan wisata edukasi atau Edutourism, sedangkan yang dimaksud dengan (ecotourism) merupakan daya tarik wisata yang tidak jauh berbeda dengan wisata edukasi namun pada dsarnya dalam pelaksanaan ecotourism memanfaatkan potensi alam yang ada yang dijadikan sebagai daya tarik wisata. Dilain sisi menurut (Rodger, 1998:28) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan ecotourism merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan dengan mengutamakan suatu pengalaman dan pembelajaran yang didapat secara langsung saat berada di suata daya tarik tersebut. Pengertian yang dimaksud tujuan untuk memahami dan memperlajari objek wisata tersebut yaitu bagaimana sejarah yang terjadi dalam terbentuknya lokasi bencana Lumpur Lapindo tersebut sehingga menjadi objek wisata,bagaimana proses pengelolaan dan pengembangan daya tarik wisata sehingga
bisa menjadi daya tarik wisata yang menjadi jangka panjang.
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki alam begitu luas sehingga memiliki bermacam – macam daya tarik wisata di Indonesia, cukup banyak daya tarik wisata yang dapat dieksplor atau dijelajah karena sangat menarik untuk dikunjungi yaitu seperti beberapa jenis wisata, seperti wisata budaya, wisata buatan, atau wisata alam. Wisata budaya yang ada di Indonesia sangat banyak contohnya seperti kebudayaan pada suku, kebudayaan setiap daerah, dan kebudayaan setiap agama yang diyakini oleh setiap masyarakat yang ada di Indonesia ini yang berbeda – beda. Wisata buatan yang ada di Indonesia juga begitu banyak seperti dufan, jatimpark, dan wisata buatan lainnya yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan wisata alam di Indonesia juga banyak yaitu salah satunya Lumpur Lapindo yang berada di Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.
Lumpur Lapindo ini terjadi di Provinsi Jawa Timur tepatnya pada Kabupaten Sidoarjo yang terletak pada tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Jabon, Kecamatan Tanggulangin, dan Kecamatan Porong. Lumpur panas Lapindo
Vol. 7 No 2, 2019
terjadi pada bulan November tahun 2006 yang telah menutupi sekitar 650 hektar tanah, termasuk enam desa.
Lumpur Lapindo memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan suatu daya tarik yanng unik dan berbeda dengan daya tarik wisata yang lain yaitu dapat dijadikan suatu daya tarik wisata edukasi selain memiliki potensi yang cukup besar daya tarik wisata Lumpur Lapindo juga dapat memberikan mata pencaharian baru untuk masyarakat lokal yang ada di sekitar kawasan Lumpur Lapindo. Wisata edukasi yang dapat dijadikan suatu kegiatan di daya tarik wisata Lumpur Lapindo adalah dengan menampilkan suatu peninggalan yang tersisa dari akibat adanya bencana Lumpur Lapindo dengan membangun suatu museum untuk dijadikan potensi penunjang. Selain museum yang diberikan oleh daya tarik wisata Lumpur Lapindo wisatawan yang berkunjung disana juga dapat diberikan suatu pembelajaran atau wawasan mengenai cara mengelola sumber daya alam dan kandungan – kandungan zat sehingga dapat dimanfaatkan untuk suatu benda yang dapat dihasilkan dari Lumpur Lapindo.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian pertama dari Dony Restanto (2013) tentang pembangunan Sosial wisatawan di Daya Tarik Wisata Lumpur Panas Lapindo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini tentang perbedaan pembangunan sosial pengunjung dari Sidoarjo dan wisatawan dari luar Sidoarjo yang datang ke wisata lumpur panas Lapindo.
Penelitian kedua yaitu jurnal dari Reza Permadi ( Oktober 2014 ) tentang Potensi peninggalan Warisan Geoglogi di Area Kars Gunung Sewu Sebagai Pendukung dan Peluang dalam Pengembangan Geopark di Indonesia untuk aset Geowisata Kreatif. Penelitian ini menguraikan tentang potensi pengembangan di Area Kars Gunung Sewu yang terkenal dengan kekhasan dan keunikan Karsnya yang dapat menjadikannya sebagai kandidat Geopark di Indonesia.
Penelitian ketiga yaitu jurnal dari Mazieya Navira, T. Budi Aulia, Moch. Afifuddin ( Mei 2014 ) tentang Kajian Sistem Manajemen Operasional Museum Tsunami Aceh. Penelitian ini menguraikan tentang museum khusus yang keberadaannya lebih menitikberatkan pada fungsinya sebagai pusat pendidikan dan penelitian tentang kebencanaan, pusat evakuasi, dan disamping fungsi utamanya sebagai preservasi, riset, dan komunikasi.
Berikut adalah konsep yang digunakan pada jurnal ini, yaitu :
-
1. Konsep Pariwisata
Konsep Pariwisata untuk menunjang dan pengembangan di dalam daya tarik wisata baik penggunaan berbagai sumber untuk lebih dapat mendatangkan wisatawan.
-
2. Konsep Masyarakat
Konsep masyarakat dalam penelitian ini untuk menjalaskan dan mendukung peran masyarakat lokal untuk menunjang dalam perkembangan daya tarik wisata dan mendukung adanya kegiatan atau aktivitas dalam daya tarik wisata Lumpur Lapindo.
-
3. Konsep Dasar Berencana
Penggunaan Konsep dasar bencana untuk menunjang aspek dalam pengembangan bencana Lumpur Lapindo sebagai suatu destinasi pariwisata
-
4. Konsep Kondisi Lingkungan
Penggunaan konsep kondisi lingkungan bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kondisi lingkungan pada pengembangan daya tarik wisata Lumpur Lapindo.
-
5. Konsep Respon Masyarakat
Konsep ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat di daya tarik wisata Lumpur Lapindo pada wisatawan yang berkunjung.
-
6. Konsep Wisata Edukasi
Konsep wisata edukasi dalam jurnal ini untuk menunjang dalam aktivitas pada daya tarik wisata Lumpur
Vol. 7 No 2, 2019
Lapindo untuk suatu kegiatan pembelajaran dan penelitian di Lumpur Lapindo.
-
7. Konsep Daya Tarik Wisata
Konsep ini untuk mengetahui pengembangan daya tarik wisata yang cocok kedepannya untuk Lumpur Lapindo
-
8. Konsep Promosi
Konsep ini bertujuan untuk mendorong permintaan , dan mengembangkan daya tarik wisata Lumpur Lapindo melalui promosi yang menggiurkan untuk disajikan pada wisatawan yang ingin berkunjung diutamakan untuk wisatawan yang ingin mengetahui daya tarik wisata Lumpur Lapindo
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Ruang lingkup dalam penelitian ini, yaitu mengumpulan informasi mengenai peluang mata pencaharian masyarakat lokal, problematika dalam pengembangan lumpur lapindo dan strategi pengembangan yang dilihat dari faktor internal. Jenis data yang digunakan, data kualitatif dan kuantitatif (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000). Sumber data yang digunakan, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi wawancara mendalam dan studi perpustakaan. Untuk menentukan informan menggunakan teknik purposive sampling (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu untuk memberikan langkah – langkah dalam suatu penulisan yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapngan, dan bahan – bahan lain secara sistematis atau tersusun. Dalam analisis ini juga menggunakan pendekatan SWOT untuk mengkaji potensi yang dimiliki Lumpur Lapindo sebagai objek wisata bahari (Rangkuti, 2002).
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
4.1 GAMBARAN UMUM
-
4.1.1 Sejarah Lumpur Lapindo
-
Lumpur Lapindo merupakan suatu musibah yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan oleh luapan lumpur panas dari galian minyak bumi yang dikerjakan oleh PT.Lapindo Brantas Inc dan diselingi kejadian jempa Jogja sehingga banyak berbagai isu – isu mengenai bencana Lumpur Lapindo ini terjadi karena ulah kelalaian manusia atau terjadi karena adanya gempa jogja. Pusat semburan Lumpur Lapindo ini terus menyemburkan lumpur panas sehingga menenggelamkan 13 Desa dan 6 Kelurahan dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Jabon, Kecamatan Tanggulangin, dan Kecamatan Porong, Lumpur Lapindo pertama terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 gas yang dimiliki Lapindo Brantas Inc memiliki sumur Panji pada kedalaman sekitar 150 meter. Hal tersebut merupakan sumur yang di eksploitasi sebagai blok Brantas. Sedangkan pada tanggal 20 September 2010, terdapat semburan lumpur yang mengakibatkan gas tersebut berbahay sehingga menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap masyarakat sekitar. Lumpur Lapindo juga memiliki potensi yang sangat bermanfaat, yaitu pertama pada tanggal 13 Juli 2006 Pemkab Sidoarjo dengan Lapindo Brantas Inc melakukan uji coba memanfaatkan Lumpur Lapindo menjadi batubata, kedua terdapat mahasiswa Unnes mengembangkan Lumpur Lapindo sebagai batrei kering yang diberikan label Lusi yang diambil dari kata Lumpur Sidoarjo.
Dalam kondisi geografis persebaran Lumpur Lapindo ini sendiri sangat luas termasuk menyebar di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Jabon, Kecamatan Porong, dan Kecamatan Tanggulangin. Persebaran yang paling berdampak pada Desa Renokenongo yang sudah mencapai 100 persen, sedangkan Desa Jatirejo dan Desa Siring masih tersisa 1520 persen, demikian dengan Desa Kedungbendo masih tersisa 5-10 persen berupa daratan. Secara Geografis letak pusat semburan terletal di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo, letak astronomis antara 111°30’ - 112°35’ BT dan 6°40’ - 7°18’ LS. Pada tahun 2018 terdapat permasalahan baru yaitu munculnya kandungan logam berat dan PAH (polycylic Aromatic Hydrocarbon ) hingga 2.000 kali, diatas ambang batas normal disekitar semburan Lumpur Lapindo.
Vol. 7 No 2, 2019
-
4.2 Aspek – Aspek Komponen Produk Pariwisata dan Problematika yang Terjadi di Lumpur Lapindo Sebagai Wisata Edukasi
Dalam daya tarik wisata Lumpur Lapindo sangat nemiliki banyak potensi untuk dijadikan suatu daya tarik wisata. Dengan potensi yang dimiliki dapat memberikan berbagai dampakbaik bagi mayarakat setempat maupun wisatawan. Karena daya tarik wisata ini memiliki aspek – aspek yang dapat dikembangkan dalam komponen produk wisata, dan dalam pengembembangan aspek – aspek komponen produk wisata Lumpur Lapindo juga memiliki problematika yang kompleks. Berikut adalah aspek – aspek komponen produk wisata dan problematika yang terjadi di Lumpur Lapindo sebagai wisata edukasi :
-
1. Atraksi
Lumpur Lapindo ini merupakan salah satu potensi wisata yang dimilki oleh masyarakat lokal yang dijadikan sebagai daya tarik wisata. Pada problematika yang terjadi ialah pusat semburan Lumpur Lapindo, problematika yang ada pada pusat semburan Lumpur Lapindo ini adalah belum adanya pembatas untuk wisatawan jika ingin megabadikan momen pada area kawasan pusat semburan Lumpur Lapindo akan tetapi wisatawan bisa mendapatkan pengetahuan mengenai letak dan kandungan pusat semburan Lumpur Lapindo dari informasi tour guide yang ada dilokasi, atraksi kedua adalah patung yang disumbangkan dari seniman jawa tengah, akan tetapi patung – patung yang di sumbangkan tersebut sudah hancur karena terendam oleh luapan Lumpur Lapindo. Atraksi yang disajikan di daya tarik wisata Lumpur Lapindo yang ketiga adalah monumen yang dibangun oleh masyarakat lokal yang terkena bencana Lumpur Lapindo, akan tetapi monumen tersebut hanya kecil sehingga wisatawan yang berkunjung tidak mengetahui dengan adanya menoumen tersebut.
-
2. Aksesibilitas
Akses untuk menuju daya tarik wisata Lumpur Lapindo terbilang cukup mudah dijangkau karena dekat dengan pusat kota dan jalur utama untuk menuju ke Kota Malang dan jalur untuk menuju pulau Bali. Sedangkan akses untuk menuju pusat semburan Lumpur Lapindo sangat kurang karen mengikuti musim dikarenakan akses menuju pusat semburan
masih berupa tanggul yang dibangun menggunakan pasir yang cukup tinggi oleh sebab itu jika musim hujan jalan akan menjadi berlumpur jika musim panas jalan akan licin dikarenakan berdebu oleh sebab itu wisatawan yang berkunjung terhambat ber eksplor dikarenakan akses menuju pusat semburan Lumpur Lapindo sangat minim.
-
3. Fasilitas
Daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebagai tempat wisata unik karena belum ada daya tarik wisata seperti di Lumpur Lapindo akan tetapi di daya tarik wisata Lumpur Lapindo masih kurang pengembangan dalam infrastruktur untuk kenyamanan wisatawan. Selain infrastruktur umum daya tarik wisata Lumpur Lapindo seharusnya membangun suatu museum untuk dijadikan fasilitas yang sangat menunjang karena museum tersebut dapat digunakan untuk menyimpan sisa – sisa penginggalan dari awal terjadinya bencana hingga perkembangan dari peningkatan bencana Lumpur Lapindo hingga meluas ke tiga Kecamatan sehingga dapat dijadikan suatu edukasi kapada wisatawan yang berkunjung, selain pembangunan mesuem pemerintah Kabupaten Sidoarjo berencana untuk suatu pembangunan kereta gantung atau gondola agar wisata lebih mudah dan lebih jelas untuk beraktivitas berkunjung ke daya tarik wisata Lumpur Lapindo dan mendukung daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebagai daya tarik wisata edukasi.
-
4. Pengelola
Dalam suatu daya tarik wisata tentunya harus memiliki pengelolaan dalam pengembangan agar tetap menarik wisatawan untuk berkunjung di daya tarik tersebut, dengan dijadikannya Lumpur Lapindo sebagai daya tarik yang unik pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan masyarakat lokal berinisiatif untuk menjadikaan Lumpur Lapindo karena keunikan dan kelangkaan dari Lumpur Lapindo sehingga dijadikan ikon unggulan pada Kabupaten Siodarjo. Lumpur Lapindo dikelola langsung oleh masyarakat lokal langsung untuk dijadikan wisata sehingga wisatawan berkunjung dapat mempelajari berbagai hal mengenai bencana Lumpur Lapindo, sedangkan campur tangan pemerintah membantu untuk mendatangkan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata Lumpur Lapindo.
Vol. 7 No 2, 2019
Untuk mengkaji kondisi dan keadaan daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebaga wisata edukasi dipergunakan analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, and Treaths). Analisis ini akan melihat segi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di daya tarik wisata Lumpur Lapindo. Berikut akan dipaparkan hasil dari analisis tersebut. A. STRENGTH ( Kekuatan )
-
1. Sebagai destinasi wisata edukasi atau pengetahuan yang dapat di tawarkan kepada wisatawan beruapa aktivitas geologi bencana lumpur lapindo
-
2. Memiliki nilai history yang tinggi bagi masyarakat lokal yang berada di kawasan bencana lumpur lapindo
-
3. Dikelola langsung oleh masyarakat lokal
-
4. Memiliki daya tarik tersendiri yang berbeda dengan yang lain
-
B. WEAKNESS ( Kelemahan )
-
1. Minimnya kunjungan wisatawan
-
2. Minimnya akomodasi
-
3. Adanya perbedaan pendapat antara
masyarakat lokal yang mengelola dengan
pemerintah
-
4. Minimnya aksesibiltas karena belum stabilnya tanah kawasan area daya tarik wisata lumpur lapindo
-
C. OPPERTUNITY ( Peluang )
-
1. Adanya rencana pengembangan kereta gantung atau gondola di area daya tarik wisata Lumpur Sidoarjo
-
2. Memberikan mata pencaharian baru untuk masyarakat lokal
-
3. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat
-
4. Adanya keterlibatan pemerintah daerah dalam mendatangkan wisatawan.
-
D. TREATH ( Ancaman )
-
1. Banyaknya isu – isu negatif tentang pengembangan daya tarik wisata Lumpur Sidoarjo
-
2. Masih aktifnya pusat semburan lumpur lapindo
-
3. Mencemari lingkungan air bersih di Kabupaten Sidoarjo
-
4. Mengurangi pupulasi flora fauna kawasan sungai karena kegiatan pembuangan lumpur ke sungai brantas
Berdasarkan analisis SWOT diatas diketahui beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan potensi daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebagai wisata edukasi terhadap peluang dan ancaman eksternal yang sedang dihadapi yang dikeluarkan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki oleh Lumpur Lapindo sebagai wisata edukasi sebagai berikut :
-
A. STRATEGI SO
-
1. Dalam pengembangan daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebagai wisata edukasi pemerintah melakukan upaya untuk perencanaan pembangunan kereta gantung atau gondola di kawasan daya tarik wisata Lumpur Lapindo sangat membantu karena dengan adanya pembangunan kereta gantung atau gondola dapat mempermudah wisatawan lebih detail untuk menyusuri setiap sudut area kawasan daya tarik wisata Lumpur lapindo.
-
2. Dijadikannya Lumpur Lapindo sebagai wisata edukasi dapat memberikan masyarakat lokal mata pencaharian baru dan dengan adanya keterlibatan pemerintah dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dengan pesat sehingga dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan untuk berkunjung ke Lumpur Lapindo dan membuat suatu produk wisata di daya tarik wisata Lumpur Lapindo.
-
B. STRATEGI WO
-
1. Minimnya akomodasi dan aksesibilat untuk pembangunan kereta gantung sangat berpengaruh dengan pembangunan kereta gantung atau gondola sehingga pemerintah harus ekstra merencanakan pembangunan kereta gantung atau gondola agar lebih aman untuk kegiatan wisata di daya tarik wisata Lumpur Lapindo sehingga wisatawan akan berkunjung untuk melakukan kegiatan berwisata edukasi dengan nyaman dan aman sehingga pemerintah akan lebih banyak melakukan perbaikan baik dari segi akomodasi dan aksesibilitas di area kawasan daya tarik wisata Lumpur Lapindo sehingga dapat menjadikan daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebagai ikon untuk Kabupaten Sidoarjo.
-
2. Perkembangan teknologi yang cukup pesat sangat mempengaruhi sinergi masyarakat lokal dan pemerintah untuk mengembangkan daya tarik wisata Lumpur Lapindo agar dapat mempekajari cara menjadikan daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebgai daya tarik wisata
Vol. 7 No 2, 2019
edukasi untuk menarik wisatawan berkunjung ke Lumpur Lapindo. Masyarakat lokal juga mendapatkan wawasan bagaimana cara pengelolaan yang baik dan benar untuk pengelolaan daya tarik wisata Lumpur Lapindo. C. STRATEGI ST
-
1. Daya tarik wisata Lumpur Lapindo sangat berdampak pada kondisi lingkungan sehingga sangat dikhawatirkan akan membuat populasi flora dan faunanya tidak dapat berkembang dengan baik sehingga masyarakat lokal dan pemerintah berinisiatif untuk merencanakan agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya untuk melakukan cara agar flora dan fauna yang ada di kawsan daya tarik wisata Lumpur Lapindo ini berkembang dengan baik dan dapat dimanfaatkan untuk pemerintah dan masyarakat lokal untuk memberikan edukasi kepada wisatawan mengenai bagaimana cara mengatasi pembatasan dampak dari bencana Lumpur Lapindo.
-
2. Bencana Lumpur Lapindo dijadikan suatu daya tarik wisata oleh masyarakat lokal dan pemerintah sehingga menimbulkan isu – isu negatif mengenai dijadikannya bencana Lumpur Lapindo sebagai daya tarik wisata dan masih aktifnya pusat semburan Lumpur Lapindo semakin memperburuk isu – isu negatif tersebut, akan tetapi dengan adanya upaya antara masyarkat dan pemerintah Kabupaten Sidoarjo masih memiliki peluang untuk mengembangkan bencana Lumpur Lapindo sebagai daya tarik wisata yang sangat menarik dan berbeda dengan daya tarik wisata lainnya yaitu dengan mengembangkan bencama Lumpur Lapindo dengan dijadikannya suatu daya tarik yang bertemakan edukasi untuk menambahkan wawasan untuk wisatawan yang berkunjung di daya tarik wisata Lumpur Lapindo.
-
D. STRATEGI WT
-
1. Minimnya kunjungan wisatawan karena adanya isu – isu negatif sangat perlu diperhatikan karena perlu dibutuhkan sinergi atau dukungan antara masyarakat lokal dengan pemerintah sehingga dapat mengatasi isu – isu negatif dengan melakukan suatu promosi yang dapat menjajikan untuk wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata Lumpur Lapindo dan memanfaatkan pusat semburan Lumpur lapindo untuk dijadikan suatu daya tarik wisata berupa wisata edukasi yang dapat memberikan wawasan tentang perkembangan
atau perubahan pusat semburan Lumpur Lapindo dari tahun ke tahun sehingga dapat mndatangkan kunjungan wisatawan Lumpur Lapindo bukan hanya pusat semburan Lumpur Lapindo melainkan adanya tempat pembuangan dari bencana Lumpur Lapindo ini juga dapat dijadikan suatu edukasi di area kawasan Lumpur Lapindo yaitu mengenai apa dampak yang di timbulkan dari pusat semburan Lumpur Lapindo karena dibuangnya limbah ke sungai berantas Porong.
-
2. Pemerintah dan masyarakat lokal seharusnya mengajak investor untuk mengembangkan dan memanfaatkan akomodasi yang ada di daya tarik wisata Lumpur Lapindo untuk memperbaiki pencemaran lingkungan dan menjaga populasi flora dan fauna agar daya tarik wisata Lumpur Lapindo bisa terlihat hidup untuk dapat mendatangkan wisatawan agar daya tarik wisata Lumpur Lapindo ini lebih berkembang dan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata Lumpur Lapindo lebih nyaman untuk mempelajari aktifitas keadaan bencana Lumpur Lapindo sebab dan akibat bencana Lumpur lapindo terhadap lingkungan sekitar.
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasaarkan kesimpulan yang dapat dikaji dalam jurnal ini adalah, dengan banyaknya atraksi yang perlu dikembangan agar dapat lebih dieksplor oleh wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata Lumpur Lapindo dan menambahkan fasilitas – fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan wisatawan berkunjung dan meneliti Lumpur Lapindo dengan cara menambahkan meseum untuk lebih mempermudah wisatawan memahami seluruh kejadian yang menimpa Kabupaten Sidoarjo dan memahami isi kandunga yang ada pada luapan Lumpur Lapindo, dan akses pendukung untuk perkembangan daya tarik wisata Lumpur Lapindo pemerintah sudah merencanakan pembangunan kereta gantung atau gondola untuk mempermudah wisatawan melakukan kegiatan wisata edukasi pada daya tarik wisata Lumpur Lapindo.
Seharusnya pemerintah memberikan edukasi kepada wisatawan untuk memasarkan dan cara untuk mengelola daya tarik wisata
Vol. 7 No 2, 2019
yang benar agar mendapatkan pendapatan yang lebih banyak jika memberikan service yang dapat memuaskan pengunjung, pemerintah juga seharusnya menyediakan alat teknologi untuk dapat dipelajari masyarkat dalam mengembangkan daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebagai wisata edukasi.
Seharusnya pemerintah Kabupaten Sidoarjo melakukan pengembangan dengan sigap dan mampu menerima tanggapan yang diberikan wisatawan agar daya tarik wisata Lumpur Lapindo dapat berkembang, dalam pengembangan daya tarik wisata Lumpur Lapindo ini seharusnya pemerintah membangun fasilitas – fasilitas pendukung untuk dapat menunjang kegiatan wisatawan untuk mendapatkan pengetahuan dan kenyamanan saat berekunjung ke daya tarik wisata Lumpur Lapindo.
Seharusnya pemeritah mempunyai strategi untuk mengembangkan daya tarik wisata Lumpur Lapindo sebagai wisata edukasi dengan maksimal karena Lumpur Lapindo sangat bermanfaat untuk mendatangkan wisatawan dengan menyajikan suatu wisata edukasi agar wisatawan dapat memahami bagaimana memanfaatkan sumber daya alam dengan benar.
Sumber Online :
Grafik jumlah tingkat kunjungan wisata di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur www.Disporabudpar.sidoarjo.go.id di akses pada 20 April 2018 pukul 20.00 waktu
Indonesia Tengah Denpasar
Pengembangan-Pariwisata-Merupakan di akses
pada tanggal 23 April 2018 pukul 22.00 waktu Indonesia Tengah Denpasar
Kegiatan dalam pengembangan Lumpur Lapindo https://www.slideshare.net/anisaf7/dam pak-lumpur-lapindo-terhadap-kegiatan-
DAFTAR PUSTAKA
Abarquez dan Murshed. 2004. Community-Based
Disaster Risk Management: Field
Practicioner Handbook. ADPC. Bangkok.
Amsyari. 1986. Prinsip-Prinsip Masalah
Pencemaran Lingkungan. Jakarta:Ghalia.
Basu Swastha dan Irawan, 2005, Asas-asas Marketing,
Liberty, Yogyakarta.
Navira, M., Aulia, T.B., Affifuddin, M. 2014, “ Kajian Sistem Manajemen Operasional Museum Tsunami Aceh “, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3,
No. 2, Hh. 73-84
Pitana, I. G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi : Yogyakarta
Rendra, Suroso. 2004. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta. Andi.
Restanto, Dony . 2013 . “Konstruksi Sosial
Pengunjung Wisata Lumpur Panas Lapindo”. E – Jurnal UNESA Paradigma | Vol 1, No 3.
Rodger, D. (1998). Educational Tourism and Forest Conservation :Diversification for Child
Educational . Journal Vol.64 No.4
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi : Suatu Pengantar.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Wirawan. 1991. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Sawah Irigasi. LP3ES. Jakarta.
Yusuf , A Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta : Prenamedia Group.
287
Discussion and feedback