Pengaruh Film “Ada Apa Dengan Cinta 2” Terhadap Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Magelang
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 1, 2019
Pengaruh Film “Ada Apa Dengan Cinta 2” Terhadap Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Magelang: Studi Kasus Rumah Do’a Bukit Rhema
Rizqi Maulana Herlambang a, 1 I Made AdiKampana a.2
-
a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia
Abstrack
Tourism destinations in Indonesia have a variety of interesting tourist attractions and many of these tourist attractions become shooting locations or taking pictures of a film scene. By making a tourism destination and tourist attraction becomes a setting of shooting a film is expected to make tourism developing and films “Ada Apa Dengan Cinta 2” is one of the films that took the place of shooting for the film scene in several tourist attractions in Magelang. the purpose of this research are to know determine the influence of the film “Ada Apa Dengan Cinta 2” product development, market and marketing at the Rumah Do’a Bukit Rhema.
This research uses qualitative data collected through observation , interview , documentation , informans are selected using purposive procedures. Data analysis method used qualitative data analysis.
The result of the research shows are the occurrence of product, market and marketing developments at Rumah Do’a Bukit Rhema after being shooting and appearing on scene films Ada Apa Dengan cinta 2. The government especially tourism ministry is expected to choosing films as a means of tourism promotion.
Keywords: Scene film, Tourism attraction, Ada apa dengan cinta 2, Rumah doa bukit rhema
Salah satu sektor untuk meningkatkan pendapatan, yang menjadi primadona oleh berbagai negara di hampir seluruh belahan dunia adalah tourism (pariwisata) yang disebut juga sebagai multidimensional industry dengan pertumbuhan sangat cepat di seluruh negara di hampir seluruh belahan dunia saat ini dan memiliki karakteristik social. (Sunarta, 2015) Pemerintah Indonesia melalui kementerian Pariwisata gencar melakukan promosi, hal ini dapat diketahui dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk wisatawan lebih mudah berkunjung ke Indonesia dengan dikeluarkan kebijakan seperti pembebasan visa bagi wisatawan luar negeri. Selain itu, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatan pendapatan khususnya sektor pariwisata seperti pembangunan sepuluh destinasi baru. Untuk mempromosikan sektor pariwisata tersebut maka pemerintah harus memiliki langkah inovatif, salah satunya dengan film. Film salah satu media promosi pariwisata, dimana film dinilai sangat efektif untuk memasarkan sebuah sektor pariwisata. Iwashita (dalam Vagionis dan dinilai sangat efektif untuk memasarkan sebuah sektor pariwisata. Iwashita (dalam
Vagionis & Louminoti , 2011 ). Film adalah salah satu dari sekian banyak factor yang dimana mengekspose & memperlihatkan hal yang menarik dan karakter sebuah destinasi. Oleh karenanya jadi film adalah satu factor dari banyak factor yang dapat membuat pengaruh keputusan individu dalam membuat suatu perjalanan.
Seringkali seseorang melihat sesuatu daya tarik wisata melalui film yang mereka saksikan, adegan yang ditayangkan dalam film tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk berkunjung ditempat wisata tersebut, karena film merupakan sebuah budaya dimana dapat mempengaruhi sebagian kecil dari populasi. Butler (dalam Vagionis & Louminoti, 2011) sebuah budaya yang cukup kuat dan mampu merefleksikan model konsumsi dan komunikasi dari publikasi umum.
Dampak yang didapatkan melalui sebuah promosi pariwisata dalam sebuah film dapat menjadikan film sebagai alat komunikasi dalam product placement. Pembuatan film dengan meletakkan beberapa destinasi wisata dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi sektor pariwisata tersebut. Film tertentu memiliki kecenderungan menjadi sebuah
magnet atau tourist attraction untuk seorang atau sekelompok wisatawan dan film adalah sebuah saranan atau alat yang efektif untuk pariwisata kalau jalan ceritanya serta lokasi pengambilan gambar berka itan satu sama lain karena film secara visual menggambarkan kondisi di suatu destinasi wisata yang dipilih untuk tempat syuting film tersebut. Hal ini memberikan motivasi untuk penonton berkunjung dan menggali banyak informasi mengenai tempat syuting sebuah film. (Hhudson dan Riitchie, 2016)
Menempatkan suatu destinasi wisata menjadi sebuah product di sebuah filmm dapat menimbulkan sisi negative & positif kepada destinasi itu sendiri, gagasan seperti ini kemudian membikin orang yang menyaksikan jadi akrab dengan destinasi wisata tersebut dan kemudian dijadikan sebuah produk, film bisa membuat pasarr potensialnya dalam hal ini penoton film tersebut untuk berkunjung ke sebuah destinasi dalam film. Menempatkan pariwisata dalam film adalah cara untuk memberi pengaruh pada permintaann pariwisataadiiseluruhhduniaa(saltik et al, 2011). Film sangat bisa mempengaruhi pariwisataaterdapat tidak sedikit film yang berpengaruh pada bertambahnya minat kunjungan dari wisatawan salah satunya filmm dengan judul Pria dari Sungai Salju (The man from snowy river) 1982 dan Buaya dari dundde ( Crocodile dundee ) 1988 adalah film Australiaa yang berhasil dan terbukti mempengaruhi tingkat bertambahnya wisatawan untuk berkunjung yang meningkat secara cepatt di Australiaa dibanding negara lain yang masih dalam tahap mengalami perkembangan (O’regan , 1998 dalam Beeton 2005).
Ada apa dengan cinta 2 merupakan sebuah film yang mengambil latar scene di Rumah Do’a Bukit Rhema di Kabupaten Magelang. Sebelum dijadikanya tempat syuting film Ada apa dengan cinta 2 Rumah Do’a Bukit Rhema dibangun oleh Daniel Alamsjah yang digunakan sebagai rumah ibadah untuk semua
agama. Bentuk bangunan Rumah Do’a Bukit Rhema adalah sebuah burung merpati, tetapi ketika dibangun bentuknya lebih menyerupai ayam, karena itulah tempat ini sering dijuluki gereja ayam. Tokoh yang membangun tempat tersebut merupakan seorang Nasrani, sehingga warga sekitar sering menyebutnya dengan gereja ayam.
Keterbatasan dana menjadikan tempat tersebut terbengkalai dan tidak terurus. Setelah Rumah Do’a Bukit Rhema dijadikan tempat syuting scene film Ada apa dengan cinta 2 tempat ini menjadi banyak dikunjungi wisatawan dimana sebelumnya Rumah Do’a Bukit Rhema merupakan tempat yang belum banyak diketahui orang dan tidak terurus. Sekarang, bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Rumah Do’a Bukit Rhema dikenai tiket masuk lokasi. Untuk itu peneliti melakukan penelitian terkait mengenai sejauh mana adanya AADC2 sebagai sebuah film membuat berkembangnya kegiatan pariwisata disuatu daya tari wisata dengan lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Magelang dengan menarik studi kasus di Rumah Do’a Bukit Rhema.
Dengan berlandaskan latar belakang kemudian dibuatlah sebuah rumusaan masalah yang ada pada jurnal ini adalah mengenai profil produk pariwisataadi Rumah Do’a Bukit Rhema sebagai lokasi tempat syuting scene film AADC 2 dan tentang seperti apa AADC 2 sebagai sebuah film membuat berkembang pariwisata di tempat syuting scene film di Rumah Do’a Bukit Rhema.
-
1. Tesis dengan judul “Pengaruhh Tayangann Lokasi Film Terhadap Minat
KunjungannWisatawannDalammFilmm induced Tourism” oleh Fransiskuss
Xaveriuss Yatnoo Kariadi.
-
2. Jurnal dengan judul “Peran Promosi Pariwisata Melalui Film Dalam
Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan Perbandingan antara Film Eatt , Prayy, LoveeDengan Film yang Berlatar Belakang Destinasi Wisata” oleh Dewi Aulya Atika Ayuu
-
3. Skripsi berjuduk “Pengaruh Film AADC2 Terhadap Niat Berkunjung Melalui Citra Kognitiff dan Citra Afektiff di Kraton RatuuBoko Yogyakarta Studii Pada Mahasiswaa IAINNSurakarta” oleh Faricha Sa’adatul Ummah
-
4. Buku Sue Beeton judul Aspects of Tourism Film-Induced Tourism
Konsep yang ada pada jurnal berikut digunakan beberapa konsep berikut adalah:
-
1. Konsep Daya Tarik Wisata
Menurut A.Yoeti Mengemukakan bahwa touristattraction atau daya tarik wisata adalah segala hal yang menjadi daya tarik untuk seseorang mengunjungi suatu daerah tertentu.
Menurut Nyoman.S.Pendit daya tarik wisata sebagai segala hal yang bernilai dan membuat tertarik untuk dikunjungi dan dilihat.
-
2. KonseppBauran Pemasaran Pariwisataa Factor factor yang dikombinasikan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan serta dapat membentuk sebuah sistem pemasaran dalam mencapai cita cita perusahaan pada target pasar atau sasaran
-
3. KonseppPengaruhh
Pengaruh merupakan kekuatan yang timbul, ada atau muncul disebabkan oleh sesuatu (manusia ataubbenda) ikut mencetak kepercayaan, watak dan perilaku sebuah individu. ( W.J.S.
-
4. Konsep Perkembangan
Moh. Surya (dalam Gunarsa, 2016) Mengemukakan bahwa perkembangan merupakan serangkaian hal-hal yang berubah yang bersifat progresif, terjadi dalam tubuh suatu organisme mengacu
kepada pola yang dimungkinkan dapat membuat terjadinya perubahan fungsi baru.
-
5. Konsep 4A (Cooper,et al.1993).
-
a. Attraction (Atraksi)
Wisatawan diajak untuk menikmati keindahan alam suatu destinasi, melihat kebudayaan baru yang belum pernah dia ketahui sebelumnya.
-
b. Amenities (Fasilitas) tempat tinggal wisatawan sementara untuk wisatawan dan fasilitas lainnya seperti warung dan tempat ibadah.
-
c. Accessibilities (Aksesibilitas) Transportasi wisatawan untuk mencapai suatu daerah tujuan wisata serta sarana dan prasarana serta infrastruktur di daerah tujuan wisata
-
d. Anciliary (Pelayanan Tambahan)
Pelayanan yang diberikan oleh stakeholder di suatu kawasan destinasi pariwisata.
-
6. Konsep Pemasaran Pariwisata Krippedorf (dalam Yoeti,2002:1)
Dikemukakan bahwa pemasaran pariwisata merupakan sistem yang diaplikasikan dengan terkoordinasi sebagai kebijakan yang berlaku pada badan usaha yang bergerak dalam tourism industry apakah dalam hal ini pemerintah tingkat local, regionall, nationall , internationall atau usaha swasta demi menggapai kepuasan yang maksimal atas kebutuhan keperluan kelompok wisatawan yang ditentukan dan ditetapkan sebelumnya, sekaligus untuk mendapatkan keuntungan yang wajar.
Penelitian ini dilakukan di. Rumah Do’a Bukit Rhema yang adalah tempat syuting film AADC 2 yang terletak di Kabupaten Magelang Jawa Tengah. AADC 2 sebuah film dimana Mira Lesmana sebagai produser dan sebagai sutradara adalah Riri Reza, mengambil latar pengambilan gambar di berbgai tempat menarik di Yogyakarta dan Magelang seperti warung kopi indie bernama Klinik Kopi
kemudian Istana Ratu Boko, Warung Bu Ageng, Sate Klatak Pak Bari,
Sally coffee , Papermoon Puppet Teater , Pantai Parangkusumo , Punthuk Setumbu dan Rumah Doa Bukit Rhema.
Ruang lingkup penelitian ini mengacu pada permasalahan yang diteliti kemudian ruang lingkup penelitian yang diambil adalah sebagai berikut :
-
1. Profil produk pariwisata berupa atraksi, fasilitas, aksesbilitas, layanan tambahan di Rumah Do’a Bukit Rhema di Kabupaten Magelang Jawa Tengah
-
2. Pengaruh film AADC 2 atas berkembangya pariwisata di Rumah Do’a Bukit Rhema di Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
jJenis janissdataayanggdigunakannpadaa penelitiann ini kkualitatif. Menurutt Kusmayadi dan Sugiarto (2002) data kualitatif adalah da ta yang digambarkan dengan penjelasan mengenai objek penelitian yang diteliti serta tidak dapat dihitung.. Data kualitatif diantaranya gambaran umum, profil produk pariwisata, pengaruh film AADC2 terhadap perkembangan produk pariwisata di Rumah Do’a Bukit Rhema. Data pendukung secara kuantitatif adalah jumlah kunjungan wisatawan. tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada jurnal penelitian ini menggunakan.wawancaraa mendalam kepada pihak informan. Menurut Indiantoro (dalam Etta dan sopiah,2010) merupakan proses pencatatan manusia , benda atau suatu kegiatan yang terstruktur dengan tidak adanya dikomunikasikan atau pertanyaan dengan perseorangan perseorangan yang di teliti.
Selain menggunakan .observasi dan wawancara dengan subjek yang terkait, pengumpulan data juga menggunakan dokumen pendukung dari laporan penelitian sebelumnya atau terdahulu yang terkait. Subjek yang digunakan sebagai informan ditentukan dengan menggunakan prosedur purposive samplinga merupakan prosedur pengumpulan
data menggunakan atau mempertimbangkan dengan kriteria tertentu.
Tehnik analisis dalam penelitian ini dengan digunakanya tehnik analisis deskriptif kualitatif dimana data dianalisa, dikerjakan dengan cara berkerja dengan mengorganisasi data , kemudian data itu dipilah untuk menjadikanya suatu kesatuan yang terkelola , mensiintesiskan , menemukan dan mencari pola, menemukan apa yang penting , apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan terhadap orang lain (Moleong, 2012)
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Do’a Bukit Rhema berlokasi tepat di dusun nggombong desa kembang limus kabupaten Magelang Jawa Tengah. Rumah Doa Bukit Rhema dikelola oleh Lembaga Pendidikan dan Layanan Sosial Rhema dan dibantu oleh Dinas Pariwisata Jawa Tengah. Lokasi Rumah Do’a Bukit Rhema berada diperbukitan Magelang, dari Yogyakarta Rumah Do’a Bukit Rhema dapat ditempuh ± 45 menit berkendara. Jam operasional Rumah Do’a Bukit Rhema buka senin sampai jumat pukul buka jam 6 pagi dan tutup jam 5 sore wib dan dihari saptu dan minggu buka jam 5 pagi dan tutup jam 5 sore wib. Fasilitas yang terdapat di Rumah Do’a Bukit Rhema adalah tempat parkir, toilet, mushola, ruangan do’a dan restoran serta kafe.
Terdapat juga fasilitas tempat belajar seni membatik yang diperuntukkan bagi wisatawan. Harga tiket masuk Rumah Do’a Bukit Rhema sebesar 15 ribu rupiah untuk wisatawan domestik dan 30 ribu rupiah untuk wisatawan asing, tiket masuk ini tersebut dapat ditukarkan dengan jajanan lokal seperti singkong goreng/ rebus, dll yang dapat ditukarkan di kafe Rumah Do’a Bukit Rhema.Di Rumah Do’a Bukit Rhema
adalah tempat terbaik di Kabupaten Magelang untuk melihat sunrise.
Tabel 1. Produk Pariwisata Rumah Do’a Bukit Rhema
Lokasi Pengam bilan Gambar |
Atraksi |
Fasilitas |
Aksesbilitas |
Layanan Tambahan |
Rumah Do’a Bukit Rhema |
Melihat sunrise Spot foto Tracking Bgrdo’a dan beribadah |
Parkir Toilet Kafe dan restoran Tiket masuk Free jajanan lokal Tempat ibadah |
Berkendara 45 menit dari Yogyakarta |
Lembaga Pendidikan dan Layanan Sosial Rhema dan dibantu oleh Dinas Pariwisata Jawa Tengah Activate Windows |
Sumber data : diolah dari penelitian 2018
-
4.2 Pengaruh Ada Apa Dengan Cinta 2 Atas Berkembangnya Pariwisata di Rumah Do’a Bukit Rhema
Menurut salah satu pengelola Rumah Do’a Bukit Rhema yang bernama Mas Edward atau akrab disapa Pak Edo, dulu sebelum Rumah Do’a Bukit Rhema masuk dalam scene film Ada Apa Dengan Cinta 2 sangat sedikit masyarakat tahu tempat ini kemudian setelah bangunan Rumah Do’a Bukit Rhema masuk dalam scene AADC 2 jadi ramai dikunjungi wisatawan dan ketika mulai dikunjungi pasca film tersebut bangunan Rumah Do’a Bukit Rhema masih merupakan bangunan tua yang terbengkalai dengan renofasi seadanya. Sebelum film AADC 2 Tangga untuk naik sampai ke mahkota merpati belum ada butuh 3 bulan renovasi untuk membuat Rumah Doa Bukit Rhema siap digunakan untuk syuting scene AADC 2.
Semenjak masuk didalam scene film AADC 2 , berdampak pada renovasi bangunan dan menjadikan tempat ini menjadi sebuah daya tarik wisata sehingga tempat ini nyaman ketika dikunjungi wisatawan hal ini juga berpengaruh pada perkembangan produk wisata di lokasi Rumah Do’a Bukit Rhema seperti adanya tiket masuk sebesar 15 ribu rupiah untuk wisatawan domestik dan 30 ribu rupiah untuk wisatawan asing, bangunan yang
mulai direnovasi kembali, semakin banyak fasilitas penunjang pariwisata yang dibangun seperti tempat parkir, toilet, kafe dan restoran.
Selain itu Rumah Do’a Bukit Rhema, juga ikut dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat sekitar Rumah Do’a Bukit Rhema melalui bundling tiket masuk daya tarik wisata dengan singkong goreng atau rebus. Bahan baku singkong adalaha merupakan singkong Latela Gombong Cassava dimana singkong tersebut dibudidayakan oleh warga sekitar Rumah Do’a Bukit Rhema.
Munculnya spot foto baru disekitar Rumah Do’a Bukit Rhema seperti taman bunga dan tulisan tulisan unik untuk melakukan aktifita swafoto, juga terdapat galeri-galeri foto tentang kondisi Rumah Do’a Bukit Rhema dulu sampai sekarang, serta terdapat workshop belajar membatik bagi wisatawan. Pengunaan Web dan media sosial seperti FB, twitter dan IG sebagai alat memasarkan produk mereka.
Tabel 2. Perkembangan Produk Wisata Rumah Do’a Bukit Rhema
Lokasi
Pengambilan
Gambar
B≡⅛βθ⅛
Bukit Rhema
Pengaruh
Pasar Wisatawan
Banyak dikunjungi Hisatawanyang semula tempat tersebut merupakan bangunan tua yang tidak terawat
Pengaruh-Perkembangan
Produk Munculnya tiket masuk yang ^btmdlm^ dengan jajanan lokal
Adanya spotspot foto sekitar^ Buinah Do⅛ Bukit Rliema Adanya workshop batik untuk wisatewan Ajdanya kafe dan restoran
Pjrogaob Terhadap Pemasaran
Ms⅞gs⅛⅞⅛ Instagram, Twitter, Facebook dan Website sebagai media Pgmagaran
Sumber : Diolah dari Penelitian, 2018
-
V. PENUTUP
Kesimpulan dari analisis yang sudah dilaksanakan dengan ini menyatakan dengan munculnya film Ada Apa Dengan Cinta 2 membuktikan diri sebagai alat yang efektif dalam memasarkan pariwisata dalam hal ini membuat Rumah Doa Bukit Rhema
terpengaruh seperti direnovasinya bangunan tersebut dan banyak dikunjungi wisatawan. Pengaruh yang terjadi terhadap perkembangan pariwisata di Rumah Do’a Bukit Rhema sebagai lokasi pengambilan gambar, scene yang ditampilkan dalam film membuat lokasi pengambilan gambarnya dalam hal ini Rumah Doa Bukit Rhema menjadi lebih berkembang lebih maju jika melihat sisi produc, pasar dan pemasaran.
Membuat film menjadi media pemasaran seubuah destinasi wisata terbukti efektif sehingga penulis berharap akan lebih banyak rumah produksi film yang membuat film dengan scene lokasi pengambilan gambar di daya tarik wisata. Pemerintah melalui kementerian pariwisata khususnya bisa memilih film sebagai alat untuk memasarkan sebuah destinasi wisata sehingga kemudian kementrian pariwisata dapat menjadi sponsor yang mendukung bagi banyak film yang menampilkan scene yang berlatar suatu daya tarik wisata.
Untuk pengelola daya tarik wisata Rumah Doa Bukit Rhema diharapkan dapat terus berinovasi mengembangkan produk wisatanya menambah inovasi-inovasi baru yang menarik dan unik sehingga wisatawan yang berkunjung kesana karena menonton film AADC2 tidak merasa bosan dan ingin kembali berkunjung karena ada aktifitas baru yang dilakukan di daya tarik wisata ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badadu, Zain1994. kKurikulum dan Pembelajarann bBandung : Bumi Aksara. Halamann103
Beeton, Sue 2005. Aspect of Tourism Film-Induced Tourism.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, 2010. Metodelogi Penelitian. Andi Publishe.
Gunarsa,aINNyoman.2016.ResponnMasyarakattLokal TerhadappPerkembangannPariwisataadi KelurahannSeminyak,Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali Skripsii Fakultas Pariwisata Universitass Udayana.
Ibrahimm.M.A.2015. Metodologii Penelitian Kualitatiff Panduann Penelitian Beserta Contoh Proposal Kualitatif. Bandungg: Alfabetaa
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 13. New Jersey : Person Prentice Hall
Loumioti, Maria;Vagionis, Nikolas. 2011. Movies as A Tool of Modern Tourist Marketing.Tourimos: An International Multidisciplinary Journal of Tourism,Vol 6,No 2 pp 353-362.
Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Poerwadraminto, W. J. S. 2002. Kamus Umun Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Halaman 849
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sunarta.. I. N. 2015. Dampak Perkembangan Usaha Akomodasi Terhadap di Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung Bali. Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Bali.
Suwena. I. K. 2010. Pengetahuan Ilmu Pariwisata Denpasar : Udayana University Press
Swartbroke,John.1996. Development and management of Visitor Attractions. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Yoeti.O.A. 2002. Perencanaan & Pengembangan Pariwisata Jakarta : Pradnya Paramita
179
Discussion and feedback