Jurnal Destinasi Pariwisata                                                  p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 7 No 1, 2019

Motivasi Wisatawan Wanita dan Persepsi Masyarakat Lokal terhadap Klub Gay di Seminyak, Bali: Studi kasus Balijoe dan Mixwell Bar

Dio Pratama a,1 Saptono Nugroho a,2

1[email protected] 2 [email protected]

a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

This research was conducted to find out the motivation of female tourist to visit Gay club, the perception of the tourist and local community towards the Gay Club.

The methods used in this research id descriptive qualitative. The technique of determination of informants used is purposive sampling technique. Data sources used are primary and secondary data sources. Primary data in this research is sourced from direct observation to the research location by means of observation and interviews. While secondary data in this research are the data obtained from the documentation or studies library to complement the primary data.

The result of the research shows that most tourist say curious to see Gay club as a motivation for a visit; most tourist plead happy after seeing the atrractions there; most neutral against Gay tourist; most local community already know about Gay club; most local community are not disturbed; most local people are not benefitting from the presence of the Gay club.

Keywords : Tourist Motivation, Community Local Perception, Gay Club

  • I.    PENDAHULUAN

Pariwisata pink atau pinkers tourism termasuk dalam pariwisata minat khusus dengan pasar sasaran yaitu wisatawan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Perbedaan antara pinkers tourism dengan wisata seks dapat diihat oleh banyak faktor. Dimana wisata seks hanya berorientasi kesenangan dalam seksualitas, sedangkan dalam pinkers tourism terkait dengan atraksi, infrastruktur, akomodasi, elemen kelembagaan, fasilitas pelayanan yang disesuaikan dengan harapan dan kebutuhan wisatawan LGBT (Hughes, L Howard, 2006). Peningkatan permintaan terkait pinkers tourism terus mengalami pertumbuhan oleh wisatawan LGBT yang menjadi target pasar dari jenis pariwisata ini. Peningkatan tersebut dapat diartikan bahwa di suatu destinasi yang akan dikunjungi dianggap ramah terhadap LGBT maupun wisatawan menganggap bahwa didaerah asal mereka tidak kondusif terhadap LGBT sehingga memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata ke luar daerahnya.

Inggris dan Amerika Serikat merupakan negara yang menjadi contoh bisnis terkait pinkers tourism merupakan prospek yang menguntungkan hingga mencapai total puluhan milyar dolar AS. Perkembangan pinkers tourism mendapat berbagai tanggapan dari berbagai kalangan. Tanggapan positif yang menyutujui adanya pinkers tourism, serta tanggapan negatif yang tidak setuju karena

menganggap bahwa wisatawan LGBT dianggap tidak setara dengan wisatawan heteroseksual. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa wisatawan LGBT mempunyai kekuatan serta berpengaruh terhadap perekonomian di suatu wilayah. Salah satu destinasi wisata yang mempunyai daya tarik khusus LGBT adalah Bali.

Terdapat beberapa bar yang dikhususkan bagi wisatawan LGBT di sepanjang Jalan Camplung Tanduk yang oleh beberapa orang disebut dengan “Jalur Gaza”. BaliJoe dan Mixwell merupakan dua diantara empat klub yang ada dan dikhususkan bagi gay. Atraksi utama yang ditawarkan oleh kedua bar tersebut yaitu drag show dan gogo dance. Klub malam yang pada awalnya ditujukkan sebagai tempat berkumpulnya kaum gay sambil menikmati pertunjukkan yang ada ternyata juga menarik minat wisatawan wanita untuk berkunjung karena menganggap bahwa klub tersebut berbeda dari klub malam yang ada di Bali.

Disisi lain, masyarakat lokal yang mayoritas memeluk agama Hindu belum melegalkan mengenai pinkers tourism, namun sebagai salah satu daerah pusat pariwisata di Bali membuat klub – klub tersebut tumbuh beriringan dengan kehidupan masyarakat sekitar. Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti tergerak melakukan penelitian untuk mengetahui hal apa yang menjadi motivasi wisatawan wanita yang berkunjung ke klub

gay, serta untuk mengetahui bagaimana persepsi wisatawan wanita dan masyarakat lokal terhadap klub gay. Pemahaman terkait topik penelitian ini penting sehingga kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan baik dengan menampung aspirasi dari stakeholders yang ada disana.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

Telaah penelitian sebelumnya sangat penting dilakukan untuk membandingkan antara penelitan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan berdasarkan fokus penelitian sehingga tidak terjadi penelitian ganda, serta untuk mengetahui apa keunggulan dari penelitian ini dibandingkan penelitian yang sudah ada. Penelitan sebelumnya yang pertama oleh A.A. Ngr. Bgs. Wisnu Wardhana dengan judul “Persepsi Masyarakat Lokal Mengenai Aktivitas Wisatawan Gay, Studi Kasus Seminyak Bali” membahas mengenai bagaimana aktivitas wisatawan Gay dan persepsi masyarakat lokal terhadap aktivitas wisatawan Gay saat berkunjung/berwisata ke daerah Seminyak (Indonesia). Penelitian sebelumnya yang kedua oleh Inda Reski Yanti dengan judul ”Persepsi Masyarakat Terhadap Pekerja Wanita Di Tempat Karaoke Princess Syahrini Kota Makassar”. Penelitian sebelumnya yang ketiga oleh Nurul Hidaya Muhajir dengan judul “Motivasi Remaja Kelurahan Benteng Mengunjungi Klub Malam (Studi Kasus Remaja di Kelurahan Benteng Kecamatan Wara Timur Kota Palopo)”.

Adapun landasan konsep dalam penelitian ini untuk membahas rumusan masalah yang ada yaitu konsep motivasi oleh Sudirman (2001), persepsi menurut Mar’at (1981), masyarakat menurut Jabrohim (2004), homoseksual menurut KBBI, dan pinkers tourism menurut Hughes, L Howard (2006).

  • III. METODE PENELITIAN

  • 3.1    Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua klub gay yaitu BaliJoe dan Mixwell yang terletak di Jalan Camplung Tanduk, Banjar Seminyak, Desa Adat Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. BaliJoe dan Mixwell Bar merupakan klub gay yang menampilkan berbagai atraksi yaitu drag Show, gogo dance,

dan live DJ. Adapun penduduk Desa data Seminyak berdasarkan data statistik pada tahun 2017 berjumlah 1.410 orang dimana jumlah penduduk laki – laki yaitu 531 orang sedangkan perempuan berjumlah 879 orang.

  • 3.2    Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah motivasi wisatawan wanita berkunjung dan persepsi masyarakat lokal terhadap Klub gay di Seminyak, Bali.

  • 1.    Motivasi wisatawan wanita berkunjung ke klub gay

  • 2.    Persepsi wisatawan wanita terhadap klub gay

  • 3.    Persepsi masyarakat lokal terhadap klub gay.

  • 3.3    Jenis dan Sumber Data

Jenis data kualitatif dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara kepada wisatawan wanita yang berkunjug dan masyarakat lokal yang berada di sekitar klub gay. Adapun data kuantitatif pada penelitian ini mencakup data populasi masyarakat, tingkat pendidikan, serta mata pencaharian masyarakat Desa Adat Seminyak.

Sumber data primer berupa observasi langsung ke lapangan dan hasil wawancara mendalam kepada wisatawan wanita dan masyarakat lokal yang berada di sekitar klub gay. Sumber data sekunder berupa website Desa Seminyak berupa peta wilayah, Profil Desa Adat Seminyak berupa jumlah masyarakat, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian Desa Adat Seminyak.

  • 3.4    Teknik Pengumpulan Data

  • 1.    Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang diteliti, mencatat dan mendokumentasikan data-data yang diperlukan (Sugiyono 2014). Dalam penelitian ini peneliti mengamati situasi dan kondisi klub gay saat kegiatan wisata berlangsung.

  • 2.    Wawancara

Wawancara merupakan sebuah percakapan dimana dilakukan lebih dari 1 orang dengan fokus suatu masalah serta proses tanya jawab yang berbentuk lisan yang

dilakukan dua orang atau lebih yang saling berhadapan secara fisik (Setyadin, 2005). Dalam penelitian ini peneliti melakukan tanya jawab wisatawan wanita yang datang berkunjung dan masyarakat lokal yang berada di sekitar klub gay.

  • 3.    Dokumentasi

Dokumentasi adalah pekerjaan yang mengumpulkan, menyusun, dan mengelola dokumen – dokumen literer yang mencatat semua aktivitas manusia dan yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan keterangan dan penerangan mengenai berbagai soal (Sulistyo Basuki, 1996). Dalam mengumpulkan data terkait objek penelitian kali ini yaitu wisatawan wanita yang datang berkunjung ke klub gay dan masyarakat yang berada di sekitar klub gay, alat yang digunakan penulis berupa perekam dan alat tulis.

  • 3.5    Teknik Analisis Data

Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam menganalisis data. Data hasil dari wawacara kemudian dilakukan analisis menggunakan deskritif kualitatif dengan mendeskriptifkan data yang ada secara holistik. Dimulai dengan melakukan deep interview. Setelah melakukan deep interview, selanjutnya dibuat transkrip berdasarkan hasil yang ada dengan mengulang rekaman yang telah direkam dengan alat bantu. Setelah melakukan transkrip berdasarkan hasil wawancar, langkah berikutnya adalah membuang data yang tidak sesuai konteks dan hanya mengambil data yang diperlukan atau bisa disebut dengan reduksi data.

  • IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 4.1    Gambaran Umum a. Desa Adat Seminyak

Desa Adat Seminyak merupakan letak administrasi dimana lokasi penelitian ini berada. Desa Seminyak merupakan salah satu sentra pariwisata dunia yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Kuta selain Desa Legian. Dimana Desa Seminyak dengan luas ±186 Ha terkenal padat dengan berbagai macam usaha yang bergerak di bidang pariwisata yang dapat kita jumpai dengan mudah di Desa Seminyak, contohnya: villa, hotel, bungalow, money changer, restaurant, rent car, toko, dan lain sebagainya.

Walaupun Desa Seminyak sebagai daerah pariwisata internasional, tapi masyarakatnya tetap rutin melakukan kegiatan adat dan keagamaan, baik itu kegiatan Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, maupun Bhuta Yadnya. Jadi kegiatan masyarakat Desa Seminyak sangatlah kompleks. Sebagai masyarakat yang hidup berdampingan bersama komunitas heterogen dan terjamah oleh modernisasi sebagai wujud dukungan terhadap kemajuan Desa Seminyak yang merupakan daerah pariwisata dunia, tetapi tanpa melupakan budaya tanah leluhur mereka. Sehingga keseimbangan kehidupan masyarakat dan lingkungannya dapat tetap dijaga dengan baik.

Ditinjau dari segi geografisnya, Desa Seminyak berbatasan dengan Desa Adat Denpasar di Timur, Desa Adat Legian di Selatan, Samudera Indonesia di Barat, dan Desa Adat Kerobokan di Utara. Data kependudukan Desa Adat Seminyak menunjukkan bahwa penduduk terdaftar berjumlah 1.410 jiwa dengan jumlah 324 Kartu Keluarga yang terdiri 531 orang laki-laki serta perempuan berjumlah 879 orang. Adapun tingkat pendidikan masyarakat Desa Seminyak sebagian besar masyarakat sedang atau mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD), sedangkan yang lainnya sedang atau sudah mengenyam pendidikan hingga tingkat SMU/SMK, SLTP, Diploma/PT dan lain – lain. Jenis pekerjaan masyarakat Desa Adat Seminy sebagian besar mata pencaharian masyarakat sebagai pegawai swasta dan lainnya sebagai wirausaha dan pelajar.

  • b. BaliJoe dan Mixwell Bar

Klub LGBT dalam penelitian ini terletak di Jalan Camplung Tanduk, Banjar Seminyak, Desa Adat Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Penulis melakukan penelitian di dua klub gay yang saling berdekatan yaitu BaliJoe dan Mixwell Bar.

Bali Joe dan Mixwell merupakan klub Gay yang pertama didirikan di Jalan Camplung Tanduk sekitar tahun 2007. Kedua klub tersebut biasanya buka mulai pukul 9 malam hingga pukul 3 pagi. Untuk mengetahui lebih dalam kegiatan pariwisata di BaliJoe dan Mixwell Bar, dapat dilihat pada relevansi

komponen produk pariwisata dengan kondisi eksisting dilapangan sebagai berikut :

  • 1.    Attraction

  • a.    Drag Show

Drag show merupakan sebuah penampilan yang dibawakan oleh pria yang berpenampilan layaknya wanita lengkap dengan kostum, makeup, serta payudara buatan. Drag Queen tersebut tampil lip sync dengan membawakan lagu – lagu dari penyanyi terkenal sambil melakukan gerakan tari yang biasanya diiringi oleh beberapa penari latar. Drag Queen tersebut menggunakan nama panggung yang identik dengan penyanyi yang mereka tiru seperti Tracey Germanotta, Ayubie Ariandie, dan Monica Malibu.

  • b.    Gogo Dance

Gogo dance merupakan pertunjukkan yang dibawakan oleh pria berbadan atletis dengan hanya menggunakan cawat minim dengan sepatu boot atau biasa disebut dengan gogo boys. Gogo Boys tersebut menari dengan gerakan yang erotis megikuti alunan musik. Wisatawan atau pengunjung yang datang biasanya menyelipkan beberapa jumlah uang langsung di cawat yang mereka kenakan sebagai bentuk tips bagi gogo boys tersebut.

  • c.    Live DJ

Sama seperti klub malam lainnya, kedua klub tersebut juga menawarkan aksi live DJ. Alunan lagu tidak berhenti terdengar sejak klub tersebut buka hingga tutup.

  • 2.    Accesibility

Berada di kawasan wisata yang sudah berkembang pesat membuat akses menuju ke lokasi menjadi mudah dan berdekatan dengan salah satu pantai populer di Seminyak yaitu Double Six.

  • 3.    Amenity

Berada di kawasan wisata yang sudah berkembang pesat, membuat banyak tersedianya fasilitas pendukung seperti Hotel, Spa, ATM, Pusat Kesehatan, Minimarket, dan Lahan Parkir.

  • 4.    Anciliary

Kelembagaan yang bersifat tertutup untuk umum membuat sulitnya peneliti mendapatkan data valid dari pengelola. Menurut penuturan beberapa sumber mengatakan bahwa klub – klub tersebut berdiri sejak tahun 2007 dengan pemilik salah satu klub yaitu BaliJoe yang berasal

dari Jakarta. Bayaran yang biasanya diterima oleh para Drag Queen dan Gogo Boys untuk satu malam berada pada kisaran Rp 200.000 – Rp 300.000. Dalam seminggu, drag queen dan gogo boys bekerja selama 4 hari dan mendapatkan jatah libur sebanyak 3 hari. Selain tampil di klub gay tersebut, para drag queen dan gogo boys juga diperbolehkan untuk bekerja di luar klub. Biasanya mereka menerima tawaran pekerjaan untuk tampil diberbagai acara seperti pernikahan, ulang tahun, perkumpulan perusahaan. Terkait pakaian panggung, para drag queen dan gogo boys menyiapkan sendiri pakaian yang akan mereka gunakan. Pakaian yang akan mereka tampilkan menggunakan uang pribadi mereka, dimulai dengan mencari bahan dan menggunakan jasa penjahit. Manajemen klub hanya menyediakan kostum untuk mereka tampil saat acara tertentu, seperti perayaan hari jadi klub dan tahun baru.

  • 4.2.1    Motivasi Wisatawan Wanita Berkunjung Ke Klub Gay

Pengunjung yang datang ke klub yang dikhusukan bagi gay ini ternyata tidak hanya didatangi oleh wisatawan maupun pengunjung dengan orientasi seksual gay, terdapat pula beberapa pegunjung wanita yang penulis temui ketika melakukan observasi di lapangan. Wisatawan wanita yang penulis temui di lokasi semuanya datang bersama teman – teman yang terdapat gay didalamnya.

Berdasarkan data yang ditemukan di lapangan, bahwa motivasi wisatawan wanita yang berkunjung ke klub gay dipengaruhi berdasarkan faktor penarik dan pendorong. Adapun faktor penarik digambarkan dengan alasan wisatawan wanita mengunjungi klub gay karena rasa ingin tahu tentang interaksi dari para gay. Wisatawan wanita yang merupakan heteroseksual merasa penasaran untuk datang dan melihat langsung kehidupan gay ketika berkumpul dan melihat atraksi yang dianggap memiliki kesamaan dengan yang berada di Bangkok, Thailand. Hal tersebut sesuai dengan faktor penarik yang dimiliki daya tarik dengan atraksi yang ditawarkan berupa kehidupan gay dan pertunjukkan drag

queen serta gogo dance yang identik dengan kaum LGBT sehingga membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung. Interaksi sosial yang merupakan salah satu dari sepuluh faktor pendorong dapat digambarkan dengan asalan wisatawan heteroseksual berkunjung ke klub gay dikarenakan pengaruh atau ajakan teman. Tidak semua wisatawan wanita yang datang ke klub sudah mengetahui bahwa tempat tersebut dikhususkan bagi kaum gay.

  • 4.2.2    Persepsi Wisatawan Wanita Terhadap Klub Gay

  • 1.    Tanggapan Setelah Mengetahui Klub Gay

Pengunjung yang datang ke kedua klub tersebut didominasi oleh para pria gay yang biasanya datang bersama teman dan pacar.Berbagai alasan mereka datang ke klub tersebut karena ingin sekedar bersenang – senang menikmati suasana dan atraksi di klub atau sekedar mencari pasangan baru. Hasil wawancara dengan wisatawan wanita yang ada menunjukkan sebagian besar dari mereka dari awal sebelum datang sudah mengetahui bahwa klub tersebut memang ditujukan untuk kaum gay. Wisatawan lain mengaku belum mengetahui klub tersebut pada awalnya dan setelah datang lalu melihat langsung pengunjung serta atraksi yang ada mereka baru menyadari bahwa klub tersebut berbeda dari klub malam lainnya.

Berdasarkan data yang didapat dilapangan, terdapat beberapa wisatawan wanita yang datang berkunjung sebelumnya sudah mengetahui dan kunjungan tersebut bukanlah yang pertama kali dilakukan. Selain itu, terdapat pula wisatawan wanita yang saat penulis melakukan penelitian bahwa kunjungan tersebut merupakan kali pertama mereka datang ke klub gay. Wisatawan wanita yang baru pertama berkunjung ke klub gay pada awalnya merasa risih karena untuk pertama kalinya mereka melihat hal yang berkaitan dengan gay secara langsung, Dapat dilihat bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi wisatawan wanita terhadap gay adalah pengetahuan serta kemampuan menangkap oleh indera manusia.

  • 2.    Persepsi Wisatawan Wanita Setelah Berkunjung ke Klub Gay

Beragam tanggapan diutarakan oleh wisatawan wanita ketika ditanya persepsinya setelah berkunjung ke klub gay. Perasaan risih yang pada awalnya dirasakan berubah menjadi nyaman karena tahu bahwa klub gay tersebut ramah terhadap wanita. Tanggapan netral diungkapkan oleh para wisatawan wanita yang berkunjung kesana ketika ditanya terkait eksistensi kaum Gay atau LGBT pada umumnya. Setelah menyaksikan atraksi – atraksi yang ada di klub tersebut dan melihat langsung kehidupan gay jika sedang berkumpul, wisatawan wanita yang penulis wawancarai mengaku terhibur karena sebagian besar dari mereka melihat hal tersebut merupakan yang pertama kalinya. Eksistensi klub yang dikhususkan bagi kaum gay menurut mereka patut untuk dipertahankan. Klub gay yang berada di Bali merupakan sebuah atraksi wisata yang unik dan berbeda dibanding klub malam lain yang ada, selain itu bahwa klub gay yang ada dapat dijadikan sebagai tempat berkumpul antar sesamanya dan dijadikan lapangan pekerjaan serta tempat bersenang – senang tidak hanya bagi kaum LGBT namun juga kaum heteroseksual.

Dapat dilihat bahwa persepsi wisatawan muncul setelah berkunjung dan melihat atraksi serta penunjung di klub gay. Persepsi wisatawan muncul karena beberapa faktor yaitu pengetahuan wisatawan wanita terhadap gay, kesiapan mental yang dimana suasana mental akan mempengaruhi persepsinya, latar belakang budaya wisatawan yang berbeda dengan apa yang dilihat dan dirasakan setelah berkunjung ke klub gay mempengaruhi persepsi, serta persepsi wisatawan wanita terhadap klub gay timbul karena faktor struktural yang meliputi kemampuan berpikir, daya tangkap wisatawan heteroseksual, dan kemampuan daya tangkap yang terdapat dalam diri wisatawan.

  • 4.2.3    Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Klub Gay

  • 1.    Pengetahuan dan Persepsi Masyarakat Lokal Terkait Klub Gay

Masyarakat lokal yang penulis wawancarai disekitar lokasi penelitian mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui bahwa klub tersebut memang dikhususkan bagi kaum gay. Salah seorang informan yang merupakan juru parkir yang telah bekerja selama 14 tahun di area tersebut bahkan sudah mengetahui bahwa klub tersebut akan dibuat menjadi klub gay saat tahap pembangunan berjalan. Karena sudah cukup lama hidup berdampingan dengan klub tersebut, masyarakat lokal yang berada disekitar sudah terbiasa dengan aktivitas maupun pengunjung yang datang ke klub gay tersebut. Dapat dilihat bahwa yang mempengaruhi persepsi masyarakat lokal terhadap klub gay karena adanya proses pengamatan masyarakat terhadap keberadaan klub tersebut berdasarkan atas proses belajar, sosialiasi, pengetahuan, cakrawala, dan pengamatan secara langsung. Hasil yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan 3 informan menunjukkan bahwa mereka sudah mengetahui tentang klub yang berada di lingkungannya merupakan klub LGBT.

  • 2.    Persepsi Masyarakat Lokal Tentang Ketidaknyamanan (Perasaan Risih) dan Gangguan Berkaitan dengan Aktivitas di Klub Gay

Perasaan terganggu dalam penelitian ini yaitu rasa tidak nyaman dan khawatir berdasarkan apa yang dirasakan oleh informan terhadap keberadaan klub gay yang berada di lingkungan mereka. Salah satu informan selaku juru parkir di area tersebut menuturkan bahwa dirinya tidak merasakan gangguan dari adanya kegiatan di klub gay tersebut. Baginya klub tersebut tidak ada bedanya dengan klub malam pada umumnya, yang membedakan hanya dari aktivitas dan pengunjung yang datang. Informan lain juga mengutarakan hal demikian, bahwa adanya klub malam tersebut tidak membawa dampak negatuf bagi mereka. Namun ketika awal pembukaan klub tersebut, warga sekitar sempat merasa dirugikan karena merasa terganggu dengan volume suara musik yang terlalu besar sehingga mengganggu waktu istirahat. Hal tersebut menurut penuturan masyarakat langsung ditanggapi oleh pihak

klub dengan mengecilkan volume suara saat jam buka klub tersebut.

Berdasarkan penjabaran hasil penelitian diatas, dapat dilihat bahwa persepsi masyarakat lokal tentang ketidaknyamanan terhadap keberadaan klub gay yang berada di lingkungannya dipengaruhi berdasarkan pada apa yang dirasakan yang didapat melalui panca indera. Bahwa dari informan yang diwawancarai tidak merasa terganggu ataupun risih terhadap keberadaan klub gay tersebut.

  • 3.    Persepsi Masyarakat Lokal Tentang Kenyamanan atau Merasa Diuntungkan dengan Keberadaan Klub Gay

Persepsi dalam hal ini adalah apakah dengan keberadaan klub gay tersebut membawa dampak yang positif bagi masyarakat lokal. Sebagian besar masyarakat lokal mengatakan bahwa adanya klub gay tersebut tidak membawa dampak positif bagi mereka. Masyarakat yang mengatakan hal tersebut dikarenakan mereka tidak terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan klub tersebut. Masyarakat yang merasa tidak diuntungkan bekerja sebagai pemilik tempat spa dan ibu rumah tangga dengan usaha warung di rumahnya.

Berbeda dengan masyarakat lokal yang bekerja sebagai juru parkir di area tersebut, dengan adanya klub gay tersebut membawa keuntungan bagi mereka. Jumalah pengunjung yang melonjak ketika akhir pecan dan liburan membuat semakin banyaknya pemasukan yang didapatkan. Dapat dilihat bahwa yang persepsi masyarakat apakah merasa diuntungkan dengan keberadaan klub gay di lingkungannya berdasarkan apa yang dirasakan. Apakah dengan keberadaan klub gay tersebut membawa dampak positif terhadap kehidupannya atau tidak membawa dampak apapun.

  • V. PENUTUP

  • 5.1    Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran hasil dari penelitian di atas, adapun kesimpulan yang ada bahwa yang menjadi motivasi wisatawan wanita untuk berkunjung ke klub gay adalah karena rasa penasaran terhadap interaksi yang

dilakukan oleh kaum gay. Persepsi wisatawan wanita setelah datang dan melihat atraksi serta pengunjung yang ada perasaan senang dan terkejut karena sebagian besar dari mereka baru pertama melihat hal seperti itu.Sedangkan persepsi wisatawan wanita ketika ditanya terkait gay cenderung netral karena mereka hanya datang untuk melihat pertunjukkan yang ada. Mereka tidak mendukung dan tidak pula menolak karena beberapa dari mereka mengaku juga memiliki teman dengan orientasi gay.

Sedangkan persepsi masyarakat lokal sekitar terhadap keberadaan klub gay adalah netral terkait pengetahuannya terhadap klub gay tersebut. Perasaan risih terkait keberadaan klub tersebut juga tidak dirasakan oleh masyarakat karena mereka sudah terbiasa dengan keberadaan klub yang telah berdiri sejak tahun 2007 tersebut. Sedangkan perasaan diuntungkan dengan keberadaan klub tersebut tidak dirasakan oleh 2 dari 3 informan yang ada. Hanya 1 informan yang merasa diuntungkan yaitu juru parkir yang bertugas di sekitar klub tersebut.

  • 5.2    Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian diatas yaitu untuk Pemerintah Desa Adat Seminyak agar selalu melakukan pengawasan terkait pariwisata yang berada di lingkungan Desa Adat Seminyak agar kepariwisataan yang ada dapat berjalan dengan aman dan kondusif. Kepada pemilik klub agar selalu mentaati aturan terus berjalan. Kepada masyarakat lokal sebagai orang yang terdekat dari lokasi klub diharapkan selalu bersikap baik kepada wisatawan yang datang agar dapat mencerminkan citra positif kepada wisatawan. Selain itu agar para stakeholders yang terlibat agar menjalankan perannya masing – masing dan menampung aspirasi dari pihak lain agar kegiatan wisata yang ada dapat menguntungkan semua pihak yang ada dan tidak merugikan satu pihak pun.

DAFTAR PUSTAKA

Hughes, L Howard, 2006, Pink Tourism Holidays Of Gay Men And Lesbians, USA, CABI.

Mujahir, Nurul Hidaya, 2017, ‘Motivasi Remaja Kelurahan Benteng Untuk Mengunjungi Klub Malam Di Kota Palopo (Studi Kasus: Remaja di Kelurahan Benteng Kecamatan Wara’ Timur Kota Palopo)’, Skripsi,

Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan   Politik,

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Pitana, I Gde, 2007, Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta, Andi.

Saleh, Gunawan, 2018, ‘Fenomenologi Sosial LGBT Dalam Paradigma Agama’, Jurnal Riset Komunikasi, vol. 1, no. 1, hh. 88-98

Sunarti, Dian Rizki Maulidiya Muksin, ‘Pengaruh Motivasi Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya’, Jurnal Administrasi Bisnis, vol. 55, no. 1, hh. 196-203.

Susilo Tri, 2016, ‘Persepsi Masyarakat Terhadap Perempuan Pekerja Hiburan Malam’, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.

Trisna, Raditya, 2015, ‘Persepsi Masyarakat Pekanbaru Terhadap Tempat Club Executive Karaoke Di Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru’, vol. 2, no. 1, hh. 1-15.

Wardhana, A.A. Ngr. Bgs. Wisnu, ‘Persepsi Masyarakat Lokal Mengenai Aktivitas Wisatawan Gay, Studi Kasus Seminyak Bali’, Penelitian Lapangan III, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana.

Www. Kompas Cyber Media, Yahya Ma”hsum dan Roellya Arrdhyaninq Tyas, Bedanya Homoseksual dengan Waria, Jakarta, 2004.

  • Yanti, Inda Reski, 2017, ‘Persepsi Masyarakat Terhadap Pekerja Wanita Di Tempat Karaoke Princess Syahrini Kota Makassar’, Skripsi Fakultas Ushuluddin, Filsafat

Politik, Universitas Islam

146