Jurnal Destinasi Pariwisata                                             p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 7 No 1, 2019

Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Atraksi Wisata Air Di Daya Tarik Wisata Pantai Melasti, Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar Bali Melinda Novenia a, 1, Luh Putu Kerti Pujani a, 2

a program studi sarjana destinasi pariwisata, fakultas pariwisata,universitas udayana, jl. dr. r. goris, denpasar, bali 80232 indonesia

Abstract

Tourism attraction by watersport on Melasti Beach Serangan from the beginning of December 2017 until midDecember 2017 the number of tourist visits has decreased to reach its lowest point of zero percent, and as for some of the tourist services business attractions are laid off in a certain period due to the eruption of Mount Agung. This research related to the implications of the eruption of Mount Agung on Melasti Serangan Beach is to find out how much the impact of the Mount Agung eruption on tourism on Serangan Island was located quite far from Mount Agung

Consept that used to discuss the problems in this study is the concept of implication and concept of watersports. The method use qualitative data analysis techniques by conducting observations, in-depth interviews, and documentation. The technique of determining the informant is done by purposive sampling. Source of data obtained primary data sources in the form of in-depth interviews to the management of watersport tourism attractions in Melasti Serangan Beach and direct observation in the field. The secondary data source of this study is in the form of the Denpasar City tourism service website, such as the number of tourist visits to Serangan Island and previous research journals related to this study.

The implication of the eruption of Mount Agung on watersport tourism attractions in Melasti Serangan Beach includes a direct influence which has resulted in a decrease in tourist visits. The influence referred includes changes in operational hours, but without shortening working hours. Almost all employees experience a policy of laying off a maximum of 20 days. A decrease in the number of tourist visits, especially in December. Similarly, the amount of income earned only reaches less than 50% of normal days.

Keywords : implication, eruption, management, watersport

  • I.    PENDAHULUAN

Salah satu daya tarik wisata alam yang mulai berkembang adalah Pantai Melasti. Pantai Melasti terletak di Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Pantai Melasti Serangan kini menjadi daya tarik wisata yang mulai banyak dikunjungi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara karena atraksi wisata airnya. Berbeda dengan Tanjung Benoa, di Pantai Melasti Serangan memiliki keunggulan air laut yang selalu pasang dan stabil sehingga durasi untuk bermain wisata air disana relatif lebih lama. Watersport di Pantai Melasti telah menyajikan banyak wahana atraksi air seperti scuba diving, jetski, jetovator, banana boat, fly board, sea breacher, snorkelling, parasailing, flying fish, dan masih banyak lainnya.

Gunung Agung sebagai salah satu gunung api yang aktif di Pulau Bali sebagai bagian dari potensi wisata alam ini telah mengakibatkan dampak yang cukup besar pasca erupsi yang ditimbulkan mulai dari awal bulan September 2017 lalu. Ditandai dengan kenaikan status gunung api, menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Bali

Gunung Agung yang semula memiliki status normal telah meningkat menjadi waspada hingga menigkat kembali menjadi status awas pada tanggal 22 September. Sejumlah kawasan pariwisata yang ada di Pulau Bali merasakan dampak dari erupsi tersebut, dampaknya tidak terjadi secara fisik namun dampaknya terjadi melalui penurunan kunjungan wisatawan yang mengakibatkan perekonomian di Bali juga mengalami penurunan. Hal ini terjadi dikarenakan masyarakat Bali mayoritas bekerja pada sektor pariwisata.

Pasca terjadinya erupsi Gunung Agung telah mengakibatkan dampak yang cukup besar terhadap pariwisata Bali. Salah satunya dalam hal kunjungan wisatawan. Beberapa penerbangan internasional mengalami pembatalan ke Bali, begitu pula dengan usaha akomodasi di Bali. Sepinya pengunjung ke Bali yang disebabkan oleh pembatalan penerbangan ini akibat travel warning yang dikeluarkan oleh pemerintah asal negara tersebut, (Bhaskara , 2017 ; Mahagangga , 2017). Daya tarik wisata di Bali telah mengalami kemerosotan tajam dalam jumlah kunjungan wisatawan. Pantai Melasti yang terkenal dengan atraksi wisata air sering

dikunjungi oleh wisatawan mancanegara ini pun juga ikut merasakan dampak dari pasca erupsi Gunung Agung. Dampak tersebut meliputi penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke atraksi wisata air di Pantai Melasti Serangan.

Atraksi wisata air yang ada di Pantai Melasti Serangan dari awal bulan Desember 2017 hingga pertengahan Desember 2017 jumlah kunjungan wisatawan di Pantai Melasti Serangan mencapai titik terendah yaitu nol persen, dan adapun sebagian pegawai dari jasa usaha atraksi wisata tersebut dirumahkan dalam kurun waktu tertentu. Hal yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian terkait dengan implikasi erupsi Gunung Agung di Pantai Melasti Serangan adalah penulis ingin mengetahui sejauh mana pariwisata di Pulau Serangan sudah berkembang.. Mengingat potensi yang dimiiki Pulau Serangan cukup besar namun masih minim dalam hal pembangunan pariwisata. Kemudian penulis ingin mengetahui seberapa besar dampak dari terjadinya erupsi Gunung Agung terhadap pariwisata di Pulau Serangan yang lokasinya cukup jauh dari Gunung Agung. Maka dari itu fenomena ini menarik untuk diteliti karena kedepannya penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dalam mengatasi bencana alam yang terjadi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi pengelolaan atraksi wisata air di daya tarik wisata Pantai Melasti Serangan sebelum terjadi erupsi dan implikasi erupsi Gunung Agung terhadap pengelolaan atraksi wisata air di daya tarik wisata Pantai Melasti Serangan.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

Telaah penelitian sebelumnya penting dilakukan untuk membandingkan antara penelitan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan berdasarkan fokus penelitian sehingga tidak terjadi penelitian ganda. Penelitian sebelumnya yang pertama oleh Ami Mardotilah dan Sujali (2011, Jurnal Vol-1) dengan fokus dampak erupsi gunung. Penelitian dengan judul “Penghidupan Pelaku Usaha Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 di Desa Hargobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman” membahas mengenai dampak negatif dari terjadinya pasca erupsi Gunung Merapi terhadap pelaku usaha pariwisata di Desa Hargobinangun serta

tindakan dalam mengatasi dampak tersebut. Selanjutnya penelitian yang kedua oleh dosen Politeknik Negeri Bali yaitu Suarta dkk (2017, Jurnal Vol-3) yang berjudul ”Potensi Daya Tarik Wisata Bahari di Desa Serangan, Denpasar”

Adapun konsep yang digunakan untuk membedah permasalahan dalam penelitian ini antara lain konsep implikasi dari (Islamy, 2003). Konsep bencana alam geologis yaitu erupsi Gunung Agung dari (Khambali, 2017). Daya tarik wisata atau atraksi wisata (tourism attraction) dalam (Inskeep, 1991). Menurut Undang-Undang Pariwisata No. 10 Tahun 2009. Pengelolaan pariwisata dari (Follet, 1960).

  • III.    METODE PENELITIAN

Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa hasil wawancara mendalam kepada pengelola atraksi wisata air di daya tarik wisata Pantai Melasti Serangan dan observasi langsung ke lapangan. Data sekunder penelitian ini berupa jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Serangan, jumlah jenis atraksi wisata air di Pantai Melasti, dan jumlah pendapatan pada Serangan Dive Watersport.

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi (Arikunto, 2002), wawancara (Moleong, 2004) dan dokumentasi (Sugiyono, 2005). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.     menurut     Seiddel dalam

(Bungin:2007). Peneliti mencari hubungan-hubungan antar data dari implikasi erupsi Gunung Agung terhadap atraksi wisata air di Pantai Melasti Serangan. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan sepihak antara pengaruh erupsi Gunung Agung terhadap pengelolaan atraksi wisata air di Pantai Melasti Serangan, hubungan antara pengaruh terjadinya erupsi Gunung Agung terhadap jumlah kunjungan wisatawan yang datang berwisata, dan pengaruh pasca erupsi Gunung Agung terhadap operasional pengelolaan atraksi wisata air di Pantai Melasti Serangan.

  • IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

  • A.    Gambaran Umum

Serangan menjadi sebuah kelurahan dan pulau yang terletak di wilayah kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar Provinsi Bali. Kawasan Pulau Serangan yang terhubung

dengan jembatan Pulau Bali ini cukup strategis, karena terletak diantara destinasi wisata utama yaitu Tanjung Benoa, Nusa Dua di selatan, kawasan wisata Sanur berada di belahan timur lautnya, dan kawasan Pelabuhan Laut Benoa di bagian barat.

Dilihat dari topografinya, wilayah Desa Serangan dikelilingi oleh laut yaitu; sebelah utara berbatasan dengan laut dan Hutan Bakau, sebelah selatan, timur dan barat berbatasan dengan laut sehingga hampir 60 wilayahnya merupakan daerah pesisir pantai. Pulau Serangan memiliki garis pantai dengan panjang kurang lebih delapan kilometer yang mengelilingi pulau tersebut. Kawasan Pulau Serangan ini menyediakan sumber daya alam yang melimpah seperti terumbu karang, padang lamun (seagrass), hutan mangrove serta pantai. Pulau ini banyak dikenal sebagai tempat penangkaran penyu. Di pulau ini juga terdapat Pura Sakenan, salah satu dari enam pura Sad Khayangan di Bali. Terdapat juga komunitas masyarakat muslim dari Suku Bugis yang sudah lama tinggal menetap di Pulau Serangan.

Pulau Serangan pada awalnya merupakan pulau terpisah di sisi selatan Denpasar. Ada selat kecil selebar dua kilometer yang memisahkannya dengan Pulau Bali. Pulau Serangan dikenal pula dengan julukan Pulau Penyu karena terkenal sebagai habitat penyu. Pada tahun 1996, muncul rencana dari PT Bali Turtle Island Development (BTID) untuk membangun proyek besar. Pulau Serangan akan direklamasi menjadi 481 hektar. Di sana akan dibangun berbagai fasilitas seperti pelabuhan marina, lapangan golf, resort, villa, dan lain-lain. Nilai investasi proyek reklamasi Serangan ini senilai Rp 4,2 triliun. Krisis ekonomi dan politik pada 1997-1998 telah menghentikan proyek besar tersebut. Hasilnya, sampai saat ini proyek tersebut terlantar. Tidak jelas kelanjutannya. Sekarang yang tersisa hanya dampak lingkungan di Serangan. Habitat penyu sudah tidak ada lagi. Ikan hias sudah mulai hilang. Abrasi pantai-pantai di sekitar Pulau Serangan akibat reklamasi terus terjadi.

Kehidupan masyarakat Pulau Serangan mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan seiring perkembangan zaman mulai berubah dan bergeser kearah sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan dahulunya Pulau Serangan terpisah dengan Pulau Bali namun akibat adanya reklamasi yang dikerjakan oleh BTID

(Bali Turtle Island Development) yang menyebabkan dibangun jembatan penghubung antara Pulau Serangan dengan Pulau Bali. Sekarang luas Pulau Serangan 480 ha.

  • B.    Kondisi Pengelolaan Atraksi Wisata Air di Pantai Melasti Serangan Sebelum Terjadi Erupsi Gunung Agung

Pantai Melasti Serangan yang terletak di Jalan Tukad Punggawa Desa Serangan dapat dikatakan sebagai salah satu daya tarik wisata dengan keunggulan atraksi wisata air yang tidak kalah menarik dengan Tanjung Benoa. Meskipun lokasi Pantai Melasti Serangan tidak terlalu luas dan berdampingan dengan aktivitas nelayan sehari-hari disana. Tetapi sinergitas antara pelaku pariwisata dengan nelayan di Pantai Melasti Serangan telah menciptakan suasana yang harmonis sehingga tidak pernah ada konflik mengenai kegiatan yang ada di Pantai Melasti Seangan. Meskipun sampai saat ini terkadang yang menjadi permasalahan ialah kurangnya lahan untuk parkir ke area Pantai Melasti sehingga seringkali bus-bus yang datang membawa wisatawan banyak yang parkir di bahu jalan umum. Sampai saat ini Kepala Desa Serangan masih memikirkan solusi yang tepat dalam pengelolaan daya tarik wisata di Pantai Melasti ini.

  • 1.    Jumlah Kunjungan Wisatawan Sebelum Erupsi Gunung Agung

Rata-rata Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Atraksi Wisata Air di Pantai Melasti Serangan

  •    China

  •    Eropa

  •    Jepang

  •    Domestik

  •    India


Sumber: Penelitian Lapangan 3

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa wisatawan yang dominan mengunjungi atraksi wisata air di Pantai Melasti Serangan adalah wisatawan yang berasal dari Negara China yaitu sebanyak 60 atau sekitar 3.000 – 4.500 orang per bulan dikarenakan baik Serangan Watersport atau Gold Island Watersport telah memiliki kerjasama kepada sejumlah travel agent China yang ada di Bali

sehingga mereka selalu membuat reservasi terlebih dahulu sebelum mengunjungi Pantai Melasti Serangan. Selanjutnya sebesar 15 berasal dari wisatawan domestik yaitu sekitar 750 orang per bulan. Untuk wisatawan Jepang memiliki rata-rata sebesar 12 yaitu sekitar 450 orang per bulan. Kemudian untuk wisatawan Eropa sebesar 8 dan wisatawan India sebesar 5 dikarenakan wisatawan Eropa maupu India jarang sekali melakukan kegiatan wisata secara berkelompok, sedangkan untuk aktivitas watersport sendiri seringkali dilakukan oleh wisatawan alam jumlah besar (mass tourism).

C. Implikasi Erupsi Gunung Agung Terhadap Atraksi Wisata Air di Daya Tarik Wisata Pantai Melasti Serangan

Terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung pada awal bulan September 2017 telah ditandai dengan perubahan statusnya. Menurut data BMKG Provinsi Bali status Gunung Agung berubah dari normal menjadi waspada pada minggu kedua di Bulan September. Kemudian pada tanggal 22 September telah terjadi peningkatan status gunung api dari waspada menjadi awas. Namun pada bulan September belum terjadi aksi penutupan bandara, sepanjang bulan September bandara internasional I Gusti Ngurah Rai tetap beroperasi seperti biasa. Pada tanggal 29 Oktober status Gunung Agung telah diturunkan kembali dari awas menjadi siaga. Setelah satu bulan lamanya status Gunung Agung yang siaga mengalami erupsi freatik pada tanggal 21 November 2017, erupsi freatik II pada tanggal 25 November 2017, dan erupsi freatik III pada tanggal 26 November 2017.

Erupsi freatik merupakan letusan yang terjadi karena tekanan gas yang ada dibawah permukaan gunung. Pada tanggal 27 November status Gunung Agung naik kembali menjadi awas, hal ini mengakibatkan bandara internasional I Gusti Ngurah Rai ditutup selama dua hari yaitu sampai dengan tanggal 28 November 2017 pukul 07.00 WITA (dilansir dari m.cnnindonesia.com 27 November 2017). Terjadinya penutupan sementara bandara internasional I Gusti Ngurah Rai dikarenakan abu vulkanik Gunung Agung telah menutup ruang udara di atas wilayah Kota Denpasar. Maka dari itu kebijkan ini terpaksa dilakukan untuk keamanan. Pada tanggal 28 November kondisi Gunung Agung memasuki fase kritis

yaitu terjadinya gempa tremor overscale yang menandakan bahwa Gunung Agung akan segera terjadi erupsi. Pada Bulan Desember status Gunung Agung tetap pada status awas dikarenakan masih terjadi gempa dari waktu ke waktu. Pada tanggal 11 Januari 2018 Gunung Agung mengalami erupsi yang asapnya mencapai ketinggian 2500 Meter di atas puncak gunung dan erupsi dari Gunung Agung telah memuntahkan abu vulkanik serta pasir yang mengenai beberapa desa di lereng Gunung Agung.

Akan tetapi kendala yang cukup besar adalah banyaknya penyebaran berita palsu (hoax) dari oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga banyak berita yang mengatakan Bali sudah tidak aman. Lain halnya dengan wisatawan dari Negara China dimana pemerintahnya sangat mengkhawatirkan masyarakatnya sehingga pada saat muncul berita tentang perkembangan status Gunung Agung yang berubah menjadi “awas” ini mengakibatkan larangan mengunjungi Bali untuk sementara waktu. Oleh karena itu terjadilah penurunan jumlah kunjungan wisatawan secara drastis mulai dari bulan Desember sesuai yang dijelaskan oleh I Wayan Sujana selaku kepala pengelola Serangan Watersport.

  • 1.    Operasional Pengelolaan Atraksi

    Wisata Air

Pasca erupsi Gunung Agung memberikan pengaruh begitu besar dalam penurunan jumlah wisatawan sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan terhadap seluruh jasa usaha pariwisata di Pantai Melasti Serangan khususnya pada usaha watersport itu sendiri. Hal ini berdampak pada sistem operasional yang semula dengan jumlah pegawai banyak mampu melayani banyak kedatangan wisatawan, namun sekarang pasca erupsi Gunung Agung wisatawan yang datang hanya dua sampai enam orang per harinya. Artinya perusahaan tidak akan mampu membayar seluruh karyawannya apabila semuanya bekerja pasca erupsi Gunung Agung. Maka dari itu dibentuklah jadwal shift baru untuk para karyawan mulai awal bulan Desember hingga pertengahan bulan Januari.

Serangan Dive and Watersport menerapkan jadwal shift baru pada karyawannya dimana setiap hari harus ada minimal dua orang yang standby bekerja di Serangan Watersport. Staff

yang wajib ada untuk standby adalah pertama staff handling yang bertugas untuk melayani wisatawan yang baru pertama kali datang ke watersport tersebut lalu mengenalkan jenis atraksi wisata air apa saja yang disedikan beserta harganya dan yang kedua adalah staff bawah yang bertugas untuk mendampingi wsatawan pada saat melakukan atraksi wisata air sesuai dengan jenis atraksi wisata air tersebut.

Gold Island Bali memiliki sistem operasional yang hampir sama namun lebih bersifat fleksibel. Pada hari-hari pasca erupsi Gunung Agung hanya dua sampai tiga orang yang ada di lokasi Gold Island Watersport. Secara umum operasional watersport masih berjalan seperti biasa hanya saja karyawan yang berjaga disana hanya sedikit. Untuk jam kerjanya sendiri pada kedua jasa usaha atraksi wisata air masih sama seperti hari-hari biasa yaitu delapan jam kerja dimulai dari jam 08.00 pagi – jam 16.00 bahkan bisa sampai jam 17.00 atau jam 18.00 pada saat wisatawan ramai berkunjung namun di sini hanya delapan jam kerja dan kegiatan bekerjanya lebih santai atau bahkan hanya duduk-duduk saja.

  • 2.    Jumlah Kunjungan Wisatawan Pasca

    Erupsi Gunung Agung

Mulai dari awal terjadinya kenaikan status Gunung Agung hingga menimbulkan erupsi di bulan September telah terjadi tanda-tanda penurunan kunjungan wisatawan. Kunjungan wisatawan di Pantai Melasti Serangan ini dominan oleh wisatawan dari China. Dikarenakan adanya travel advisory dari pemerintah China yaitu larangan untuk mengunjungi Bali, hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan wisatawan secara drastis. Jika pada hari-hari biasa kunjungan wisatawan bisa mencapai 100 sampai 150 orang wisatawan setiap harinya, pada waktu pasca erupsi Gunung Agung turun sekitar 50 bahkan dalam sehari kunjungan wisatawan yang datang hanya tiga orang sampai tujuh orang khususnya pada Bulan Desember dimana krisis kunjungan wisatawan mencapai puncaknya.

Tabel 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Serangan Dive and Watersport

Tahun

Bulan

Jumlah Wisatawan

2017

September

762 orang

Oktober

785 orang

November

998 orang

Desember

958 orang

2018

Januari

1.457 orang

Februari

2.448 orang

Maret

2.010 orang

April

1.464 orang

Total

10.882 orang

Sumber: Data di Serangan Dive and Watersport

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dari awal Bulan September sampai pertengahan Desember mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup drastis di Serangan Watersport. Sama halnya yang terjadi pada Gold Island Watersport. Akan tetapi, berkat kedatangan wisatawan yang hanya segelintir orang, telah mampu membuktikan bahwa Pulau Bali masih aman khususnya pada wilayah Pulau Serangan. Dengan melakukan update berita di sosial media upaya ini cukup ampuh dalam menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Bali. Adapun upaya travel agent China yang berusaha mempromosikan kembali Bali di Negara China bahwa kondisi Bali masih dalam keadaan aman. Pada bulan Januari kunjungan wisatawan mulai meningkat. Menurut keterangan Wayan Sujana selaku Kepala Pengelola mengatakan bahwa wisatawan China mulai ada yang datang kembali pada tanggal 15 Januari dan seterusnya. Pada Bulan Februari kunjungan wisatawan kembali normal seperti sebelumnya.

  • 3.    Karyawan yang Dirumahkan atau PHK

Pengaruh pasca erupsi Gunung Agung menjadikan sektor pariwisata cukup melemah di Bali, yang mengakibatkan seluruh masyarakat yang bekerja dan bergantung penghasilannya pada pariwisata juga mulai terganggu. Sebagian besar pelaku pariwisata mendapat kebijakan dirumahkan dalam jangka waktu tertentu khususnya pada Bulan Desember. Bahkan ada pula kebijakan pemendekan jam kerja khususnya yang bekerja

di hotel. Menurunnya tingkat kunjungan wisatawan mengakibatkan menurun pula jumlah pendapatan yang diperoleh. Banyak para pekerja di sektor pariwisata mulai mencari pekerjaan sambilan lainnya agar mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Kebijakan dirumahkan tidak sepenuhnya berarti pemutusan hubungan kerja (PHK), hal ini dikarenakan terjadinya keadaan dirumahkan hanya berlangsung sementara dan sesuai dengan kesepakatan bersama bahwa pihak perusahaan berjanji akan memperkerjakan kembali pekerjanya apabila keadaan sudah mulai normal kembali.

Terdapat sekitar 60 orang karyawan di Serangan Dive and Watersport. Menurut keterangan salah satu CSO atau tim handling dari Serangan Watersport yang bernama Dodik, dia mengatakan bahwa semua karyawan mendapat bagian untuk dirumahkan namun mereka telah ditetapkan jadwal kerja baru pada saat itu dari kepala pengelola dan korlap. Jadi sistem kerjanya adalah satu hari kerja dan dua hari libur, dalam seminggu sekitar tiga kali bekerja. Untuk gaji karyawan pada saat kerja pasca erupsi Gunung Agung, mereka hanya mendapat gaji pokok saja. Jika biasanya para karyawan mendapat uang makan dan bonus atas penjualan atraksi wisata air kepada wisatawan, tetapi dikarenakan adanya penurunan kunjungan pasca erupsi tersebut maka tentu karyawan tidak bisa mendapat bonus. Kebijakan dirumahkan ini berlangsung pada Bulan Desember hingga Januari awal. Setiap karyawan hanya bekerja rata-rata 12 hari dalam satu bulan.

Gold Island Watersport juga memiliki kebijakan untuk merumahkan karyawannya pasca erupsi Gunung Agung. Menurut keterangan Wayan Rajes selaku staff CSO (costumer service organizing) mengatakan bahwa untuk di Gold Island Watersport hanya beberapa karyawan yang dirumahkan. Beliau selaku karyawan yang sudah bekerja selama lebih dari tujuh tahun mengungkapkan bahwa beliau selalu standby di lokasi agar apabila ada wisatawan yang berkunjung tetap mendapat pelayanan untuk atraksi wisata air. Seperti yang diketahui bahwa Pantai Melasti Serangan tentu tidak memiliki dampak secara fisik dikarenakan jarak yang cukup jauh antara Gunung Agung dengan Pulau Serangan. Maka dari itu masih ada wisatawan yang datang untuk berkunjung

walaupun jumlahnya sangat sedikit. Sedangkan menurut Risky yang juga merupakan staff CSO yang baru satu tahun bekerja di Gold Island Watersport mengungkapkan bahwa dirinya terkena kebijakan dirumahkan kurang lebih 20 hari pada Bulan Desember. Serta melakukan pekerjaan freelance selama 10 hari di Gold Island Watersport. Sama halnya pada instruktur atraksi wisata air di Gold Island Watersport.

  • 4.    Jumlah Pendapatan Karyawan di Atraksi

    Wisata Air

Untuk gaji para karyawan di atraksi wisata air Pantai Melasti Serangan sangatlah bergantung pada jumlah kedatangan wisatawan yang datang berkunjung. Ketika terjadi krisis kunjungan wisatawan di daya tarik wisata Pantai Melasti Serangan yang mengakibatkan sebagian besar karyawan dirumahkan. Keadaan dirumahkan ini tentu mengurangi pendapatan para pelaku pariwisata yang bekerja di atraksi wisata air di Pantai Melasti Serangan. Kerugian dari adanya pengaruh erupsi Gunung Agung terhadap jasa usaha atraksi pariwisata cukup tinggi.

Berdasarkan keterangan dari Wayan Sujana selaku Kepala Pengelola Serangan Watersport bahwa apabila hari-hari normal dapat menghasilkan pendapatkan 10-15 juta per hari namun akibat pasca erupsi Gunung Agung jumlah pendapatan yang diperoleh perharinya hanya mencapai empat sampai lima juta setiap hari bahkan kurang dari itu. Pendapatan yang didapat selama pasca erupsi hanya mmpu menutupi biaya operasional yang ada. Karena mahalnya alat-alat penunjang watersport ini maka perlu penjagaan dan perawatan yang ekstra agar alat tersbut tidak mengalami kerusakan. Pada bulan Februari kedatangan tamu sudah kembali normal.

Berdasarkan keterangan dari Made Sukarya selaku Kepala Pengelola di Gold Island Watersport mengungkapkan bahwa kerugian yang dirasakan cukup besar pasca terjadi erupsi Gunung Agung khususnya pada bulan Desember hingga awal Januari, kerugian ini juga diakibatkan oleh Gold Island watersport yang masih menerima wisatawan setiap harinya pasca erupsi walaupun jumlahnya hanya sedikit. Kemudian dapat dilihat dari segi biaya perawatan alat-alat penunjang kegiatan watersport itu sendiri. Kerugian operasional ini dapat tertutupi oleh bantuan biaya dari penyediaan jasa penyeberangan dari Pulau

Serangan ke Gili Trawangan yaitu berupa sewa tempat. Baru mulai tanggal 15 Februari pendapatan Gold Island Watersport sudah mulai kembali normal. Pada saat krisis kedatangan wisatawan yang mengakibatkan para pegawai dirumahkan, Gold Island Bali menerapkan sistem freelance yaitu memanggil kembali karyawan yang diirumahkan dan mereka mendapat gaji per hari dari itu. Menurut Rizky selaku tim CSO disana mengatakan bahwa pada Bulan Desember hanya mendapatkan gaji dari upah freelance tersebut. Gaji tersebut tergantung pada jumlah tamu yang didapatkan.

Sedangkan untuk Serangan Dive and Watersport menggunakan sistem pergantian shift pada saat terjadi krisis kedatangan wisatawan sekitar Bulan Desember. Jadi dalam satu bulan para karyawan masih bekerja delapan jam namun frekuensi kerja mereka yang berkurang. Gaji yang didapatkan untuk karyawan Serangan Watersport yaitu berupa gaji pokok saja, tidak seperi hari-hari biasa mereka mendapat bonus tambahan serta uang makan.

  • 5.    Tingkat Kesejahteraan Karyawan

Selama terjadinya kebijakan dirumahkan hingga mengakibatkan penurunan jumlah pendapatan para karyawan yang bekerja di jasa usaha atraksi wisata air ini. Maka kesejahteraan karyawan perlu dipertanyakan. Dalam kurun waktu satu bulan dengan pendapatan yang dapat dikatakan minim dalam mencukupi kebutuhan sehari-harii. Bagi karyawan di jasa usaha atraksi wisata air ini perlu diperhitungkan.

Berdasarkan hasil wawancara kepada para karyawan di jasa usaha atraksi wisata air Pantai Melasti Serangan baik yang terdapat di Serangan Dive and Watersport atau di Gold Island Bali. Ternyata mayoritas yang bekerja adalah karyawan yang belum menikah sehingga mereka belum memiliki keluarga sebagai tanggungan hidup. Jadi dalam mencukupi kehidupan sehari-hari dirasa masih mencukupi. Mayoritas dari para karyawan telah memiliki tabungan hidup sehingga pada saat terjadi kondisi yang tidak terduga seperti inilah mereka memanfaatkan uang tabungan tersebut.

  • V. PENUTUP

  • A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Implikasi Erupsi Gunung Agung terhadap Atraksi Wisata Air di Daya Tarik Wisata Pantai Serangan”, maka dapat ditarik simpulan :

  • 1.    Kondisi atraksi wisata air yang ada di Pantai Melasti Serangan sebelum terjadi erupsi Gunung Agung meliputi pengelolaan pada kedua jasa usaha   atraksi wisata   air

(watersport) yaitu Serangan Dive and Watersport dan Gold Island Eco Park and Watersport. Kedua jasa usaha watersport tersebut telah memiliki lebih dari 10 jenis atraksi wisata air. Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Pantai Melasti Serangan normalnya rata-rata dapat mencapai 5.000 orang per bulan.

  • 2.    Implikasi erupsi Gunung Agung terhadap atraksi wisata air di Pantai Melasti Serangan meliputi pengaruh secara langsung yang berdampak pada penurunan kunjungan wisatawan namun tentunya tidak menimbulkan dampak secara fisik. Pengaruh yang dimaksud disini meliputi perubahan operasional jam kerja dimana karyawan yang standby di lokasi watersport hanya dua sampai tiga orang saja, tanpa ada pemendekan jam kerja. Hampir semua karyawan mengalami kebijakan dirumahkan paling lama sekitar 20 hari. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang semula bisa mencapai 5.000 orang per bulan namun pasca terjadi Erupsi Gunung Agung khususnya pada Bulan Desember jumlah kunjungan wisatawa yang berkunjung hanya mencapai rata-rata 200 orang per bulan. Begitu pula dengan jumlah pendapatan yang diperoleh hanya mencapai kurang dari 50 dari hari normal.

  • B.    Saran

Berdasarkan simpulan diatas adapun saran yang dapat diberikan untuk Desa Serangan meliputi:

  • 1.    Kepada Pemerintah Desa Serangan sebaiknya melakukan upaya recovery pasca Erupsi Gunung Agung melalui kerja sama dengan Dinas Pariwisata melakukan promosi bahwa Pulau Serangan masih aman untuk dikunjungi.

  • 2.    Kemudian kepada pengelola atraksi wisata air di Pantai Melasti Serangan, sebaiknya lebih giat dalam melakukan upaya promosi

pada saat terjadi penurunan kunjungan wisatawan seperti pasca erupsi Gunung Agung. Lebih meningkatkan sinergitas antara sesama jasa usaha atraksi wisata air dan sinergitas dengan nelayan Pulau Serangan itu sendiri. Perlunya melakukan penataan yang lebih baik terkait dengan kondisi lahan parkir bus-bus, hendaknya lebih diperhatikan sehingga tidak mengganggu bahu jalan di Desa Serangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, _Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta

: Rineka Cipta

_______, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Bhaskara, G. I. Gunung Berapi dan Pariwisata Bermain dengan Api. Jurnal Analisis Pariwisata, 17 (1) , 31-40.

Bungin,_Burham. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Prenada Media Group

Hermawan,_Hary. 2017. “Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan”. Jurnal Manajemen Fakultas Ekonomi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Islamy, Irfan. 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bina Aksara.

Kusmayadi, dan Sugiarto, Endar. 2000. Metode Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Mahagangga, IGA Oka dkk. 2017. Prosiding Seminar Nasional Ruwat Rawat Semesta Parwisata. Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Uwais Inspirasi Indonesia

Mardotillah, Ami. Sujali. 2011. “Penghidupan Pelaku Usaha Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010    di Desa

Hargobinangun,   Pakem,   Kabupaten

Sleman”. Jurnal Vol-1

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Suarta, I Ketut. A.A Putu Swabawa. I Putu Budiarta. 2017. “Potensi Daya Tarik Wisata Bahari di Desa Serangan Denpasar”. Jurnal Vol-3. Fakultas Pariwisata Politeknik Negeri Bali.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

_______. 2014. Metode Penelitian Manajemen.

Bandung:Alfabeta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

104