Partisipasi Dan Sikap Masyarakat Desa Manukaya Terhadap Pengelolaan Daya Tarik Wisata Tirta Empul Tampaksiring Kabupaten Gianyar
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 6 No 2, 2018
Partisipasi Dan Sikap Masyarakat Desa Manukaya Terhadap Pengelolaan Daya Tarik Wisata Tirta Empul Tampaksiring Kabupaten Gianyar
I Made Edi Suandanaa, 1, I Gusti Agung Oka Mahaganggaa, 2
-
a program sarjana s1 destinasi pariwisata, fakultas pariwisata,universitas udayana, jl. dr. r. goris, denpasar, bali 80232 indonesia
Abstract
tirta empul temple is one of the temples in bali that become a tourist attraction and crowded by tourists either domestic tourists or foreign tourists. The tourist attraction of Tirta Empul is unique because besides being a place of worship for Hindus as well as a holy bath. Besides that, Tirta Empul Temple also has its own unique history and architecture. Tirta Empul Tourist Attraction is managed by the Manukaya Village Community and from the Gianyar Regency Government.
This study aims to find out how the participation of Manukaya Village community in managing Tirta Empul Tourism Attraction. Then to find out the response of the Manukaya Village community to the Management of Tirta Empul Tourism Attraction. In this study data was collected by conducting direct observations to the field and conducting interviews with the community. The sample was determined using purposive sampling technique to determine the sample. And the data were analyzed using qualitative descriptive data analysis techniques
The results of this study indicate that the participation of the community of Manukaya Village towards the management of the attraction of Tirta Empul can be seen from the involvement of the local community directly managing the Tourist Attraction, through their obligation to work there alternately. All heads of families and youths in the Manukaya Traditional Village will have their turn to serve in the attraction of Tirta Empul, starting from those who are nurturing and those who do not have obligations in the traditional village or called Balu Angkep. The Aduk Manukaya Village Community Let all participate in the management of Tirta Empul's tourist attraction, both from planning, organizing, mobilizing people, and supervising. Overall the response as attitude of the Manukaya Village community to the management of Tirta Empul Tourism Attraction is look positive without complain. Although there are two groups included in this area, but participated groups directly in the management is Desa Adat Manukaya. Group desa adat Malat accepted with comfortable this situation.
Keywords : participation, response, management.
Pariwisata Bali telah berkembang pesat hampir di seluruh kabupaten dan kota Termasuk di kabupaten Gianyar pariwisata telah menjadi sumber pendapatan utama di beberapa kecamatan. Varian produk wisata yang dimiliki dapat berupa, lukisan, ukiran, keindahan alam, daya tarik wisata buatan dan daya tarik wisata tinggalan arkeologis maupun sejarah yang masih tetap menjadi perhatian wisatawan.
Seperti daya tarik wisata yang terkenal di kabupaten Gianyar yaitu Pura Tirta Empul di kecamatan Tampaksiring. Daya tarik wisata Tirta Empul sampai saat ini masih menjadi favorit kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Pura Tirta Empul memiliki keunikan tersendiri terutama keindahan panorama alam yang dipadukan dengan tinggalan arkeologis yang sangat mempesona.
Sebagai living monument, Pura Tirta Empul rutin digunakan untuk persembahyangan umat Hindu dan penglukatan (penyucian diri) Ditambah letakny bersebelahan dengan Istana Presiden RI Tampaksiring. Sebagai peninggalan
purbakala Pura Tirta Empul dilindungi oleh pemerintah berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Minat wisatawan datang ke Pura Tirta Empul hampir tidak pernah menurun, melainkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun Sebagai perbandingan dengan daya tarik wisata sejenis di kabupaten Gianyar, berikut dapat dilihat pada tabel 1.1 jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ketiga daya tarik wisata dari tahun 2011-2015 di bawah ini :
Tabel 1.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Daya Tarik WisataTirta Empul, Goa Gajah, dan
Gunung Kawi Tahun 2011 s/d 2015
Nam a DT W |
2011 |
2012 |
2013 |
2014 |
2015 |
Tirta Emp ul |
366.368 |
461.677 |
445.502 |
443.883 |
585.48 1 |
Goa Gaja h |
192.669 |
252.741 |
253.455 |
286.409 |
290.14 8 |
Gun ung Kawi |
68.070 |
105.499 |
115.795 |
140.326 |
157.76 0 |
Sumber : Disparda Kabupaten Gianyar, 2016
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 6 No 2, 2018
Dari tabel 1.1 di atas menunjukkan, sejak 5 tahun terahkir jumlah kunjungan wisatawan ke Daya Tarik Wisata Tirta Empul paling banyak dibandingkan dengan Daya Tarik Wisata Goa Gajah dan Gunung Kawi Tampaksiring. Walaupun di tahun 2013 dan 2014 jumlah kunjungan wisatawan ke Tirta Empul mengalami penurunan, namun jumlah kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata Tirta Empul tetap tertinggi.
Dalam pengelolaannya secara adat Pura Tirta Empul di-empon masyarakat Desa Adat Manukaya. Terdiri dari Desa Adat Manukaya Let (3 dusun yaitu Dusun Manukaya Let, Dusun Tatag , dan Dusun Bantas). Selain itu ada 3 Dusun lain yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan upacara keagamaan disana, ketiga dusun tersebut yaitu, Dusun Malet, Dusun Penempahan, dan Dusun Tegal Payan.
Pengelolaan Pura Tirta Empul sebagai daya tarik wisata dilaksanakan oleh Desa Adat Manukaya Let bersama pemerintah kabupaten Gianyar. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan Daya Tarik Wisata Tirta Empul dipayungi oleh Desa Adat Manukaya Let dan Pemkab Gianyar. Sebenarnya terdapat keganjilan ketika dalam upacara keagamaan seluruh dusun berpartisipasi namun untuk pengelolaan daya tarik wisata hanya Desa Adat Manukaya Let yang menangani.
Berdasarkan hal tersebut, dilaksanakan penelitian partisipasi Desa Adat Manukaya Let (Dusun Manukaya Let, Dusun Tatag, dan Bantas) terhadap pengelolaan Daya Tarik Wisata Tirta Empul. Termasuk sikap masyarakat Desa Adat Manukaya Let dan masyarakat yang tidak berpartisipasi dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Tirta Empul.
Sebagai pembanding disampaikan penelitian sebelumnya oleh Anggraeni, Volume 3 Nomor 1 bulan Februari tahun 2016 berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Air Terjun Guruh Gemurai Desa Kasang Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau”. Penelitian menggunakan konsep partisipasi (Adisasmita, 2006), Konsep Sikap (Azwar, 1998), konsep pengelolaan (Handoko,1994) dan konsep POAC (Terry, 2001)
Penelitian ini dilakukan di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Ruang Lingkup Penelitian partisipasi masyarakat lokal dan sikap Masyarakat. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi (Suardeyasasri. 2010) dan wawancara ( Sugiyono, 2014). Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling (Sugiyono, 2014) dan teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif (Sugiyono, 2014).
Pengelolaan daya tarik wisata Tirta Empul dilakukan oleh masyarakat Desa Adat Manukaya Let. Pihak pemerintah kabupaten Gianyar hanya berpartisipasi di bagian penjualan tiket, untuk selebihnya merupakan partisipasi dari masyarakat desa adat.
Partisipasi langsung masyarakat desa Adat Manukaya Let terhadap pengelolaan daya tarik Tirta Empul dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat setempat mengelola Daya Tarik Wisata tersebut, melalui kewajiban mereka bekerja disana secara bergantian. Seluruh kepala keluarga dan pemuda di Desa Adat Manukaya akan mendapat giliran untuk bertugas di daya tarik Tirta Empul, mulai dari ngrapin dan yang tidak mendapat kewajiban di desa adat atau disebut Balu Angkep. Istilah “ngarepin” artinya mendapat kewajiban di desa adat baik itu sebagai Seka Gong, Seka Baris, dan Pecalang. Di Desa Manukaya sendiri, dalam setiap pekarangan rumah rata-rata dihuni oleh lebih dari 2 KK yang masih berstatus berkeluarga. Salah satu kepala keluarga di satu pekarangan akan
ada yang ngarepin di desa adat dan untuk kepala keluarga lainnya yang tidak ngarepin disebut balu angkep.
Partisipasi dalam pengelolaan daya tarik wisata Pura Tirta Empul yang dilakukan Desa Adat Manukaya Let meliputi partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam pengorganisasian, partisipasi dalam penggerakan orang-orang, dan partisipasi dalam pengawasan.
Partisipasi dalam perencanaan tampak
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 6 No 2, 2018
pada keterlibatan seluruh masyarakat Desa Adat Manukaya dalam rapat desa adat yang dihadiri seluruh kepala keluarga Desa Adat Manukaya setiap 3 bulan sekali bertempat di Wantilan Pura. Dibahas mengenai pengelolaan daya tarik wisata Tirta Empul sebagai evaluasi untuk perencanaan ke depan.
Program-program dalam perencanaan meliputi pertama karcis masuk. Karcis masuk untuk memastikan wisatawan sudah membeli karcis dan memastikan tidak memakai karcis yang sudah pernah dipakai Dibagian ini ditugaskan 3 orang kepala keluarga yang ngarepin dari masing-masing dusun di Desa Adat Manukaya Let. Mereka bertugas dibagian ini selama satu hari, setelah itu mereka akan pindah ke bagian lainnya, dan mereka akan bertugas selama 1 bulan di daya tarik Tirta Empul. Kedua, penyediaan kamen (kain) dan selendang Pemakaian kamen dan selendang bertujuan untuk menjaga kesucian Pura Tirta Empul Wisatawan tidak dipungut biaya tambahan saat mengambil kamen dan selendang, disana hanya disediakan kotak punia bagi wisatawan yang hendak menyumbang seikhlasnya. Ketiga, program di bagian loker penitipan barang. Loker disediakan untuk wisatawan dan pengunjung yang hendak melukat. Di bagian ini juga ditugaskan 3 orang kepala keluaga dengan sisitem yang sama. Keempat, program kebersihan lingkungan daya tarik wisata. Untuk bagian kebersihan tidak dilakukan oleh masyarakat yang ngarepin namun dilakukan oleh warga Balu Angkep. Mereka bertugas untuk membersihkan area daya tarik Tirta Empul Kelima, parkir. Untuk bagian parkir merupakan tanggung jawab dari keompok pemuda atau seka teruna. Seka teruna dari ketiga dusun di Desa Adat Manukaya Let bergantian selama satu bulan bertugas disana.
Dalam sehari akan ada 4 teruna yang bertugas dan untuk penghasilannya tidak masuk ke desa adat , namun masuk ke kas Seka Teruna. Keenam, yaitu pendukung seperti jasa foto, diberikan kesempatan bagi seluruh masyarakat Desa Manukaya yang memiliki kamera.
Sampai saat ini sudah ada 100
anggota, mereka bergantian selama 5 hari dan dalam satu hari ada 20 orang jasa foto. Selain jasa foto, program pendukung lainnya yaitu penyewaan payung ketika hujan yang dilakukan oleh anak-anak SD Desa Adat Manukaya Let.
Partisipasi masyarakat desa adat Manukaya Let dalam pengorganisasian di daya tarik wisata Tirta Empul bersifat tradisional. Mengikuti organisasi Desa Adat Manukaya Let. Ketuanya adalah Bendesa Adat Manukaya Let yang dibantu penyarikan Desa Adat Manukaya Let. Kemudian dibawahnya ada kepala dusun dari masing-masing Dusun di Desa Adat Manukaya Let.
Partisipasi Masyarakat Desa Manukaya Let dalam penggerakan adalah penggerakan sumber daya manusia yang bekerja di daya Tarik Wisata Tirta Empul. Terdiri dari masyarakat Desa Adat Manukaya Let kecuali di bagian penjualan tiket. Seluruh kepala keluarga akan mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daya tarik wisata Tirta Empul mulai dari yang ngarepin dan Balu Angkep. Untuk yang ngarepin terdiri dari beberapa kelompok/seka yaitu, Seka Gong, Seka Baris, dan Pecalang. Untuk Seka Gong sebanyak 74 orang, Seka Baris sebanyak 80 orang, Pecalang sebanyak 60 orang, dan untuk Balu Angkep sebanyak 156 orang.
Partisipasi Masyarakat Desa Manukaya Let dalam Pengawasan untuk memastikan pengelolaan berjalan sesuai harapan yang diawasi oleh bendesa. Namun jika bendesa berhalangan hadir maka akan diawasi oleh wakil bendesa / penyarikan desa. Bila bendesa dan wakil bendesa berhalangan hadir maka akan diawasi oleh kepala dusun. Untuk keuangan diawasi oleh seluruh masyarakat Desa Adat Manukaya Let. Seluruh masyarakat berhak mengetahui rincian pendapatan daya tarik wisata Tirta Empul dan pengeluarannya, hal tersebut disampaikan saat rapat yang diadakan desa adat setiap 3 bulan.
Secara umum masyarakat lokal Desa Adat Manukaya Let dilihat dari sikap partisipasi memiliki sikap positif
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 6 No 2, 2018
terhadap pengelolaan daya tarik wisata Tirta Empul. Masyarakat Desa Adat Manukaya Let merasa pengelolaan Daya Tarik
Wisata Tirta Empul sudah sesuai dengan keinginan masyarakat. Dalam 10 tahun terakhir ini masyarakat lokal sudah merasakan dampak positif dari pengelolaan daya tarik wisata Tirta Empul. Terjawab dari sikap masyarakat terhadap pengelolaan daya tarik wisata Tirta Empul menyangkut sikap masyarakat terhadap 4 indikator pengelolaan.
Pertama, sikap masyarakat terhadap perencanaan, Masyarakat Desa Adat Manukaya Let terhadap perencanaan daya tarik wisata Tirta Empul sangat positif Masyarakat menilai dalam sistem perencanaan sudah baik dan aspirasi masyarakat lokal terakomodasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam kegiatan rapat. Dalam kurun waktu 3 bulan sekali Desa Adat Manukaya akan mengadakan rapat mengenai pengelolaan daya tarik Tirta Empul. Seluruh kepala keluarga Desa Adat Manukaya Let wajib untuk hadir. Masyarakat diberikan kesempatan untuk untuk menyumbangkan aspirasi mengenai perencanaan dalam pengelolaan daya tarik Tirta Empul. Seluruh aspirasi masyarakat akan ditampung dan dirundingkan bersama sehingga mencapai suatu kesepakatan bersama. Jika ada suatu program yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat maka program itu tidak dijalankan. Sehingga dalam perencanaannya, masyarakat lokal benar-benar dilibatkan.
Kedua sikap masyarakat terhadap pengorganisasian, Masyarakat Desa Adat Manukaya Let bersikap positif terhadap pengorganisasian di daya tarik Tirta Empul Pengurus inti di Daya Tarik Wisata tersebut yaitu dari pengurus di desa adat dan pengurus dusun. Yaitu Bendesa Adat Manukaya Let, Wakil/Penyarikan Desa Adat Manukaya Let, Kepala beserta Wakil Kepala Dusun Manukaya Let, Kepala beserta Wakil Kepala Dusun Tatag, dan Kepala beserta Wakil Kepala Dusun Bantas. Temuan di lapangan menunjukkan, seluruh pengurus inti berasal dari Desa Adat Manukaya Let Maka masyarakat lokal lebih mudah untuk berkomunikasi, koordinas, bekerjasama dan
melaksanakan program-program pengelolaan.
Masyarakat lokal menilai kepengurusan yang sekarang sudah baik dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu Kepengurusan yang sekarang sudah sangat terbuka dan dalam programnya sesuai aspirasi masyarakat. Sekarang dampak positif dari pengelolaan Daya
Tarik Wisata Tirta Empul lebih dirasakan oleh Masyarakat Desa Adat Manukaya. Bahkan masyarakat lokal saat ini tidak harus mengeluarkan uang untuk patungan ketika ada perbaikan pelinggih dan ketika upacara agama di Pura Tirta Empul. Upacara agama di Pura
Tirta Empul Masyarakat hanya cukup membawa bahan untuk sesajen yang terjangkau seperti daun kelapa, daun pisang, dan kelengkapan upacara lainnya.
Ketiga, sikap masyarakat terhadap penggerakan orang-orang. Sikap Masyarakat Desa Adat Manukaya Let terhadap penggerakan orang-orang sangat positif. Seluruh kepala keluarga di Desa Adat Manukaya Let mendapat kesempatan untuk bekerja dan mereka akan mendapatkan upah selama 1 bulan bekerja di daya tarik Tirta Empul. Masyarakat menilai hal tersebut menambah kesejahteraan masyarakat Desa Adat Manukaya Let. Selain kepala keluarga, pemuda, dan anak-anak juga mendapat kesempatan untuk mencari penghasilan disana. Pemuda diberikan kesempatan di bagian parkir, sehingga organisasi pemuda akan memiliki kas dan tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk patungan kas. Anak-anak SD bisaa mencari penghasilan disana dengan cara menyewakan payung kepada wisatawan yang berkunjung ke daya tarik Tirta Empul ketika hujan. Kemudian bagi masyarakat yang memiliki kamera DSLR dapat berpartipasi. Hampir seluruh warga masyarakat Desa Adat Manukaya Let digerakan dalam pengelolaan Daya Tarik Wisata Tirta Empul.
Keempat, sikap masyarakat terhadap pengawasan. Sikap masyarakat Desa Adat Manukaya Let terhadap pengawasan sangat positif. Masyarakat
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 6 No 2, 2018
menilai dalam sistem pengawasan sudah baik, dan terjadi pola kerja yang dinamis antara pengurus inti dengan masyarakat lokal. Pengurus mengawasi secara persuasif dalam kinerja setiap pos-pos pelayanan kepada wisatawan. Di sisi lain, masyarakat mengawasi keuangan yang akan disampaikan setiap 3 bulan sekali dalam rapat desa adat mengenai penghasilan dari Daya Tarik Wisata Tirta Empul. Keterbukaan menjadi faktor penting dalam pengawasan di daya tarik wisata Tirta Empul.
-
V. PENUTUP
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan bahwa:
-
1) Partisipasi masyarakat Desa Adat Manukaya Let terhadap pengelolaan daya tarik Tirta Empul bersifat langsung dan aktif yang melibatkan keseluruhan komponen masyarakat lokal.
-
2) Terdapat komponen warga masyarakat adat yang meng-empon daya tarik wisata Pura Tirta Empul, namun Sikap masyarakat Desa
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Undang-Undang No 11 tentang Cagar
Budaya
-----------,2016. Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar
----------,2016. Monografi Desa Manukaya
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Anggraeni, Axelicia Dessy. 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Objek Wisata Air Terjun Guruh Gemurai
Desa Kasang Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi
Riau. JOM Fisip Vol.3 No.1 - Februari 2016 Azwar, Saifudin. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengaruhnya.
Yogyakarta: Liberty
Handoko, T.Hani. 1994. Manajemen Edisi 2.
Yogyakarta:
PT.BPFE
Suardeyasasri. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Terry, G..R., 2001. Manajemen Dasar, Pengerttian dan Masalah.
Bumi Aksara.
Manukaya secara keseluruhan terhadap pengelolaan daya tarik wisata Tirta Empul sangat positif. Warga Desa Adat Manukaya Let dan warga masyarakat yang tidak berpartisipasi bersikap positif dan menilai pengelolaannya sudah baik, baik dari perencanaan, pengorganisasian, pengerakan orangorang, dan pengawasan.
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
-
1. Menjaga keharmonisan antara kedua warga desa adat dan mewujudkan pengelolaaan secara berkelanjutan.
-
2. Memperhatikan perkembangan masyarakat di desa adat yang mengelola dan tidak mengelola dilihat dari aspek religius, aspek sosial-ekonomi untuk
meminimalkan konflik di
kemudian hari.
-
3. Perlu dilaksanakan penelitian
lanjutan seperti potensi konflik untuk mencegah terjadinya
perebutan hak kedepannya.
360
Discussion and feedback