Pengelolaan Taman Mumbul Sebagai Daya Tarik Wisata Spiritual Di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung
on
Jurnal Destinasi Pariwisata
p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 2, 2018
Pengelolaan Taman Mumbul Sebagai Daya Tarik Wisata Spiritual Di Desa Sangeh,
Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung
Aissyah Wulandary a, 1, I Made Adi Kampana a, 2
-
a program studi s1 destinasi pariwisata, fakultas pariwisata,universitas udayana, jl. dr. r. goris, denpasar, bali 80232 indonesia
Abstract
Visiting an alternative tourism that adopt sustainable tourism development concept is being trend for tourist. Bali as the best tourism destination in the world uses this chance with developing spiritual tourism that known with Tri Hita Karana and one of them is Taman Mumbul that located in Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. This tourist attraction is offering the spiritual attractions named by melukat. But there’s many constraints that need further handling by the management in order to make a positive impression from the tourist perception.
The purpose of this research is for knowing about tourist perception and describing how the ideal management that can implemented in Taman Mumbul. The data that used in this research is quantitative and qualitative approach by observation, documentation, literature, interview and questionnaire. For data analysis, it used explorative descriptive and Likert Scale with component of tourist destination theory and sustainable tourism concept.
The result from this research indicates that tourist perception for Taman Mumbul management get a good judgement although three aspects in facility variable obtain a bad judgement. Then, it formulated into the ideal management form that contained about protection of security and comfort, community empowerment and preservation of natural and culture environment. In clonclusion, the management have done a good performance but it will be better if they alleviate the constraints that they have faced in order to create tourist satisfaction when they come to Taman Mumbul.
Keywords : management, spiritual tourism, tourist attraction, tourist perception
Dewasa ini, pengembangan produk wisata yang ditawarkan kepada wisatawan telah bertransformasi dari pengembangan pariwisata massal (mass tourism) menjadi pariwisata alternatif (alternative tourism). Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Damanik dan Cemporaningsih (dalam Damanik dan Frans Teguh, 2013) yang menyatakan bahwa saat ini wisatawan baik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara cenderung melihat kualitas dan nilai lebih dari suatu destinasi wisata dan semakin kritis dalam memilih destinasi wisata yang mampu menawarkan nilai kepuasan optimal walaupun dengan biaya yang mereka keluarkan relatif mahal.
Untuk menyikapi fenomena tersebut, diperlukan pengembangan pariwisata alternatif yang dapat dinikmati sekarang dan di masa yang akan datang melalui konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Wisata spiritual merupakan salah satu bagian dari konsep pariwisata alternatif yang menerapkan konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan (Suwantoro, 1997). Jenis wisata ini mulai berkembang dikarenakan
sifatnya yang ramah lingkungan dan juga menyatu dengan kebudayaaan serta adanya kebutuhan manusia baik secara jasmani maupun rohani untuk relaksasi diri, kedamaian dan ketenangan batin, keharmonisan dengan alam maupun dengan Sang Pencipta untuk merasakan kebahagiaan yang seutuhnya. Di Bali sendiri, wisata spiritual tergolong menjadi trend dengan konsep Tri Hita Karana sebagai pakem untuk menjaga keberlanjutan pariwisata di Bali.
Kabupaten Badung yang dikenal sebagai daerah dengan pesatnya sektor pariwisata di Bali mengembangkan Taman Mumbul sebagai salah satu daya tarik wisata spiritual (Patria, 2014). Taman Mumbul menawarkan ritual penyucian diri atau melukat secara fisik dan psikis disertai dengan presentasi dari persembahan. Berdasarkan penuturan dari masyarakat lokal setempat, daya tarik wisata yang beroperasi sejak Desember 2016 ini banyak dikunjungi wisatawan karena lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau. Akan tetapi, pengelolaan Taman Mumbul yang dikelola oleh Sangeh Traditional Activities (STA) yang merupakan kelompok masyarakat Desa Sangeh masih belum dilakukan secara maksimal. Kurang aktifnya kelompok
masyarakat dalam mengelola daya tarik wisata Taman Mumbul terlihat pada pengadaan infrastruktur untuk menunjang kegiatan wisatawan selama melakukan wisata yang kurang memadai, minimnya partisipasi masyarakat lokal serta kurangnya pemeliharaan kelestarian alam dan budaya di sekitar kawasan daya tarik wisata.
Kendala-kendala dalam pengelolaan tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut karena berkaitan dengan kesan yang didapat selama wisatawan berada di daya tarik wisata spiritual Taman Mumbul dengan membandingkan berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh wisatawan saat mengunjungi suatu daya tarik wisata. Terlebih lagi, Taman Mumbul sendiri merupakan daya tarik wisata baru dan memiliki kompetitor yang menyuguhkan atraksi yang sejenis dan lebih dulu dikenal oleh wisatawan. Oleh karena itu, penggalian persepsi wisatawan sangatlah penting untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu program pengelolaan telah dapat diterima oleh wisatawan dan juga sebagai barometer dalam rangka untuk memperoleh masukan terhadap program yang telah berjalan maupun yang akan dirumuskan untuk masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan diatas maka rumusan masalah yang diambil yaitu bagaimana persepsi wisatawan terhadap pengelolaan Taman Mumbul sebagai daya tarik wisata spiritual dan bagaimana bentuk pengelolaan yang ideal bagi Taman Mumbul sebagai daya tarik wisata spiritual di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap pengelolaan Taman Mumbul dan menetapkan pengelolaan ideal bagi Taman Mumbul untuk menciptakan kesan baik dari wisatawan sehingga mampu dikembangkan secara maksimal sebagai salah satu daya tarik wisata tujuan dalam melakukan wisata spiritual.
Dalam artikel pengelolaan daya tarik wisata spiritual di Taman Mumbul, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ini menggunakan beberapa konsep yang digunakan sebagai acuan dalam menjawab rumusan masalah yang diambil. Konsep yang
digunakan dalam artikel ini adalah konsep pengelolaan menurut Terry, 1994; konsep daya tarik wisata menurut Yoeti, 2002; konsep wisata spiritual menurut Smith dan Kelly, 2006; konsep wisatawan menurut Pitana, 2009; konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan menurut Yoeti, 2008; serta teori persepsi menurut Assael dalam Suradnya, 2002 dan teori komponen daerah tujuan wisata menurut Cooper dalam Suwena, 2010.
Lokasi penelitian ini berada di Taman Mumbul, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Metode yang digunakan yaitu deskriptif-eksploratif dimana menekankan pada penggalian informasi yang lebih mendalam dan terfokus pada tujuan analisis yang ingin dicapai (Arikunto, 2006). Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana bentuk pengelolaan ideal yang dapat diterapkan di Taman Mumbul sebagai daya tarik wisata spiritual. Selanjutnya, penggunaan Skala Likert menurut Sugiyono (2007) untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sekumpulan atau seseorang tentang pengelolaan Taman Mumbul sebagai daya tarik wisata spiritual yang nantinya dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Sumber data yang digunakan yaitu data primer mengenai pengelolaan Taman Mumbul yang didapat dari hasil kuesioner dan wawancara dengan pengelola dan data sekunder yaitu Profil Pariwisata Kabupaten Badung. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi aktivitas wisatawan dan fasilitas pariwisata di Taman Mumbul sebagai daya tarik wisata spiritual, wawancara dengan beberapa informan seperti pengelola-daya tarik wisata Taman Mubul dan tiga elit desa. Teknik analisis data dilakukan dengan mengumpulkan persepsi wisatawan yang didapat dari hasil kuesioner kemudian disajikan dalam bentuk bobot penilaian di setiap indikator yang diteliti. Selanjutnya hasil dari persepsi wisatawan tersebut dijelaskan secara deskriptif dan dijadikan sebagai tolok ukur dalam merumuskan bentuk pengelolaan ideal di Taman Mumbul yang nantinya sebagai saran atau masukan bagi pengelola Taman Mumbul.
Taman Mumbul merupakan daya tarik wisata yang menawarkan aktivitas melukat sebagai atraksi wisata. Melukat sendiri merupakan ritual penyucian diri berupa pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia. Hal ini dilaksanakan untuk menghilangkan pengaruh kotor/ klesa dalam diri secara rohani. Meskipun atraksi wisata melukat bukan hal yang baru, Taman Mumbul memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dari aspek lokasi yang strategis dan panorama yang menyuguhkan keasrian lingkungan. Selain menawarkan aktivitas melukat, Taman Mumbul juga menyediakan aktivitas memberi makan ikan (fish feeding) di danau yang terletak di area luar Taman Mumbul dan pura sebagai atraksi wisata keluarga selepas melakukan wisata spiritual.
Saat ini, pengelolaan secara manajemen dikelola oleh Pengelola Taman Mumbul yang dibentuk oleh Sangeh Traditional Activities (STA) sesaat setelah Taman Mumbul mulai beroperasi. Meskipun dalam revitalisasi fisiknya, Pengelola Taman Mumbul dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Badung namun hasil pendapatan yang didapat oleh pihak pengelola langsung dikelola dan diberikan ke Desa Adat Sangeh tanpa memberikan bagiannya kepada pihak pemerintah. Maka dari itu, untuk perizinan pembangunan dalam rangka penambahan fasilitas di Taman Mumbul, tidak lagi berhubungan dengan pemerintah namun pengelola langsung berhubungan dengan Desa Adat Sangeh.
-
4.1 Persepsi Wisatawan Terhadap Pengelolaan Taman Mumbul Sebagai Daya Tarik Wisata Spiritual
-
1. Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Wisata
Atraksi wisata berperan sebagai faktor penarik agar wisatawan ingin berkunjung ke suatu daya tarik wisata. Dalam memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan wisata spiritual di Taman Mumbul, pengelola menyediakan beberapa atraksi wisata untuk menunjang aktivitasnya tersebut. Atraksi-atraksi wisata yang ditawakan oleh pengelola kemudian dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui penilaian wisatawan terhadap atraksi wisata tersebut yang ditawarkan oleh pengelola. Hasil penelitian yang dilakukan
dengan mengolah data yang diperoleh dari 100 wisatawan Taman Mumbul yang dijadikan sebagai responden diketahui bahwa indikator pura memperoleh penilaian tertinggi dengan rata-rata skor 4.38 dengan persepsi Sangat Baik. Selanjutnya jika diurutkan berdasarkan skor tertinggi ke terendah adalah indikator aktivitas seremonial sebesar 4.17, lansekap taman sebesar 4.08, keunikan arsitektur sebesar 4.01, atraksi lainnya seperti danau dan patung nenek tua sebagai sejarah terbentuknya Taman Mumbul sebesar 4.00, interaksi dengan pengelola sebesar 3.92 serta kolam sebesar 3.64.
-
2. Persepsi Wisatawan Terhadap Aksesibilitas
Variabel selanjutnya dalam teori komponen daerah tujuan wisata adalah aksesibilitas. Aksesibilitas yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kemudahan transportasi untuk menjangkau lokasi. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan Skala Likert memperoleh hasil bahwa indikator kondisi jalan di lokasi mendapat penilaian tertinggi yaitu sebesar 4.68 dengan persepsi Sangat Baik dan dilanjutkan dengan lokasi yang strategis sebesar 4.57, rute ke tempat wisata lain sebesar 4.34, jarak tempuh dari bandara sebesar 3.91 dan yang terakhir adalah moda transportasi menuju lokasi sebesar 3.89.
-
3. Persepsi Wisatawan Terhadap Amenitas
Amenitas yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian ini merupakan fasilitas yang disediakan di suatu daya tarik wisata seperti toilet, partkir dan lainnya. Fasilitas yang memadai mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan suatu usaha daya tarik wisata. Karena suatu daya tarik wisata tidak akan mengalami perkembangan apabila tidak dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan. Berdasarkan hasil persepsi wisatawan terhadap amenitas atau fasilitas yang ada di Taman Mumbul menempatkan loker barang sebagai fasilitas yang mendapatkan rata-rata skor tertinggi yaitu 4.58 dengan persepsi Sangat Baik. Kemudian disusul oleh indikator lainnya seperti pakaian melukat dengan skor 4.32, wantilan dengan skor 3.95, warung makan dengan skor 3.37, toilet dengan skor 3.22 dan parkir dengan skor 2.41.
-
4. Persepsi Wisatawan Terhadap Organisasi Kepariwisataan
Organisasi kepariwisataan dalam hal ini adalah Sangeh Tradtional Activities (STA) memiliki andil yang sangat besar terhadap pengelolaan Taman Mumbul terutama secara manajemen. Dari hasil pengolahan data didapatkan indikator promosi yang mendapatkan skor paling tertinggi yaitu sebesar 4.17 dengan persepsi Baik diikuti oleh keamanan sebesar 4.08, kebersihan sebesar 4.02, pelayanan staf sebesar 3.92 dan informasi untuk wisatawan sebesar 3.59.
Bentuk pengelolaan yang ideal dalam penelitian ini didapat dari hasil pengolahan data mengenai persepsi wisatawan terhadap pengelolaan Taman Mumbul sebagai daya tarik wisata spiritual yang telah dibahas sebelumnya. Nantinya persepsi yang digunakan adalah persepsi positif dan negatif guna untuk merumuskan bentuk pengelolaan ideal yang dapat diterapkan oleh pihak Pengelola Taman Mumbul kedepannya. Hal yang diteliti adalah bentuk pengelolaan ideal berdasarkan persepsi para responden yang dikaitkan dengan konsep pengelolaan daya tarik wisata berlandaskan pariwisata berkelanjutan meliputi:
-
1. Perlindungan Keamanan dan Kenyamanan Wisatawan
Keamanan dan kenyamanan menjadi kondisi yang sangat penting dalam industri pariwisata. Pasalnya hal ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap keberlangsungan aktivitas perjalanan dan pariwisata. Menurut hasil persepsi wisatawan, keamanan dan kenyamanan merupakan indikator yang mendapatkan rata-rata skor yang berpredikat baik. Taman Mumbul telah memberikan perlindungan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan yang ingin melakukan ritual melukat. Hal ini dapat dilihat dari penyediaan fasilitas untuk wisatawan selama berkunjung, penjagaan security yang berpatroli di kawasan Taman Mumbul serta penyewaan loker barang dimana pengelola menjamin bahwa barang-barang yang dibawa wisatawan aman meskipun tidak diawasi secara langsung oleh pemiliknya. Meskipun demikian, namun tidak semua wisatawan tersebut puas atas keamanan dan
kenyamanan yang didapatkan saat melakukan wisata di Taman Mumbul terlebih lagi pada toilet dan parkir yang disediakan oleh pengelola yang menjadi sorotan wisatawan.
Untuk menciptakan perlindungan keamanan dan kenyamanan wisatawan saat melakukan wisata di Taman Mumbul, pengelola perlu melakukan revitalisasi terhadap fasilitas yang sudah ada terutama pada toilet dan parkir. Penggantian materil lantai yang bertekstur lebih kasar dan penggunaan metal grate floor dapat diterapkan dalam mengelola fasilitas toilet. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi kejadian wisatawan terpleset di toilet. Selain itu, air yang berasal dari pakaian basah wisatawan sehabis melakukan aktivitas melukat dapat langsung jatuh ke saluran drainase serta tidak menggenang di lantai toilet. Selanjutnya, untuk fasilitas parkir yang dikeluhkan oleh wisatawan karena areanya yang terbatas dan masih beralaskan tanah dapat diatasi dengan penggunaan area yang berada di sisi sebelah kiri Taman Mumbul yang notabene masih merupakan hak milik dari pengelola Taman Mumbul dapat dijadikan pertimbangan pengelola untuk dijadikan sebagai area parkir yang baru serta pemasangan paving block pada parkir mobil juga menjadi salah satu masukan bagi pengelola untuk memperbaiki kondisi parkir saat ini.
-
2. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable development paradigm). Hal tersebut dikarenakan masyarakat memainkan peran penting dan utama dalam pengambilan keputusan mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Dalam mengelola Taman Mumbul, perangkat pengelola Taman Mumbul seperti ketua pengelola, sekretaris, bendahara, pegawai seperti staff dan security yang bekerja merupakan masyarakat Desa Sangeh dengan jumlah total sebanyak 20 orang. Akan tetapi jika dilihat secara keseluruhan, keterlibatan masyarakat untuk menggerakkan kepariwisataan di Taman Mumbul belum begitu terserap dengan maksimal.
Berdasarkan hasil persepsi wisatawan mengenai fasilitas, warung makan merupakan indikator yang banyak dikeluhkan oleh wisatawan dan mendapatkan skor berpredikat cukup. Karena saat ini, Taman Mumbul hanya memiliki satu warung makan dan wisatawan banyak berpendapat bahwa warung makan tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan mereka apalagi saat terjadi lonjakan kunjungan wisatawan. Dalam rangka memberdayakan masyarakat lokal secara penuh, pengelola dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat Desa Sangeh untuk berjualan makanan dan minuman dengan menyewakan area di wantilan yang masih memiliki area yang cukup luas. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan akan kesediaan makanan dan minuman saat mereka berwisata di Taman Mumbul dan juga secara tidak langsung memberikan peluang pekerjaan baru yang melibatkan peran masyarakat Desa Sangeh dan membantu perekonomian mereka untuk meningkatkan kesejahteraannya.
-
3. Pelestarian Lingkungan Alam Dan Budaya
Sejatinya, pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dan manfaatnya dirasakan tidak hanya untuk generasi sekarang saja tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Maka diperlukan kesadaran mengenai pelestarian agar keutuhan fungsi lingkungan dan budaya hidup seiring dengan usaha pembangunan secara menyeluruh terutama dalam hal pembangunan pariwisata. Dalam penerapan pada aspek pelestarian alam, pengelola Taman Mumbul telah berupaya untuk merealisasikan hal tersebut dengan tidak merusak hutan karena dianggap keramat dan suci serta hal tersebut telah diatur dalam peraturan atau awig-awig Desa Adat Sangeh serta dalam hal pelestarian budaya, Taman Mumbul menerapkan peraturan bagi wisatawan yang berkunjung ke Taman Mumbul agar menggunakan pakaian adat Bali sebagai sikap untuk menghargai kawasan Taman Mumbul dianggap suci oleh masyarakat sekitar. Namun dalam mengelola kebersihan kolam pemandian di Taman Mumbul, limbah dari pembersihan kolam pemandian berupa air yang sudah tercampur deterjen dialirkan ke saluran yang bermuara di saluran irigasi yang digunakan untuk mengairi area persawahan dan hal tersebut dapat dikategorikan sebagai
water pollution. Serta dalam hal pelestarian budaya, status terkini dari Pura Ulunsuwi dan Pura Taman Mumbul yang berada di kawasan Taman Mumbul telah mengalami komodifikasi.
Saat ini, dampak yang ditimbulkan mungkin belum terlihat jelas namun pengelola harus bertindak tegas agar hal ini tidak merugikan lingkungan sekitar maupun masyarakat. Adapun solusi yang dapat dilakukan oleh pengelola untuk mengatasi water pollution yang nantinya berakibat pada tingkat kesuburan tanah adalah membuat desain perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dengan menggunakan desain perencanaan ini, limbah cair domestik yang berasal dari kegiatan MCK wisatawan dan limbah cair pembersihan kolam pemandian dikumpulkan ke bak pengumpul lalu dipompa secara otomatis ke lokasi IPAL yang telah ditentukan. Setelah itu, limbah yang telah terkumpul dilakukan filterisasi dan selanjutnya air tersebut diolah lagi secara adsorpsi untuk menghilangkan materi dan cairan. Nantinya hasil air tersebut dapat dipergunakan kembali (re-use) sehingga dapat menghemat pemakaian air bersih tanpa mengurangi jumlah pemakaian air. Selanjutnya, untuk mengatasi komodifikasi budaya, pengelola harus lebih tegas lagi untuk menerapkan peraturan kunjungan yang harus dipatuhi oleh wisatawan. Peraturan kunjungan tersebut juga memuat tentang areal-areal mana saja yang bisa dan tidak bisa dikunjungi oleh wisatawan dengan bantuan papan informasi yang dipasang di depan Pura Ulunsuwi maupun Pura Taman Mumbul. Hal tersebut bertujuan agar fungsi kesakralan tidak berujung kepada fungsi pemaknaan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi.
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan permasalahan serta hasil dan pembahasan tentang pengelolaan Taman Mumbul sebagai daya tarik wisata spiritual, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
-
1. Persepsi wisatawan terhadap pengelolaan daya tarik wisata Taman Mumbul secara umum menghasilkan penilaian baik. Beberapa indikator yang menghasilkan persepsi sangat baik antara lain pura, lokasi yang strategis, rute ke tempat wisata lain, kondisi jalan di lokasi, loker barang, pakaian melukat dan kesejukan. Sebaliknya, tiga variabel fasilitas memperoleh
nilai terendah dengan persepsi cukup dan kurang adalah parkir, toilet dan warung makan.
-
2. Dari hasil yang didapatkan dari persepsi wisatawan tersebut, maka bentuk pengelolaan ideal bagi Taman Mumbul yang harus dibenahi untuk menciptakan kepuasan wisatawan saat berkunjung ke Taman Mumbul seperti dari sisi keamanan dan kenyamanan seperti toilet yang memiliki lantai yang licin serta parkir yang membutuhkan perluasan area dan revitalisasi fisik; sisi pemberdayaan masyarakat dimana pengelola diharapkan dapat lebih memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pariwisata di Taman Mumbul berupa kesempatan untuk berjualan makanan dan minuman, mengingat fasilitas warung makan di Taman Mumbul mendapatkan nilai terendah dari persepsi yang diberikan oleh wisatawan; serta sisi pelestarian lingkungan alam dalam mengelola limbah cair dengan menerapkan pengelolaan IPAL dan pelestarian budaya dengan cara memberikan peraturan lebih tegas lagi tentang area-area yang boleh dan tidak boleh dikunjungi oleh wisatawan berdasarkan dengan nilai kesakralannya.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu:
-
1. Pengelola agar meningkatkan kualitas pengelolaan fisik secara maksimal, terutama pada prinsip pariwisata untuk semua (tourism for all). Hal tersebut dapat dilakukan dengan memfasilitasi pembuatan jalur khusus yang dapat digunakan untuk membantu mobilitas wisatawan yang berkebutuhan khusus selama berwisata mengingat di areal daya tarik wisata Taman Mumbul memiliki banyak anak tangga.
-
2. Pengelola juga hendaknya memperhatikan kualitas manajemen dengan memberdayakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas atau berkompeten dalam masing-masing penempatannya seperti tenaga kerja yang minimal memiliki kompetensi berbahasa asing yang baik untuk ditempatkan di bagian yang bersentuhan langsung dengan wisatawan asing.
-
3. Bagi pemerintah hendaknya menambah kuantitas maupun kualitas moda transportasi menuju lokasi. Hal ini sangat diperlukan bagi wisatawan yang merencanakan perjalanannya secara individual. Saran ini dikemukakan oleh
penulis sesuai dengan persepsi wisatawan terhadap indikator transportasi yang
menghasilkan skor terendah dibandingkan dengan indikator lainnya dalam variabel aksesibilitas. Dengan sarana transportasi yang baik, diharapkan Taman Mumbul dapat dikenal wisatawan secara luas dan dapat menyelenggarakan kegiatan pariwisata secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Denpasar: Sekretaris Daerah Provinsi Bali.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Damanik, J & Teguh, F. 2013. Manajemen Destinasi Pariwisata (Edisi Revisi). Yogyakarta: Kepel Press.
Patria, T. A. 2014. Tinjauan Sistem dan Elemen Pariwisata Melalui Sistem Pariwisata Leiper di Kabupaten Badung, Bali. Binus Business Review. Vol. 5/ No. 1. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
Pitana, I. G. & Dinata, I. K. S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Rangkuti, F. 2003. Measuring Customer Satisfaction: Gaining Customer Relationship Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Smith, M. & Kelly, C. 2006. Wellness Tourism. Tourism Recreation Research Volume 31, No. 1: 1-4.
Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Suradnya, I.M. 2002. Analisis Persepsi Wisatawan Eropa, Australia/ New Zealand dan Jepang serta Implikasinya terhadap Strategi Pemasarannya. Jurnal Kepariwisataan. Vol. I/ No. I. Bali: STP Nusa Dua Bali.
Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Suwena, I. K. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Udayana Press.
Terry, G. R. 1994. Principles of Management. AITBS Publishers & Distributors.
Tisnawati, E & Saefullah, K. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Yoeti, O. A. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
Yoeti, O. A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramitha.
374
Discussion and feedback