Jurnal Destinasi Pariwisata

p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 5 No 2, 2018

Implementasi Program Desa Wisata Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Desa Mas, Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali

Ferry Aryanto Padabain a, 1, Saptono Nugroho a, 2

1verybwr82@gmail.com, 2saptono_nugroho@unud.ac.id

a program studi s1 destinasi pariwisata, fakultas pariwisata,universitas udayana, jl. dr. r. goris, denpasar, bali 80232 indonesia

Abstract

The purpose of this research is to know the working Program of the tourist village and the extent of implementation, in the Mas village. This research was conducted in the Mas village with method survey. Data collection is done by conducting in-depth interviews and observations to the speaker. Method of sampling is random with interviewees interviewed related parties among others, Kasie extension and human resources development in the Tourism Office of Gianyar Regency, the head of the Mas village, Chairman of the Group aware of tours (Pokdarwis), and the perpetrators of the tourism. The data collected showed that the work programme of the group is aware that includes 4 programs: resources, environmental conservation, art preservation, custom and culture, Marketing and Promotion while the implementation of the work programme of the Group aware of the tour has been running pretty good one is the development of a Tarukan tourist village by empowering local communities so as to give a positive impact for the people's welfare. However in its development of consistency management of tourist village that is a conscious Group tours (Pokdarwis) begin to experience barriers due to resources, communications, Disposition/Implementers and workflow in the internal Group Aware that must be addressed in order for programs that have already been created can be done on an ongoing basis.

Key Words: Work Programme, Implementation, Empowerment

  • I.    PENDAHULUAN

Desa wisata sebenarnya suatu bentuk pariwisata minat khusus yang dikemas secara komprehensif sehingga wisatawan dapat berinteraksi secara lengkap dengan alam, masyarakat sekitar termasuk juga budaya dan tradisi lokal didalamnya. Wisatawan juga dapat melihat, membeli, merasakan dan belajar tentang nilai – nilai kearifan lokal yang masih sangat terasa denyutnya didalam kehidupan masyarakat diwilayah pedesaan seperti gotong royong, upacara ritual adat, kesenian tradisional, kerajinan lokal (Profil Desa Mas,2011).

Dinamika perkembangan pariwisata di desa terus meningkat, maka pemerintah selaku regulator menetapkan kebijakan yaitu strategi pembangunan kepariwisataan berupa program pengembangan destinasi pariwisata. Fokus bagi pengembangan desa wisata yang ada di wilayah Indonesia yaitu program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pariwisata atau lebih populer disebut sebagai PNPM – Mandiri Pariwisata yang dicanangkan pada tahun 2009. Program pengembangan desa wisata bertujuan

memotivasi masyarakat yang berada di desa untuk mengelola secara kreatif potensi alam dan budaya sebagai sumber pendapatan utama, tetapi juga menyiapkan masyarakat lokal dalam menghadapi besarnya persaingan global. Pembangunan desa wisata memiliki tujuan utama untuk membangun masyarakat di wilayah desa agar memiliki ketahanan kultural dan finansial yang memadai, masyarakat dapat mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya yang ada. Program desa wisata dapat juga memungkinkan adanya revitalisasi suatu kebudayaan atau warisan peninggalan sejarah yang hampir punah. Model yang ideal yaitu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang akan berdampak bagi kehidupan masyarakat di pedesaan.

Program desa wisata yang dibentuk pemerintah secara langsung telah mampu memberdayakan masyarakat desa dalam melakukan aktivitas pariwisata. Program desa wisata memberikan wewenang yang besar kepada pemerintah desa bersama masyarakat untuk mengelola program desa wisata mulai dari tahap perencanaan sampai pada implementasi serta

pengawasan. Tujuan pariwisata adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat, hal tersebut sesuai yang diamanatkan oleh Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 4 ( a,b,c,d ), yang menyatakan bahwa pariwisata bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengganguran serta melestarikan alam, lingkungan. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 ayat 1 juga menyatakan desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan lama lainnya selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus segala urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat.

Berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepedulian pemerintah patut diapresiasi sebagai bukti peran Pemerintah untuk mensejahterakan rakyat Indonesia, dengan kewenangan diberikan kepada desa untuk mengurus dan mengatur urusan didesa harus memotivasi setiap desa agar semakin mandiri. Hal ini diperkuat dengan Undang – undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa dengan Pasal 1 ayat 12 yang menyatakan pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan kemandirian masyarakat dan kesejahteraan dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan, perilaku, kemampuan,kesadaran dan memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Salah satu desa di Indonesia yang menerima bantuan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pariwisata (PNPM mandiri pariwisata)

adalah Desa Mas. Desa Mas terletak di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, desa ini memiliki posisi yang strategi berada di jalur utama raya wisata terkenal antara Denpasar, Ubud, Tampaksiring dan Kintamani membuat desa ini ramai dikunjungi wisatawan. Desa Mas adalah desa wisata budaya karena desa ini menghasilkan barang seni, kerajinan, ukiran, patung dan lain – lain, untuk mendukung pariwisata yang ada di Desa Mas, maka dibentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang bertugas mengurus dan mengelola serta mengawasi aktivitas pariwisata di Desa Mas.

Tahapan implementasi menjadi suatu hal yang penting untuk mengukur sejauhmana keberhasilan suatu program, sehingga pada tahapan perlu ada pengawasan dan evaluasi agar mencapai sasaran yang sudah ditetapkan bersama. Tahapan inilah dibutuhkan konsistensi dan kerjasama dari semua stakeholder yang berperan dalam mensukseskan program desa wisata dengan membangun komunikasi dan kerjasama yang baik, sehingga setiap unsur atau elemen yang terlibat didalamnya dapat melaksanakan tugas dan fungsinya agar tujuan dari program desa wisata dapat tercapai.

Kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan suatu kelompok tertentu di suatu daerah yang mau dikembangkan. Pengembangan masyarakat tersebut biasa dikenal dengan sebutan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan berpusat pada rakyat sehingga rakyat berperan aktif dalam proses pemberdayaan tersebut. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan sejahtera, mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada didaerahnya masing - masing dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan atau kemiskinan. Setiap desa memiliki potensi, kondisi daerah, dan karakteristik masyarakat yang berbeda-

beda, intinya bahwa masing-masing desa memiliki ciri khas yang berbeda dengan desa lainnya. Upaya pemberdayaan, masyarakat desa setempat harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut, pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendukung program pemberdayaan, pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, karena yang menjadi subyek dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu sendiri.

Berdasarkan latarbelakang dimaksud maka penting ditindaklanjuti dengan mengadakan observasi secara lansung, untuk mengindentifikasi program kerja kelompok sadar wisata Desa Mas dan implementasi program desa wisata bagi pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Mas.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian sebelumnya tentang desa wisata di Kota Batu – Malang oleh Prandini (2011) dengan judul “Implementasi program desa wisata dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Penelitian dilakukan atas dasar perkembangan pariwisata modern di Kota Batu, akan tetapi mengabaikan lingkungan dan masyarakat setempat. Program desa wisata dilaksanakan sebagai alternatif produk wisata untuk pemberdayaan masyarakat agar tidak terdapat kesenjangan antara pembangunan pariwisata modern dan lingkungan.

Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Kelana Edy Putra (2005) dengan judul “Implementasi program desa wisata di Desa Kebonagung Imogiri Bantul. Hasil penelitian menunjukkan untuk dapat mengubah wajah masyarakat di pedesaan, tentulah dibutuhkan pandangan baru dan strategi baru, yang tidak menempatkan masyarakat desa sebagai obyek, melainkan sejak awal menempatkan masyarakat sebagai subyek dari proses yang hendak dibangun

  • III.    METODE

Desa Mas adalah desa wisata budaya yang terdapat di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Desa Mas menghasilkan barang seni, kerajinan, ukiran dan patung dan lain sebagainya sebagai desa budaya Desa Mas sudah terkenal dari dahulu hasil karyanya karena Desa Mas punya potensi yang harus terus kembangkan. Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan Desa Mas sebagai sasaran untuk menerima program desa wisata yang tujuannya adalah mengembangkan model pariwisata yang berkelanjutan di desa dan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat desa agar semakin sejahtera terutama secara ekonomi

Membatasi dan mempertegas penelitian yang akan dilakukan, maka ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

  • 1.    Mengidentifikasi program kerja desa wisata yang dikelola oleh kelompok sadar wisata yaitu sumber daya, pelestarian lingkungan, pelestarian seni, adat dan budaya serta marketing and promotion

  • 2.    Mengidentifikasi implementasi program kerja desa wisata yang dikelola oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam rangka pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, disposisi atau pelaksana dan tata aliran kerja

Jenis data digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kualitatif yang dimaksud adalah : mengenai gambaran umum Desa Mas, program kerja Desa Wisata yang dikelola oleh kelompok sadar wisata dan implementasi program kerja desa wisata yang dikelola oleh kelompok sadar wisata dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Desa Mas, sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh atau di kumpulkan secara langsung di lapangan yang berupa

informasi dari informan yaitu : Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Kepala Desa Mas, Ketua Pokdarwis Desa Mas, Pelaku Pariwisata melalui wawancara mendalam dan observasi. Data primer meliputi program kerja desa wisata yang dikelola oleh kelompok sadar wisata dan implementasi program desa wisata yang dikelola oleh kelompok sadar wisata dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Desa Mas dan data sekunder dimaksud dalam penelitian ini adalah literatur – literatur atau buku – buku kepustakaan, dokumen, dan arsip seperti : Profil Desa Mas sedangkan tekik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. dalam menentukan informan yang akan dijadikan narasumber, teknik penentuan informan yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu peneliti menentukan informan yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan dan masalah yang diteliti, sebagaimana dikemukan oleh Kusmayadi dan Sugiarto (2000)

  • IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Mas merupakan salah satu Desa yang ada di kawasan Bali Tengah tepatnya berada di wilayah Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Desa Mas sejak zaman kerajaan di Bali selalu memiliki posisi yang strategis dalam perjalanan sejarahnya. Desa Mas merupakan lintasan jalur wisata antara Ubud, Sukawati dan Tampaksiring yang telah banyak melahirkan tokoh – tokoh besar dan juga seniman – seniman yang menghasilkan karya – karya yang luar biasa baik di bidang seni, patung, topeng serta lukisan.

Sejarah Desa Mas merupakan salah satu peradaban penting dalam kehidupan masyarakat di Bali, posisinya yang strategis di Bali Tengah, desa ini memiliki daya tarik serta keunikan tersendiri. Pada zaman Kerajaan Bedahulu yang termuat dalam Babad Bumi Banten, Tahun Caka 1259 atau sekitar abad ke 13 Masehi, Desa Mas memiliki posisi yang strategis sehingga ada

salah satu keturunan dari Dinasti Warmadewa yang ditugaskan disana yang bergelar Pangeran Mas sebagai Amanchabumi penguasa di Bumi Mas, kemudian berlanjut adanya beberapa Rsi yang juga menjadikan Desa Mas sebagai pusat pendidikan agama Hindu melalui Pesraman diantaranya Rsi Markandya, Rsi Agastya dan juga Ida Dang Hyang Nirartha. Begitu pula pada zaman kerajaan Gelgel, Desa Mas telah tumbuh dengan aktifitas seni dan budaya yang berkembang pesat.

  • 4.1.    Potensi Daya Tarik Wisata di Desa Mas

  • 1.    Hamparan Sawah

Hamparan sawah yang mulai menghijau dengan kehidupan tradisional para petani menjadi sisi kehidupan lainnya di sudut Desa Mas, Desa Mas yang pada masa – masa awalnya adalah desa agraris ternyata masih mampu mempertahankan eksistensinya di bidang pertanian sampai sekarang. Hal ini dibuktikan dengan masih eksisnya organisasi subak yang ada didesa, keindahan alam persawahan masih menjadi salah satu pilihan yang menarik bagi wisatawan untuk berkunjung ataupun menetap di Desa Mas.

  • 2.    Pura Bersejarah dan Cagar Budaya

Desa Mas adalah desa yang memiliki banyak sekali pura yang tersebar diseluruh jengkal tanah di desa ini, lebih dari 30 Pura tersebar dan memiliki sejarah yang sangat unik serta menyimpan berbagai situs peninggalan sejarah yang menarik untuk dilihat. Sederetan Pura yang terkenal adalah Pura Taman Pule yang ada di jantung Desa Mas dan sangat mudah untuk dijumpai, selain itu juga sudah ada beberapa Pura yang telah menjadi Cagar Budaya Nasional karena banyak ditemukan peninggalan arkeologi seperti Pura Penataran Kacangbubuan yang terletak di Banjar Bangkilesan dan Pura Bongli yang terletak di tengah – tengah persawahan perbatasan antara Banjar Batanancak dan Banjar Tegalbingin.

  • 3.    Art Shop

Perkembangan pariwisata telah membuat perubahan yang signifikan terhadap wajah Desa Mas, Desa yang awalnya merupakan desa agraris kini menjelma ke desa dengan alkulturasi modern dimana art shop tumbuh dengan pesat seiring meningkatkannya kunjungan wisatawan dan strategisnya posisi Desa Mas yang ada diantara jalur wisata Ubud, Tampaksiring dan Sukawati. Artshop yang berderetan di tepi jalan raya Mas menampilkan berbagai potensi seni industri kerajinan penduduk desa yang ditata sedemikian rupa dengan hasil kerajinan yang memiliki mutu yang tinggi serta nilai seni estetika yang luar biasa.

  • 4.    Sanggar Tari dan Tabuh

Kehidupan seni tari dan tabuh adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan di Desa Mas, keberadaan kesenian tari dan tabuh yang selalu ada di setiap upacara yadnya, menjadikan kedua jenis kesenian ini “ajeg“ langgeng keberadaannya. Seiring perkembangan jaman dan pengaruh pariwisata, kesenian tari dan tabuh ini juga mulai dikomersilkan dengan berbagai inovasi pertunjukan regular ataupun event yang berlangsung di Desa Mas.

  • 5.    Kuliner Tradisional

Seperti halnya desa lainnya di Bali, kuliner khas bali tentunya tidak bisa terlepas dari masyarakat Desa Mas, dengan racikan bumbu bali (Base Gede) dan diramu oleh ahlinya sudah tentunya akan memberikan citarasa yang sudah pasti enak dan dijamin akan ketagihan.

  • 6.    Pertunjukan Seni

Berbagai pertunjukan kesenian dan berbagai event lokal, nasional bahkan internasional telah banyak digelar di Desa Mas, mulai dari pameran patung dan topeng skala lokal, kirab bendera merah putih “ Grebeg Aksara “ yang melibatkan banyak seniman, pemangku dan pejabat terkait di Bali sampai pada event “ Bali Puppets Festival dan Seminar “ yang melibatkan seniman lokal, nasional sampai mancanegara yang digelar di rumah topeng

dan wayang setiadarma yang terletak di perbatasan Desa Mas dan Desa Kemenuh.

  • 4.2.    Program Kerja Kelompok Sadar

Wisata di Desa Mas

Program kerja Desa Wisata Mas harus menitikberatkan sapta pesona sebagai landasan desa wisata, maka peranan kelompok sadar wisata sangat penting dan memiliki posisi yang strategi dalam merancang program yang disesuaikan dengan kondisi nyata yang ada di lapangan. Adapun program ini terbagi kedalam bidang pengembangan sumber daya manusia, pelestarian lingkungan, pelestarian adat dan budaya serta marketing and promotion.

  • 4.3    Implementasi Program Kerja Kelompok Sadar Wisata

  • 1.    Sumber Daya Manusia

Edwards III (1980) mengkategorikan sumber daya organisasi terdiri dari : “Staff, information, authority, facilities; building, equipment, land and supplies”. Edward III (1980:1) mengemukakan bahwa sumberdaya tersebut dapat diukur dari aspek kecukupannya yang didalamnya tersirat kesesuaian dan kejelasan; “Insufficient resources will mean that laws will not be enforced, services will not be provided and reasonable regulation will not be developed “.

Ditinjau dari konsep Implementasi Edward III, sumber daya manusia menjadi faktor yang sangat penting keberhasilan program di Desa Wisata dengan sumber daya manusia yang sesuai dengan bidang ilmunya maka didalam merencanakan dan melaksanakan suatu program akan berjalan dengan baik karena didukung dengan Sumber Daya Manusia yang professional, menurut I Made Indiana (35) Kasie Penyuluhan dan Sumber Daya Pariwisata pada Dinas Kabupaten Gianyar. Sumber Daya Manusia di Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar diakui masih kurang khusus di bidang pariwisata sampai saat ini baru ada 3 (tiga) orang yang berstatus sarjana pariwisata dan 1 (satu) orang sarjana sastra selain itu masih minimnya

pengalaman menjadi kendala ketika melakukan kegiatan di lokasi wisata. Berdasarkan kondisi tersebut maka Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar membentuk Panitia pelaksanaan kegiatan dan penunjukan narasumber pembinaan desa wisata berdasarkan Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor. 246/05-I/HK/2016 dengan melibatkan pengamat dan pemerhati pariwisata dari Universitas Udayana khususnya Fakultas Pariwisata sebagai Narasumber Pembinaan Desa Wisata dan didukung oleh Panitia dari Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar sebanyak 13 orang.

Panitia ditetapkan oleh Surat Keputusan Bupati Gianyar mendapat biaya dari Anggaran Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, narasumber yang memiliki kompentensi di bidangnya diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pengembangan desa wisata khususnya Desa Mas, Sedangkan untuk mengurus dan mengelola program desa wisata maka didukung oleh Pokdarwis dengan jumlah pengurus sebanyak 25 orang yang sebagian besar di isi oleh pelaku pariwisata yang berada di Desa Mas.

Keterbatasan akan sumber daya manusia dibidang pariwisata tidak menjadi kendala bagi Dinas Pariwisata untuk terus berkontribusi bagi desa wisata, Dinas Pariwisata Gianyar membuat program yang mendukung pengembangan sumber daya manusia pariwisata baik di Dinas Pariwisata maupun di desa. Kegiatan tersebut berupa bimbingan teknis dan pelatihan – pelatihan, dukungan juga diberikan oleh Instansi teknis terkait lainnya yang ikut terlibat dalam mendukung pengembangan pariwisata seperti Dinas Kimpraswil, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan secara bersama saling melengkapi untuk pembangunan baik infrastruktur maupun sumber daya manusia.

I Wayan Gede Darmayuda (42) Kepala Desa Mas mengatakan sumber daya manusia di Desa Mas untuk menggerakkan pariwisata sudah cukup memadai walaupun

kebanyakan hanya belajar dari pengalaman, masing –masing bergerak di bidangnya masing – masing seperti sopir, pemandu wisata, pemilik home stay, restaurant, art shop semua memberi andil bagi aktivitas pariwisata yang ada di Desa Mas.

  • 2.    Komunikasi

Aspek pendukung lainnya menurut Edward III adalah Komunikasi, dengan sumber daya yang berkualitas akan berdampak pada pola komunikasi yang dibangun, komunikasi menjadi aspek yang penting didalam keberhasilan Implementasi suatu program.

Peneliti berpendapat faktor komunikasi menjadi salah satu kendala yang menghambat berjalan program di Desa Mas, menurut Kepala Desa Mas belum dibahasnya program disebabkan para pengurus kelompok sadar wisata ( pokdarwis ) adalah pelaku usaha pariwisata dan pedagang yang memiliki kesibukan masing –masing. Hal ini sebenarnya berdampak bagi pengembangan pariwisata di Desa Mas, buruknya komunikasi dan kesibukan para pengurus menjadi faktor utama program desa wisata sejak pertengahan 2015 sampai sekarang belum disusun. Faktor utama yang menyebabkan pengurus kurang serius dalam mengurus program desa wisata adalah para pengurus bekerja hanya sebatas pengabdian atau sukarela tidak didukung dengan insentif atau honor.

  • 3.    Disposisi/Pelaksana

Menurut Edward III dalam Wiarno (2005:142-143) mengemukakan kecenderungan-kecenderungan atau disposisi merupakan salah-satu faktor yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif”. Para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal. Demikian sebaliknya, jika para pelaksana bersikap

negatif atau menolak terhadap implementasi kebijakan karena konflik kepentingan maka implementasi kebijakan akan menghadapi kendala yang serius.

Peranan dari tim pelaksana atau seorang pelaksana sangatlah penting bagi keberhasilan suatu program, salah satunya adalah Pelestarian Seni, Adat dan Budaya karena perkembangan dunia menyebabkan generasi sekarang semakin kurang berminat dan melibatkan diri dalam melestarikan seni, adat dan budaya. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan program – program yang tepat sasaran yang melibat para pelaku seni, adat dan budaya yang berada di Desa Mas untuk memberikan pelatihan–pelatihan dan bimbingan bagi generasi muda untuk mencintai budaya lokal dan terlibat dalam upaya pelestarian seni, adat dan budaya. Dukungan dari Pemerintah Desa Mas dan khususnya kelompok sadar wisata (pokdarwis), khususnya seksi yang menangani pengembangan seni, adat dan budaya bekerjasama para pelaku seni, adat budaya di Desa Mas untuk bersama – sama membuat program yang dapat menarik generasi muda mencintai budaya lokal. Menurut Kepala Desa Mas perubahan perilaku generasi muda sekarang harus diserta dengan bimbingan dan pelatihan – pelatihan agar seni, adat dan budaya di Desa Mas tetap terjaga, selain itu Desa Mas sebagai penerima bantuan program desa wisata dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif harus memprioritaskan program pelestarian seni, adat dan budaya.

  • 4.    Alur Kerja

Birokrasi merupakan salah-satu institusi yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kegiatan. Keberadaan birokrasi tidak hanya dalam struktur pemerintah, tetapi juga ada dalam organisasi-organisasi swasta, institusi pendidikan dan sebagainya. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu birokrasi diciptakan hanya untuk menjalankan suatu kebijakan tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Pariwisata tentang alur kerja birokrasi menurut I Made Indiana (35) Kepala seksi penyuluhan dan pengembangan sumber daya pariwisata yang dipercayakan menangani pokdarwis dan kegiatan desa wisata mengatakan bahwa selama ini sistem atau alur kerja sudah berjalan dengan baik sehingga memiliki dampak yang positif didalam mensukseskan program desa wisata. Khusus Desa Mas yang menerima bantuan program desa wisata dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2012 dan 2013 ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Koordinasipun dibangun dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar sebagai perpanjangatangan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, setelah kementrian membangun berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar dan memberikan kewenangan untuk mengatur agar dana tersebut sampai pada desa penerima bantuan, dengan memenuhi prosedur yang sudah ditetapkan oleh kementerian didalam melaksanakan tugas program desa wisata dapat berjalan dengan baik. Bidang Penyuluhan pada Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar diberi tanggungjawab untuk memberi pelatihan dan bimbingan teknis kepada pokdarwis Desa Mas khususnya menyangkut pengelolaan dana, pemasaran dan promosi desa wisata

Kegiatan untuk mendukung program desa wisata terus dilakukan secara berkelanjutan maka Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar dan Kementrian Pariwisata Republik Indonesia mengharapkan pengelolaan desa wisata akan semakin baik dari waktu ke waktu. Sistim yang di bangun adalah top and down atau dari atas sampai ke bawah, dengan alur sebagai berikut Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif ke Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar terus Desa Mas dan dilanjutkan ke Pokdarwis yang mengelola bantuan program desa wisata

melalui program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan potensi unggulan yang ada di setiap Banjar.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Implementasi merupakan hal terpenting keberhasilan suatu program kerja. Ada 4 (empat) hal kunci keberhasilan Implementasi yaitu: sumber daya, komunikasi, disposisi/ pelaksana dan alur kerja, didalam pelaksanaan program kerja di Desa Mas sudah berjalan cukup baik dengan didukung oleh kelompok sadar wisata sebagai pengelola dana bantuan desa wisata sehingga apa yang dibuat dalam program sudah terlaksana dengan baik. Inkonsistensi pengelola menjadi kendala, salah satu faktornya adalah pengelola bekerja tanpa dibayar walaupun didukung dengan Surat Keputusan Bupati Gianyar, hal ini sangat berpengaruh pada keberlanjutan program desa wisat sedangkan saran dari peneliti adalah kelompok sadar wisata diharapkan dapat bekerja dengan baik walaupun sudah tidak menerima bantuan program desa wisata, tapi harus terus membuat program– program yang berkelanjutan. Dukungan dari pemerintah desa juga diharapkan dengan memberikan dorongan dan motivasi dan melakukan evaluasi kepada Kelompok Sadar Wisata di Desa Mas dan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar diharapkan memberikan perhatian dengan memberikan insentif sebagai bentuk motivasi bagi kelompok sadar wisata supaya dapat bekerja dengan penuh tanggungjawab agar program – program dapat terus terlaksana dengan baik, selain itu ikuti dengan regulasi yang memiliki landasan hukum khususnya penetapan desa wisata.

DAFTAR PUSTAKA

Edward III, George C ( edited ), 1984, Public Policy Implementing, Jai Press Inc, London – England.

Kelana Edy Putra, 2005. Implementasi Program Desa Wisata di desa

Kebonagung Imogiri bantul

Universitas Gadjah Mada ; Yogjakarta

Kusmayadi & Endar Sugiarto. 2000. Metode Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rindi Putri Prandini, 2011. Implementasi Program Desa Wisata dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kota Batu – Malang. Universitas Brawijaya

Undang – Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Undang – Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Tim Penyusun Profil Desa Mas. 2011. Profil Desa Mas, Kantor Desa Mas.

334