Tinjauan Potensi Agrowisata Di Kawasan Bedugul
on
Jurnal Destinasi Pariwisata
p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 1, 2017
Tinjauan Potensi Agrowisata Di Kawasan Bedugul
Manatar Situmorang a, 1 , Ida Bagus Suryawan a, 2
-
a program studi s1 destinasi pariwisata, fakultas pariwisata,universitas udayana, jl. dr. r. goris, denpasar, bali 80232 indonesia
Abstract
The research describes the identification of the potential of tourism in the region Bedugul. One of the atraction in this area is on Agrotourism. That potential includes the rural atmosphere, and horticulture plantation, and forestry. Furthermore, this study will describe the activities of agrotourism, the stakeholders, and the use of agrotourism in the region Bedugul. The agro-tourism benefits are divided into three elements, namely the environmental benefits, economic benefits, and socio-culturalbenefits. This research is a qualitative character. Nevertheless, this study also uses quantitative data as a complement. Data collection techniqueis done through observation, interviews, and literature. Informants determined through purposive sampling. For the analyzed data, the technique used is descriptive qualitative. The results show that the potential of agro-tourism in the region Bedugul include strawberry plantations and vegetables, Lake Buyan, and Botanical Gardens Bedugul. Meanwhile, agro-tourism activities in the region by the local people who get a carrying capacity of Government (planning and spatial) and private sector (accommodation and restaurants). Communities also get economic benefits (income and be an entrepeneur), environment (land optimization and conservation) and socio-cultural benefits.
Keywords: Agro, Government, Private Sector, Local Communities, Bedugul Area
Daya tarik wisata banyak dikembangkan di berbagai daerah untuk menunjang pertumbuhan pariwisata. Daya tarik wisata yang paling lama berkembang adalah daya tarik wisata yang menonjolkan keindahan alam, seni dan budaya. Daya tarik wisata diakui oleh pemerintah sebagai penghasil devisa negara. Keindahan alam menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan, potensi ini sangat baik untuk di optimalkan di Indonesia.
Menurut UNWTO (The United Nations on World Tourism Organization), perkembangan pariwisata dalam beberapa dekade telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dam menjadi roda penggerak ekonomi (engine of growth) suatu negara. Kondisi ini telah membuat pariwisata menjadi pendorong utama bagi kemajuan sosial ekonomi tanpa terkecuali Indonesia (UNWTO, 2015).
Perkembangan awal munculnya industri wisata di Indonesia hanya dikonsentrasikan di beberapa lokasi saja, seperti di Pulau Bali, Pulau Jawa, Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan. Namun kini perkembangan pembangunan pariwisata berjalan cukup pesat, bahwa industri pariwisata merupakan penghasil devisa negara termasuk meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mana pariwisata sebagai sektor industri jasa.
Sejatinya, perkembangan pariwisata di suatu tempat, tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Proses itu dapat terjadi secara cepat atau lambat tergantung dari berbagai faktor eksternal (dinamika pasar, situasi politik, ekonomi makro) dan faktor eksternal di tempat yang bersangkutan, kreatifitas dalam mengolah aset yang dimiliki, dukungan pemerintah dan masyarakat (Gunawan, 1999).
Lebih lanjut, sebagai negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas serta rangkaian kegiatan pertanian dari budi daya sampai pasca panen dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi kegiatan pariwisata. Dengan menggabungkan kegiatan agronomi dengan pariwisata banyak perkebunan-perkebunan besar di Indonesia dikembangkan menjadi daya tarik wisata agro atau pariwisata alternatif.
Bagi daerah yang memiliki tanah subur, panorama indah, mengembangkan agrowisata akan mempunyai manfaat ganda apabila dibandingkan hanya mengembangkan pariwisata dengan daya tarik keindahan alam, seni dan budaya. Manfaat lain yang dapat dipetik dari mengembangkan agrowisata, yaitu disamping dapat menjual jasa dari daya tarik keindahan alam, sekaligus akan menuai hasil dari penjualan budi daya tanaman agro, sehingga disamping akan memperoleh pendapatan dari sektor jasa sekaligus akan memperoleh pendapatan dari penjualan komoditas pertanian. Apabila meninjau potensi
daya tarik wisata Bedugul yang mempunyai curah hujan yang cukup maka secara ekologis pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan di Kawasan Bedugul akan lebih banyak manfaatnya, disamping dapat menjual jasa dari daya tarik keindahan alam, seni dan budaya serta mengembangkan agrowisata berwawasan lingkungan sekaligus melakukankan konservasi tanah.
Agrowisata secara normatif seharusnya dapat meningkatkan kualitas hidup dan menyejahterakan masyarakat, memberikan daya dukung bagi kelestarian lingkungan, serta mengembangkan perekonomian. Namun, tetap harus meminimilkan dampak negatif dari pengembangan industri pariwisata (mass tourism).
Ditinjau dari sektor pariwisata, Indonesia terkenal dengan Bali sebagai pilar pariwisata nasional. Bahkan pariwisata merupakan sektor andalan dalam pembangunan di Bali. Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Bali cukup signifikan. Artinya, sektor pariwisata adalah sektor unggulan yang menggenjot roda perekonimian Bali.
Hal ini diungkapkan oleh Darmawan (2002) yang menyebutkan bahwa salah satu industri di Provinsi Bali yang mampu memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi (±75 ) adalah indutri pariwisata. Terkait hal tersebut, Dinas Pariwisata Bali Tahun 2015 mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke Bali mengalami peningkatan sejumlah 6,24 , yaitu 4,001,835 (21.13 ) yang sebelumnya pada tahun 2014 3.766.638 (14.89 ).
Pariwisata merupakan sektor andalan pembangunan (PAD) pemerintah provinsi Bali, Rai & Manaka (2011) mengusulkan bahwa penerapan konsep pariwisata berkelanjutan di Bali adalah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, mengingat pembangunan Bali menghadapi tantangan yang dinamis karena di satu sisi ekonomi merupakan moda penggerak yang harus terus dikejar targetnya oleh Pemerintah (target PAD Provins Bali). Namun, disisi yang lain kearifan lokal dan lanskap fisiknya (misalnya, lahan pertanian dan kualitas air) harus tetap dipertahankan.
Pembangunan kepariwisataan memerlukan perencanaan dan perancangan yang baik. Kebutuhan akan perencanaan yang
baik tidak hanya dirasakan oleh pemerintah yang memegang fungsi pengarah dan pengendali, tetapi juga oleh swasta, yang merasakan makin tajamnya kompetisi, dan menyadari bahwa keberhasilan bisnis ini juga tak terlepas dari situasi lingkungan yang lebih luas dengan dukungan dari berbagai sektor.
Pemerintah berkewajiban mengatur pemanfaatan ruang melalui distribusi dan alokasi menurut kebutuhan. Mengelola berbagai kepentingan secara proporsional dan tidak ada pihak yang selalu dirugikan atau selalu diuntungkan dalam kaitannya dengan pengalokasian ruang wisata. Kebijakan pengelolaan tata ruang tidak hanya mengatur yang boleh dan yang tidak boleh dibangun saja, namun ada banyak aspek kearah pembangunan.
Pengelolaan kepariwisataan pada dasarnya melibatkan tiga kelompok pelaku, yaitu sektor bisnis, sektor pemerintah, dan masyarakat lokal. Pemerintah diharapkan dapat memberlakukan peraturan-peraturan, tidak sekedar untuk mengarahkan perkembangan, melainkan untuk mendorong sektor-sektor pendukung dalam mewujudkan pengembangan pariwisata, yaitu mempunyai fungsi koordinasi, pemasaran, termasuk didalamnya promosi, sistem distribusi atau pun penyediaan informasi. Sedangkan operasionalnya diserahkan kepada pihak swasta.
Sementara itu, kawasan Bedugul sebagai daerah pariwisata di Bali, ditinjau dari struktur pekerjaan masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Artinya, jika ditinjau dari konteks jenis pariwisata maka Bedugul memiliki potensi lahan pertanian masyarakatnya untuk dipotimalkan menjadi agrowisata melalui kerjasama pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat lokal.
Berdasarkan pemahaman diatas, penulis tertarik untuk meneliti Potensi Agrowisata di kawasan Bedugul, karena agrowisata merupakan pariwisata yang cukup banyak diminati oleh wisatawan. Bukan hanya karena keindahan alam yang sudah ada, namun juga masyarakat lokalnya yang dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain itu juga, peneliti juga berupaya untuk mengetahui sejauh mana keuntungan yang di dapat dalam mengembangkan agrowisata di kawasan Bedugul.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mengenai konteks potensi pariwisata akan merujuk pada sumber daya pariwisata yang kemudian perlu dioptimalkan dari suatu destinasi atau objek wisata. Sumber daya pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber daya pariwisata oleh Wilkinson didefinisikan sebagai berikut:
“…is not a single good or services, but rather a bundle of goods and services, natural and human, social and culture, economic and spritiual, fact and fiction, systemic and contextual. From a geograhpher`s poit of viem, therefore, the tourism resource, could be characterized as being the place the combination of factors which attract tourist a destination and suistain their experience while they are there” (Wilkinson, 1994 dalam Pitana, 2009).
Lebih lanjut, berkaitan dengan sumber daya suatu destinasi pariwisata pada umumnya dibagi ke dalam 4 sumber yaitu, berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya budaya, dan sumber daya minat khusus. Pertama, sumber daya alam. Menurut Damanik dan Weber (2006, dalam Pitana 2009), sumber daya alam yang dapat di kembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah:
-
1. Keajaiban dan Keindahan Alam
-
2. Keragaman Etnis
-
3. Keragaman Fauna
-
4. Kehidupan Satwa Liar
-
5. Vegetasi Alam
-
6. Ekosistem yang belum terjamah manusia
-
7. Rekreasi perairan (sungai, pantai, danau, air terjun)
-
8. Lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain)
-
9. Objek megalitik
-
10. Suhu dan kelembapan udara yang nyaman
-
11. Curah hujan yang normal dan sebagainya.
Kedua, sumber daya manusia. Elemen sumber daya manusia merupakan komponen
vital dalam pembangunan pariwisata. Betapa tidak, setiap elemen pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakannya. Artinya, faktor sumber daya manusia akan menetukan eksistensi suatu destinasi pariwisata (Pitana, 2009). Ketiga, sumber daya budaya. Sumber yang dapat dikembangkan dari unsur ini menjadi daya tarik wisata di antaranya sebagai berikut:
-
1. Bangunan berserajarah, situs, monument, museum, galeri seni, dan situs budaya.
-
2. Seni dan Patung Kontemporer.
-
3. Seni pertunjukan, drama, sendratari, dan festival.
-
4. Peninggalan keagamaan, sepeti candi, masjid, gereja, dan lainnya.
Terakhir, sumber daya minat khusus. Menurut Richardson dan Flucker (2004) sumber daya minat khusus dapat diklasifikasikan ke 10 jenis. Namun demikian, penulis hanya memasukan satu jenis yaitu, active adventure yang terdiri dari caving, parachute jumping, off road, dan mountain climbing.
Sementara itu, Cooper dkk (1995) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu:
-
a. Atraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan seni pertunjukkan.
-
b. Aksesibilitas (accessibilities) merujuk pada aksesbilitas infrastruktur transportasi seperti stasiun kereta api, pelabuhan, terminal, dan adanya bandara.
-
c. Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan.
-
d. Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti destination marketing management organization, conventional and visitor bureau.
Daya tarik atau atraksi wisata menurut yoeti (2002) segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti : (a) natual attraction : landscape,seascape, beaches, climate and other geographical features of the destinations. (b) cultural attractions : history
and folklore, religion, art and special events, festivals. (c) social attractions : the way of life, the resident populations, languages, opportunities for social encounters. (d) Built attractions : Building, historic and modern architecture, monument, parks, gardens, marinas, etc.
Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai potensi kawasan pariwisataBedugulyang dapat di jadikan daya tarik sesuai dengan konsep daya tarik pariwisata dari Yoeti (2002), dimana potensi kawasan pariwisata Bedugul akan di papakan ke dalam empat bagian, yaitu natural resources, cultural resource, social resource dan built resources.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayatiyang sangat beragam yang, jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampumenjadi andalan perekonomian nasional.Kondisi agroklimat di wilayah Indonesiasangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditaspertanian, mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan dengan keragaman dan keunikannya yang bernilaitinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam, mempunyai daya tarik kuat sebagai agrowisata.
Keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia. Pada dekade terakhir, pembangunan pariwisata di Indonesia maupun dimanca negara menunjukkan kecenderungan terus meningkat. Konsumsi jasa dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian masyarakat negara maju dan masyarakat Indonesia telah menjadi salah satu kebutuhan sebagai akibat meningkatnya pendapatan, aspirasi dan kesejahteraannya.
Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati Daya tarik-Daya tarik spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini merupakan sinyal tingginya
permintaan akan agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agrobisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik.
Agrowisata merupakan salah satu usaha bisnis dibidang pertanian dengan menekankan kepada penjualan jasa kepada konsumen. Bentuk jasa tersebut dapatberupa keindahan, kenyamanan, ketentraman dan pendidikan. Pengembangan usaha agrowisata membutuhkan manajemen yang prima diantara sub sistem, yaitu antara ketersediaan sarana dan prasarana wisata, Daya tarik yang dijual promosi dan pelayanannya.
Wilayah perkotaan diperlukan upaya mempertahankan atau mengelola kawasan hijau. Dalam suasana seperti itu, wargakota maupun pendatang dari luar kota akan semakin “betah” menikmati. Kalau sebelumnya mereka sekedar lewat, transit, sekarang mereka lewat dengan mendapat tambahan menikmati pemandangan. Pada akhirnya mereka tidak cepat-cepat melewatkan kesempatan untuk menikmati keindahan itu. Dengan kata lain mereka sudah mulai terpikat oleh suasana yang menjadi dambaan setiap orang (Sulistiyantara, 1990). Pada perkembangan berikutnya mereka diharapkan tidak sekedar lewat atau transit menikmati keindahan, namun akan meluangkan waktu untuk berkunjung membawa rombongan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif, yaitu data yang di gambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang di pisah-pisahkan menurut katagori untuk memperoleh kesimpulan. Data kualitatif yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah seperti data mengenai gambaran umum kawasan Bedugul dan data mengenai kawasan pariwisata Bedugul. Kecamatan Tabanan, kabupaten Tabanan. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung, namun data kuantitaif tidak dominan dalam penelitian ini yang hanya untuk melengkapi data kualitatif.
Purposive sampling adalah pengambilan informan berdasarkan pada pemustakaan yang sesuai dengan tujuan penelitian dengan criteria alasan tertentu yang kuat untuk dipilih (Idrus,
-
2009) . Pengertian purposive sampling menurut sugiono (2007) adalah tekinik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, sehingga data yang di peroleh lebih refresentatif dengan melakukan proses penelitian yang kompeten di bidangnya.
Penelitian ini yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan informan adalah orang-orang yang di anggap memiliki informasi mengenai perkembangan kawasan Bedugul, dalam hal ini informan yang di ambil adalah salah seorang dari pihak asosiasi propesi, Pemerintah dan Swasta.
Mengenai penelitian ini digunakan teknik analisis dekskriptif kuantitatif. Teknik ini menganalisis potensi data berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keahlian dalam bentuk narasi, ide maupun ungkapan yang ditemukan di lapangan diklarifikasi dan dikatagorikan berdasarkan beberapa tema sesuai dengan fokus penelitiannya.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Tabanan adalah sebuah kabupaten di provinsi Bali, Indonesia, terletak sekitar 35 Km di sebelah barat kota denpasar. Tabanan berbatasan dengan kabupaten Tabanan di sebelah utara, Kabupaten Badung di timur, Samudra Indonesia di selatan dan Kabupaten Jembrana di barat. Luas kabupaten Tabanan adalah 839,33 km (14,90 dari luas provinsi Bali).
Kawasan bedugul memiliki berbagai potensi baik fisik maupun non fisik yang dapat dikembangkan ataupun dikelola menjadi suatu atraksi wisata. Secara fisik, Kawasan Bedugul memiliki potensi yang amat beragam dilihat dari luas daerah tersebut.
-
4.2.2 Potensi Kawasan Bedugul
Potensi yang dimiliki Kawasan Bedugul terkait dengan keadaan alam Kawasan Bedugul tersebut yang masih alami yang sebagian besar terdiri dari lahan pertanian, hutan dan danau. Daya tarik yang paling menonjol dari Kawasan Bedugul adalah Danau Beratan. Danau yang memiliki luas permukaan air sebesar 3,67 km2 dan kedalaman maksimal 69 meter dengan daerah tangkapan air sebesar 24,10 km2
memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan dengan danau-danau yang lain.
Memiliki luas yang sedemikian rupa membuat berbagai aktivitas dapat dilakukan di danau tersebut. Seperti misalnya memancing, kanoing, ataupun mengintari danau menggunakan perahu bebek. Dikelilingi oleh hutan yang masih alami membuat danau ini memiliki panorama yang indah. Didukung lagi dengan adanya perkebunan buah dan sayuran milik masyarakat setempat seperti kebun kol, strawberry, dan yang lainnya. Pengunjung dapat menikmati langsung aktivitas para petani yang sedang berkebun.
Pada penelitian ini akan diuraikan mengenai kegiatan agrowisata di Kawasan Bedugul. Ada dua indikator yang akan dijelaskan yaitu atraksi agowisata dan pelaku agrowisata.
Salah satu produk unggulan yang menjadi atraksi Agrowisata di kawasan Bedugul adalah buah Strawberry. Tanaman ini tumbuh subur di kawasan Budugul yang penanamannya terlihat rapi, serasi dengan kebun sayur mayur di sekitarnya. Secara geografis, lokasinya berada pada ketinggian 1.240 meter di atas permukaan laut.
Tanaman strawberry di kawasan Bedugul terhampar berderet pada setiap lahan petak seluas 10 are (1.000 meter persegi) yang ditanami sekitar 7.500 pohon strawberry. Menurut penuturan I Nengah Teja (45 tahun) salah satu petani di kawasan Bedugulbahwa “buah ini ditanam secara tertata rapi, penuh perawatan dengan menggunakan pupuk organik”.
Dilihat dari pandangan penulis, pernyataan I Nengah Teja tersebut di atas, Ia ingin menunjukan bahwa segala macam tanaman yang ada disana menggunakan pupuk organik. Artinya, tidak menggunakan pupuk pestisida berbahan dasar kimia yang buruk bagi kesehatan, seperti halnya produk-produk sayur, buah-buahan, dan lainnya yang banyak dijumpai diperkotaan.
Selain itu, dari hasil pengamatan penulis terlihat bahwa dengan meningkatnya intensitas wisatawan yang berkunjung di kawasan Bedugul, para petani juga melihat sebuah kesempatan usaha untuk melakukan
optimalisasi kegiatan pertanian melalui kegiatan agrowisata. Hal ini dapat dilhat dari semakin terorganisasinya para petani yang terhimpun dalam wadah kelompok tanidi Kawasan Bedugul.
Lebih lanjut, strawberry merupakan salah satu tanaman yang tubuh subur di kawasan Bedugul di samping sayur mayur. Buah strawberry selain bisa dinik mati dengan memetik langsung di kebunnya juga banyak dijual di pasar setempat sebagai oleh-oleh yang wajib dinikmati.
Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia dalam penelitiannya mengenai model pengembangan agrowisata dalam wilayah subak (lahan sawah) maupun subak abian (lahan kering) menjelaskan bahwa pengembangan agrowisata di kawasan subak mempunyai fungsi ganda yang mampu memberikan dampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat.
"Farm Strawberry di Bali Outbound and Farmstay" di kawasan Bedugul misalnya mengelola tanaman strawberry menjadi wisata yang unik dan menarik. Pengunjung diizinkan memetik buah strawberry yang disenanginya langsung dari kebunnya. Pengembangan agrowisata itu memberikan kesan yang berbeda, karena pengunjung dalam menelusuri tanaman strawberry dalam deretan petak yang tertata rapi itu bisa memetik buah strawberry yang telah memerah dan matang dengan harga yang sama ditawarkan pedagang di pasar Bedugul.
Strawberry merupakan tanaman buah-buahan yang tergolong unik, karena perawatannya memerlukan kecermatan dan ketelatenan. Buah merah manis itu juga sangat rentan dengan hama dan cuaca. I Nyoman Sumantra (42), seorang petani yang mengelola dua rumah kaca (green house) untuk mengembangkan strawberry secara intensif mengaku, konsumen dan kalangan hotel di Bali sebenarnya membutuhkan strawberry 12 ton per bulan.
Namun demikian, pasaran strawberry itu sering dirusak pasokan dari Bogor dan daerah-daerah lainnya di Pulau Jawa. Untuk itu perlu adanya komunikasi dan kerja sama yang baik, antara perusahaan pemasok strawberry dari Jawa dengan petani produsen strawberry di Bali. Petani strawberry di Bali, khususnya Bedugul, Kabupaten Tabanan masih
bergerak sendiri-sendiri sehingga ke depan perlu peran Pemprov Bali maupun pemerintah kabupaten untuk memayungi mereka. Kawasan Bedugul, daerah pegunungan yang berhawa sejuk itu memiliki sejumlah objek wisata terangkul dalam satu kawasan, sehingga menjadikan daerah itu mempunyai kekhasan dalam menarik perhatian wisatawan.
Daya tarik itu antara lain tempat suci umat Hindu (Pura) beserta Danau Beratan, yang serasi dengan daerah perbukitan hijau yang mengelilinginya, meyimpan segudang daya tarik yang tidak pernah membosankan setiap pengunjung. Demikian pula atraksi wisata permainan air danau, Kebun Raya Eka Karya Bedugul yang mengoleksi ribuan jenis pepohonan langka yang ditata secara apik, yang tidak pernah dilewatkan oleh pengunjung. Pemerintah Kabupaten Tabanan terus berupaya melakukan penataan dan penyempurnaan terhadap fasilitas pendukung di kawasan Bedugul menyangkut pembuatan jalan setapak, saluran pembuangan limbah, penataan taman, areal parkir serta mengatur bangunan pedagang penjual cindera mata.
Kawasan wisata Bedugul yang terletak di jalur Denpasar-Singaraja itu, merupakan salah satu objek wisata potensial di daerah "gudang beras" yang senantiasa ramai dikunjungi pelancong baik dari dalam maupun luar negeri. Di sekitar kawasan Bedugul itu juga terdapat Pura Ulun Danau Beratan yang terletak di tepi Danau Beratan, Kawasan Bedugul Candi Kuning, yang lokasinya dikelilingi sejumlah gunung di antaranya pucak Mangu, pucak Sangkur, Gunung Teratai Bang, Gunung Tapak dan Gunung Batukaru. Demikian juga Danau Beratan berlokasi di pinggir jalan jurusan Denpasar-Singaraja, memiliki luas sekitar 4,6 hektare dengan kedalaman 25 kaki, menyuguhkan keindahan panorama alam.
Adapun pelaku atau stakeholders Agrowisata di Kawasan Bedugul terdiri dari tiga yaitu Pemerintah, Pihak Swasta, dan Masyarakat Lokal.
Dalam pembangunan ataupun pengelolaan suatu daerah dibutuhkan adanya keterlibatan antar komponen yang memiliki peran dalam pembangunan atau pengelolan tersebut. Seperti juga dalam pengelolan
pariwisata suatu kawasan wisata. Dimana dalam pengelolaanny dibutuhkan adanya keterlibatan pemerintah, masyarakat dan pihak swasta. Para stakeholders pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, memiliki peran yang sama-sama penting dan saling ketergantungan.
Untuk itu keterlibatan ketiga stakeholders tersebut sangat diperlukan dalam pengelolaan suatu kawasan wisata. Sesuai dengan permasalahan yang terjadi di Kawasan Bedugul, bahwa pemerintah Propinsi Bali telah menetapkan Kawasan Bedugul sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus. Sebagai kelanjutannya adalah seharusnya pemerintah Kabupaten Tabanan sebagai pemegang autorisasi untuk Kawasan Bedugul, membuat rancangan tata ruang kembali berdasarkan dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Propinsi Bali. Tetapi pada kenyataannya pemerintah Kabupaten Tabanan belum merancang hal tersebut.
Pemerintah sebagai penyelenggara serta pembina masyarakat memiliki wewenang untuk mengatur sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena tujuan pembangunan adalah untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Seperti yang terjadi dilapangan, masyarakat setempat serta pihak swasta yang terlibat dalam kegiatan kepariwisataaan di kawasan Bedugul tersebut belum mengetahui pasti mengenai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Ini menjukkan bahwa pemerintah belum menggunakan perannya secara maksimal dalam pengelolaan Kawasan Bedugul sebagai kawasan daerah tujuan wisata khusus.
Sedangkan tentu saja program yang telah ditetapkan tidak akan dapat berjalan lancar dan optimal apabila tidak ada keterlibatan masyarakat ataupun pihak swasta sebagai pengemban tanggung jawab (stakeholders). Jadi, jika dibandingkan antara keadaan yang terjadi saat ini di Kawasan Bedugul terkait dengan permasalahan mengenai pengelolaan kawasan Bedugul tersebut sebagai KDTWK dengan kosep pengembangan serta teori-teori terkait yang ada, keterlibatan pemerintah sebagai penyelenggara pariwisata masih belum optimal. Yang tentu saja hal ini berdampak pada hasil yang belum maksimal.
-
4.3.2.2. Pihak Swasta
Terkait dengan permasalahan yang ada di Kawasan Bedugul, keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Kawasan Bedugul sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) juga masih minim. Ini terindikasi dari ketidak tahuan mereka mengenai kebijakan pemerintah yang menetapkan Kawasan Bedugul sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus. Para penyedia jasa oleh pihak swasta seperti jasa akomodasi dan restauran turut dalam wadah organisasi yakni Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Tabanan. Dimana dalam kegiatan PHRI, perkumpulan hotel dan restauran yang ada diwakili oleh satu pengelola hotel yang telah disepakati.
Seperti hasil wawancara dengan pengelola hotel dan restauran di kawasan Bedugul yaitu Strawberry Hill Hotel dan Restaurant. Menurt penuturan Budi Setiawan selaku pemilik, Ia menyatakan bahwa hotelnya telah ikut dalam organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indnesia (PHRI), namun demikian upaya- upaya peningkatan tingkat hunian di kawasan tersebut masih perlu dimaksimalkan
“Hotel kami jelas ikut dalam PHRI tetapi dalam pertemuan resmi kami tidak hadir. Biasanya diwakili Poppies karena Strawberry Hill berada di bawah manajemen poppies. ”
Ini terlihat dari tingkat hunian yang tercatat masih minim dan masih di dominasi oleh wisatawan nusantara. Selain itu, ada pula beberapa hotel melati dan pondok wisata yang tersedia di Kawasan Bedugul. Dalam pengamatan fasilitas yang disediakan cukup memadai memenuhi kebutuhan wisatawan.
Namun demikian dalam operasionalnya, Stawberry Hill Hotel and Restaurant masih menemukan kendala-kendala. Kendala yang dihadapi adalah meski mereka telah bergabung dengan trip advisor dan traveloka, namun sistem online tersebut masih minim dalam mendongkrak jumlah hunian hotel.
Lebih lanjut, dalam operasionalnya pihak Strawberry Hill Hotel and Restaurant juga mempekerjakan masyarakat setempat dalam rekrutmenr karyawan. Hal ini sesuai aturan yang ditetapkan kawasan Bedugul yang harus diikuti:
”Kami terikat aturan kawasan Bedugul mengenai
perekrutan pegawai yang mewajibkan bagi masyarakat setempat.”
Berdasarkan uraiaian di atas, maka dapat dilihat peran pihak swasta dalam pengembangan pariwisata di Kawasan Bedugul bahwa pihak swasta mendukung penyelangaraan kawasan agrowisata, meskipun begitu terdapat kendala yang dihadapai dalam penyelenggaraan operasional hotel.
Keterlibatan masyarakat lokal secara umum dalam penyelenggaraan pariwisata di Kawasan Bedugul ini cukup memberikan andil dalam perkembangannya. Komponen masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaraan pariwisata di kawasan Bedugul ini meliputi para tokoh masyarakat yang dipimpin oleh kelian adat dan kelian dinas.
Seperti yang dikutip dari wawancara kelian dinas Perkebel I Made Mudirta sebagai berikut:
”Kami sudah membentuk suatu tim beranggotakan masyrakat setempat yang diambil dari seluruh banjar. Dimana mereka bertugas mulai dari pendataan, penataan hingga pengelolaan.”
Masing-masing dari organisasi ini memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi mereka masing-masing. Kelompok-kelompok pengelola aktivitas masyarakat seperti petani serta nelayan yang merupakan kegiatan utama dari masyarakat setempat juga ada dalam wadah organisasi yakni kelompok tani dan nelayan. Dimana dalam kegiatannya masing-masing kelompok tersebut berada dibawah pengawasan kelian banjar masing-masing. Untuk kelompok nelayan, mereka memiliki kegiatan yang terkait dengan atraksi wisata yakni memancing dan melihat pemandangan sekitar danau dengan perahu bebek. Untuk kegiatan memancing diselenggarakan oleh dua pihak yakni pihak swasta dan pihak kawasan Bedugul.
Secara konseptual, masyarakat memegang peran yang penting dalam pengembangan pariwisata. Dimana disebutkan dalam konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan bahwa dalam mengembangkan pariwisata harus memperhatikan keberlanjutan tiga dimensi yakni lingkungan, ekonomi dan
sosial. Konsep ini tentunya sejalan dengan arti dari kawasan daerah tujuan wisata khusus.
Untuk itu perlu adanya upaya yang dilakukan agar dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata tersebut. Masyarakat merupakan suatu sistem dimana bagian-bagian dari sistem tersebut dapat saling mempengaruhi. Seperti yang dijabarkan dalam teori fungsionalisme struktural yang menyatakan bahwa masyarakat haruslah dipandang sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Dimana hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik. Artinya, keterlibatan masyarakat mulai sejak perencanaan sangat diperlukan. Dimana masyarakat merupakan salah satu komponen penting yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan pengembangan atau pengelolaan suatu daerah.
Dalam kasus yang dihadapi oleh Kawasan Bedugul, sebaiknya sosialisasi mengenai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah itu diberikan kepada masyarakat setempat sehingga mereka tahu dan mengerti apa yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan tersebut. Dengan diberikannya sosialisasi tersebut maka diharapkan terjadi pemahaman oleh masyarakat yang berakibat pada pengambilan tindakan yang tepat. Masyarakat sebaiknya dilibatkan mulai sejak perencanaan pengelolaan yang akan dilakukan pemerintah terkait dengan kebijakan yang telah dibuat. Dengan demikian diharapkan terjadi pengertian antara masyarakat dan pemerintah dengan segala kebijakannya sehingga pengelolaan yang dilakukan dapat berjalan dengan maksimal.
Pembangunan Provinsi Bali Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang daerah yang merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Berdasarkan tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang serta dengan memperhitungkan potensi daerah serta faktor-faktor stategis daerah Bali, maka visi
pembangunan daerah Provinsi Bali tahun 20082028 adalah "Bali Dwipa Jaya Berlandaskan Tri Hita Karana". Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah provinsi Bali tersebut, maka disusun misi pembangunan daerah provinsi Balisebagai berikut :
-
1. Mewujudkan masryarakat Bali yang unggul Mengedepankan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan serta penguasaan iptek.
-
2. Melestarikan kebudayaan daerah Bali Memperkuat jati diri dan adat istiadat masyarakat Bali melalui pemberdayaan kelembagaan, pemantapan akivitas seni budaya dan penerapan nilai agama yang dijiwai oleh Agama Hindu sesuai dengan tuntutan jaman.
-
3. Mewujudkan masyanakat Bali yang berkeadilan dan demokratis Memperkuat peran masyarakat sipil, kesetaraan gender, meningkatkan budaya hukum dan politik, memantapkan pelaksanaan otonomi daerah, dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik 4. Mewujudkan masyarakat Bali sejahtera Meningkatkan pembangunan bidang ekonomi untuk mengurangi kemisknan dan pengangguran serta meningkatkan pendapatan masya rakat.
-
5. Mewujudkan pembangunan Bali yang lestari, handal, dan merata Meningkatkan keseimbangan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup, mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah dan antar sektor, serta meningkatkan pembangunan infrastruktur.
V. SIMPULAN DAN SARAN
Adapun simpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah :
-
a. Potensi pariwisata yang ada di kawasan Bedugul adalah potensi Alam yang dioptimalkan melalui agrowisata. Hal ini didukung oleh udaranya sejuk, tanah subur, air bersih, dan pesona alam yang indah. Potensi alam Kawasan pariwisata Bedugul merupakan salah satu panorama yang cukup menarik dengan keindahan alam bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali dan keramah tamahan masyarakat dalam menerima wisatawan yang berkunjung ke kawasan pariwisata di kawasan Bedugul. Semua pontensi ini dapat mendukung
pariwisata di kawasan Bedugul agar tetap memposisikan dan mempertahankan sebagai kawasan agrowisata.
-
b. Kegiatan agrowisata dikawasan Bedugul memiliki keragaman daya tarik agro akan tetapi menurut peneliti sektor perkebunan dan pertanian (aneka macam produk buah-buahan) serta kehutanan (kebun raya bedugul) merupakan aktivitas wisata yang dominan di kawasan bedugul. Aktivitas wisata terbut dilakukan dengan suguhan panorama sejuknya suasana pedesaan yang mayoritas pekerjaan masyarakatnya adalah bertani dan bercocok tanam. Misalnya, aktivitas wisatawan memetik buah strawberry maupun sayur dan buah-buahan lainnya seperti sawi, tomat, wortel, buncis, cabe, Jagung, mentimun serta jenis sayuran lainnya.
Adapun menkanisme pemanfaatan potensi wisata agrowisata yang dapat dilakukan di kawasan bedugul adalah melalui kerjasama kolaborasi diantara stakeholder yaitu pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat lokal.
-
a. Pemerintah menyusun rencana pengembangan Kawasan Bedugul secara spesifik sebagai kawasan agrowisata yang menjadi dasar pengembangan kawasan serta melakukan evaluasi dalam kebutuhan sarana dan prasarana di Kawasan Bedugul.
-
b. Swasta : pihak swasta menyediakan paket perjalanan wisata, usaha penginapan, usaha angkutan, usaha cindramata maupun usaha hiburan yang lain yang mendukung agrowisata di kawasan bedugul.
-
c. Masyarakat : Partisipasi masyarakat lokal di kawasan agrowisata bedugul dilakukan dengan aktif dan berbasis pada kearifan budaya lokal, baik dalam
bercocok tanam maupun dalam keramah-tamahan kepada wisatawan. Kendati
demikian, dukungan pemerintah dan kerjasama dengan pihak swatsa harus terus diintensifkan agar agrowisata yang dijual kepada wisatawan dapat terus terjaga kualitas da kuantitasnya.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan sebagai berikut:
-
1. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik membuat karya akhir (skripsi) mengenai agrowisata di Bedugul disarankan menganalisis hubungan antara para stakeholder (pemerintah, pihak swatsa, dan masyarakat lokal). Selain itu, sedapat mungkin mengkombinasikan analisis antara motivasi wisatawan serta pemasaran produk-produk agrowsata di kawasan bedugul.
-
2. Peneliti menyarankan kepada pemerintah dan piha swasta untuk terus memantau perkembangan pariwisata, khususnya menambah daya tarik dan kualitas agrowisata di kawasan bedugul serta mempertahankan karakteristik nilai-nilai Bali dalam Tri Hita Kirana. Namun, tetap tidak menghilangkan domain utama masyarakat dalam optimasliasi usahatani dan karakteristik pariwisata alam sehingga memberikan manfaat kepada pengunjung dan tambahan pendapatan bagi petani dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, pemeritah sebagai pengambil kebijakan harus mendorong dan memfasilitasi pengembangan agrowisata tersebut
Daftar Pustaka:
Budiharjo, Eko (1997), Tata Ruang Perkotaan, Penerbit Alumni, Bandung Budiharjo,
Cooper, dkk. (1995). Tourism, Principles and Practice.Prentice Hall, Harlow.
Eko (1997), Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota, Penerbit Andi, Yogyakarta
Fandeli, Chafid 2001. Perencanaan Kepariwisataan Alam.Gadjah Mada Universiti Press. Yogyakarta
Fandeli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Gunawan Sumodiningrat, 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial, Jakrta: PT Gramedia Pustaka Utama
. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga.
Khadiyanto, Parfi. (2005), Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang, Badan Penerbit Undip Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta.
Patusuri, Syamsul Alam., 2004. Perencanaan Kawasan Pariwisata. ModulKuliah Prog. Magister Pariwisata Universitas Udayana, Tidakdipublikasikan Yoeti, Oka. A 1994. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
Pitana, I Gde. dan Surya Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Richardson & Fluker. 2004. Understanding and Managing Tourism. Australia: Pearson Education Australia, NSW Australia.
Pitana, I Gde. dan Surya Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.Bandung: Alfabeta
Sulistyantara, Bambang. 1990. Pengembangan Agrowisata di Perkotaan. Proseding Simposium dan Seminar Nasional Holtikultura Indonesia. Bogor
Tirtawinata, M.R. dan L. Fachruddin. 1996. Daya Tarik Dan Pengelolaan Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya
169
Discussion and feedback