Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 5 No 1, 2017
Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
(Studi Kasus di Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban, Bali)
Putu Wira Parama Suta a, 1, I Gusti Agung Oka Mahagangga a, 2
¹ [email protected], 2[email protected]
a program studi s1 destinasi pariwisata, fakultas pariwisata,universitas udayana, jl. dr. r. goris, denpasar, bali 80232 indonesia
Abstract
Tourism development should involve the local community as one of strakeholders interest in its management. Therefore local communities also have the right to be able to taste the economic benefits equitably. This study aims to determine the participation of local communities in the management in Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban, Bali. This research is important because local community participation in ecotourism can determine sustainable development
The research methodology used in this study is a qualitative research, with qualitative observation, semistructured interviews, and documents qualitative as well as using the concept of a tourist attraction, management and public participation theory to analyze the problems in the field.
The results show management in Ekowisata Kampoeng Kepiting is organized by Fishermen Group Wanasari Tuban, Bali and the employees who work not only from members of the fishermen but also come from family members of fishermen. Local community participation in the management is classified into spontaneous participation.
Keywords: Community Participation, Tourism Management, Ekowisata Kampoeng Kepiting
Peran pariwisata alternatif untuk merupakan masih terus digalangkan untuk menekan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan dari pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan seperti mass tourism. Pariwisata yang ramah lingkungan dan berpihak kepada masyarakat lokal menjadi alasan masih terus diperjuangkannya konsep pariwisata alternatif ini. Salah satu bagian dari pariwisata alternatif adalah ekowisata. Ekowisata adalah perjalanan mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal (TIES ; 2009). Selain dari pada penyelamatan lingkungan pengembangan pariwisata apapun konsepnya haruslah memberikan dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat lokal.
Pariwisata berbasis masyarakat merupakan model ideal pengembangan pariwisata masa depan di Indonesia (Pitana dan Putra; 2010). Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat/community based tourism development harus melibatkan masyarakat lokal sebagai salah satu pengampu kepentingan di dalam pengelolaannya. Hal tersebut dikarenakan masyarakat lokal juga memiliki hak untuk dapat mencicipi kue manis pariwisata secara adil, selain itu pariwisata memainkan peranan terhadap pemberantasan pengangguran dan juga kemiskinan, prinsip ini
sudah tertuang dalam Undang-Undang Kepariwisataan No. 10/2009.
Mengkawinkan konsep ekowisata dan pariwisata berbasis masyarakat melahirkan konsep ekowisata berbasis masyarakat. Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata (WWF Indonesia ;2009).
Salah satu contoh daya tarik wisata yang mengusung konsep ekowisata berbasis masyarakat adalah Ekowisata Kampoeng Kepiting Mangrove Wanasari yang terletak di Desa Tuban Kecamatan Kuta, Bali. Ekowisata Kampoeng Kepiting Mangrove atau yang seterusnya disebut sebagai Ekowisata Kampoeng Kepiting. Daya tarik ekowisata ini adalah ekowisata ini berada di Kecamatan Kuta yang notabenenya merupakan kawasan dengan pengembangan pariwisata dengan konsep mass tourism yang artinya ekowisata ini berada di tengah pengembangan pariwisata masal. Ekowisata ini menawarkan ekosistem Mangrove-nya sebagai daya tarik utama.
Mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, ekosistem Mangrove merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di air dan di darat serta mampu menopang kehidupan dari fauna yang hidup di air payau.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan penelitian terkait pengembangan pariwisata berbasis masyarakat terutama dalam hal partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan ekowisata di Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban.
Penelitian ini menggunakan beberapa pedoman konsep dan teori untuk menganalisis data yang didapat di lapangan, yaitu:
-
1. Konsep daya tarik wisata yang terdiri dari empat komponen yaitu : atrraction (atraksi wisata), Aminities (fasilitas), accesisibilities (akses yang bagus), dan ancillary service (peran pemerintah) (Cooper,dkk dalam Suwena dan Widyatmaja: 2010).
-
2. Konsep Ekowisata merupakan suatu perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara melakukan konservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal (The International Ecotourism Society (TIES) dalam Sukma Arida, 2009).
-
3. Konsep pariwisata berbasis masyarakat (CBT) Community based tourism adalah sebuah pendekatan pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan berkelanjutan,
pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakan segenap potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar (Sastrayuda, 2010).
-
4. Konsep pengelolaan (Nugroho, 2015) yang terdiri dari plan (perencanaan), do (pelaksanaan), check (evaluasi), dan action (perbaikan).
-
5. Konsep Masyarakat lokal adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terkait oleh satu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri, yaitu: interaksi antara warga-warganya, adat istiadat, kontinuitas waktu, rasa identitas kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009).
-
6. Teori Partisipasi Masyarakat. Cohen dan Uphoff (1997), membedakan partisipasi menjadi empat bentuk yaitu:
participation in decision making, participation in implementation, participation in benefits, participation in evaluation. Tosun (1999) membagi jenis partisipasi masyarakat kedalam tiga jenis yakni : Partisipasi Paksaan (Coersive Participation), Partisipasi Terdorong (Induced Participation), dan Partisipasi Spontan (Spontaneous Participation).
Penelitian ini dilakukan di Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Adapun ruang lingkup penelitian yang digunakan yaitu :
-
1. Pengelolaan daya tarik wisata di Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban.
-
2. Bentuk dan jenis partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban, Bali.
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, seperti: hasil wawancara yang ditulis dengan deskriptif, sejarah dan gambaran umum lokasi penelitian, jenis data kuantitatif seperti jumlah nelayan serta luas wilayah Ekowisata Kampoeng Kepiting dan dua sumber data yaitu sumber data primer serta sumber data sekunder (Moleong, 2012). Dalam pengumpulan data menggunakan tiga teknik, yaitu: observasi kualitatif yang artinya peneliti menunjukan perannya sebagai observer, wawancara semi terstrukstur (Creswell, 2014), yang digunakan untuk mendapat jawaban yang lebih luas mengenai jenis dan bentuk partisipasi masyarakat, serta dokumen-dokumen kualitatif yang berupa laporan pengelolaan ekowisata, AD-ART nelayan, struktur organisasi, profil nelayan, dan foto-foto yang berkaitan dengan
daya tarik Ekowisata Kampoeng Kepiting. Untuk menentukan informan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu peneliti menetapkan lebih awal siapa saja yang menjadi sampelnya, dan menyebutkan statusnya masing-masing sesuai dengan keinginan dan tujuan peneliti (Mukhtar, 2013).
Teknik analisis data dalam penlitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu dilakukan dengan langkah bekerja dengan data, mengorganisasikan data, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain berdasarkan data yang didapatkan (Moleong, 2012).
Ekowisata Kampoeng Kepiting merupakan daya tarik wisata alam yang berada di Desa Adat Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Daya Tarik Wisata ini berjarak 5 menit dari Bandara Ngurah Rai. Ekowisata Kampoeng Kepiting satu-satunya daya tarik wisata yang berada di Desa Adat Tuban. Ekowisata tersebut di inisiasi dan dikelola oleh Kelompok Nelayan Wanasari Tuban Bali. Anggota kelompok nelayan tersebut berasal dari Banjar Tuban Griya dan Banjar Tuban Pesalakan dengan total anggota 96 orang nelayan.
Berdirinya Ekowisata ini merupakan bentuk kritik oleh masyarakat nelayan Tuban atas kegiatan kepariwisataan yang berlangsung di daerah mereka namun masyarakat lokal hanya sebagai penonton dan tidak mendapat kontribusi dari pariwisata tersebut. Masyarakat nelayan berinisiatif mencari bantuan pendanaan yang kemudian didapatkan dari CSR Pertamina DPP Ngurah Rai, bantuan tersebut dimanfaatkan dengan baik untuk keperluan pembangunan fisik seperti jalur trekking, restoran apung dan lain sebagainya. Selain itu dengan memanfaatkan potensi alam mereka yakni ekosistem Mangrove sebagai dasar untuk kemudian di create menjadi sebuah daya tarik wisata alam seperti sekarang.
-
a. Profil Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban Bali.
Sebuah daya tarik wisata harus memiliki komponen-komponen utama sebagai sarana untuk menarik minat wisatawan, seperti
Atraksi, Fasilitas, Akses, dan Pelayanan Tambahan. Adapun rincian empat komponen tersebut yang dimiliki oleh ekowisata Kampoeng Kepiting adalah sebagai berikut :
-
1. Atraksi
Paket wisata yang dimiliki oleh Ekowisata Kampoeng Kepiting adalah
-
a) Tours Pelepasan Bibit Kepiting
Paket ini menawarkan kegiatan pengenalan terhadap budidaya kepiting dari proses pembibitan, pembesaran di keramba, hingga melepas hasil dari budidaya kepiting ke alam bebas di Hutan Mangrove.
-
b) Paket keramba dan Mangrove Tours Paket ini menawarkan informasi mengenai keramba kepiting dari pembibitan di keramba tancap, kemudian dilanjutkan dengan keliling Hutan Mangrove dengan perahu tradisional.
-
c) Mangrove Education Tours
Paket ini menawarkan keseluruhan pengalaman budidaya kepiting dan konservasi Mangrove, seperti bersih-bersih Mangrove, membuat bibit Mangrove, penanaman bibit Mangrove, kemudian dilanjutkan dengan tour mengelilingi Hutan Mangrove dengan perahu tradisional.
-
d) Canoe Tours + Clean Mangrove
Paket ini menawarkan aktifitas peduli lingkungan dengan memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk bermain kano mengelilingi Hutan Mangrove dan diwajibkan untuk kembali dengan membawa sampah yang ada di sekitar Hutan Mangrove.
-
e) Mangrove Tour
Paket ini menawarkan pengalaman menyusuri Hutan Mangrove dengan segala ekosistem di dalamnya dengan menggunakan perahu nelayan tradisional.
-
f) Canoe Fishing Mangrove
Paket ini menawarkan aktifitas memancing dengan menggunakan canoe di sekitar Mangrove.
-
g) Fishing Mangrove With Traditional Boat
Paket ini merupakan kegiatan memancing yang biasa dilakukan
oleh nelayan pada pagi, siang, maupun malam hari tergantung pada kondisi air, menggunakan perahu tradisional dan di dampingi oleh nelayan, lokasinya berada di sekitar Hutan Mangrove maupun di sekitar jalan tol atas laut (Teluk Benoa).
-
2. Fasilitas
Fasilitas yang di Ekowisata Kampoeng Kepiting dalam memenuhi kebutuhan wisatawan saat berkunjung adalah Restoran Apung yang menyediakan makanan dan minuman dengan menu tradisional dan khas Tuban, kamar mandi, gazebo, perlengkapan memancing, serta canoe dan perahu tradisional yang digunakan untuk menjemput atau mengantarkan wisatawan untuk tour.
-
3. Akses
Akses yang mudah juga menjadi pertimbangan bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daya tarik wisata, untuk akses ke Ekowisata Kampoeng Kepiting sangat mudah dan cepat hanya 5 menit dari Bandara Ngurah Rai, 15 menit dari kawasan Pantai Kuta dan Legian, dan 30 menit dari Pusat Kota Denpasar menggunakan jalan utama non-tol.
-
4. Pelayanan Tambahan
Pelayanan tambahan sangat berpengaruh pada suatu daya tarik wisata, pelayanan tambahan yang di sediakan oleh Ekowisata Kampoeng Kepiting adalah pramuwisata yang juga merupakan anggota nelayan, hiburan seperti musik, dance, tari tradisional dan lain sebagainya.
-
b. Pengelolaan Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban
Ekowisata Kampoeng Kepiting dikelola oleh satu lembaga yaitu Kelompok Nelayan Wanasari Tuban. Selanjutnya karyawan yang bekerja di ekowisata ini tidak hanya nelayan akan tetapi anggota keluarga nelayan tersebut juga diberikan pekerjaan namun tetap dengan mempertimbangkan minat dan skill yang dimiliki.
Perencanaan yang dirancang oleh pihak manajemen pengelola dalam pelaksanaannya selalu mempertimbangkan usulan anggota nelayan dan tetap berpedoman pada konservasi lingkungan Mangrove. Perencanaan atraksi wisata dan fasilitas di kawasan ekowisata ini
dibuat sedemikian rupa agar tidak merusak lingkungan, dan memiliki nilai ekonomis yang positif bagi seluruh anggota nelayan secara adil dan dilakukan dalam sebuah rapat atau sangkep yang wajib dihadiri oleh setiap anggota. Contohnya adalah membuat program ekowisata bali yang terdiri dari tujuh program yakni : program budidaya kepiting bakau, Pokmaswas, Poklahsar, program konservasi dan pendidikan, program pariwisata, program seni dan budaya, dan program kampoeng kepiting kuliner.
Kegiatan kepariwisataan di Ekowisata Kampoeng Kepiting ini memiliki seorang ketua pengelola yang juga merupakan ketua kelompok nelayan, ketua dan jajarannya merupakan decision maker sekaligus menjadi inovator dan motivatir bagi aggotanya. Sedangkan anggotanya memiliki tugas untuk menjalankan fungsi-fungsinya sesuai dengan jobdesk yang telah dibuat dalam sangkep sebelumnya.
Kegiatan evaluasi dilakukan juga saat sangkep dimana ketua kelompok nelayan menanyakan progress dan hambatan yang dirasakan anggotanya dalam menjalankan jobdesk. Ketika menemui hambatan atau kendala tersebut di dalam sangkep dilakukan jajak pendapat untuk mencari jalan keluar dari hambatan tersebut dan memperbaikinya bersama-sama seperti melakukan gotong-royong.
Dalam memasarkan produk, Ekowisata Kampoeng Kepiting memasarkan melalui media massa baik elektronik seperti situs website dan media cetak seperti brosur. Ekowisata Kampoeng Kepiting tidak menjalin kerjasama dengan tour travel manapun.
Masyarakat lokal dalam hal ini adalah nelayan dilibatkan secara penuh dan menjadikan masyarakat sebagai stakeholder penting dalam konteks pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
-
c. Bentuk dan Jenis Partisipasi Masyarakat lokal di Ekowisata Kampoeng Kepiting.
Berdasarkan atas Cohen dan Uphoff (1977) bentuk partisipasi Kelompok Masyarakat Nelayan Wanasari Tuban dapat dilihat sebagai berikut :
-
a. Participation in decision making
Partisipasi masyarakat lokal dalam proses pembuatan keputusan meliputi keputusan dalam perencanaan dan
pengembangan atraksi wisata dan fasilitas serta kebijakan di Ekowisata Kampoeng Kepiting. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan tersebut terlihat dari diikuitsertakan dalam sebuah forum diskusi (sangkep). Hasil dari keputusan tersebut terlihat dari dibentuknya Program-Program Ekowisata Bali.
-
b. Participation in implementation
partisipasi atau keikutsertaan masyarakat nelayan dalam kegiatan operasional pembangunan berdasarkan program yang telah ditetapkan. Ketua dan jajarannya menjalankan tugasnya sebagai decision maker dan administratif, sedangkan anggotanya menjalankan ketujuh program yang telah dibuat yakni: program budidaya kepiting bakau, kelompok masyarakat pengawas yang tugasnya menjaga kelestarian Hutan Mangrove, program kelompok masyarakat pengolah dan pemasar yang tugasnya dijalankan oleh ibu-ibu nelayan untuk mengolah berbagai hasil dari Hutan Mangrove, program konservasi dan pendidikan yang tugasnya terkonsentrasi untuk membuat bibit Mangrove dan bersih-bersih Mangrove, program pariwisata yang tugasnya untuk menjalankan paket wisata yang disediakan, program seni dan budaya yang tugasnya melibatkan anak, cucu dan pensiunan nelayan untuk mengisi waktu hiburan di ekowisata ini, dan program terakhir yakni program kampoeng kepiting kuliner yang tugasnya mengoperasionalkan restoran apung.
-
c. Participation in benefits
Partisipasi masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dilihat dari masyarakat nelayan mendapat bagi keuntungan dari restoran apung yang dibagi setiap 6 bulan sekali, kemudian tangkapan lautnya dijual kepada restoran apung, dan mendapat penghasilan dari panen kepiting bakau yang dibudidayakan, bagi anggota keluarga nelayan dapat merasakan manfaat ekonomi dari program seni dan budaya, kemudian menjadi pemandu wisata pada program pariwisata, dan menjadi juru masak atau pengolah makanan pada program Poklahsar dan program kampoeng kepiting kuliner.
-
d. Participation in evaluation
Masyarakat nelayan ikutserta berpartisipasi menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta hasil-hasilnya. Partisipasi masyarakat tersebut kembali tertuang dalam jajak pendapat atau sangkep yang diadakan. Dalam sangkep setiap anggota memiliki hak untuk menyampaikan suaranya.
Berdasarkan tipologi partisipasi masyarakat yang dipaparkan oleh Tosun (1999) dalam Tosun’s typology of participation., partisipasi Kelompok Masyarakat Nelayan Wanasari Tuban Bali bertipe Partisipasi Spontan. Sesuai dengan karakteristiknya partisipasi yang muncul telah bersifat bottom-up atau partisipasi aktif dan termasuk partisipasi asli hal ini dibuktikan dengan keaktifan masyarakat nelayan dari menciptakan ide, mencari bantuan pendanaan, pembangunan, hingga pengelolaan dilakukan secara aktif oleh masyarakat nelayan. Seluruh anggota nelayan secara langsung menjalankan tugasnya dalam pengelolaan Ekowisata Kampoeng Kepiting ini tugas-tugas mereka telah terbagi berdasarkan minat dan keahlian yang mereka miliki seperti pemandu wisata pada paket tour, dan sebagai masyarakat pengawas yang memantau keadaan Mangrove di ekowisata ini. Anggota nelayan juga memiliki hak untuk pengambilan keputusan terkait manajerial operasional ekowisata kampoeng kepiting, pengambilan keputusan berdasarkan atas jajak pendapat atau sangkep yang diadakan oleh Kelompok Nelayan Wanasari.
Seluruh anggota nelayan dilibatkan dalam pengelolaannya sehingga tidak ada nelayan yang merasa dirugikan ataupun tidak mendapatkan keuntungan dari Ekowisata Kampoeng Kepiting ini. Kelompok Nelayan Wanasari Tuban memiliki tanggung jawab penuh terhadap Ekowisata Kampoeng Kepiting, hal tersebut dikarenakan ekowisata ini menjadi bagian dari mata pencaharian mereka dan menjadi manfaat dari ekowisata ini sebagai warisan bagi anak cucu mereka nantinya sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan daya tarik wisata Ekowisata Kampoeng Kepiting Tuban mengimplementasikan nilai-nilai pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
-
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian ini bahwa dalam pengelolaan daya tarik wisata di Ekowisata Kampoeng Kepiting dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sebagai berikut :
-
1. Pengelolaan Ekowisata Kampoeng Kepiting dilakukan oleh Kelompok Nelayan Wanasari Tuban, Bali dan karyawan yang bekerja tidak hanya berasal dari anggota kelompok nelayan tetapi juga melibatkan anggota keluarga nelayan. Dari tahapan perencanaan masyarakat dilibatkan dalam sangkep untuk membuat dan mengarahkan kebijakan, tahap pelaksanaan dilibatkan sesuai dengan skill dan minat masyarakat, tahap evaluasi dilakukan dengan melakukan sangkep dengan membahas hambatan di lapangan, tahapan hingga perbaikan dilakukan dengan melakukan gotong royong oleh pengelola Ekowisata Kampoeng Kepiting tersebut.
-
2. Bentuk dan Jenis Partisipasi dalam pengelolaan daya tarik wisata ini sangat terlihat keterlibatan masyarakat lokalnya dalam hal ini adalah masyarakat nelayan secara langsung ikut di dalam pembuatan kebijakan, ikut serta di dalam operasionalnya, mendapatkan manfaat dari adanya pariwisata, dan ikut serta didalam melaksanakan pengawasan dan sehingga partisipasi masyarakat tergolong partisipasi spontan.
-
B. Saran
Adapun Saran yang dapat diberikan kepada pengelola agar pengelola dapat memberikan pelatihan-pelatihan secara berkesinambungan dan tetap meningkatkan serta mempertahankan program-program yang berjalan agar tetap berjalan dengan baik. Menambah minat dan skill dari masyarakat nelayan. Menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan ekowisata lainnya seperti pemerintah, LSM, dan wisatawan agar terciptanya kondisi ideal pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dan pembangunan berkelanjutan yang diharapkan semua pemangku kepentingan.
Saran yang dapat diberikan dalam bidang akademis agar dilakukan penelitian yang
mengkaji mengenai spektrum ekowisatawan agar pengelola mengetahui karakteristik ekowisatawan potensialnya.
Saran yang dapat diberikan bagi pemerintah adalah pemerintah harus dapat membantu masyarakat nelayan menjalankan program pokmaswas agar dibuatkan aturan hukumnya tentang pelestarian lingkungan Mangrove.
Saran bagi wisatawan adalah menjaga lingkungan sekitar pada umumnya dan lingkungan Mangrove pada khususnya. Wisatawan juga harusnya mampu berperan dalam konservasi lingkungan Mangrove.
Daftar Pustaka:
Anonim. 2009. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Arida, Sukma. 2009. Meretas Jalan Ekowisata Bali. Denpasar: Udayana University Press.
Cohen, J.M dan Uphoff, N.T. 1997 Rural Development Participation. New York: Cornel University RDCCIS
Creswell, John W. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed: Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.
Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif. Jakarta : GP Press Group.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Nugroho, Iwan. 2015. Ekowisata dan Pembangunan berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Pitana, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : ANDI
Putra, Darma dan I Gde Pitana.2010. Pariwisata Pro-Rakyat. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Sastrayuda. 2010. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pariwisata. Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung
Suwena, I Ketut dan I Gst. Ngr. Widyatmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar : Udayana University Press
Tosun, C. .1999. Towards a Typology of Community Participation in the Tourism Development Process. An International Journal of Tourism and Hospitality Research, 10 (2), 113-134.
WWF Indonesia, dkk. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Kalimantan. Artikel Ilmiah : Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata.
149
Discussion and feedback