ISSN: 2338-8811

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 3 No 1, 2015

PENGELOLAAN DESA WISATA BELIMBING MENUJU PARIWISATA BERKELANJUTAN KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN, BALI

Digna Merian Andriani a, 1, I Nyoman Sunarta a, 2 1[email protected], 2[email protected] a Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

As one of the tourism village in Bali, Belimbing Village has offered the traditional culture of people and nature environmental which are as the tourist attractions. This study discusses the management of the Belimbing Tourism Village which was managed by the Perbekel Belimbing Village with various staff in it and also formed Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), under the auspices of the Government of Tabanan. Management of Belimbing Tourism Village is the independent management of the entire staff is indigenous people, also in cooperation with the private sector, but only in terms of improving the human resources quality. The management has a positive impact both for society and for the development tourism village. Sustainable tourism is a challenge in the management of a tourist village to create a balance or harmony between ecology, economy and social culture. This study is expected to be useful in providing advice and solutions to problems faced in the management of Belimbing Tourism Village towards sustainable tourism, with a qualitative descriptive method.

There is a description of Belimbing Tourism Village management include six aspects such as organizational, financial, marketing, production and operations, human resources, and aspects of management information systems. It shows that the manager has sought to facilitate and provide a maximum of various aspects required for tourists. But a lot of things that still need to be addressed, including addressing management problems faced in order to optimally towards sustainable tourism.

Keywords: management, tourism village, and sustainable tourism.

PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan industri yang berkembang pesat di Bali karena didukung oleh daya tarik dan atraksi wisata baik alami maupun buatan. Sebagai daerah tujuan wisata, tiga hal yang harus dimiliki ialah atraksi, aksesibilitas dan akomodasi yang menyediakan tempat tinggal untuk sementara waktu (Nyoman S. Pendit, 2002). Berbagai destinasi wisata dengan segala keunikan terdapat di Bali, salah satunya Desa Wisata Belimbing yang terletak di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Bali adalah ikon pariwisata Indonesia dengan potensi alam yang indah, meliputi iklim tropis, hutan, gunung, danau, sungai, sawah serta pantai. Selain itu, Bali dikenal juga karena kebudayaan yang unik dan masih lestari hingga kini. Desa Wisata Belimbing merupakan salah satu daya tarik pariwisata Bali yang memiliki panorama alam yang indah serta kearifan budaya lokal yang masih terjaga hingga saat ini.

Kekayaan alam dan budaya lokal masyarakat Desa Belimbing yang masih terus hidup hingga kini menjadi potensi yang sangat mendukung dideklarasikannya Desa Belimbing

sebagai desa wisata. Pendeklarasian sebagai desa wisata tersebut tentu akan menyokong pengelolaan Desa Wisata Belimbing menjadi lebih optimal meskipun menghadapi berbagai tantangan untuk menuju pariwisata berkelanjutan. Munculnya konsep pariwisata berkelanjutan ialah untuk mengatasi dan meminimalisir dampak negatif dari perkembangan pariwisata massal atau mass tourism. Oleh sebab itu, isu-isu mengenai pengelolaan Desa Wisata Belimbing sangat menarik untuk dikaji lebih dalam serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi tantangan menuju pariwisata berkelanjutan, sehingga penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan solusi yang dapat direkomendasikan bagi pihak pengelola.

KEPUSTAKAAN

  • 1.    KONSEP PENGELOLAAN. Pengelolaan berasal dari kata dasar “kelola” yang berarti mengendalikan, menyelenggarakan, menjalankan atau mengurus. Pengelolaan meliputi aspek organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi,

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 3 No 1, 2015

aspek sumber daya manusia, dan aspek sistem informasi manajemen. Berbagai aspek tersebut saling berkaitan dan ditangani oleh setiap divisi yang berbeda untuk mencapai suatu tujuan (Husein Umar, 2005). Berdasarkan definisi tersebut, pengelolaan adalah proses dari sebuah kegiatan di suatu organisasi atau lembaga yang memiliki divisi yang berbeda namun saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

  • 2.    KONSEP DESA WISATA. Desa wisata adalah kawasan pedesaan dimana penduduknya memiliki tradisi dan budaya seperti kuliner lokal dan sistem pertanian yang masih asli. Keasrian alam dan lingkungan juga merupakan faktor penting yang menjadi daya tarik atau keunikan bagi wisatawan untuk berkunjung. Hal tersebut juga harus didukung oleh fasilitas penunjang seperti akomodasi dan layanan tambahan yang dapat memudahkan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata (http://www.central-java-tourism.com, 2012). Sektor pariwisata akan menyokong perbaikan infrastruktur di desa untuk menunjang kebutuhan wisatawan. Di samping itu, pariwisata di desa juga menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan masyarakat desa seperti wisata alam dan budaya (Holland, 2003 dalam Marimin, 2013).

  • 3.    KONSEP PARIWISATA BERKELANJUTAN. “Pariwisata berkelanjutan mempertemukan kebutuhan wisatawan dan daerah tujuan wisata dalam usaha menyelamatkan dan memberi peluang untuk menjadi lebih menarik lagi di waktu yang akan datang” (Yoeti, 2008). Dari perspektif pariwisata, berkelanjutan berarti berkaitan terhadap lingkungan, budaya, ekonomi dan sosial. Masyarakat dan wisatawan turut memiliki tanggung jawab atas wilayah yang menjadi daerah tujuan wisata agar tetap terjaga. Di samping itu, terdapat pula tantangan untuk menuju pariwisata berkelanjutan yakni keberlangsungan ekonomi, social, budaya, dan lingkungan (Goeldner dan Ritchie, 2009). Pariwisata berkelanjutan bertujuan memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini, dengan tetap menjaga keberadaan budaya, ekologi dan keanekaragaman hayati untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial di masa mendatang (WTO, 2009). Untuk mencapai

pariwisata berkelanjutan, kegiatan pariwisata harus berorientasi pada alam seperti ekowisata dan pariwisata berbasis alam, karena konsep pariwisata berkelanjutan mengarahkan dan memberikan kesadaran bagi wisatawan yang datang adalah untuk melindungi, bukan untuk merusak daerah yang mereka kunjungi (David Weaver, 2006). Pariwisata berkelanjutan dalam penelitian ini yaitu upaya yang sistematis dan terorganisir dalam melayani kebutuhan wisatawan serta desa wisata dengan tetap mempertahankan kearifan lokal guna keseimbangan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.

RUANG LINGKUP LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian di Desa Wisata Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Desa Wisata Belimbing dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki potensi kekayaan alam yang masih asri seperti persawahan, perkebunan, air terjun, sungai, dan panorama pegunungan yang menjadi keunikan dan daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Ruang lingkup penelitian mengarah kepada teori pengelolaan yang dikemukakan oleh Husein Umar (2005) berdasarkan konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheelen Hunger yaitu aspek organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi, aspek sumber daya manusia, dan aspek sistem informasi manajemen. Ruang lingkup permasalahan yang kedua yaitu pengelolaan Desa Wisata Belimbing yang menerapkan tiga prinsip yaitu: Ecological Sustainability, Social And Cultural Sustainability, dan Economic Sustainability (WTO, 2009).

METODE PENELITIAN

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan yang diperoleh melalui informan pangkal dan informan kunci. Data kemudian diolah dengan teknik analisis data yaitu analisis deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini dideskripsikan fenomena mengenai pengelolaan Desa Wisata Belimbing sesuai dengan teori pengelolaan oleh Husein Umar (2005) yang ditinjau dari aspek organisasi, keuangan, pemasaran, produksi dan 18

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 3 No 1, 2015

operasi, sumber daya manusia, dan sistem informasi manajemen kemudian dideskripsikan pula mengenai upaya pengelolaan Desa Wisata Belimbing menuju pariwisata berkelanjutan dengan tiga prinsip yaitu Ecological Sustainability, Social And Cultural Sustainability, dan Economic Sustainability menurut WTO (2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Belimbing terletak di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan tepatnya di wilayah pegunungan dengan ketinggian antara 500-600 m dari permukaan laut dan suhu rata-rata 25˚C. Dengan potensi keindahan alam dan budaya lokal, Desa Belimbing dideklarasikan secara resmi sebagai desa wisata pada tanggal 20 September 2010 dan disaksikan oleh Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat berperan dalam pembangunan daerah yaitu memberikan pendapatan dan memberikan sumbangan terhadap bidang lain seperti menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan hidup dan budaya masyarakat.

PENGELOLAAN DESA WISATA BELIMBING KECAMATAN PUPUAN, KABUPATEN TABANAN, BALI

Penggambaran mekanisme pengelolaan Desa Wisata Belimbing terdiri dari 6 aspek yaitu (a) aspek organisasi, (b) aspek keuangan, (c) aspek Pemasaran, (d) aspek produksi dan operasi, (e) aspek sumber daya manusia, dan (f) aspek sistem informasi manajemen. Secara lebih jelas akan dijabarkan pengelolaan Desa Belimbing sebagai desa wisata seperti berikut : a. Aspek Organisasi

Pengelolaan mencakup aspek organisasi meliputi sejarah lokasi, sejarah lembaga dan legalitas, stuktur organisasi, interaksi lembaga, dan kebijakan dan program. Lembaga yang mengelola Desa Belimbing ialah Kantor Perbekel Desa Belimbing beserta seluruh staff yang memiliki tugas masing-masing. Di samping itu dibentuk sebuah Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) yang bertugas untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pariwisata. Dalam

pengelolaannya, terdapat badan pembina yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan.

Desa Wisata Belimbing memiliki business plan yaitu dalam hal penyelamatan potensi desa sebagai desa wisata yang berbasis lingkungan, menyadarkan masyarakat untuk lebih memahami Sapta Pesona melalui POKDARWIS (Kelompok Sadar Lingkungan), pengembangan kawasan yang berbasis geologis dengan tetap mengutamakan budaya dan kearifan lokal, membentuk badan pengelola khusus untuk pariwisata, peningkatan sumber daya manusia (SDM) terhadap seluruh masyarakat Desa Belimbing, dan promosi terhadap Desa Belimbing sebagai desa wisata. b. Aspek Keuangan

Pengelolaan ditinjau dari aspek keuangan meliputi pendapatan, pengeluaran, sistem bagi hasil, dan pelaporan. Aspek keuangan memberikan gambaran mengenai keuangan Desa Wisata Belimbing. Berikut berbagai aspek keuangan yang dikaji dalam manajemen pengelolaan Desa Wisata Belimbing. Pendapatan yang diterima oleh Desa Wisata Belimbing sepenuhnya dari Pemerintah Kabupaten Badung, bantuan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), dan pendapatan pribadi yang diperoleh masyarakat yang bekerja di kantor desa sebagai guide lokal. Dari pendapatan tersebut, digunakan untuk kepentingan pengelolaan Desa Wisata Belimbing, seperti biaya pemeliharaan fasilitas, operasional kegiatan, infrastruktur, pelayanan dan pengembangan SDM. Sistem bagi hasil dari pengelolaan Desa Wisata Belimbing tidak menyangkut keuntungan dari berbagai kerjasama, namun lebih disalurkan langsung kepada masyarakat lokal yang berprofesi sebagai guide, serta hasil dari usaha membuka warung atau akomodasi lainnya. Pengelola Desa Wisata Belimbing berkewajiban melaporkan semua pendapatan dan pengeluaran tersebut berupa laporan keuangan rutin bulanan kepada Pemerintah Kabupaten Tabanan.

  • c.    Aspek Pemasaran

Pengelolaan ditinjau dari aspek pemasaran meliputi produk, promosi, place, dan pricing. Tujuan dari pemasaran ialah agar Desa Belimbing lebih dikenal oleh wisatawan, serta mempromosikan Desa Belimbing sebagai

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 3 No 1, 2015

desa wisata agar diminati wisatawan. Produk yang ditawarkan merupakan sebuah bentuk pelayanan wisata yang diberikan bagi wisatawan, yaitu atraksi wisata seperti coconut climbing atau atraksi memanjat pohon kelapa dan menyajikan kelapa kepada wisatawan, atraksi pembuatan tuak dan gula aren, atraksi menanam padi dan membajak sawah dengan cara tradisional, serta atraksi memanen buah cokelat dan kopi. Sedangkan pelayanan keamanan yaitu ditangani oleh divisi keamanan yang terdiri dari pecalang. Dalam pelayanan utilitas, pengelola Desa Wisata Belimbing menyediakan tempat sampah dan penerangan. Selain itu untuk pelayanan bekerjasama dengan Desa Adat dalam penyediaan lahan untuk kios, dan penyediaan homestay. Dalam pelayanan parkir, sedang dalam pembangunan sebuah lahan parkir tepat di dekat jalur tracking.

Pihak pengelola juga melakukan berbagai promosi mengenai Desa Wisata Belimbing melalui website resmi Desa Belimbing (www.belimbingharmoni.com) serta media cetak salah satunya yaitu brosur berbahasa Inggris. Pelayanan wilayah primer dan sekunder yang diberikan yaitu dengan penyediaan utilitas dan fasilitas pendukung. Pelayanan tersebut didukung dengan pembangunan lahan parkir, penambahan jalur tracking, dan bantuan dari PNPM untuk perbaikan infrastruktur. Dalam hal pricing, pengelola Desa Belimbing belum memberikan harga tetap terhadap aktivitas tracking melainkan untuk harga dapat diberikan langsung oleh wisatawan kepada guide lokal dari Desa Belimbing. Sebelumnya bekerjasama dengan sebuah travel yang memberikan harga untuk tracking dengan dua jenis paket yaitu medium trek sebesar $450 untuk 3 orang dan long trek sebesar $550 untuk 3 orang. Sedangkan keuntungannya atau hasil penjualan paket wisata tersebut langsung diterima oleh guide lokal dan masyarakat yang menyediakan homestay.

  • d.    Aspek Produksi dan Operasi

Pengelolaan ditinjau dari aspek produksi dan operasi meliputi produksi jasa, operasionalisasi jasa, dan delivery system Aspek produksi dan operasi memberikan gambaran mengenai jasa dan mekanisme pelayanan Desa Wisata Belimbing. Produksi jasa yang

disediakan baik dari pihak pengelola maupun masyarakat Desa Wisata Belimbing terdiri dari toilet (di Kantor Desa), restoran / warung makan, penginapan atau hotel, art shop, fasilitas kebersihan (tempat sampah), fasilitas keamanan, serta fasilitas parkir berupa tempat parkir disediakan di depan Kantor Desa Belimbing dan tempat parkir di sekitar jalur tracking masih dalam pembangunan.

Mengenai operasionalisasi jasa, terdiri dari beberapa faktor seperti mekanisme pelayanan keamanan, mekanisme pelayanan utilitas, mekanisme penyewaan kios, mekanisme pelayanan parkir, dan mekanisme pelayanan wisata pendukung. Dalam hal pelayanan keamanan, pihak pengelola Desa Wisata Belimbing menyediakan divisi keamanan, yaitu pecalang. Sedangkan dalam hal pelayanan utilitas juga tersedia fasilitas kebersihan, pe

nerangan, dan fasilitas parkir. Dalam mekanisme penyewaan kios, harga sewa kios tidak ditentukan oleh pihak pengelola, karena pembayaran kios langsung diserahkan kepada Desa Adat. Untuk mekanisme pelayanan parkir, terdapat lahan parkir di depan kantor desa.

Delivery system berkaitan dengan mekanisme penyampaian produk, yaitu bahwa pihak pengelola bekerjasama dengan PKM dari mahasiswa UNUD dalam menyediakan brosur tentang potensi Desa Wisata Belimbing. Brosur tersebut diperuntukkan bagi wisatawan, yang disediakan di Kantor Perbekel Desa Belimbing. Melalui brosur, wisatawan akan memperoleh informasi mengenai potensi wisata Desa Belimbing, tracking, tempat-tempat menarik di kawasan Desa Belimbing, fasilitas yang tersedia seperti homestay, dan aktivitas pertanian tradisional masyarakat, serta informasi umum yang berisi hal-hal yang perlu dilakukan dan larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan selama berada di Desa Wisata Belimbing.

  • e.    Aspek Sumber Daya Manusia

Pengelolaan ditinjau dari aspek sumber daya manusia meliputi system tenaga kerja, demografi tenaga kerja, dan pengembangan tenaga kerja. Aspek sumber daya manusia memberikan gambaran mengenai pengelolaan para pegawai yang bekerja di Kantor Perbekel Desa Belimbing. Sebagai desa wisata, pengelolaan membutuhkan dukungan dari

Vol. 3 No 1, 2015

sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi untuk memajukan desa wisata tersebut. Sistem tenaga kerja menjelaskan tentang waktu kerja dimana pegawai bekerja full time dari jam 08.00 pagi hingga 13.00 siang, sedangkan sistem pengembangan pegawai ialah berupa pemberian pelatihan dan pendidikan terhadap karyawan serta kegiatan persembahyangan.

  • f.    Aspek Sistem Informasi Manajemen

Pengelolaan ditinjau dari aspek system informasi manajemen meliputi kepuasan wisatawan, informasi jasa, informasi menuju lokasi, dan informasi selama dilokasi. Aspek sistem informasi manajemen memberikan gambaran mengenai pengaturan tata cara penyampaian informasi dan tanggapan dari penikmat Desa Wisata Belimbing. Dari segi keamanan, wisatawan berpendapat kawasan desa masih tergolong aman dan mereka tidak menemui adanya tindakan kriminal. Informasi jasa yaitu informasi tentang gambaran umum atraksi di Desa Wisata Belimbing seperti Pura Mekori, Air Terjun Sade dan Air Terjun Benben, persawahan, atraksi memanjat pohon kelapa, dan pembuatan kuliner lokal. Tidak terdapat papan petunjuk arah menuju Desa Wisata Belimbing, namun mengikuti penunjuk arah ke Singaraja, karena letak Desa Wisata Belimbing searah menuju ke Singaraja. Informasi selama di lokasi disediakan oleh pihak pengelola Desa Wisata Belimbing untuk memberikan informasi dan memudahkan wisatawan dalam melakukan aktivitas, terutama dalam melakukan tracking yang merupakan produk wisata andalan di Desa Wisata Belimbing. Hal-hal yang menyangkut informasi selama di lokasi meliputi Petunjuk Arah Spot Wisata, Petunjuk Fasilitas, Petunjuk Utilitas, Petunjuk Larangan, Petunjuk Himbauan, Petunjuk Arahan Wisata, dan Informasi Mengenai Harga Atraksi.

TANTANGAN DAN UPAYA PENGELOLAAN DESA BELIMBING SEBAGAI DESA WISATA MENUJU PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pembangunan pariwisata berkelanjutan diharapkan dapat menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya alam, ekonomi, dan kearifan lokal. Pariwisata berkelanjutan ialah pembangunan pariwisata yang dapat memberikan manfaat jangka panjang kepada

perekonomian lokal tanpa merusak lingkungan dan tetap memperhatikan aspek sosial budaya. WTO (2009) mengungkapkan bahwa pembangunan berkelanjutan harus menganut tiga prinsip baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang yaitu:

  • a.    Ecological Sustainability,

Keseimbangan ekologi menjadi tantangan bagi pengelolaan desa wisata karena sebuah desa wisata menyajikan keindahan alam sebagai atraksi utama. Keindahan alam akan tetap terjaga apabila kebersihan terus ditingkatkan melalui pengelolaan sampah. Kondisi Desa Wisata Belimbing yang sangat asri memang lebih didominasi oleh keindahannya, namun beberapa sampah plastik masih terdapat di sekitar jalur tracking. Namun tindakan gotong royong telah mulai rutin dilakukan untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah. Pengelolaan yang mandiri dilakukan selain untuk tetap menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal Desa Wisata Belimbing, juga agar hasilnya dapat langsung dirasakan masyarakat, sehingga pengelolaannya dapat berjalan seperti yang diharapkan oleh masyarakat.

  • b.    Social And Cultural Sustainability,

Keberlanjutan sosial budaya ialah aspek yang harus diperhatikan karena berkaitan erat dengan kebudayaan yang mencakup kehidupan atau keseharian masyarakat lokal seperti sistem pertanian tradisional. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak pengelola Desa Wisata Belimbing adalah terus mensosialisasikan tentang pelestarian budaya lokal kepada masyarakat agar tidak menghilang meskipun pariwisata semakin berkembang seiring berjalannya modernisasi dan globalisasi yang dapat pula mempengaruhi penggunaan peralatan pertanian modern. Kebudayaan atau kearifan lokal ialah warisan lokal yang harus dilestarikan pada setiap generasi. Aspek budaya lainnya yang harus lebih dikembangkan seperti pembuatan gula aren dan kuliner lokal dari bahan khas alam yang terdapat di Desa Wisata Belimbing. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan sosial budaya di Desa Wisata Belimbing yaitu pemberdayaan dan pembinaan petani lokal

Vol. 3 No 1, 2015

untuk mengelola potensi alam dan budaya yang ada sehingga diharapkan dapat menjaga hubungan sosial budaya dan akan menunjang keberhasilan pengelolaan Desa Wisata Belimbing.

  • c.    Economic Sustainability

Aspek ekonomi yaitu berkaitan dengan pendapatan yang diterima secara langsung oleh masyarakat lokal Desa Wisata Belimbing, baik dari usaha di bidang pariwisata maupun profesi sebagai seorang guide lokal. Aspek ekonomi yang berkelanjutan dari desa wisata menjadi sebuah tantangan mengingat belum 100 masyarakat lokal terlibat dalam bidang pariwisata. Sebagai sebuah desa wisata, harus ada perbaikan yang signifikan terhadap perekonomian lokal dengan upaya sebagai berikut:

  • a.    Memberdayakan seluruh masyarkat yang berpotensi menjadi guide, karena pendapatan diperoleh langsung dari wisatawan.

  • b.    Mengelola sistem keuangan atau pendapatan dari sektor pariwisata agar merata kepada seluruh masyarakat desa.

  • c.    Mengatur kerjasama dengan travel terhadap hasil dari paket wisata.

  • d.    Pemerintah        desa        harus

mengembangkan dan memfasilitasi kreativitas para pengrajin lokal, untuk dapat membuka peluang usaha kerajinan lokal.

Sedangkan tantangan lainnya yang dihadapi dalam bidang ekonomi yaitu keterbatasan dana untuk pengelolaan desa wisata. Dalam hal ini, Desa Wisata Belimbing ingin menjadi desa wisata yang mandiri dimana pengelolaannya melibatka masyarakat lokal, sehingga pihak swasta atau pihak luar lainnya hanya berkontribusi dalam hal pelatihan dan pembinaan masyarakat lokal. Sehingga perlu diupayakan mengenai kerjasama lebih lanjut agar dapat mengatasi kurangnya dana yang diperlukan untuk pengelolaan agar dapat berjalan optimal.

SIMPULAN DAN SARAN

Pengelolaan Desa Wisata Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan Bali

telah menerapkan pengelolaan desa wisata yang meliputi 6 aspek yaitu:

  • a)    Aspek organisasi meliputi sejarah lokasi, sejarah lembaga dan legalitas, stuktur organisasi, interaksi lembaga, dan kebijakan dan program

  • b)    Aspek keuangan meliputi pendapatan, pengeluaran, sistem bagi hasil, dan pelaporan

  • c)    Aspek Pemasaran meliputi produk, promosi, place, dan pricing

  • d)    Aspek produksi dan operasi meliputi produksi jasa, operasionalisasi jasa, dan delivery system

  • e)    Aspek sumber daya manusia meliputi system tenaga kerja, demografi tenaga kerja, dan pengembangan tenaga kerja

  • f)    Aspek system informasi manajemen meliputi informasi jasa, informasi menuju lokasi, dan informasi selama dilokasi.

.Untuk menuju pariwisata berkelanjutan, maka pengelolaan Desa Wisata Belimbing menghadapi tantangan dan upaya yang dilakukan guna menjaga keseimbangan alam seperti menjaga kelestarian alam sebagai atraksi wisata dengan aktivitas yang berorientasi pada pelestarian alam dan melakukan pengelolaan sampah; dalam bidang sosial budaya yaitu mempertahankan kebudayaan lokal yang mencakup kehidupan atau keseharian masyarakat lokal seperti sistem pertanian tradisional serta tantangan dalam upaya pemberdayaan dan pembinaan petani lokal untuk mengelola potensi alam dan budaya sehingga diharapkan dapat menjaga hubungan sosial budaya dan akan menunjang keberhasilan pengelolaan Desa Wisata Belimbing; dan dalam bidang ekonomi yakni memberdayakan masyarakat yang berpotensi menjadi guide, mengelola sistem keuangan atau pendapatan dari sektor pariwisata agar merata, berkerjasama dengan travel terhadap hasil dari paket wisata, dan membuka peluang usaha kerajinan lokal.

Pihak pengelola Desa Wisata Belimbing perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan sistem manajemen pengelolaan desa, melakukan perbaikan dan penambahan pada sarana prasarana, peningkatan kualitas SDM lokal maupun pemasaran desa wisata

Vol. 3 No 1, 2015

Belimbing. Di samping itu pula agar pengelola dapat menciptakan kesadaran masyarakat maupun wisatawan agar aktivitas yang menyangkut pariwisata tetap memerhatikan keseimbangan alam, sosial budaya dan ekonomi guna menuju pariwisata berkelanjutan dengan cara menjaga kelestarian ekologi dan budaya lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Goeldner, Charles R. dan J.R Brent Ritchie. 2009. Tourism Principles, Practices,    Philosophies.Canada:

Johnwiley & Sons.

Husein, Umar. 2005. Strategic Management in Action.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pendit, S. Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Weaver, David. 2006. Sustainable Tourism: Theory and Practice. Great Britain: Elsevier Butterworth-Heinemann.

Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Websites:

Marimin. 2013. Isu-Isu Krusial Di Dalam Pengelolaan Desa Wisata Sebagai Alternatif   Berwirausaha.

www.stpsahidsolo.ac.id/html/index.php?id=arti kel&kode=21. Diakses pada 4 Mei 2013.

WTO. 2009.      http://www.iisd.ca/publications-

resources/sust_devt2009.htm. Diakses pada 10 Juni 2013.

Website Resmi Pariwisata Jawa Tengah. 2012. http://www.central-java-tourism.com.   Diakses

pada 10 Juni 2013.

23