Upaya Peningkatan Kunjungan Wisatawan Wellness Tourism di Desa Adat Bindu, Kabupaten Badung, Bali
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 10 No 2, 2022
Upaya Peningkatan Kunjungan Wisatawan Wellness Tourism di Desa Adat Bindu, Kabupaten Badung, Bali
Ayu Komang Yessi Prismawati a, 1, Ida Bagus Suryawan a, 2
a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Sri ratu Mahendradatta Bukit Jimbaran, Bali 80361 Indonesia
Abstract
Bindu Traditional Village (Desa Adat Bindu) is an emerging health and wellness tourism destination in Bali that features a variety of spiritual activities and traditional herbs and seasonings. Unfortunately, as a result of a dearth of marketing and the COVID-19 restrictions, the number of tourists visiting the area dropped to as low as zero in 2020. This issued has raised some concerns regarding resilience, necessitating the identification of Bindu Village’s wellness tourism product, its visitors’ characteristics, and the efforts of stakeholders to increase visitor numbers.
This research employs a qualitative methodology, gathering data through interviews, observations, documentation, and a review of the relevant literature. To obtain primary data, interviews with the head of Bindu Village and the head of Bindu’s POKDARWIS Group were conducted. The data are analyzed using the SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) framework to structure a promotion strategy.
This research revealed that Bindu Traditional Village’s tourism products are comprehensive, encompassing, attraction, amenity, accessibility, and ancillary products. Middle-to-upper class travelers, both international and local, dominated the village. To increase the number of visitors, stakeholders must use social media to promote a healthy, clean, and content lifestyle that is sustained by wellness tourism. This research also suggests collaboration as a promotional strategy.
Keyword: Wellness tourism, Strategy, Bindu Traditional Village, SWOT, Tourism Recovery.
Pariwisata merupakan sektor yang mengalami pukulan keras karena kehadiran pandemi COVID-19. Sektor pariwisata merupakan penyumbang penghasilan negara yang dinilai cukup besar. Pandemi COVID-19 ini memberikan dampak kerugian secara signifikan kepada destinasi-destinasi wisata yang ditafsir mencapai puluhan hingga ratusan juta (Dwina, 2020). Menanggapi fenomena tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mendorong Indonesia untuk mengembangkan produk wisata kesehatan (wellness tourism) sebagai upaya dalam membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi di Tanah Air. Wellness tourism merupakan produk wisata berupa jasa yang dikembangkan maupun diciptakan secara sosial dan ekologis sesuai dengan kondisi destinasi (Kaspar dalam Müller dan Kaufmann, 2007). Produk wellness tourism mengutamakan peningkatan kesehatan dan kebugaran fisik serta pemulihan kesehatan spiritual dan mental wisatwan.
Di Indonesia, Bali merupakan destinasi wisata yang tidak asing baik kepada wisatawan domestik maupun internasional. Bali acapkali disebut sebagai rumah kedua bagi para wisatawan. Bali juga diyakini memiliki potensi sebagai destinasi wisata yang menawarkan produk wisata kesehatan. Bali memiliki banyak desa, salah satunya Desa Adat Bindu yang terletak di Kabupaten Badung. Desa Adat Bindu merupakan desa yang sedang melakukan pengembangan wellness tourism. Pengembangan produk wisata kesehatan ini di
dukung dengan lingkungan yang tentram dan terdapat objek wisata minat khusus Healing Centre. Desa Adat Bindu menawarkan kegiatan pengobatan herbal dengan tumbuh-tumbuhan maupun rempah-rempah tradisional.
Sejak adanya pandemi COVID-19, kunjungan wisatawan terus mengalami penurunan. Pada akhir tahun lalu, Desa Adat Bindu tercatat tidak memiliki kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu mengenai peran elit desa dalam pengembangan wellness tourism di Desa Adat Bindu, promosi mengenai produk wisata kesehatan belum dilakukan secara maksimal. Maka dari itu, promosi pengembangan wellness tourism perlu dilakukan lebih gencar sehingga lebih banyak diketahui oleh wisatawan.
Berdasarkan uraian diatas, kajian ini ditulis untuk meneliti upaya peningkatan kunjungan wisatawan wellness tourism di Desa Adat Bindu. Analisis mencakup tiga rumusan, yaitu bentuk penawaran produk wisata wellness tourism di Desa Adat Bindu, karakteristik wisatawan, dan upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kunjungan dari produk wisata kesehatan di Desa Adat Bindu.
Untuk melakukan positioning terhadap penelitian, dilakukan telaah penelitian terdahulu terhadap tiga studi yang membahas fokus penelitian. Penelitian terdahulu dikaji sehingga dapat menjadi referensi bagi peneliti maupun pembaca.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 2, 2022
Penelitian pertama dilakukan oleh Suarmadi dkk (2018) mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan jumlah wisatawan serta rangkaian solusi untuk mengatasi masalah tersebut, dengan judul “Upaya Peningkatan Jumlah Wisatawan ke Pemandoan Air Panas Toya Bungkah, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.” Penelitian pertama menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk menguraikan upaya-upaya pengelola daya tarik wisata untuk bangkit kembali setelah mengalami penurunan jumlah kunjungan. Persamaan penelitian terdahulu pertama dengan penelitian ini adalah pada objektif penelitian, yaitu membahas langkah-langkah meningkatkan kunjungan wisatawan. Sedangkan perbedaannya adalah pada lokasi penelitian, yang mana penelitian terdahulu dilakukan di Pemandian Toya Bungkah, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, dan penelitian ini dilakukan di Desa Adat Bindu, Kabupaten Badung, Bali.
Penelitian kedua dikaji untuk menelaah strategi pemasaran, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap situs wisata alam, yang dilakukan oleh Arini dkk (2021) dengan judul “Strategi Peningkatan Kunjungan Wisatawan ke Danau Dendam Tak Sudah Kota Bengkulu”. Penelitian terdahulu menggunakan analisis SWOT dalam menganalisis strategi peningkatan kunjungan wisatawan. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada lokasi penelitian, yang mana penelitian terdahulu dilakukan di Kelurahan Dusun Besar, Bengkulu.
Penelitian terdahulu ketiga ditelaah untuk mengetahui upaya-upaya desa dalam mengembangkan wellness tourism sebagai daya tarik wisata yang dilakukan oleh Savitri dkk (2019) dengan judul “Peran Elit Desa dalam Pengembangan Wellness Tourism di Desa Adat Bindu, Desa Mekar Bhuana, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Penelitian terdahulu mengacu pada peran elit desa dalam pengembangan wellness tourism, sedangkan penelitian ini mengkaji upaya peningkatan kunjungan wisatawan wellness tourism.
Penelitian ini menggunakan beberapa landasan konsep sebagai basis studi, yaitu: Konsep Produk Wisata (Yoeti, 1995), Konsep Wellness Tourism (Barre, 2005; Voigt, 2014), Karakteristik Wisatawan (Seaton dan Bennet, 1996), dan Konsep Strategi Peningkatan Kunjungan Wisatawan (Rangkuti, 2005).
Penelitian ini dilakukan di Desa Adat Bindu, Desa Mekar Bhuana, Kecamatan
Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. Ruang lingkup penelitian pda penelitian ini adalah bentuk penawaran produk wisata wellness tourism di Desa Adat Bindu yang menggunakan konsep produk pariwisata, yaitu attraction, accessibility, amenity, ancillary. Selanjutnya, karakteristik wisatawan di Desa Adat Bindu yang dikaji melalui karakteristik sosio-demografis, karakteristik geografis, karakteristik psikografis, dan upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wellness tourism di Desa Adat Bindu dengan menggunakan Analisis SWOT berdasarkan komponen produk wisata wellness tourism dan strategi peningkatan kunjungan wellness tourism Desa Adat Bindu berbasis SWOT (strategi SO, ST, WO, WT).
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi produk wisata wellness tourism di Desa Adat Bindu dilihat dari atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary. Karakteristik sosio-demografis, geografis dan psikografis wisatawan. Data ini dapat diperoleh melalui wawancara di lapangan, observasi, dokumentasi dan penelitian kepustakaan. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan penelitian kepustakaan. Wawancara merupakan bentuk komunikasii dua orang untuk mendapatkan informasi dari seseorang melalui pertanyaan-pertanyaan tertentu (Mulyana, 2001). Wawancara dalam penelitian ini diperoleh dari informan melalui wawancara langsung terhadap Bendesa dan Ketua POKDARWIS Desa Adat Bindu untuk mendapatkan informasi mendalam mengenai upaya dalam meningkatkan kunjungan wellness tourism di Desa Adat Bindu. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan peninjauan langsung untuk meperoleh gambaran mengenai permasalahan di Desa Adat Bindu. Dokumentasi merupakan metode yang mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada (Riyanto, 2010). Pada penelitian ini, dokumentasi meliputi kegiatan yang dilakukan oleh Desa Adat Bindu dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Penelitian kepustakaan adalah menggali informasi atau pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian melalui sumber-sumber ilmiah.
Dalam penelititan ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, dan analisis SWOT. Analisis deskriptif kualitatif menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi, dari berbagai
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 2, 2022
data yang dikumpulkan melalui wawancara atau observasi mengenai masalah yang diteliti (I.M. Winartha, 2006). Dalam penelitian ini, analisis deksriptif kualitatif dengan menguraikan mendeskripsikan secara detail mengenai produk wisata wellness tourism, karakteristik wisatawan di Desa Adat Bindu dan upaya meningkatkan kunjungan wisatawan wellness tourism dengan mengkaji analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk memkasimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalisir kelemahan dan ancaman dari Desa Adat Bindu. Analisis ini dilaksanakan dengan mengkaji faktor internal yang meliputi strengths dan weakness, dan faktor eksternal opportunities, dan threats. Setelah pengumpulan data, analisis data, langkah selanjutnya adalah perumusan strategi (Ezra, 2012).
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
4.1 Produk Wellness Tourism Desa Adat Bindu
-
a) Attraction (Atraksi)
Atraksi wisata wellness tourism yang bisa dilihat dan dilakukan wisatawan di Desa Adat Bindu guna meningkatkan dan mempertahankan kesehatan tubuh, antara lain:
-
1. Atraksi Alam
Gambar 4.1 Jalur Trekking Desa Adat Bindu (Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan, 2022)
Pada Desa Bindu terdapat sawah seluas 25 hektar dan sungai yang menjadi sumber pengairan bagi sawah. Atraksi wisata alam yang dapat dilakukan di area persawahan adalah trekking, membajak sawah, menanam dan memanen padi saat sudah musimnya. Sedangkan sungai menjadi tempat atraksi wisata tubing.
-
2. Atraksi Wisata Budaya
Atraksi wisata budaya yang ada di Desa Bindu adalah mencobamakanan tradisional khas Bali, apabila wisatawan tertarik untuk membuat makanan tersebut wisatawan dapat mengikuti kegiatan cooking class dengan mempelajari cara memasak makanan tradisional khas Bali. Selain itu, juga terdapat rumah adat Bali yang dimanfaatkan menjadi homestay untuk wisatawan. Dengan
dijadikannya rumah adat Bali menjadi homestay, wisatawan diberikan pengalaman untuk dapat melihat kehidupan masyarakat lokal secara langsung, sehingga dapat merasakan budaya-budaya atau kebiasaan masyarakat lokal. Atraksi lainnya adalah seni tari dan tabuh, terdapat sanggar seni yang dikelolah oleh masyarakat lokal sebagai tempat pelatihan kesenian anak- anak Desa Adat Bindu. Apabila wisatawan tertarik untuk mempelajari seni tari dan tabuh khas Bali, wisatawan dapat mengikuti pelatihan tersebut.
-
3. Atraksi Buatan
Atraksi buatan manusia yang terdapat di Desa Adat Bindu adalah healing centre yang bernama Tanah Hyang Healing Centre. Healing centre telah ada sejak tahun 2009 dan dikelola oleh balian atau yang biasa disebut Ajik Healer. Konsep dasar dari healing centre ini adalah penyembuhan tradisional. Lokasinya berada di tengah persawahan yang jauh dari jalan raya menyebabkan wisatawan yang datang untuk berobat akan mendapatkan ketenangan jiwa.
Gambar 4.2 Tanah Hyang Healing Centre (Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan, 2022)
Kegiatan yang dilakukan di healing centre, antara lain pengobatan herbal dengan tumbuh-tumbuhan maupun rempah-rempah tradisional yang berada di Desa Adat Bindu, meditasi, pembersihan diri/melukat guna memberikan ketenangan spiritual kepada wisatawan. Healing centre juga menjadi tempat istirahat bagi wisatawan yang sedang melakukan trekking. Atraksi lainnya adalah yoga yang dilakukan di yoga centre. Di Desa Bindu wisatawan juga bisa melakukan aktivitas yoga yang berada di tengah-tengah persawahan, sehingga wisatawan bisa menikmati kelas yoga dengan merasakan udara yang segar dan pemandangan yang masih alami.
-
b) Accessibility (Aksesibilitas)
Desa Adat Bindu memiliki lokasi yang cukup strategis dan dilengkapi dengan akses jalan yang masih terbilang cukup baik serta sudah terdapat alat penunjuk arah yang disediakan oleh pemerintah, sehingga wisatawan tidak akan kesusahan untuk mencari lokasi Desa Adat Bindu. Wisatawan yang ingin berkunjung bisa menggunakan mobil atau motor karena tidak adanya angkutan umum yang melayani ke rute Desa Adat Bindu. Jika wisatawan datang dari Denpasar
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 2, 2022
akan menempuh waktu sekitar 30 menit, tentunya dengan keadaan lalu lintas jalan yang tidak macet.
Selama melakukan kegiatan wisata di kawasan Desa Adat Bindu, wisatawan tidak perlu menggunakan transportasi apapun karena jarak dari satu atraksi wisata ke tempat lainnya memiliki jarak yang dekat. Sehingga bisa dilalui dengan berjalan kaki. Desa Adat Bindu memiliki data informasi yang dapat diakses melalui website https://binduvillageretreat.com/, yang di dalamnya terdapat navigasi berupa profil, gallery, news, serta attraction yang terdapat di Desa Adat Bindu. Melalui website tersebut juga dapat menghubungi contact person yang tertera berupa whatsapp, dan juga no telepon pihak pengelola Desa Adat Bindu.
Gambar 4.3 Furama Villa
(Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan, 2022)
Area Desa Adat Bindu sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang akan menunjang kenyamanan dan mempermudah aktivitas wisatawan saat berkunjung ke Desa Adat Bindu. Fasilitas pendukung pariwisata yang terdapat di Desa Adat Bindu antara lain homestay yang terdapat hampir diseluruh rumah masyarakat lokal, terdapat beberapa villa dan Furama Villa and Spa yang merupakan resort yang menawarkan serangkaian fasilitas kelas dunia sebagai penginapan berbintang lima. Selain akomodasi tersebut, terdapat juga beberapa fasilitas penunjang pariwisata lainnya, yaitu area parkir kendaraan, toilet bersih, tempat cuci tangan yang berada di pinggir jalan guna menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, seluruh wilayah Desa Adat Bindu sudah tercover oleh Wi-Fi, dan di depan rumah warga terdapat tempat sampah untuk memisahkan sampah organik dan nonorganik yang nanti akan dikelola oleh petugas yang bertugas. Sehingga dengan adanya penataan sampah tersebut, lingkungan Desa Adat Bindu mulai tertata kebersihannya.
Saat ini di Desa Adat Bindu terdapat organisasi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), masyarakat yang peduli dengan wisata terutama masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata dihimpun dan menjadi bagian dari POKDARWIS Desa Adat Bindu. Pengukuhan Kelompok Sadar Wisata Putra Jenggala Bindu terdapat pada
Keputusan Bupati Badung Nomor:
58/041/HK/2018. Dengan visi terwujudnya Desa Adat Bindu sebagai Desa Wisata Mandiri dan “Dinamis” (Damai, Indah, Nyaman, Menyenangkan dan Istimewa) berwawasan budaya yang berkembang dalam konsep keseimbangan (Tri Hita Karana) menuju Bindu yang sejahtera dan lestari. Sedangkan berikut adalah beberapa misi dari POKDARWIS Desa Adat Bindu :
-
1. Mewujudkan Bindu sebagai Desa Wisata yang menawarkan suasana kehidupan pedesaan yang asri dengan tradisi budaya serta lingkungan yang lestari.
-
2. Menciptakan lapangan kerja dan lapangan usaha bagi masyarakat Bindu untuk meningkatkan pendapatan melalui sektor Pariwisata.
-
3. Meningkatkan wawasan SDM di bidang
kepariwisataan dan mendorong semangat generasi muda dalam melanjutkan Pendidikan semaksimal mungkin.
-
4. Meingkatkan peran aktif masyarakt untuk
membiasakan menjaga lingkungan tetap bersih dan asri menuju hidup yang lebih sehat.
Untuk saat ini POKDARWIS Desa Adat Bindu belum memiliki AD/ART. Menurut penuturan Ketua POKDARWIS Desa Adat Bindu Gusti Made Rai Kardita saat diwawancarai penulis pada 16 April 2022, AD/ART tersebut masih dalam proses persiapan. Selain itu, belum adanya tourist information di Desa Adat Bindu dan belum ada lagi travel agent yang bekerjasama dengan Desa Adat Bindu setelah pandemi COVID-19. Desa Adat Bindu juga memiliki pemandu lokal yang cukup banyak karena banyak masyarakat setempat yang berkecimpung di bidang pariwisata, terdapat pemandu lokal yang bisa berbahasa Inggris, Percancis, Jepang dan Jerman.
Gambar 4.4 Wisatawan di Desa Adat Bindu (Sumber: Bendesa Adat Bindu, 2019)
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 2, 2022
Berdasarkan karakteristik sosio-
demografis, wisatawan yang datang ke Desa Adat Bindu adalah golongan muda hingga golongan tua yang berusia antara 40-60 tahun, wisatawan yang berusia masih muda atau anak kecil biasanya datang bersama keluarga mereka. Terdapat juga muridmurid yang berasal dari Green School Bali yang diajak untuk mencoba kegiatan-kegiatan, seperti berkebun dan membajak sawah.
Berdasarkan karakteristik geografis, wisatawan terbagi menjadi kategori wisatawan lokal dan mancanegara, yang mana wisatawan lokal yaitu penduduk Bali. Sedangkan wisatawan mancanegara datang dari berbagai negara, namun akan lebih memungkinkan wisatawan mancanegara yang memiliki masa tinggal lebih lama dan memiliki minat untuk mengunjungi Desa Adat Bindu. Wisatawan yang berkunjung ke Desa Adat Bindu di dominasi oleh wisatawan yang berasal dari Perancis, Inggris dan Amerika Serikat. “Sebelum pandemi Covid-19 wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Adat Bindu kebanyakan dari negara Perancis, Inggris dan Amerika Serikat”, ujar Ketua POKDARWIS Desa Adat Bindu c) Karakteristik Psikografis
Berdasarkan karakteristik psikografis, wisatawan yang datang biasanya berasal dari golongan kelas sosial menengah ke atas dan memiliki gaya hidup yang tidak terlalu mengarah ke hedonisme karena Desa Adat Bindu terkenal akan wellness tourism. Wisatawan yang datang akan lebih banyak memiliki tujuan untuk melakukan kegiatan self-healing karena terdapat Healing Centre, kelas yoga, spa dan menjadikan Desa Adat Bindu sebagai destinasi yang menjadi health and wellness tourism. “Kalau golongan wisatawan kami juga kurang tahu tapi yang pasti kalau berwisata sudah pasti
menengah keatas, yang memilih Desa Bindu biasanya karena mencari kegiatan wisata yang dapat
menenangkan pikiran dan melakukan self-healing.” Ucap ketua POKDARWIS Desa Adat Bindu dalam wawancara (16 April, 2022).
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) digunakan untuk mengkaji komponen produk wellness tourism di Desa Adat Bindu. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dengan faktor internal. Faktor internal membahas tentang kekuatan dan kelemahan Desa Adat Bindu. Sedangkan faktor
eksternal mengarah pada faktor peluang dan ancaman. Analisis yang akan dijelaskan berikut ini mengulas mengenai faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) yang terdapat pada Desa Adat Bindu.
-
1. Strength/ Kekuatan
i)Memiliki atraksi wisata yang menjadi ciri khas Desa Adat Bindu
Desa Adat Bindu merupakan desa yang menawarkan wellness tourism kepada wisatawan dan memiliki atraksi wisata yang manjadi ciri khas Desa Adat Bindu, yaitu healing centre. Di Desa Adat Bindu wisatawan juga dapat mengikuti kelas yoga dan spa.
ii)Memiliki fasilitas yang memadai
Akomodasi penginapan yang jumlahnya cukup banyak, mulai dari homestay, villa, resort, toilet bersih dan tempat parkir. Seluruh area Desa Adat Bindu sudah tercover dengan Wi-Fi dan terdapat fasilitas tempat cuci tangan yang berada di depan rumah warga demi menjaga protokol kesehatan.
iii)Penataan LIngkungan
Gambar 4.5 Tata Lingkungan Rapi
(Sumber: Dokumentasi Penelitian Lapangan, 2022)
Pengelolaan sampah di Desa Adat Bindu yang sudah berhasil, dilihat dari masyarakat lokal yang memisahkan sampah organik dan non-organik yang nanti akan dikelola oleh yang bertugas. Sehingga dengan adanya penataan dan pengelolaan sampah yang baik dan benar tersebut, lingkungan Desa Adat Bindu mulai tertata kebersihannya dan memberikan suasana yang tentram.
iv)Kehidupan Masyarakat
Rumah warga dijadikan homestay, memberikan pengalaman kepada wisatawan untuk dapat melihat kehidupan masyarakat lokal secara langsung.
-
2. Weakness/Kelemahan
Kelemahan yang saat ini dimiliki oleh Desa Adat Bindu adalah kurangnya promosi mengenai potensi-potensi wisata yang terdapat di Desa Adat Bindu kepada masyarakat luas. Desa Adat Bindu sudah memiliki wadah promosi di media sosial berupa website resmi (binduvillageretreat.com) dan Instagram (bindu_update), akan tetapi belum
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 2, 2022
dikelola secara baik karena belum aktif membuat konten untuk mempromosikan potensi wisata Desa Adat Bindu, dimana konten terakhir yang di buat oleh Desa Adat Bindu di Instagram dan website resmi adalah pada tanggal 5 Desember 2020. Hal tersebut karena belum ada SDM yang bisa membuat konten yang bagus dan menangani sosial media Desa Adat Bindu secara aktif. Akibatnya, terjadi penurunan tingkat kunjungan wisatawan dan sampai saat ini belum adanya wisatawan yang datang kembali ke Desa Adat Bindu.
-
3. Opportunity/Peluang
-
i) Wellness tourism menjadi tren berwisata
Peluang yang dimiliki Desa Adat Bindu saat ini adalah wellness tourism. Setelah pandemi COVID-19, perilaku dan minat wisatawan saat berlibur mengalami perubahan. Industri pariwisata juga mengutamakan kondisi kesehatan masyarakat pada negara tujuan. Konsep pariwisata ini, fokusnya bukan lagi kepada kuantitas kunjungan melainkan pada kualitas. Sehingga wellness tourism akan menjadi tren pasca pandemi Covid-19. Salah satu cara dalam menerapkan wellness tourism adalah dengan melakukan kegiatan, seperti trekking, yoga serta jogging. Oleh karena itu, Desa Adat Bindu memiliki peluang yang cukup besar untuk mendatangkan kembali wisatawan dimasa pandemi karena Desa Adat Bindu merupakan desa yang menawarkan konsep wellness tourism yaitu mengedepankan kesehatan dan kebugaran tubuh kepada wisatawan.
-
ii) Lokasi strategis
Desa Adat Bindu memiliki lokasi yang terbilang cukup strategis, dimana hanya 15 menit dari Central Ubud, 30 menit dari Denpasar dan akses jalan menuju Desa Adat Bindu yang sudah diaspal dan dalam keadaan yang baik.
-
4. Threat/Ancaman
Ancaman yang dimiliki Desa Adat Bindu saat ini antara lain ancaman kalah daya saing dengan Desa Wisata yang sudah berkembang lebih dulu dan memiliki ciri khas yang berbeda, seperti Desa Wisata yang berada di Ubud yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat luas. Ancaman lainnya adalah desa lain yang sudah sah menjadi Desa Wisata secara hukum dan memiliki SK sebagai Desa Wisata, serta ancaman tidak terealisasikannya Desa Adat Bindu menjadi Desa Wisata, karena belum adanya kesempatan bagi Bendesa Adat Bindu dalam menjadikan Desa Adat Bindu menjadi Desa Wisata secara resmi.
Berdasarkan analisis SWOT di atas, penelitian ini mengembangkan strategi yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang serta secara langsung meminimalkan kelemahan dan ancaman sebagai upaya dalam meningkatkan kunjungan wisata wellness tourism ke Desa Adat Bindu.
Tabel 4.1 Matriks SWOT dalam Upaya Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Wellness Tourism di Desa Adat Bindu
Intcrniil Kksiemal |
VrjMjpkA i .∙' k∙⅜*aM∏ ∣S) 1. ManliL MEikii ana W w>g ∏*V∙Λ on w«« Dm Altai BuiU .’ MrmiiL e>ιliin yu⅛ ιr<πι>14i 1 Beralon lt*fnι*ιp∙ι Dcu AdM Dndi >ug mn∣ t»pi Jmb fctuh 4 Mrlihn IHimmwi LrfuΔ4Mr∣ MiarirakJi ■atari Iaapirig |
BeoANeiwv KeIrmakM IW i 1 Bctain ta!ιf dalaιι∣ ιιctιtauι Lnrrn * ∣MM∣ wtaa Wf KMhkdutalikJiikkDeMAilx! Htuta |
ι,⅛ι*rwwtoeV FriiMnj IOl
«m in mβfc∣aι⅛ Irrn t*SWMU ∣Um.i pandora Cuvui- IM
|
MrwirtHS-O) J. MniiIiL UKaiki MtaMU IWf xκ∏a∣ι cm kta∙ VfkfU MiiYkKta IftMriWK vtat( rtMijadi Irm hθΓWmU (MKft (MMlCfIIl IS I. Wll 2 Mcqmj UmI ιι*ι y≡g WMWidtraIita ISX WZ∣ 1 IVrwiaan IntLkQian Imhu ∣cran∣ rapι Lurfn [WrrAnaata di Dcm Aika Dndi tan mAmw MifTtci Icxiwal tan LHWBlMniSJ-WI) 4 MrtrJtcrikMi pc la Irtati kφ∙ta Itwwtaai Ltaii ISA 04) |
StralrpiVV Jl∣ 1 Bckcr-IaMiiki dcuptι Liftfm atau ιmtχJM Urtatya muk IlKfctailL ιlabh maAUN Icottcn Wtf KrrKtriiIiari WtUnoM vιrk∏∣ Mtajii Iran Iacrwtaaki pace paufcnn I* I 01) J MctaLxtaar ∣rutκaι Lbb gear ar A mb⅛I Kndu rwn∣ Dm Atai B⅛tιta ∣Lκ*aι∣ FTKViri Klk-Ti poimn IMrrtacrr iia∣rur* dm tatali Dm Altai Htuta swιlr Uriicpa (Wl, Cttl |
fAreon ∕ Anramaa <∏ 1 AfciiiiMi UUi <tapa ■utf Ccnpn Devi Wtaaa png JuAb IckcniiMBK KrLtaIi AMmIu J Dm Axtai Iktrlu lκlαι∣ rnrτπi∣kι SK att∙pn DmWftMi |
MrwrtI ∣V l∣
LmwLii pneui MMti. luιli-∣. Cxai LcfcitilMci SetMtfJP ∣wrfM QefMiftf ιLιifθi dm MtuVa Lrwu rτ*rπalιkι p∏ Dim Ietvenlri fit SlSJ1T])
ιkn*M∣ Pmala apt MntaiMMkacnyi Dm AtaJ BiItaii mental! dm ∙iβ∙lS.VMTI) |
VtralrptW-I!. 1 MmifjJkirtBi LetaiitMn ιtaiaaι ItKUiiLat 3trntoι dι MMifJ Wtaft lta> !MU bαautf Jfcttfati Jna lut∣ yog sulta SefteeihMg Iebh ιtaiu dm Iialxk Ofctnlita SK Dtu Wι<n∣WI. Tl, III |
Sumber: hasil penelitian (2022)
Berdasarkan tabel diatas, maka strategi yang perlu diterapkan dalam upaya meningkatkan kunjungan wellness tourism di Desa Adat Bindu antara lain:
-
1. Strategi SO
-
i) Memiliki atraksi wisata yang menjadi ciri khas, yaitu wellness tourism yang menjadi tren berwisata pasca pandemi
-
ii) Melakukan perawatan dan pengawasan terhadap pembangunan infrastruktur jalan dan penginapan dengan baik agar kegiatan pariwisata di Desa Adat Bindu bisa berjalan dengan baik.
-
iii) Penataan lingkungan di Desa Adat Bindu harus tertata rapi dan selalu terjaga kebersihannya karena pariwisata di Desa Adat Bindu berawal dari kebersihan, dari kebersihan tersebutlah akan menjadi wisata yang sehat dan mengarah kepada wellness tourism.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 2, 2022
-
iv) Memberikan pelatihan kepada seluruh masyarakat Desa Adat Bindu dalam mengelola desa wisata dan memberikan pelatihan mengenai sikap yang baik saat adanya wisatawan yang berkunjung.
-
2. Strategi ST
-
i) Mengembangkan dan mempertahankan keunikan potensi wisata yang menjadi ciri khas dari Desa Adat Bindu dan menjaga fasilitas dan kebersihan yang ada. Desa Adat Bindu memiliki ciri khas sebagai desa yang menawarkan wellness tourism kepada wisatawan dan memiliki potensi wisata healing centre yang bisa bersaing dengan desa wisata lainnya.
-
ii) Menjalin kerjasama yang baik dengan Pemerintah Daerah agar terealisasikannya Desa Adat Bindu menjadi Desa Wisata karena Desa Adat Bindu sudah memiliki potensi wisata dan fasilitas serta keramahan warga lokal untuk menyambut wisatawan.
-
3. Strategi WO
-
i) Desa Adat Bindu sudah memiliki sosial media seperti laman resmi dan Instagram, tetapi belum aktif dalam membuat konten. Hal tersebut karena belum ada SDM yang bisa membuat konten yang bagus dan menangani sosial media Desa Adat Bindu secara aktif. Akan tetapi Desa Adat Bindu juga tidak memiliki budget untuk menyewa orang profesional yang bisa menangani sosial media Desa Adat Bindu, sehingga bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan kampus atau instansi lainnya untuk membantu dalam membuat konten di media sosial Desa Adat Bindu.
-
ii) Melakukan promosi lebih aktif secara online di media sosial Desa Adat Bindu, seperti di Instagram, website resmi Desa Adat Bindu dan membuat social media baru seperti tiktok dan lain-lain untuk mempromosikan potensi wisata yang berada di Desa Adat Bindu dan menonjolkan lokasi Desa Adat Bindu yang strategis.
-
4. Strategi WT
Meningkatkan keaktifan dalam melakukan promosi di sosial media resmi Desa Adat Bindu dan seluruh masyarakat membantu dalam melakukan promosi di sosial media pribadi dan melakukan promosi dari mulut ke mulut kepada saudara ataupun teman, sehingga masyarakat luas dapat mengatahui potensi wellness tourism yang dimiliki Desa Adat Bindu dan Desa Adat Bindu bisa bersaing dengan Desa Wisata yang sudah terkenal serta
berkembang lebih dulu serta Desa Wisata yang sudah memiliki SK Desa Wisata.
Berdasarkan analisis SWOT diatas strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wellness tourism di Desa Adat Bindu adalah mempertahankan kebersihan dan keindahan alam karena wellness tourism dapat dimulai dari kebersihan karena dengan lingkungan yang bersih akan membuat wisatawan yang berkunjung menjadi senang melihat lingkungan yang bersih dan tertata rapi. Selanjutnya bekerjasama dengan berbagai pihak dalam melakukan promosi lewat jalur internet maupun brosur untuk memperkenalkan potensi wellness tourism Desa Adat Bindu agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Serta menjaga dan mempertahankan keunikan potensi wisata wellness tourism yang berada di Desa Adat Bindu, keunikan tersebut harus dijaga karena merupakan sebuah identitas dari Desa Adat Bindu. Apabila tidak dijaga, maka Desa Adat Bindu akan kehilangan ciri khas dan identitasnya sebagai desa yang menawarkan wellness tourism.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, Desa Adat Bindu merupakan salah satu desa di Bali yang sedang mengembangkan produk wellness tourism. Desa Adat Bindu memiliki keunggulan akan lokasinya yang strategis, serta lingkungannya yang tentram. Kehadiran pandemi COVID-19 memberikan dampak buruk terutama terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Adat Bindu. Dalam menghadapi isu tersebut, Desa Adat Bindu fokus mengembangkan produk yang tengah marak di kalangan masyarakat, wellness tourism. Desa Adat Bindu fokus pada produk wisata yang mengedepankan kesehatan dan kebugaran pada tubuh wisatawan yang sesuai dengan konsep wellness tourism.
Berdasarkan analisis SWOT, Desa Adat Bindu menganalisis upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Desa Adat Bindu saat pandemi COVID-19 ini. Desa Adat Bindu perlu melakukan kegiatan promosi media sosial yang diharapkan dapat menjadi media efektif untuk mempromosikan Desa Adat Bindu. Langkah ini juga sebaiknya perlu diiringi dengan perawatan dan pengawasan terhadap pembangunan infrastruktur, kebersihan lingkungan, memberikan pelatihan kepada masyarakat lokal, dan menjalin kerjasama untuk membantu dalam membuat konten promosi di media sosial Desa Adat Bindu.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 2, 2022
REFERENSI
Arini, E., Astuti, B., & Sismanto, A. (2021). Strategi
Peningkatan Kunjungan Wisatawan Ke Danau Dendam Tak Sudah Kota Bengkulu. BALANCE: Economic, Business, Management and Accounting Journal, 18(1), 20-28.
Barre, K. D. L. at all. 2005. A Feasibility Study for a Yukon Pariwisata health and Wellness Industry. North to Knowledge, Learning Travel Product Club, and The Department of Tourism and Culture, Yukon Territorial Government.
Dwina, I. (2020). Melemahnya Ekonomi Indonesia Pada Sektor Pariwisata, Akibat Dampak Dari Pandemi Covid-19.
Erza, M. (2012). Strategi Pemasaran Wisata Alam Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kawasan Wisata Kabupaten Kediri.
I Made Wirartha. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Andi.
Mueller, H., & Kaufmann, E. L. (2001). Wellness tourism: Market analysis of a special health tourism segment and implications for the hotel industry. Journal of vacation marketing, 7(1), 5-17.
Mulyana, Deddy. (2001). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Riyanto, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Penerbit SIC.
Savitri, N. W. G. S., & Arida, I. N. S. (2019). Peran Elit Desa Dalam Pengembangan Wellness Tourism Di Desa Adat Bindu, Desa Mekar Bhuana, Kecamatan Abiansemal, Kebupaten Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata, 7(1), 11-17.
Seaton dan Bennet, (1996:96), Tourist Descriptor
Suarmadi, I. G. P., Andiani, N. D., & Trianasari, T. (2018). UPAYA PENINGKATAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE PEMANDIAN AIR PANAS TOYA BUNGKAH, DESA BATUR, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI. Jurnal Manajemen Perhotelan dan Pariwisata, 1(2), 99106.
Voigt, C. (2014). Towards a conceptualization of wellness tourism. Wellness tourism: A destination
perspective, 19-44.
239
Discussion and feedback