Implementasi Konsep Community Based Tourism Pada Daya Tarik Wisata Religi Pulau Mansiman Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat
on
p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022
Implementasi Konsep Community Based Tourism Pada Daya Tarik Wisata Religi Pulau
Mansiman Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat
John Richard Wororik a,1 Gde Indra Bhaskara a, 2
1[email protected] 2[email protected]
a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Sri ratu Mahendradatta Bukit Jimbaran, Bali 80361 Indonesia
Abstract
This research was conduted to support the Indonesian government in declaring tourism as a leading sector in increasing the country’s foreign exchange. In addition, to explore and manage various tourism potentials in various regions in Indonesia, by determining the community as the main actor through community empowerment inn various tourism activities so that the maximum benefits of tourism are prioritised for community.
This report is written with the aim of being to identify what factors are included in the application of the concept of communit based tourism to the religious tourism attraction of Mansinam Island is in accordance with the principles of the concept of communitybased tourism. The research method used in this research includes qualitative and quantitative data types, primary data sources and secondary data sources, data collection techniques, and data analysis techniques. The results of the discussion can be conclded that the implementation of the concept of communitybased tourism on the religious tourism attraction of Mansinam Island can develop better, despite the current development is still inssuficient. This is due to the lack of regional budgets; there is no good cooperation between the various parties involved and the limited knowledge of the community on better tourism development.
The results of the study provide guidance on the implementation of the commumity based tourism concept on Mansinam Island namely by re-planning the development of tourism on Mansinam Island, the results of the planning will become a benchmark for the district government to request additional budget for tourism development on Mansinam Island. Local governments are olso expected to re-evaluate the Mansinam Island Management Isntitute, and providing training to local communities on tourism development in this island to better future.
Keywords: Implementation, Community Based Tourism, Development
-
I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan sektor pariwisata pada saat ini menumbuhkan kecenderungan untuk menggali dan mengelola berbagai potensi wisata yang terdapat diberbagai daerah di Indonesia, dengan menetapkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan sehingga manfaat kepariwisataan sebesar-besarnya diprioritaskan keperuntukannya bagi masyarakat, dan masyarakat menjadi aktif dalam mengembangkan berbagai potensi pariwisata yang terdapat di daerahnya masing-masing. Konsep pariwisata berbasis masyarakat atau communitybased tourism sendiri pada dasarnya bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi maupun sosial, melestarikan kebudayaan lokal serta lingkungan pedesaan. Sehingga Penerapan Community Based Tourism ini dilakukan dengan bentuk memberikan kesempatan Dalam manajemen dan pembangunan pariwisata yang berujung pada pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata yang adil bagi masyarakat lokal (Purnamasari, 2011).
Konsep pariwisata berbasis masyarakat atau Community Based tourism sendiri pada dasarnya bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi maupun
sosial, melestarikan kebudayaan lokal serta lingkungan pedesaan. Pemerintah Provinsi Papua Barat terus berupaya dalam mengembangan dan memajukan Provinsi Papua Barat dari berbagai sektor salah satunya dari sektor pariwisata dengan berupaya memanfaatkan segala bentuk kekayaan dan seluruh potensi yang terdapat diseluruh Kabupaten di Provinsi Papua Barat salah satunya Kabupaten Manokwari.
Kabupaten Manokwari memiliki berbagai daya tarik wisata, seperti daya tarik wisata alam, wisata budaya, wisata bahari, wisata religi dan daya tarik wisata buatan yang dapat dikunjung oleh wisatawan. Salah satu yang dapat dikunjungi oleh wisatawan adalah daya tarik wisata Religi Pulau Mansinam secara aksesibilitas lokasi daya tarik wisata ini dapat ditempuh menggunakan speed boat dan perahu nelayan dengan waktu tempuh 5-10 menit dari Kota Manokwari. Pulau Mansinam memiliki nilai sejarah yang tinggi di Papua hingga saat ini belum mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung, jumlah kunjungan wisatawan cukup banyak terjadi hanya setiap tahun sekali tepatnya pada tanggal 5 Februari hal ini dikarenakan bertepatan dengan perayaan ulang tahun masuknya ajaran Agama Kristen Protestan di Tanah Papua yang di bawah oleh dua orang misionaris.
Permasalahan lain yang terdapat di Pulau Mansinam adalah peran Pemerintah Daerah yang
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022
kurang dalam memberikan sosialisasi dan pemberdayaan kepada masyarakat lokal, tentang pentingnya pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau Mansinam, selain itu Pemerintah Daerah kurang melibatkan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat sebagai pelaku utama dalam mengembangkan daya Tarik wisata Religi Pulau Mansinam, dan minimnya kesadaran masyarakat lokal terhadap pariwisata, dengan latar belakang permasalahan diatas maka masalah pertama dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang terdapat dalam penerapan konsep community based tourism pada daya tarik wisata religi Pulau Mansinam, dan masalah kedua yang dibahas adalah apakah implementasi konsep community based tourism pada daya tarik wisata religi Pulau Mansinam sudah sesuai dengan prinsip-prinsip CBT. Sehingga pengembangan pariwisata di Pulau Mansinam yang berbasis masyarakat dapat memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat lokal di Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari.
-
II. KEPUSTAKAAN
-
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
-
Dalam menerapkan pariwisata berbasis masyarakat pada suatu daerah wisata, perlu untuk dilakukan pendampingan pada masyarakat. Seperti yang disarankan dalam penelitian di Kampung Lakkang. Yang mana terdapat penelitian sebelumnya yang dilakukan berjudul “Penerapan Community Based Tourism Di Kampung Lakkang Sebagai Daya Tarik Wisata” pada penelitian tersebut peneliti memberikan saran agar sekiranya dilakukan pendampingan bagi masyarakat sebagai bagian integral dari pengembangan aspek-aspek kepariwisataan. Serta kerja sama yang baik antara masyarakat setempat sebagai pelaku utama pengambangan wisata dan peran pemerintah dan swasta sebagai fasilitator (Ida Bagus Suryawan, 2018).
Penelitian selanjutnya oleh Anom Hery Suasapha tahun 2016 dengan topik “Implementasi Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat Dalam Pengelolaan Pantai Kedonganan” disimpulkan bahwa implementasi konsep pariwisata berbasis masyarakat di Pantai Kedonganan dilakukan dalam dua tahap, tahap I terdiri atas delapan langkah sedangkan tahap II terdiri atas tiga langkah. Dalam dua penelitian tersebut diimplementasikan empat prinsip pariwisata berbasis masyarakat yaitu prinsip partisipasi masyarakat, konservasi lingkungan, konservasi social-budaya, dan konservasi ekonomi lokal.
Terdapat juga penelitian lainnya yang dilakukan oleh Tuani Lidiawati Simangunsong tahun 2018 dengan judul “Penerapan Community Based Tourism (CBT) Dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Duyung, Trawas, Mojokerto”. Pada penelitian
tersebut disimpulkan bahwa program pengembangan desa wisata berbasis CBT membuka wawasan baru terkait desa wisata di Desa Duyung, meningkatkan kesadaran warga terhadap kebersihan lingkungan, membuka wawasan masyarakat akan potensi produk rumahan untuk menjadi produk unggulan yang mendukung desa wisata, dan tereksposnya tradisi atau upacara adat Ruwah Dusun sebagai wisata.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh peneliti saat ini berlokasi di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat, dengan topik penelitian yaitu Implementasi Konsep Community Based Tourism pada Daya Tarik Wisata Religi Pulau Mansinam tahun 2019. Dengan fokus permasalahan yang teliti adalah faktor yang mempengaruhi pengembangan konsep community based tourism pada daya tarik wisata religi Pulau Mansinam, dan bagaimana implementasi konsep community based tourism pada daya tarik wisata religi Pulau Mansinam.
-
2.2 Tinjauan Konsep
Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yang digunakan untuk menganalisis permasalahan ini sebagai berikut: Community Based Tourism (CBT) oleh Hudson dan Timothy dalam Sunaryo (2013:139) pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism merupakan pelibatan masyarakat dengan kepastian manfaat, yang diperoleh oleh masyarakat melalui upaya perencanaan pendampingan yang membela masyarakat lokal, serta kelompok lain yang memiliki antusias atau minat kepada kepariwisataan, dengan pengelolaan pariwisata yang memberi peluang lebih besar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Daya tarik wisata Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan mengatakan bahwa Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia, yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
-
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Papua Barat Kabupaten Manokwari. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan konsep community based tourism pada daya tarik wisata religi Pulau Mansinam, dan bagaimana implementasi community based tourism pada daya tarik wisata religi Pulau Mansinam, dan data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi luas wilayah serta jumlah penduduk dalam Pulau Mansinam.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer data yang didapat berupa hasil
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022
pengamatan atau observasi dilapangan serta melakukan wawancara dengan informan yang terpercaya, dan mengetahui mengenai sejarah mengenai daya tarik wisata tersebut, gambaran umum dari lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi.
Teknik penentuan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling, Dalam penelitian ini informan yang dipilih adalah informan yang dianggap paling tahu tentang tentang segala informasi yang terkait topik penelitian pada lokasi penelitian.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
-
a. Gambaran Umum Letak Pulau Mansinam
Secara administratif Pulau Mansinam, termasuk dalam Provinsi Papua Barat Kabupaten Manokwari, yang terletak Teluk Doreri, Kecamatan Pasir Putih, dan masuk dalam wilayah Manokwari Timur, luas wilayah Pulau Mansinam mencapai 410.97 hektar dengan jumlah penduduk yang mendiami pulau tersebut sebanyak 322 kepala keluarga, jarak Pulau Mansinam dari Kota Manokwari adalah 6 kilometer, terdapat 7 suku asli Kabupaten Manokwari yang memiliki hak wilayah atas Pulau mansinam, berikut batas-batas wilayah:
Sebelah Utara : Distrik Manokwari Utara (Kampung Sidey) Sebelah Barat Distrik Manokwari Barat (Kampung Masni) Sebelah Selatan Distrik Manokwari Selatan (Kampung Prafi). Mansinam adalah pulau bersejarah atau yang biasa disebut dengan pulau religi dikelilingi oleh hutan-hutan yang masih alami, selain itu dipulau ini terdapat Patung Kristus Raja dengan tinggi mencapai 30 meter, terdapat juga Tugu Pekabaran Injil, Sumur Tua, dan Gereja Tua Lahai – Roi. Secara fisik Pulau Mansinam terdiri dari berbagai karakter wilayah, sebagian wilayah memasuki permukiman, maka akan ditemukan rumah-rumah warga, balai Desa, sekolah, dan daya tarik wisata, sedangkan sebagian wilayah lainnya adalah hutan yang cukup luas.
-
b. Faktor-faktor Yang Terdapat di Pulau Mansinam Dalam Penerapan Konsep Community Based Tourism
Kekuatan, yang dimiliki oleh Pulau Mansinam selain kaya akan sumber daya alamnya (SDA) yang masih asli, meliputi udara yang sangat sejuk, serta pemandangan panorama pantai pasir putih yang mengelilingi Pulau Mansinam yang sangat bersih dan indah, terdapat juga gua-gua besar yang dapat dikunjungi bagi wisatawan yang menyukai petualangan dialam bebas, selain itu pulau ini memiliki latar belakang sejarah dan religi yang sangat erat dengan peradaban orang asli papua yang membuat pulau ini menjadi ciri khas dari seluruh orang papua, kekuatan lain yang dimiliki oleh pulau
ini adalah jarak antara Pulau Mansinam dan pusat Kota Manokwari. yang hanya 6km membuat akses menuju ke pulau ini sangat mudah yaitu hanya dengan menggunakan perahu nelayan dan speed boat yang cukup dibayar sebesar Rp,5.000.00 rupiah per orang sekali jalan, dengan waktu tempuh sekitar 1015 menit.
Masyarakat lokal yang mendiami Pulau Mansinam memiliki hubungan kekeluargaan yang baik satu sama lain, selain itu masyarakat dipulau ini masih memegang teguh nilai-nilai adat yang berhubungan dengan pulau ini, rasa cinta terhadap Pulau Mansinam sehingga masyarakat di Pulau ini sering melakukan bersih-bersih bersama pada beberapa tempat yang sudah di tentukan untuk dibersihkan, sehingga Pulau ini sampai sekarang masih terawat dengan baik, sehingga apabila konsep pariwisata berbasis masyarakat di terapkan pada pulau ini tentunya akan berdampak positif pada masyarakat lokal sekitar.
Peluang, Jika implementasi konsep community based tourism ini dilakukan dengan baik oleh pemerintah daerah, lembaga penglola pulau mansinam, pihak swasta serta masyarakat lokal setempat maka akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Pulau tersebut, selain itu dari segi lokasi Pulau Mansinam yang tidak jauh dari pusat kota sehingga akan membawa dampak positif bagi masyarakat setempat, seperti meningkatnya kehidupan ekonomi masyarakat lokal di Pulau Mansinam menjadi lebih baik, makin banyak tenaga kerja masyarakat lokal bisa bekerja, pembangunan sarana umum serta tempat rekreasi yang memadai dan tersedianya fasilitas pendukung pariwisata yang lebih baik, selain itu masyarakat lokal serta pemuda-pemudi akan menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mengembangan berbagai potensi pariwisata di Pulau Mansinam, dapat membuka berbagai peluang usaha dengan berbagai pihak yang terkait dalam bidang pariwisata, dapat menjadi daya tarik wisata unggulan bagi Kabupaten Manokwari, dapat menampilkan budaya serta adat istiadat masyarakat lokal Pulau Mansinam bagi wisawatan yang berkunjung.
-
c. Implementasi Konsep Community Based Tourism Pada Daya Tarik Wisata Religi Pulau Mansinam Menggunakan Prinsip Community Based Tourism
Prinsip Sosial, Di tinjau dari prinsip sosial Pulau Mansinam berada dibawah pengawasan langsung Lembaga Pengelola Pulau Mansinam yang telah dibentuk oleh pemerintah daerah dengan mengikuti instruksi langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2010. Sehingga Lembaga Pengelola Pulau Mansinam memiliki kekuasaan untuk memberikan ijin, mendukung, membangun, dan mengoperasikan kegiatan wisata
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022
diwilayah tersebut, dengan hadirnya Lembaga Pengelola Pulau Mansinam dapat mendukung pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau Mansinam, namun setelah lembaga ini dibentuk justru lembaga ini tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan, hal ini berakibat pada pengembangan pariwisata di Pulau Mansinam tidak berjalan dengan baik, tidak ada pembangunan yang dilakukan oleh Lembaga Pengelola Pulau Mansinam, selain itu tidak ada kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama dalam mendukung kemajuan pariwisata di Pulau tersebut, kantor lembaga pengelolapun selalu tutup di saat jam kerja dan kantor tersebut tidak terawat dengan baik. Beberapa infrastruktur lain yang ada di Pulau Mansinam seperti Patung Kristus Raja, Gereja beserta peralatannya, Museum Sejarah Pekabaran Injil,
Prinsip Politik, Untuk dapat menerapkan konsep community based tourism pada daya tarik wisata religi Pulau Mansinam, tentu membutuhkan peran dari pemerintah lokal dan pemerintah tingkat regional dalam membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong terciptanya pariwisata berbasis masyarakat yang baik di Pulau Mansinam. Namun dalam pengembangan pariwisata sejauh ini di Pulau Mansinam belum ada kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengembangan pariwisata di Pulau Mansinam, selain itu Dinas Pariwisata Kabupaten dan Dinas Pariwisata Provinsi Papua Barat kurang melakukan kerjasama untuk mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau Mansinam, Meskipun Kabupaten Manokwari telah memiliki rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah yang berisi juga tentang pengembangan Pulau Mansinam, namun untuk merealisasikan berbagai rencana yang dimuat tersebut membutuhkan anggaran yang cukup besar, keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Dinas Pariwisata Kabupaten menyebabkan terhambatnya berbagai kegiatan pariwisata yang di lakukan di Pulau Mansinam. Sejauh ini kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan masyarakat lokal di Pulau Mansinam hanya terjadi ketika tanggal 5 Februari.
Berdasarkan pembahasan yang telah di uraikan di atas, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
-
1. disimpulkan bahwa di Pulau Mansinam
terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan konsep community based tourism seperti Weaknesses tidak ada kerja sama yang baik antara Dinas Pariwisata Provinsi, Kabupaten, Lembaga Pengelola serta Masyarakat lokal pihak dalam pengembangan dan
pengelolaan pariwisata di Pulau Mansinam, jumlah anggaran daerah yang diberikan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten sangat sedikit, Lembaga pengelola tidak menjalankan tanggung jawabnya sebagai pengelola Pulau Mansinam dengan baik, dan sumber daya manusia (SDA) pada wilayah tersebut yang masih sangat terbatas. Thearts yang menjadi suatu ancaman dalam penerapan konsep pariwisata berbasis masyarakat pada daya tarik wisata religi Pulau Mansinam adalah sumber daya manusia (SDA) yang secara khusus terdapat di Pulau Mansinam masih sangat kurang.
-
2. Peran pemerintah daerah yang belum mampu
menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan baik dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau Mansinam, Lembaga Pengelola Pulau Mansinam meskipun telah dibentuk lembaga pengelola namun pada kenyataanya pihak pengelola Pulau Mansinam tidak aktif dalam menjalankan fungsi pengelolaan dengan baik.
SARAN
Peran pemerintah daerah yang belum mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan baik dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat di Pulau Mansinam, Lembaga Pengelola Pulau Mansinam meskipun telah dibentuk lembaga pengelola namun pada kenyataanya pihak pengelola Pulau Mansinam tidak aktif dalam menjalankan fungsi pengelolaan dengan baik, dan Masyarakat Lokal Pulau Mansinam meskipun kurang mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga pengelola Pulau Mansinam.
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adikampana, I, M. 2017. Pariwisata Berbasis
Masyarakat. Denpasar-Bali: Cakra Press.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022
Ernawati Ni Made. 2018. Pariwisata Berbasis Masyarakat. Denpasar-Bali: Swasta Nulus.
Hasrullah. 2018. Penerapan Community Based Tourism Di Kampung Lakkang Sebagai Daya Tarik Wisata. Telah diujikan Pada Sidang Tugas Akhir Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.
Ikbar Yanuar. 2012. Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Bandung: Refika Pratama.
Nurhidayati, S. (2012, Juni). Penerapan Prinsip Community Based Tourism (CBT) Dalam Pengembangan Agrowisata Di Kota Batu, Jawa Timur: Jejaring Administrasi Publik, 4(1), 29-41, tersediapada:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-admp572ae819ecfull.pdf.
Pitana, I Gde dan Surya Diarta, I. k. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Pemerintah Kabupaten Manokwari. 2017. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Manokwari 2018-2025.
Purnamasari, A, M. 2011 Pengembangan Masyarakat Untuk Pariwisata Di Kampung Wisata Toddabojo Provinsi Sulawesi Selatan: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22 No. (1).49 – 64.
Sunarta Nyoman dan Arida Nyoman Sukma. 2017. Pariwisata Berkejanjutan. Denpasar-Bali: Cakra Press.
Suasapha, A. (2016, Januari) Implementasi Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat Dalam
Pengelolaan Pantai Kedonganan. Jumpa, 2(2), 5876.Tersediapada:https://ojs.unud.ac.id/i ndex.php/jumpa/article/download/ 18346/11870/
Suganda, A. (2018, Juni). Konsep Wisata Berbasis Masyarakat. Konsep Wisata Berbasis Masyakarat, 4(1), 29 – 41. Terdapat pada: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/ie conomics/article/download/2181/1621/
Topowijono, N. (2018, Mei). Penerapan Community Based Tourism Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berkelanjutan. Jurnal Administrasi Bisnis, 58(2), 20 – 26. Terdapat pada:http://administrasibisnis.studentjour nal.ub.ac.id/index.php/jab/article/viewFile /2402/2797.
Urmila Dewi, M. (2013, Agustus). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi
Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Kawistara, 3(12).117 - 226. Terdapat pada: https://jurnal.ugm.ac.id
/kawistara/article/view/3976.
85
Discussion and feedback