Kondisi Sosial Ekonomi dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) Slerek di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Bali
on
Current Trends in Aquatic Science VI(1), 42-49 (2023)
Kondisi Sosial Ekonomi dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) Slerek di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Bali
Serly Ayu Ulandari a*, I Wayan Restu a, I Ketut Wija Negara a , Bagus Sudananjaya b , I Made Ageng Astika b
a Program studi Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia
b Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Negara, Jembrana, Bali-Indonesia
* Penulis koresponden. Tel.: +62-831-144-98113
Alamat e-mail: serlay1919@gmail.com
Diterima (received) 11 Agustus 2022; disetujui (accepted) 21 Agustus 2022; tersedia secara online (available online) 28 Februari 2023
Abstract
This study aims to determine the socio-economic conditions and welfare level of slerek fishermen based on the Fisherman's Exchange Rate (NTN). Primary data was collected through interviews, observations and questionnaires with the criteria of fishermen using purposive sampling, where the number of samples was 110 respondents based on the slovin formula. The results of the study found 5 positions of slerek fishermen, namely 4 as stage mans, 10 as helmsmans, 6 as mechanics, 3 as tinsmiths and 87 as crews. Social conditions show the productive age range of fishermen between 19-59 years by 93.4%, with a relatively low level of education, namely elementary school graduates by 40.9%, then the highest number of family dependents is to bear 3 people by 36.3%. For access to health, 66.3% of respondents mostly used puskesmas as a place for treatment, by 77.2% of respondents having BPJS cards, then 91.8% had no history of illness and 94.5% of fishing families rarely got sick. The economic condition based on the highest income level of fishermen is in the position of a stage mans because it has a profit-sharing system of 3-4 times. The welfare level of the 5 positions of slerek fishermen based on NTN in April - May 2022 shows NTN @ 1, which means that slerek fishermen are declared prosperous. While the INTN results show a value of 100, which means that there is no development in the NTN value.
Keywords: Slerek Fishermen; Fisherman's Exchange Rate; PPN Pengambengan; Socio-Economic
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan nelayan slerek berdasarkan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara, observasi dan kuisoner dengan kriteria nelayan menggunakan purposive sampling, dimana jumlah sampel sebanyak 110 responden berdasarkan rumus slovin. Hasil penelitian didapatkan 5 posisi nelayan slerek yaitu 4 sebagai tukang panggung, 10 sebagai tukang kemudi, 6 sebagai tukang mesin, 3 sebagai tukang timah dan 87 sebagai ABK biasa. Kondisi sosial menunjukkan rentang umur produktif nelayan antara 19-59 tahun sebesar 93,4%, dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah yaitu tamatan SD sebesar 40,9%, kemudian jumlah tanggungan keluarga paling tinggi yaitu menanggung 3 orang sebesar 36,3%. Untuk akses kesehatan sebesar 66,3% responden paling banyak memanfaatkan puskesmas sebagai tempat berobat, sebesar 77,2% responden memiliki kartu BPJS, selanjutnya sebesar 91,8% tidak memiliki riwayat penyakit dan sebesar 94,5% keluarga nelayan jarang terserang penyakit. Kondisi ekonomi berdasarkan tingkat pendapatan nelayan paling tinggi yaitu pada posisi tukang panggung karena memiliki sistem bagi hasil sebanyak 3-4 kali bagi. Tingkat kesejahteraan dari 5 posisi nelayan slerek berdasarkan NTN pada bulan April - Mei 2022 menunjukkan NTN @ 1, yang artinya nelayan slerek dinyatakan sejahtera. Sedangkan hasil INTN menunjukkan nilai sebesar 100, yang artinya tidak terjadi perkembangan pada nilai NTN.
Kata Kunci: Nelayan Slerek; Nilai Tukar Nelayan; PPN Pengambengan; Sosial Ekonomi
Desa Pengambengan merupakan salah satu desa nelayan yang mempunyai potensi yang cukup besar dalam sektor perikanan laut di Bali, tepatnya di Kabupaten Jembarana. Desa Pengambengan juga memiliki Pelabuhan Perikanan disebut dengan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan yang berkontribusi dalam pembangunan perekonomian di Desa Pengambengan. Berdasarkan profil Desa Pengambengan Tahun 2017, menyatakan bahwa jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak 2.932 orang dari 12.581 orang. Nelayan PPN Pengambengan termasuk dalam katagori nelayan tradisional yang menggunakan jenis alat tangkap adalah jaring pukat cincin dengan nama lokal slerek, dimana operasi penangkapan ikan menggunakan metode dua sistem perahu “two boat system” dengan pola kerja harian satu hari perjalanan “one day trip” (Santara, 2014). Profesi sebagai nelayan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, karena merupakan strategi untuk bertahan hidup dan sumber memperoleh nafkah dan penghasilan.
Sektor perikanan di Desa Pengambengan mengalami beberapa permasalahan dan ketimpangan yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor alamiah maupun faktor non alamiah. Menurut Kusnadi (2002), faktor alamiah terkait dengan fluktuasi musim yang tidak dapat diprediksi, sedangkan faktor non alamiah berkaitan dengan ketimpangan dalam sistem bagi hasil. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan nelayan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan berdasarkan Nilai Tukar Nelayan (NTN), indikator ini dirasa paling tepat karena mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga nelayan. Berdasarkan uraian di atas, kondisi sosial ekonomi merupakan masalah yang dihadapi oleh nelayan sudah menjadi faktor utama dari tingkat kesejahteraan nelayan khususnya di PPN Pengambengan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian tentang kondisi sosial ekonomi dan pengukuran tingkat kesejahteraan nelayan slerek PPN Pengambengan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dan untuk mengetahui
tingkat kesejahteraan nelayan slerek berdasarkan Nilai Tukar Nelayan (NTN) di PPN Pengambengan.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai pada bulan April sampai Mei 2022. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Bali
-
2.2 metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan data yaitu kuantitatif dan kualitatif. Deskriptif dilakukan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi nelayan slerek di PPN Pengambengan. Pendekatan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa nilai tukar nelayan slerek yang kemudian dapat dilihat tingkat kesejahteraan nelayan slerek tersebut. Sedangkan pendekatan data kualitatif adalah pengolahan data yang dilakukan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi di PPN Pengambengan, yang kemudian ditulis secara sistematis berdasarkan perilaku yang diamati.
-
2.3 Teknik Pengumpulan Data
-
2.3.1 Data Primer
-
Pengumpulan data primer didapatkan melalui kegiatan wawancara, kuisoner dan observasi langsung ke lapangan. Teknik pengumpulan data berupa kuisoner dilakukan secara purposive sampling. Menurut Sugiyono (2016) purposive sampling adalah cara pengambilan sampel data dengan mempertimbangkan kriteria sesuai dengan kebutuhuan peneliti. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel di penelitian ini adalah:
-
1. Responden merupakan nelayan asli di Desa Pengambengan
-
2. Responden menggunakan perahu slerek dimana jumlah responden yang dipilih ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Krisyantono, 2009) sebagai berikut:
1 +Ne2
(1)
Dimana:
n : Ukuran / jumlah sampel
N : Ukuran / jumlah populasi
e : Batas kesalahan / ketidaktelitian (persen
kelonggaran 10%)
Jumlah nelayan slerek sebanyak 2.253 orang (Magfiroh dan Sofia, 2020). Berdasarkan rumus slovin menurut Krisyantono (2009) didapatkan sampel minimal yang diambil dengan tingkat kelonggaran 10% sebanyak 96 responden, Namun pada penelitian ini sampel yang diambil akan ditambahkan menjadi 110 responden nelayan slerek.
-
2.4 Analisis Data
-
2.4.1 Perhitungan Nilai Tukar Nelayan (NTN)
-
Analisis data Nilai Tukar Nelayan (NTN) dihitung menggunakan Microsoft excel. Nilai Tukar Nelayan (NTN) menurut Sugiarto (2009) yang dirumuskan sebagai berikut:
Yt NTN = — Et
Yt = YFt + YNFt (2)
Et = EFt + Ekt
Dimana:
Yft = Total penerimaan nelayan dari usaha
perikanan (Rp)
YNFt = Total penerimaan nelayan dari non perikanan (Rp)
Eft = Total pengeluaran nelayan untuk usaha
perikanan (Rp)
EKt = Total pengeluaran nelayan untuk konsumsi keluarga nelayan (Rp)
t = Periode waktu (bulan, tahun, dll).
-
2.4.2 Peritungan Indeks Nilai Tukar Nelayan (INTN)
Perkembangan NTN dapat ditunjukkan dalam Indeks Nilai Tukar Nelayan (INTN) (Basuki et al., 2001). INTN merupakan rasio antara indeks total pendapatan terhadap indeks total pengeluaran rumah tangga nelayan selama waktu tertentu. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
IYt
INTN = ∏⅛xl°0%
Dimana: (3)
IYt = — x 100%
Ytd
IEt = x 100%
Dimana:
INTN = indeks nilai tukar nelayan periode t
IYt = indeks total pendapatan keluarga
nelayan periode t
Yt = total pendapatan keluarga nelayan
periode t (harga bulan berlaku)
Ytd = total pendapatan keluarga nelayan
periode dasar (harga bulan dasar)
IEt = indeks total pengeluaran keluarga
nelayan periode t
Et = total pengeluaran keluarga nelayan
periode t
Etd = total pengeluaran keluarga nelayan
periode dasar
t = periode (bulan, tahun, dll) sekarang
td = periode dasar (bulan, tahun, dll).
Dalam perhitungan ini INTN tahun dasar = 100
Terdapat 5 posisi nelayan yang didapat dari hasil wawancara dan penyebaran kuisoner di PPN Pengambengan dapat dilihat pada (Tabel 1). Hasil penelitian menunjukkan 5 posisi nelayan slerek yaitu 4 responden sebagai tukang panggung, 10 responden sebagai tukang kemudi, 6 responden sebagai tukang mesin, 3 responden sebagai tukang timah dan 87 responden sebagai ABK biasa.
-
3.1.1 Kondisi Sosial Nelayan Slerek
-
3.1.1.1 Umur
-
Umur sangat berpengaruh pada diri nelayan untuk melaksanakan kegiatan usaha perikanan. Nelayan yang berumur muda biasanya mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan nelayan yang berumur tua. Adapun keadaan umur nelayan slerek di PPN Pengambengan dapat dilihat pada (Tabel 2). Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil umur produktif responden mayoritas antara 19-59 tahun sebesar 93,4%, sedangkan umur diatas 60 tahun sebanyak 6,3%, hal ini sesuai dengan pernyataan Ariska dan
Prayitno (2019) yang menyebutkan bahwa umur produktif dalam penelitian pengaruh umur, lama kerja, dan pendidikan terhadap pendapatan nelayan di Kawasan Pantai Kenjeran yaitu 15-60 tahun. Dimana umur berperan penting terhadap kekuatan fisik nelayan tersebut, karena apabila semakin bertambah umur, maka produktivitas semakin menurun, maka diperlukan umur yang produktif agar mampu bekerja secara maksimal.
Tabel 1
Data Sampel Nelayan
Posisi |
Jumlah |
Tukang panggung |
4 Orang |
Tukang kemudi |
10 Orang |
Tukang mesin |
6 Orang |
Tukang timah |
3 Orang |
ABK Biasa |
87 Orang |
Total |
110 Orang |
Tabel 2
Data Umur Nelayan Slerek di PPN Pengambengan
Umur Jumlah Persentase
Responden
10-19 |
1 |
0,9% |
20-29 |
20 |
18,1% |
30-39 |
38 |
34,5% |
40-49 |
31 |
28,1% |
50-59 |
13 |
11,8% |
60-69 |
5 |
4,5% |
70-79 |
1 |
0,9% |
80-89 |
1 |
0,9% |
Total |
110 |
100% |
-
3.1.1.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah salah satu aspek yang dapat menentukan wawasan, pola berpikir serta tingkat keterampilan seseorang. Dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka lebih mudah seseorang tersebut menerima informasi dan berinovasi. Berikut rincian data tingkat pendidikan nelayan slerek di PPN Pengambengan dapat dilihat pada (Tabel 3). Tabel 3 menunjukkan tingkat pendidikan paling tinggi yaitu SD sebanyak 40,9%, kemudian tingkat pendidikan paling rendah yaitu tidak sekolah sebanyak 1,8%. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Wibowo et al. (2019) menyampaikan bahwa pendidikan nelayan di PPP Morodemak didominasi oleh lulusan SD. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan nelayan slerek di PPN Pengambengan masih tergolong rendah, hal ini
karena pendidikan sampai jenjang SD dirasa sudah cukup sebagai seorang nelayan, karena keterampilan dan pengalaman lebih dibutuhkan, seperti halnya kemampuan dan berpengalaman dalam melihat gerombolan ikan tanpa GPS, serta keterampilan dalam memperbaiki jaring, dan keterampilan mengemudikan perahu.
Tabel 3
Data Tingkat Pendidikan Nelayan Slerek di PPN
Pengambengan
Pendidikan |
Jumlah Responden |
Persentase |
Tidak Sekolah |
2 |
1,8% |
SD |
45 |
40,9% |
SMP |
28 |
25,4% |
SMA |
35 |
31,8% |
Total |
110 |
100% |
-
3.1.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang dibiayai oleh keluarga, baik yang ada dalam satu atap ataupun berada di tempat lain. Jumlah tanggungan keluarga nelayan slerek di PPN Pengambengan dapat dilihat pada (Tabel 4). Tabel 4 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga nelayan responden paling tinggi yaitu sebanyak 3 dengan persentase sebesar 36,3%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rumopa et al. (2020) yang menyebutkan bahwa tanggungan keluarga nelayan tradisional di Kelurahan Tandurusa Kecamatan Aertembaga sebanyak 3 – 4 orang sebesar 50%, yang mana menunjukan bahwa responden memiliki tanggungan yang membutuhkan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan subsisten (kebutuhan dasar) keluarga.
Tabel 4
Data Jumlah Tanggungan Keluarga Nelayan Slerek di
PPN Pengambengan
Jumlah Tanggungan |
Jumlah Responden |
Persentase |
0 |
8 |
7,2% |
1 |
9 |
8,1% |
2 |
26 |
23,6% |
3 |
40 |
36,3% |
4 |
16 |
14,5% |
5 |
5 |
4,5% |
6 |
5 |
4,5% |
>6 |
1 |
0,9% |
Total |
110 |
100% |
Tabel 6
Tingkat Pendapatan dari usaha perikanan nelayan slerek di PPN Pengambengan
Pendapatan (Rp/Bulan) |
A |
(%) |
B |
(%) |
C |
(%) |
D |
(%) |
E |
(%) |
1.000.000-3.000.000 |
35 |
40,2 | ||||||||
3.000.000-6.000.000 |
1 |
16,6 |
2 |
66,6 |
51 |
58,6 | ||||
6.000.000-9.000.000 |
1 |
10 |
4 |
66,6 |
1 |
33,3 |
1 |
1,1 | ||
9.000.000- 13.000.000 |
3 |
75 |
6 |
60 |
1 |
16,6 | ||||
13.000.000-15.000.000 |
3 |
30 | ||||||||
>15.000.000 |
1 |
25 |
-
3.1.1.4 Kesehatan
Kesehatan nelayan sangat penting karena kondisi kesehatan menentukan kelancaran dalam melaksanakan kegiatan penangkapan ikan dengan baik. Hal ini juga harus didukung dengan adanya akses kesehatan yang menunjang kondisi kesehatan nelayan slerek di PPN Pengambengan. Untuk mengetahui akses puskesmas bagi nelayan slerek di PPN Pengambengan dapat dilihat pada (Tabel 5). Tabel 5 menunjukkan nelayan paling banyak berobat di puskesmas sebesar 66,3%. Hasil serupa juga ditunjukkan pada penelitian Manggabarani (2016), yang menyebutkan bahwa jumlah rumah tangga nelayan di Desa Bonde, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene yang memanfaatkan puskesmas cukup banyak dengan jumlah 32 rumah tangga atau sebanyak 71,1%. Hal ini dikarenakan akses puskesmas lebih dekat dengan pemukiman masyarakat nelayan dan juga masyarakat dapat memperoleh layanan dan fasilitas puskesmas dengan gratis.
Tabel 5
Data Akses Kesehatan Nelayan Slerek di PPN Pengambengan | ||
Akses Berobat |
Jumlah Responden |
Persentase |
Puskesmas |
73 |
66,3% |
Rumah Sakit |
4 |
3,6% |
Dokter/Bidan |
17 |
15,4% |
Praktek | ||
Obat |
16 |
14,5% |
Warung/Apotik | ||
Total |
110 |
100% |
-
3.1.2 Kondisi Ekonomi Nelayan Slerek
-
3.1.2.1 Pendapatan Usaha Perikanan
-
Tingkat pendapatan dari hasil usaha perikanan terbagi menjadi 5 yakni tukang panggung, tukang kemudi, tukang mesin, tukang timah dan ABK biasa. Adapun tingkat pendapatan nelayan slerek di PPN Pengambengan dapat dilihat pada (Tabel
-
6) . Tabel 6 menunjukkan tingkat pendapatan nelayan tukang panggung paling tinggi dibandingkan dengan posisi lainnya yaitu berpenghasilan sekitar Rp.9.000.000-Rp.13.000.000 dengan persentase sebesar 75%. Hal ini menunjukkan bahwa pada sistem bagi hasil tukang panggung memperoleh sebanyak 3-4 kali lipat dari hasil yang diperoleh abk biasa, ditambah lagi dengan insentive yang diberikan oleh pemilik kapal. Hal ini sesuai dengan penelitian Purwanto et al. (2021) yang menyatakan bahwa pembagian hasil untuk ABK sesuai dengan jabatan dan tingkat pekerjaannya dalam kegiatan penangkapan ikan nelayan kapal slerek di Desa Pengambengan yaitu juragan laut mendapatkan sebanyak empat point.
-
3.1.3 Nilai Tukar Nelayan (NTN)
-
3.1.3.1 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan
-
Pendapatan rumah tangga nelayan dalam penelitian ini adalah jumlah dari seluruh pendapatan yang diterima oleh nelayan dan anggota keluarganya, baik yang berasal dari kegiatan usaha perikanan maupun dari kegiatan lainnya yang tidak berhubungan dengan usaha perikanan. Adapun rincian pendapatan keluarga nelayan dapat dilihat pada (Tabel 7). Tabel 7 menunjukkan rataan pendapatan rumah tangga nelayan sebagai berikut: rata-rata pendapatan perbulan paling tinggi yaitu nelayan tukang panggung dari hasil usaha perikanan yaitu sebesar Rp.12.212.500, sedangkan dari kegiatan non perikanan yaitu Rp. 4.200.000. Kemudian, untuk rata-rata pendapatan perbulan paling rendah yaitu ABK biasa dari hasil usaha perikanan yaitu sebesar Rp.3.652.126, sedangkan dari kegiatan non perikanan yaitu Rp.815.517. Bahwa dapat disimpulkan hasil pendapatan rumah tangga nelayan diatas UMK Kabupaten Jembrana, yang mana hal ini sesuai dengan pernyataan Kusumayanti et al. (2018) yang menyebutkan bahwa Pendapatan nelayan di Kabupaten Jembrana rata-rata di atas Upah Minimum
Kabupaten (UMK) di Kabupaten Jembrana sebesar Rp 2.006.617. Hal ini dikarenakan, selain dari pendapatan dari hasil kegiatan usaha perikanan, nelayan juga memiliki pekerjaan sampingan (seperti buruh tani, supir, wiraswasta) yang menunjang pendapatan nelayan tersebut. Kemudian, pendapatan rumah tangga nelayan juga bersumber dari anggota keluarga seperti istri nelayan yang bekerja sebagai pedagang, pagawai pabrik, pembudidaya ikan, penjaga toko.
Tabel 7
Rataan Pendapatan Tangga Nelayan Slerek di PPN
Pengambengan
Peneri |
Pendapatan (Rp) | ||||
maan nelaya n |
A |
B |
C |
D |
E |
Usaha |
12.212 |
11.292 |
7.525. |
5.537. |
3.652. |
perikan an |
.500 |
.500 |
000 |
500 |
126 |
Non |
4.200. |
685.00 |
1.000. |
4.000. |
815.51 |
perikan an |
000 |
0 |
000 |
000 |
7 |
Keterangan:
A : Tukang Panggung
B : Tukang Kemudi
C : Tukang Mesin
D : Tukang Timah
E : ABK Biasa
-
3.1.3.2 Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan
Pengeluaran rumah tangga nelayan adalah pengeluaran yang dilakukan oleh keluarga nelayan, dalam hal ini pengeluaran yang dimaksud adalah untuk kegiatan usaha perikanan nelayan tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan subsisten keluarganya. Adapun rincian
pengeluaran keluarga nelayan dapat dilihat pada (Tabel 8). Tabel 8 menunjukkan rataan pengeluaran rumah tangga nelayan paling tinggi yaitu pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan rataan pengeluaran rumah tangga nelayan paling rendah yaitu untuk kegiatan usaha perikanan. Hal ini karena pengeluaran yang dikeluarkan nelayan untuk kegiatan perikanan hanya untuk biaya makan dan rokok untuk bekal selama melaut. Berbeda pula dengan pengeluaran untuk konsumsi keluarga yang mana biaya dikeluarkan untuk kebutuhan pangan dan non pangan keluarga nelayan, yang mana semakin banyak keluarga yang ditanggung, maka semakin banyak
pula tingkat konsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga nelayan tersebut.
Tabel 8 Rataan Pengeluaran Tangga Nelayan Slerek di PPN Pengambengan | |||||
Pengelu |
Pengeluaran (Rp) | ||||
aran |
A |
B |
C |
D |
E |
nelayan | |||||
Usaha |
1.432. |
1.132. |
1.183. |
1.170. |
842.35 |
perikana |
500 |
500 |
333 |
000 |
6 |
n | |||||
Konsum |
2.850. |
3.150. |
2.258. |
2.500. |
2.027. |
si |
000 |
000 |
333 |
000 |
586 |
keluarga |
-
3.1.3.3 Perhitungan Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Indeks Nilai Tukar Nelayan (INTN)
Perhitungan indeks nilai tukar nelayan (INTN) mencakup kelima posisi nelayan slerek di PPN Pengambengan. Adapun rincian perhitungan INTN kelima posisi nelayan slerek pada bulan April – Mei adalah sebagai berikut.
Tabel 9
INTN Slerek di PPN Pengambengan pada bulan April -Mei 2022
No Uraian Bulan
April – Mei
2022
A |
Pendapatan Keluarga Nelayan (Rp) | |
1. |
Perikanan Tangkap (a) |
40.219.626 |
2. |
Non Perikanan Tangkap (b) |
10.700.517 |
3. |
Total (c) |
50.920.143 |
B |
Pengeluaran Keluarga Nelayan (Rp) | |
1. |
Usaha Perikanan Tangkap (d) |
5.760.689 |
2. |
Konsumsi Keluarga (h) |
12.785.919 |
3. |
Total (f) |
18.546.608 |
C |
Nilai Tukar Nelayan (NTN) | |
1. |
Pendapatan Perikanan Tangkap (g) = a/d |
6,98 |
2. |
Total Pendapatan (h) = c/f |
2,74 |
D |
Indeks Nilai Tukar Nelayan (INTN) | |
1. |
Total Pendapatan (i)= h x 100 |
100 |
2. |
Pendapatan perikanan (i)= g x 100 |
100 |
Tabel 9 menunjukkan hasil perhitungan NTN slerek di PPN Pengambengan pada bulan April -Mei 2022 menunjukkan bahwa dari kelima posisi
nelayan slerek mengalami NTN >1, yang mana hal ini mengindikasikan bahwa nelayan slerek di PPN Pengambengan dinyatakan sejahtera. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basuki et al. (2001) yang menyebutkan jika NTN > 1, berarti keluarga nelayan mempunyai tingkat kesejahteraan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya dan mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau menabung dalam bentuk investasi barang. Kemudian, untuk hasil perhitungan nilai INTN menunjukkan nilai sebesar 100. Hal ini berarti kesejahteraan nelayan sama dengan kondisi bulan dasar dan keluarga nelayan memiliki kesejahteraan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak terjadi perkembangan pada nilai NTN.
Kondisi sosial ekonomi nelayan menunjukkan rentang umur produktif nelayan antara 19-59 tahun dengan persentase 93,4%, dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah yaitu tamatan SD sebesar 40,9%, jumlah tanggungan keluarga paling tinggi menanggung 3 orang dengan persentase 36,3%. Selanjutnya, untuk akses kesehatan sebesar 66,3% responden paling banyak memanfaatkan puskesmas sebagai tempat berobat. Kondisi ekonomi nelayan slerek posisi tukang panggung memiliki pendapatan yang paling tinggi dibanding dengan posisi lainnya yaitu sebanyak 34 kali lipat dari hasil yang diperoleh ABK biasa.
Konsep pendekatan tingkat kesejahteraan menggunakan analisis (NTN) Nilai Tukar Nelayan di PPN Pengambengan pada bulan April - Mei 2022 yaitu menunjukkan NTN > 1, yang mana hal ini mengindikasikan bahwa nelayan slerek di PPN Pengambengan dinyatakan sejahtera. Sedangkan untuk hasil INTN menunjukkan nilai sebesar 100, yang berarti tidak terjadi perkembangan pada nilai NTN.
Ucapan terimakasih
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak PPN Pengambengan yang telah membantu dalam proses pengambilan data, serta nelayan slerek yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penulis wawancara sehingga terciptanya tulisan ini.
Daftar Pustaka
Ariska, P. E., & Prayitno, B. (2019). Pengaruh umur, Lama Kerja, dan Pendidikan terhadap Pendapatan Nelayan di Kawasan Pantai Kenjeran Surabaya Tahun 2018. Economie, 1(1), 38-47.
Basuki, R., Prayogo, U. H., Pranaji, T., Ilham, N., Sugianto, Hendiarto, Bambang, W., Daeng H., & Iwan S. (2001). Pedoman Teknis Nilai Tukar Nelayan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Krisyantono, R. (2009). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kusnadi. (2002). Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya Perikanan. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
Kusumayanti, N.M.D., Setiawina, I.N.D., dan Utama, I.M.S. (2018). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan di Kabupaten Jembrana. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 2(23), 264-265.
Magfiroh, W., & Sofia. (2020). Strategi Nafkah Istri
Nelayan Buruh di Desa Pengambengan Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 13(1), 73-91.
Manggabarani, I. (2016). Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan yang Bermukim di Pesisir Pantai (Studi Kasus Lingkungan Luwaor Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene). AGROVITAL, 1(1), 27-33.
Mauliza, E., & Wirianto, D. (2021). Kondisi Kehidupan Masyarakat Nelayan di Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. Serambi Konstruktivis, 3(2), 26-33.
Muliati, T., A, N., & Piliana, W.O. (2018). Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Desa Tanjung Tiram Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan, 3(3), 216-228.
Mumu, N. F., Andaki, J. A., & Longdong, F. V. (2020). Analisis Nilai Tukar Nelayan pada Alat Tangkap Jubi di Desa Bulutui Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Akulturaso: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, 7(2), 1323-1332.
Purwanto, A., Pattinaja, Y.I., & Tomasila, L.A. (2021). Analisis Kelembagaan Nelayan Kapal Slerek di Desa Pengambengan Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Bali Studi Hubungan Kerja dan Dinamika Pendapatan Nelayan. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, 5(2), 77-85.
Rumopa, S. D. N., Andaki, J. A., & Longdong, F. V. (2020). Analisis Nilai Tukar Nelayan pada Usaha Nelayan Tradisional di Kelurahan Tandurusa Kecamatan Aertembaga Kota Bitung. Akulturasi: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, B(1), 41-54.
Santara, A. G. (2014). Peralatan Keselamatan Kerja pada Perahu Slerek di PPN Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali. IPTEKS PSP, 1, 53–68.
Sugiarto, 2009. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Berdasarkan Nilai Tukar (NTN) di Kampung Sowi IV Kabupaten Manokwari.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.
Wibowo, B.A., Triarso, I., & Suroyya, A.N. (2019).
Tingkat Pendapatan Nelayan Gill Net di
Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak. Jurnal Perikanan Tangkap, 2(3), 29-36.
Curr.Trends Aq. Sci. VI(1): 42-49 (2023)
Discussion and feedback