Current Trends in Aquatic Science IV(1), 10-17 (2021)

Pendugaan Potensi Lestari Ikan Layang (Decapterus spp) yang Didaratkan di PPN Pengambengan

S.A Nyoman Putri Triantini a*, I Wayan Arthana a, Made Ayu Pratiwi a

a Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia

* Penulis koresponden. Tel.: +62-87761557204

Alamat e-mail: [email protected]

Diterima (received) 30 April 2020; disetujui (accepted) 25 Agustus 2020; tersedia secara online (available online) 15 Februari 2021

Abstract

Scad fish is one of important economic fish and the main catches fish of the fisherman who land their fish at Pengambengan Nusantara Fisheries Port (NFP). The purpose of this research was to describe the distribution of fish length-frequency, fish growth pattern, the estimation of sustainable fish potential and the estimation of the utilization level of Scad Fish in Pengambengan NFP. This research used observation and interviews method to obtain the data. Fish samples were taken using simple random sampling. The Scad Fish species that were found during the study were Decapterus macrosoma and D. kurroides. The distribution frequency of female species was dominated by the class interval of the 197 – 204 mm, while the male Scad Fish was dominated by the class interval of the 169 – 176 mm. The growth patterns of either male and female species were classified as negative allometric. The length-weight relationship of male species was W = 0,00001L2,9497,, while the length-weight relationship of female species was W = 0,00002L2,8089. The estimation of sustainable potential was carried out by using schaefer model. The value of MSY was 2.646,911 tons/year, while the Fmsy was 1.123 trips/year. Based on the data from 2009 to 2018, it is found that the utilization status of Scad Fish in Pengambengan NFP consists of three different states. The low and developing states in 2009 – 2017, and the overfishing status in 2018.

Keywords: scad fish; pengambengan NFP; schaefer; MSY; growth

Abstrak

Ikan Layang merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dan menjadi ikan target tangkapan utama oleh nelayan yang mendaratkan ikan hasil tangkapan nya di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebaran frekuensi panjang ikan, pola pertumbuhan ikan, nilai potensi lestari dan status pemanfaatan Ikan Layang di PPN Pengambengan. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Pengambilan contoh ikan dalam penelitian menggunakan metode acak sederhana. Adapun spesies Ikan Layang yang ditemukan selama penelitian adalah Decapterus macrosoma dan D. kurroides. Sebaran frekuensi panjang Ikan Layang betina didominasi pada selang kelas panjang 197 – 204 mm dan Ikan Layang jantan didominasi pada selang kelas panjang 169 – 176 mm. Pola pertumbuhan Ikan Layang baik jantan maupun betina bersifat allometrik negatif dengan Ikan Layang jantan memiliki hubungan panjang – bobot W = 0,00001L2,9497 dan Ikan Layang betina memiliki hubungan panjang – bobot W = 0,00002L2,8089. Pendugaan potensi lestari dilakukan dengan menggunakan model schaefer, dengan nilai MSY Ikan Layang yang didapatkan sebesar 2.646,911 ton/tahun dengan Usaha optimal (Fmsy) sebanyak 1.123 trip/tahun. Berdasarkan data tahun 2009 – 2018 diketahui bahwa status pemanfaatan Ikan Layang di PPN Pengambengan pernah mengalami tiga status yang berbeda, yakni status rendah dan berkembang pada tahun 2009 – 2017 dan pada tahun 2018 telah berstatus berlebih.

Kata Kunci: ikan layang; PPN pengambengan; schaefer; potensi lestari; pertumbuhan

1. Pendahuluan


Ikan Layang merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yag cukup digemari oleh masyarakat, sehingga permintaan masyarakat terhadap Ikan

Layang cenderung mengalami peningkatan dan menyebabkan nelayan meningkatkan upaya penangkapan guna memenuhi permintaan tersebut dari waktu ke waktu. Ikan Layang merupakan sumberdaya laut yang bersifat dapat pulih kembali, namun apabila usaha penangkapan melewati daya dukung nya, maka keseimbangan lingkungan hayati perairan dan daya pulih ikan dapat terganggu akibatnya usaha pemulihan stok akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan merupakan pelabuhan pendaratan ikan yang berada di Bali dengan komoditas ikan dengan nilai ekonomis penting yang didaratkan diantaranya Ikan Lemuru, Ikan Layang dan Ikan Tongkol. Data Direktorat Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan menunjukan bahwa produksi tangkapan Ikan Layang dalam 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi hasil produksi yang beragam, tahun 2014 produksi Ikan Layang diketahui sebesar 1.300 ton/tahun, tahun 2016 turun menjadi 30 ton/tahun sedangkan tahun 2018 naik menjadi 3.356 ton/tahun.

Pengkajian ketersediaan stok guna mengetahui nilai potensi lestari ikan serta upaya maksimum yang diperbolehkan dalam usaha penangkapan Ikan Layang berbasis stok dianggap penting untuk dilakukan, hal ini dikarenakan konsep manajemen berbasis ‘unit stok’ di percaya merupakan konsep pengelolaan yang logis dan bertanggung jawab Suwarso dan Zamroni (2013). Penelitian terkait potensi lestari ikan berbasis stok ini juga sudah pernah dilakukan, seperti penelitian oleh Gemaputri (2013) terkait pengkajian stok Ikan Layang di perairan jember, Sangaji et al (2016) terkait pengkajian stok Ikan Layang di perairan Pulau Ternate.

Sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam pembentukan kebijakan untuk pengelolaan sumberdaya Ikan Layang di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan .

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Waktu dan Tempat

      • 2.2.1.    Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni pada Bulan November hingga Bulan Desember 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan selang waktu ± 14 hari. Apabila pada waktu yang ditentukan tidak terdapat sampel yang ditemukan maka pengambilan sampel tidak terpacu pada selang waktu ± 14 hari, namun mengacu pada ketersediaan ikan di lokasi penelitian.

  • 2.2.2.    Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yakni PPN Pengambengan untuk pengambilan sampel ikan serta wawancara nelayan dan Laboratorium Perikanan, Universitas Udayana untuk pengukuran panjang, berat, identifikasi spesies dan jenis kelamin ikan.

  • 2.2    Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cool box, worksheet, timbangan digital, penggaris, alat tulis, kamera, label, plastik dan Ikan Layang

  • 2.3    Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Data primer meliputi panjang dan bobot Ikan Layang hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pengambengan. Data sekunder diperoleh dari Kantor PPN Pengambengan yang meliputi data tangkapan ikan (produksi), jumlah trip kapal serta alat tangkap yang digunakan di PPN Pengambengan selama sepuluh tahun terakhir (2009 – 2018).

  • 2.4    Analisis Data

    • 2.4.1    Sebaran Frekuensi Panjang

Penentuan sebaran frekuensi panjang Ikan Layang menggunakan data panjang total (total length/TL). Penentuan sebaran frekuensi panjang diolah menggunakan Microsoft Excel dengan tahapan sebagai berikut: (a) Mencari nilai panjang maksimal dan minimal data ikan sampel; (b) Mencari rentang data panjang ikan; (c) Mencari interval data untuk penentuan jumlah kelompok; (d) Mencari panjang kelas yang akan dimasukan

dalam interval data; (e) Analisis data sebaran frekuensi panjang

  • 2.4.2    Pola Pertumbuhan

Pola pertumbuhan Ikan Layang dianalisis menggunakan hubungan panjang – bobot ikan dengan menggunakan persamaan menurut Effendie (2002):

W = aLb

(1)


Dimana W adalah berat ikan (gram); L merupakan panjang total ikan (mm); a merupakan intercept; dan b merupakan slope. Berdasarkan persamaan tersebut bila nilai b = 3 yang diperoleh maka pertumbuhan panjang dan bobot seimbang (isometrik), bila b < 3 maka pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan pertambahan bobot (allometrik negatif) dan jika b > 3 maka pertambahan bobot lebih dominan dibandingkan pertumbuhan panjang (allometrik positif), Ibrahim et al (2017)

  • 2.4.2    Catch per Unit Effort (CPUE)

Pendugaan produktivitas alat tangkap dapat dilihat dari hubungan antara hasil tangkapan (catch) dengan upaya penangkapan (effort) atau dikenal dengan Catch per Unit Effort (CPUE). Rumus yang digunakan untuk mencari nilai CPUE menurut Noija et al (2014) adalah:

CPUE =


Catch

Effort


(2)


Dimana catch merupakan jumlah hasil tangkapan (ton); dan effort merupakan usaha trip yang dilakukan untuk kegiatan penangkapan.

  • 2.4.3    Maximum Sustainable Yield (MSY) dan Effort Optimum (Fopt)

Data yang digunakan dalam metode produksi surpus berupa hasil tangkapan (catch) dan upaya penangkapan (effort) dan kemudian dilakukan pengolahan data dengan pendekatan schaefer, dengan persamaan:

MSY = - (a2) / 4b

Fopt = - (a/2b)

(3)

(4)


Dimana a adalah intercept; dan b adalah slope.

  • 2.4.2    Total Allowable Catch (TAC)

Total Allowable Catch (TAC) merupakan 80% dari nilai potensi maksimum lestari. Maka Zahra et al (2019) menyatakan TAC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

TAC = 80% × MSY

(5)


  • 3.    Hasil

    • 3.1    Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang

Jumlah Ikan Layang yang diambil setiap pengambilan sampel berjumlah minimal 30 ekor pada setiap pengambilan sampel dan total seluruh ikan yang di ukur sebanyak 616 ekor ikan dengan jumlah ikan betina 274 ekor dan ikan jantan 342 ekor. Ikan Layang betina di PPN Pengambengan pada Bulan November – Desember memiliki sebaran frekuensi panjang berkisar antara skala 157 – 228 mm dengan ikan pada selang kelas 197 – 204 mm menjadi hasil tangkapan yang paling tinggi. sedangkan tangkapan Ikan Layang jantan memiliki panjang berkisar antara skala 161 – 232 mm dengan ikan pada selang kelas 169 – 176 menjadi hasil tangkapan yang paling tinggi.

  • 3.2    Pola Pertumbuahan

Uji T dilakukan terhadap nilai b untuk mengetahui pola pertumbuhan Ikan Layang yang didaratkan di PPN Pengambengan dengan alat tangkap purse seine dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,025). Hasil uji T menunjukan nilai T-hitung lebih kecil dibandingka dengan nilai T-tabel. Nilai T-hitung untuk Ikan Layang betina sebesar 7.386,39 dengan nilai T-tabel sebesar 2,25 sedangkan Ikan Layang jantan memiliki T-hitung sebesar 85,40 dengan nilai T-tabel sebesar 2,25. Berdasarkan nilai uji T yang dilakukan, didapatkan bahwa nilai T-hitung lebih besar dibandingkan dengan T-tabel, sehingga tolak H0. Maka nilai b pada Ikan Layang betina sebesar 2,808 dan nilai b pada Ikan Layang jantan sebesar 2,948 berbeda nyata terhadap nilai 3, sehingga pola pertumbuhan Ikan Layang yang didaratkan di PPN Pengambengan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. Hasil tersebut juga didukung dengan nilai koefisien determinansi (R2) masing – masing Ikan Layang sebesar 0,7392 untuk Ikan Layang betina dan 0,7958 untuk Ikan Layang jantan. Angka tersebut berarti hasil

tersebut telah mewakili keadaan sebenarnya di alam sebesar 73% dan 79%.

  • 3.3    Model Produksi Surplus

Data produksi perikanan tangkap di PPN Pengambengan tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1

Hasil Produksi Perikanan PPN Pengambengan

Tahun

Effort

Catch (Ton)

Ikan

Lem-uru

Ikan Layang

Ikan

Tongkol

Ikan

Lain

2009

7.084

30.687

608

270

14

2010

3.675

14.622

222

765

34,76

2011

1.874

1.560

1.348

2.925

353

2012

2.722

2.542

1.050

3.700

446

2013

2.380

5.720

1.770

1.513

185

2014

3.662

14.151

1.300

2.374

220

2015

2.800

16.038

397

596

231

2016

1.438

7.150

30

115

58

2017

1.224

77

1.046

1.996

326

2018

4.186

1.154

3.357

5.542

508

Sumber : PPN Pengambengan (2009 – 2018)

Effort (trip) pada Tabel 1 merupakan effort yang digunakan untuk menangkap seluruh jenis ikan yang didaratkan di PPN Pengambengan, sehingga dalam pendugaan CPUE untuk Ikan Layang dibutuhkan penyesuaian teradap nilai effort nya, penyesuaian tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: langkah pertama yang dilakukan adalah membuat perbandingan jumlah hasil tangkapan Ikan Layang terhadap jumlah hasil tangkapan keseluruhan ikan yang ditangkap oleh alat tangkap purse seine di PPN Pengambengan setiap tahunnya. Perbandingan tersebut selanjutnya di konversi dalam bentuk persentase. Selanjutnya jumlah persentase khusus untuk Ikan Layang dikalikan dengan effort keseluruhan penangkapan ikan yang dilakukan, sehingga didapatkan effort hasil penyesuaian khusus untuk penangkapan Ikan Layang.

Data effort yang digunakan dalam perhitungan CPUE untuk menduga nilai MSY adalah data effort hasil penyesuaian yang telah didapatkan. Perhitungan CPUE Ikan Layang diolah dengan menghubungkan antara data hasil tangkapan Ikan Layang dengan effort (trip) hasil penyesuaian. Hasil nilai CPUE yang didapatkan tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2

Nilai CPUE Ikan Layang di PPN Pengambengan

Tahun

Catch

Effort

CPUE (Ton/Trip)

2009

608

137

4,438

2010

222

53

4,189

2011

1.348

409

3,296

2012

1.050

370

2,838

2013

1.770

459

3,865

2014

1.300

264

4,924

2015

397

65

6,108

2016

30

6

5,000

2017

1.045

372

2,809

2018

3.357

1.331

2,522

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa hasil tangkapan per tahun nya untuk Ikan Layang cukup mengalami fluktuasi, namun pada tahun 2018 mengalami peningkatan hasil tangkapan Ikan Layang yang cukup tinggi yakni sebesar 221% lebih banyak dibanding tahun 2017. Begitu pula untuk upaya penangkapan yang dilakukan yang berfluktuasi, peningkatan effort signifikan terjadi di tahun 2018 yakni sebanyak 357% lebih banyak dibandingkan tahun 2017. Namun penambahan upaya yang terjadi sejak tahun 2017 dan 2018 berbanding terbalik dengan nilai CPUE yang didapatkan, dimana pada kedua tahun tersebut nilai CPUE yang didapatkan mengalami penurunan. Sehingga diketahui nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2015 yakni sebesar 6,108 ton/trip, sedangkan nilai CPUE terendah terjadi pada tahun 2018 sebesar 2,522 ton/trip.

Hubungan antara Effort – CPUE Ikan Layang di PPN Pengambengan dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai effort yang dilakukan maka nilai CPUE akan menurun atau dalam kata lain hubungan atara Effort – CPUE memiliki korelasi negatif, hal tersebut mengindikasikan bahwa produktivitas alat tangkap purse seine akan menurun apabila terjadi peningkatan effort. Korelasi antara Effort – CPUE di PPN Pengambengan untuk tangkapan Ikan Layang menggunakan alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 1.

Persamaan linier pada Gambar 1. menunjukan bahwa hubungan effort dengan hasil CPUE memiliki koefisien determinansi sebesar 0,4712 atau dapat menggambarkan keadaan di alam sebanyak 47%. Berdasarkan hasil hubungan effort – CPUE tersebut, diketahui nilai intercept (a) yang didapatkan sebesar 4,7154 dan nilai slope (b) nya

sebesar – 0,0021 Hasil analisa pendekatan schaefer dengan angka a dan b tersebut didapatkan hasil yang menunjukan bahwa upaya optimum (Fmsy) untuk penangkapan Ikan Layang sebanyak 1.123 kali trip/tahun dengan tangkapan maksimum (MSY) sebesar 2.646,911 ton/tahun dengan Total Allowable Catch (TAC) sendiri merupakan 80% dari total MSY yakni sebesar 2.117,528 ton setiap tahun

Gambar 1. Grafik hubungan effort – CPUE.

  • 4.    Pembahasan

    • 4.1    Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Layang

Hasil tangkapan Ikan Layang di PPN Pengambengan lebih didominasi oleh Ikan Layang jantan dengan persentase 55,51% sedangkkan Ikan Layang betina dengan persentase 44,49% sehingga perbandingan Ikan Layang jantan dan betina adalah 1,24 : 1. Hasil tersebut mendekati perbandingan ideal yang seharusnya 1 : 1 sehingga diduga keseimbangan stok di alam masih terjaga dan dalam kondisi yang seimbang. Dugaan tersebut didukung oleh pernyataan Rachmawati dan Hartati (2017) yang menyatakan perbandingan jumlah jenis kelamin atau nisbah kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dan ikan betina dalam suatu populasi, dimana bila dalam keadaan ideal perbandingan tersebut berjumlah 1 :1 (50% : 50%). Kondisi serupa juga terjadi pada tangkapan Ikan Layang di PPP Sandeng, Gunungkidul, Yogyakarta yang memiliki nisbah kelamin ikan jantan dan betina sebesar 1,4 : 1, dan hasil tersebut dikatakan seimbang (Lestiana et al, 2015).

Tangkapan   Ikan   Layang   di   PPN

Pengambengan Ikan Layang betina memiliki panjang maksimal 225 mm dan Panjang minimal 157 mm, untuk sebaran frekuensi panjang yang paling mendominasi berada pada selang kelas ukuran 197 – 204 mm sebanyak 84 ekor dari 274

ekor keseluruhan sampel Ikan Layang betina, sedangkan Ikan Layang jantan memiliki panjang maksimal 230 mm dan panjang minimal 161 mm, untuk sebaran frekuensi panjang yang paling mendominasi berada pada selang kelas ukuran 169 – 176 mm sebanyak 77 ekor dibanding 342 keseluruhan sampel Ikan Layang jantan. Selang panjang dengan ukuran yang mendominasi tersebut diduga dikarenakan ukuran mesh size jaring purse seine yang digunakan. Hal ini karena diketahui lebar mesh size jaring purse seine yang digunakan adalah 0,5 inch atau 12,7 mm (Nugraha et al (2018) dan dibandingkan dengan data hasil pengukuran tangkapan Ikan Layang, ikan dengan tinggi tubuh ≥30 mm rata – rata memiliki panjang total diatas 160 mm sedangkan ikan dengan tinggi tubuh <30 mm memiliki panjang total kurang dari 160 mm.

Berdasarkan data pada sumber fishbase bahwa Ikan Layang (D. macrosoma) memiliki ukuran length of first maturity (Lm) / ukuran pertama kali matang gonad pada ukuran panjang 17,6 cm atau 176 mm. Bila dibandingkan dengan data sebaran frekuensi panjang ikan hasil penelitian, menunjukan bahwa ukuran Ikan Layang hasil tangkapan yang telah mencapai Lm sebanyak 72,80% sedangkan yang belum mencapai Lm sebanyak 27,80% untuk ikan jantan, sedangkan ikan betina yang telah mencapai Lm sebanyak 96,35% sedangkan yang belum mencapai Lm sebanyak 3,65 % ikan betina. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Ikan Layang yang tertangkap dengan alat tangkap Purse seine dan didaratkan di PPN Pengambengan telah didominasi oleh ikan yang telah matang gonad, sehingga siklus reprosuksi dapat berjalan normal dan masih belum mengancam kelestarian Ikan Layang tersebut.

  • 4.2    Pola Pertumbuhan

Berdasarkan hasil penelitian pada bulan November – Desember 2019 diketahui bahwa pola pertumbuhan Ikan Layang jantan dan betina yang didaratkan di PPN Pengambengan adalah allometrik negatif yang artinya pertumbuhan panjang ikan lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan berat nya. Hal ini berarti Ikan Layang yang didaratkan di PPN Pengambengan tergolong kurus. Kondisi ini diduga dikarenakan ikan telah mengalami pematangan reproduksi, sehingga energi hasil makannya lebih banyak

digunakan untuk pematangan sel telur maupun spermanya dibandingkan untuk pertumbuhan ikan.

Ikan Layang yang memiliki pola pertumbuhan negatif juga ditemukan dalam beberapa penelitian lainnya, seperti penelitian Liestiana (2015) pada Ikan Layang yang didaratkan di PPP Sedeng, Gunugkidul, Yogyakarta dan Radongkir et al (2018) pada Ikan Layang yang didaratkan di PPI Sanggeng, Kabupaten Manokwari. Sedangkan Ongkers et al (2016) di Perairan Latulahat dan Jaliadi (2017) di perairan Banda Aceh Barat menemukan bahwa pertumbuhan Ikan Layang di perairan tersebut bersifat allometrik positif.

Perbedaan nilai pola pertumbuhan ikan yang diekspresikan dari nilai b dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perbedaanumur, perkembangan gonad, jenis kelamin, kondisi habitat, kepenuhan lambung, faktor penyakit dan parasit Effendie (2002), ketersediaan makanan, pH, suhu, dan oksigen terlarut di perairan, serta kemampuan ikan berenang secara aktif atau pasif Muchlisinet et al (2010). Dibandingkan dengan faktor lainnya, faktor perkembangan gonad saat ini dianggap lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor lainnya. Hal ini karena berdasarkan penelitian Megawati et al (2014) diketahui bahwa kondisi kulitas perairan di Selat Bali memiliki konsentrasi nitrat dengan kisaran sebesar 0,1741,825 mg/l, konsentrasi fosfat berkisar antara 0,023 – 0,066 mg/l, nilai oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,7 – 4,83 mg/l, dan nilai pH berkisar antara 8,41-9,49. Parameter yang diteliti di perairan Selat Bali bagian Selatan menunjukkan bahwa kualitas air laut di perairan tersebut masih baik yang mengacu pada baku mutu yang telah ditetapkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KMNLH).

Kondisi ketersediaan makanan di Selat Bali dalam kondisi yang baik, hal tersebut dijelaskan dalam penelitian Susilo (2015) berdasarkan hasil pengukuran secara insitu diketahui pada bulan Juli-September konsentrasi rata-rata klorofil–a sebesar 0,3725 ± 0,3496 mg/m3 dengan konsentrasi terendah sebesar 0,0199 mg/m3 pada bulan April dan tertinggi sebesar 2,2490 mg/m3 pada bulan September. Nilai tersebut termasuk dalam kategori baik, kategori tersebut mengacu pada Kep.MNLH tahun 2014, kategori klorofil-a , < 15 mg/m3 dikategorikan ke dalam kondisi yang baik, sedangkan 15 – 30 mg/m3 kategori sedang dan > 30 mg/m3 dikategorikan buruk Paramitha et al (2014).

  • 4.3    Model Produksi Surplus

Nilai Maximum Sustainable Yield (MSY) yang didapatkan untuk pengangkapan Ikan Layang dengan alat tangkap purse seine di PPN Pengambengan sebesar 2.646,911 ton/th atau 2.646.911 kg/th, dengan nilai Total Allowable Catch (TAC) sebesar 2.117,528 ton/th dengan upaya optimum penangkapan Ikan Layang dengan purse seine sebanyak 1.123 trip/tahun.

Nilai MSY yang diperoleh bila dibandingkan dengan data hasil tangkapan di PPN Pengambengan dengan alat tangkap purse seine pada tahun 2009 – 2018 maka telah terjadi kondisi lebih tangkap (overfishing) pada tahun 2018 sebanyak 710,089 ton atau 26,82% lebih banyak dibandingkan dengan nilai MSY nya, sedangkan tahun 2009 – 2017 masih dalam kondisi underfishing. Kondisi overfishing pada tahun 2018 dikarenakan telah terjadinya upaya penangkapan yang melebihi nilai upaya optimum nya, tepatnya upaya trip yang dilakukan telah melebihi upaya optimum penangkapan sebanyak 192 kali trip atau telah melebihi 18,52% dari nilai upaya optimum yang seharusnya dilakukan. Dugaan tersebut juga didukung dalam pendapat Simbolon et al (2011) kondisi overfishing dapat terjadi apabila dilakukan pengupayaan penangkapan ikan yang melebihi dari nilai upaya optimumnya. Listiani et al (2017) juga menyatakan bahwa pembatasan tingkat pengupayaan penting untuk diterapkan, hal tersebut dikarenakan apabila tingkat pengupayaan dan tingkat pemanfaatan yang dilakukan melebihi nilai MSY nya dapat mengancam kelestarian ikan di alam.

Beberapa daerah dengan target tangkapan Ikan Layang seperti di Laut Flores telah mengalami kondisi padat eksploitasi atau mendekati fully exploited Latukonsina (2010), namun ada juga perairan yang memiliki status perikanan tangkap yang overfishing sesuai dengan kondisi di Selat Bali, seperti di Perairan Timur Sulawesi Utara yang telah mengalami overfishing pada tahun 2013 Mahmud dan Bunbun (2015) dan di Perairan Ternate yang juga telah mengalami overfishing Sangaji et al (2016), diketahui penyebab terjadinya overfishing pada perairan tersebut juga dikarenakan telah dilakukan upaya yang melebihi batas optimal nya (over exploited).

Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam KEP.45/MEN/2011 Tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan

Perikanan Negara Republik Indonesia. Selat Bali yang termasuk ke dalam WPP-RI 573 memiliki status Moderate pada perikanan Layur, D.kurroides, cakalang dan cumi – cumi, status fully exploited pada perikanan kakap merah, kuwe, albakora dan madidihang, sedangkan status over-exploited telah terjadi pada perikanan udang, tuna mata besar dan SBT dan khususnya lemuru di Selat Bali. Sehingga melalui penelitian ini status perikanan tangkap Ikan Layang yang sebelumnya pada Kep.45/MEN/2011 tersebut disebutkan spesies Ikan Layang D. kurroides masih dalam status mederate dapat diusulkan kembali untuk penilaian status sumberdaya ikan di WPP tersebut.

  • 4.4    Saran Pengelolaan

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil tangkapan Ikan Layang di PPN Pengambengan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif serta tahun 2018 merupakan tahun pertama terjadinya overfishing terhadap Ikan Layang yang didaratkan di PPN Pengambengan. Berdasarkan hal tersebut maka upaya kontrol terhadap upaya penangkapan ikan disarankan untuk dilakukan.

Penanggulangan kontrol upaya pembatasan penangapan Ikan Layang yang didaratkan di PPN Pengambengan meliputi usaha trip yang dilakukan. Hal tersebut mengacu pada hasil analisis model schaefer yang telah dilakukan. Hasil tersebut menyebutkan bahwa usaha optimum untuk jumlah trip sebanyak 1.123 trip/tahun dengan jumlah tangkapan tidak melebihi 2.646,911 ton/tahun. Pembatasan trip ini disarankan karena melihat naiknya hasil tangkapan yang berlebih sejalan dengan upaya trip pada tahun 2018 yang dilakukan juga melebihi jumlah upaya optimum berdasarkan hasil modelschaefer tersebut.

Pengurangan upaya tangkapan juga melihat hasil trend CPUE yang didapatkan di PPN Pengambengan dari tahun 2009 – 2018 yang bersifat negatif yang disebabkan oleh besarnya effort namun nilai CPUE yang diperoleh cenderung menurun. Apabila penambahan upaya masih dilakukan, secara biologis akan membahayakan dan juga akan berdampak terhadap perekonomian, untuk itu peraturan dan pengendalian upaya penangkapan sesuai dengan standar upaya optimum dirasa penting untuk diterapkan guna menjaga keseimbangan biologis

dan mencegah terjadinya kerugian yang dapat dirasakan oleh nelayan.

5.Simpulan

Distribusi frekuensi panjang dengan selang kelas tertinggi untuk Ikan Layang betina pada panjang 197 – 204 mm dan Ikan Layang jantan pada

panjang 167 – 176 mm, dengan pola pertumbuhan ikan allometrik negatif. Sebanyak 72,80% Ikan Layang jantan dan 96,35% Ikan Layang betina hasil tangkapan purse seine di PPN Pengambengan sudah mencapai nilai Lm nya yang berarti sudah matang gonad. Maka kegiatan perikanan tangkap untuk Ikan Layang masih dapat berkelanjutan

Potensi maksimum lestari Ikan Layang yang didaratkan di PPN Pengambengan berdasarkan pendekatan scheafer sebesar 2.646,911 ton/tahun dan total allowable catch sebesar 2.117,528 ton/tahun. Data hasil tangkapan di PPN Pengambengan tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi overfishing terhadap Ikan Layang karena hasil tangkpan lebih tinggi 26,82% dibandingkan dengan nilai MSY nya, dan upaya penangkapan lebih tinggi 18,52% dari upaya optimumnya.

Ucapan terimakasih

Terimakasih saya sampaikan kepada Direktorat Jendral Kelautan dan Perikanan dalam hal ini kepada PPN Pengambengan dan Syahbandar PPN Pengambegan atas bantuan data serta ilmu yang diberikan selama penelitian berlangsung.

Daftar Pustaka

Effendie, M.I. (2002). Biologi Perikanan. Yogyakarta, Indonesia: Yayasan Pustaka Nusatama.

Gemaputri, A.A. (2013). Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Hasil Tangkapan di Perairan Jember. Jurnal Perikanan, XV(1), 35 – 41.

Ibrahim., P.S., Setyobudiandi, I., & Sulistiono. (2017).. Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Faktor Kondisi Ikan Selar Kuning Selaroides leptolepis di Perairan Selat Sunda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(2), 577 – 584.

Jaliadi, Yusfiandayani, R., & Mulyono, S.B. (2017).

Struktur Ukuran dan Hubungan Panjang Berat Ikan Hasil Tangkapan pada Rumpon Portable dan Rumpon Tradisional di Perairan Banda Aceh Barat. Jurnal Albacore, 1(1), 001 - 009.

Latukonsina, H. (2010). Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang (Decapterus spp.) di

Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 3(2), 47 – 54.

Lestiana, H., Ghofar, A., & Rudiyanti, S. (2015). Aspek Biologi Ikan Layang (Decapterus macrosoma) yang didaratkan di PPP Sandeng, Gunungkidul, Yogyakarta. Diponegoro Journal of Maquares, 4(4) , 10 – 18.

Listiani, A., Wiajayando, D.,  & Jayanto, B.B. (2017)..

Analisis CPUE (catch per unit effort) dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Lemuru (Sardinella lemuru) di Perairan Selat Bali. Jurnal Perikanan  Tangkap: Indonesian journal of capture

fisheries, 1(1), 1 – 9.

Mahmud, A.,  & Bunbun, R.L. (2015). Potensi Lestari

Ikan Layang (Decapterus spp) berdasarkan Hasil Tangkapan Pukat Cincin di Perairan Timur Sulawesi Tenggara. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 6(2), 159 – 168.

Megawati, C., Yusuf, M., & Maslukah, L. (2014). Sebaran Kualitas Perairan Ditinjau dari Zat Hara, Oksigen Terlarut, dan pH di Perairan Selat Bali Bagian Selatan. Jurnal Oseanografi, 3(2), 142 – 150.

MNLH. (2011). Keputusan Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta – Infonesia:   Menteri     Negara

Lingkungan Hidup.

Muchlisin, Z. A., Musman, M. & Azizah, M. N. S. (2010). Length-weight relationships and condition factors of two threatened fishes, Rasbora tawarensis and Poropuntius tawarensis, endemic to Lake Laut Tawar, Aceh  Province, Indonesia. Journal of Applied

Ichthyology, 26(6), 949-953.

Nugraha, S.W., Ghofar, A., & Saputra, S.W. (2018). Monitoring Perikanan Lemuru di Perairan Selat Bali. Journal of Maquares, 7(1), 130 – 140.

Noija,  D., Martasuganda, S., Murdiyanto, B.,  &

Taurusman, A. A. (2014). Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Pulau Ambon Provinsi Maluku. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan, 5(1), 55-64.

Ongkers, O. T. S., Jesaja A. P., & Federick, R. (2016). Aspek biologi Ikan Layang (Decapterus russeli) di Perairan Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Pulau Ambon. Omni-Akuatika, 12(3), 79 – 87.

Paramitha, A., Budi, U., & Desrita. (2014). Studi Klorofil-a di Kawasan Perairan Belawan Sumatera Utara. Jurnal AQUACOSTMARINE, 2(2), 106 – 119.

PPN Pengambengan. (2011). Laporan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2011. Jembrana, Indonesia: Direktorat Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Bali.

PPN Pengambengan. (2016). Laporan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2016. Jembrana, Indonesia: Direktorat Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Bali.

PPN Pengambengan. (2018). Laporan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2018. Jembrana, Indonesia: Direktorat Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Bali.

Rachmawati, P.F., & Hartati, S.T. (2017). Aspek Biologi Ikan Layur (Lepturacanthus savala Cuvier, 1829) di Perairan Pengandaran, Jawa Barat. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap(BAWAL), 9(2), 133 – 143.

Randongkir, Y.E., Fanny, S., & Tutik, H. (2018). Aspek pertumbuhan Ikan Layang (Decapterus macrosoma) di pangkalan pendaratan ikan (PPI) sanggeng kabupaten manokwari. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 2(1), 15 – 24.

Sangaji, M. B., Tangke, U., & Namsa, D. (2016). Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang (Decapterus sp) di Perairan Pulau Ternate. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 9(2), 1 – 10.

Simbolon, D., Wiryawan, B., Wahyuningrum, P.I., & Wahyudi, H. (2011). Tingkat pemanfaatan dan pola Musim Penangkapan Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali. BULETIN PSP, XIX(3), 293 – 307.

Susilo, E. (2015). Variabilitas Faktor Lingkungan pada Habitat Ikan Lemuru di Selat Bali menggunakan Data Satelit Oseanografi dan Pengukuran Insitu. Omni-Akuatika, 14(20), 13 – 22.

Suwarso., & Zamroni, A. (2013). Sebaran Unit Stok Ikan Layang (Decapterus spp) dan Risiko Pengelolaan Ikan Pelagis di Laut Jawa. Kebijakan Perikanan Indonesia, 5(1), 17 – 24.

Zahra, A.N.A., Susiana & Dedy, K. (2019). Potensi lestari dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Selar (Atule mate) yang didaratkan di Desa  Kelong,  Kabupaten

Bintaibran, Indonesia. Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 3(2), 57 – 63.

Curr.Trends Aq. Sci. IV(1): 10-17 (2021)