Intensitas dan Prevalensi Parasit Pada Insang Ikan Nila yang dibudidayakan di Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Sangeh
on
Current Trends in Aquatic Science VI(2), 112-118 (2023)
Intensitas dan Prevalensi Parasit Pada Insang Ikan Nila yang dibudidayakan di Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Sangeh
I Gusti Agung Ayu Purnama Sari a*, Pande Gde Sasmita Julyantoro a, Dewa Ayu Angga Pebriani a, Endang Wulandari Suryaningtyas a
a Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Kabupaten Badung, Bali-Indonesia
* Penulis koresponden. Tel.: +62-813-380-31654
Alamat e-mail: gunggektiti@gmail.com
Diterima (received) 17 Mei 2023; disetujui (accepted) 13 Juli 2023; tersedia secara online (available online) 14 Agustus 2023
Abstract
Parasites in the body of cultivated fish will cause harm to the fish, because the parasites take nutrients from their hosts, it is necessary to study the intensity and prevalence of parasites in tilapia (Oreochomis niloticus) in order to determine the density of parasite attacks and the percentage of parasites in tilapia. Samples of tilapia (Oreochomis niloticus) were taken from the Central Sangeh Fish Seed Center (BBI). The research was conducted for 3 months from October 4th 2022 to December 13 2022 randomly sampling. Samples of tilapia (Oreochomis niloticus) examined were 36 samples of Nila Nirwana fish. The parasites found in the external organs (ectoparasites) were only found in the tilapia gills, while for the internal organs (endoparasites) parasites were not found in both the stomach and intestines of the fish. The ectoparasites found were Dactylogyrus sp. (2181 ind) and Gyrodactylus sp. (157 ind). The highest intensity was in the genus Dactylogyrus of 60.6 ind/fish including the severe category, while for the genus Gyrodactylus of 4.4 ind/head including the low category. The highest prevalence value was in the genus Dactylogyrus with 92% in the always category while in the genus Gyrodactylus it was 78% in the usual category. This study’s supporting data for water quality includes temperature, pH, DO, and ammonia. Where temperature during the study ranged from 28-30oC, pH or acidity ranged from 7.6-8.5, and DO or dissolved oxygen ranged from 7.3-8.4 mg/L. The water quality result in this study were normal for fish farming.
Keywords: Fish parasite; Tilapia fish; BBI Sangeh; Intensity; Prevalence
Abstrak
Parasit pada tubuh ikan yang dibudidayakan menyebabkan kerugian bagi ikan, karena parasit mengambil nutrien dari inangnya. Maka diperlukan penelitian mengenai intensitas dan prevalensi parasit pada ikan nila (O. niloticus) guna mengetahui kepadatan serangan parasit dan persentase parasit pada ikan nila. Sampel ikan nila (Oreochomis niloticus) diambil dari Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Sangeh. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari tanggal 4 Oktober 2022 sampai dengan 13 Desember 2022 secara acak (random sampling). Sampel ikan nila (Oreochomis niloticus) yang diperiksa sebanyak 36 sampel ikan dengan jenis ikan nila nirwana. Parasit yang ditemukan, pada organ luar (ektoparasit) hanya ditemukan pada insang ikan nila, sedangkan untuk organ dalam (endoparasit) tidak ditemukan parasit baik pada lambung dan usus ikan. Ektoparasit yang ditemukan yaitu, Dactylogyrus sp. (2181 ind) dan Gyrodactylus sp. (157 ind). Intensitas tertinggi pada genus Dactylogyrus sebesar 60,6 individu/ekor termasuk kategori parah, sedangkan untuk genus Gyrodactylus sebesar 4,4 individu/ekor termasuk kategori rendah. Nilai prevalensi tertinggi pada genus Dactylogyrus sebesar 92% dengan kategori selalu sedangkan untuk genus Gyrodactylus sebesar 78% dengan kategori biasanya. Data pendukung kualitas air pada penelitian ini, meliputi suhu, pH, DO dan ammonia. Suhu kolam selama penelitian berkisar 28-30oC, pH atau derajat keasaman berkisar 7,6-8,5 dan DO atau oksigen terlarut berkisar 7,3-8,4 mg/L. Hasil dari kualitas air pada penelitian ini tergolong normal untuk budidaya ikan nila.
Kata Kunci: Parasit Ikan; Ikan Nila; BBI Sangeh; Prevalensi; Intensitas
Ikan ikan nila (Oreochomis niloticus) adalah jenis ikan yang banyak dibudidayakan di tambak. Jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya ikan nila memiliki keunggulan dari sifat biologisnya seperti pertumbuhan yang cepat, memiliki tipe pemakan segala (omnivora), mampu beradpatasi terhadap lingkungan (Simanjuntak et al., 2017). Permasalahan yang sering dijumpai pada bidudaya ikan adalah penyakit pada ikan yang dibudidayakan. Salah satu agen/patogen yang sering menyerang ikan nila budidaya adalah parasit (Juanda, 2018).
Adanya parasit yang menyerang ikan budidaya menyebabkan kerugian bagi ikan yang dibudidayakan karena parasit mengambil nutrien dari inangnya. Parasit pada ikan dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu endoparasit merupakan parasit yang hidup di dalam sel organ dan ektoparasit merupakan parasit yang hidup di kulit, insang dan permukaan tubuh (Ali et al., 2013). Contoh endoparasit yang sering ditemukan pada ikan nila adalah jenis Camallanus sp., P. Nagpurensisi, dan Bothriocephalus sp. sedangkan contoh ektoparasit yang sering ditemukan adalah Trichodinasp., Chichlidogyrus sp., dan Argulus sp. (Bawia et al., 2012).
Infeksi parasit pada ikan nila dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik merupakan karakteristik lingkungan dan habitat ikan nila. Salah satu yang termasuk faktor ekstrinsik adalah kualitas air. Dimana kualitas air yang buruk menyebabkan ikan stress, menurunkan sistem imun sehingga parasit dapat dengan mudah menempel di tubuh ikan (Lestari et al., 2020). Faktor intrinsik yang dapat menyebabkan infeksi parasit pada ikan nila ditentukan oleh ukuran tubuh dan jenis kelamin ikan, selain itu tingkat infeksi parasit pada ikan juga ditentukan oleh tingkat intensitas dan prevalensi dari parasit yang menyerang ikan nila.
UPT Pembenihan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali. BBI Sentral Sangeh terletak di Kabupaten Badung tepatnya di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal. Jarak dari ibukota provinsi 21 km dan perjalanan menuju BBI Sentral Sangeh dapat ditempuh dengan waktu kurang
lebih 40 menit dari pusat Kota Denpasar dengan menggunakan kendaraan bermotor. Luas total lahan adalah 4, 143 Ha dengan luas permukaan air 2,457 Ha. Ketinggian tempat 250 m dari permukaan laut. Komoditas ikan yang dikembangkan di BBI Sangeh adalah ikan air tawar jenis Nila, lele dan karper. BBI Sentral Sangeh sebagai tempat wisata edukasi menerima adanya kunjungan pelajar dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga Mahasiswa dari beberapa Universitas di Indonesia dan beberapa dari luar negeri setiap tahunannya untuk kegiatan praktek kerja di BBI Sangeh (BBI Sangeh, 2017).
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan di BBI Sangeh sampai saat ini masih sedikit informasi mengenai parasit yang menginfeksi pada ikan nila budidaya di Bali. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai intensitas dan prevalensi parasit yang menginfeksi ikan nila. Pada penelitian ini, jenis ikan yang diteliti adalah jenis ikan nila nirwana yang dibudidayakan di Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Sangeh, agar nantinya dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi ikan yang dibudidayakan di Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Sangeh.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan sejak tanggal 4 Oktober 2022 sampai dengan 13 Desember 2022. Sampel ikan nila yang digunakan diambil dari BBI Sentral Sangeh. Pemeriksaan parasit pada sampel ikan nila (Oreochromis niloticus) dilakukan di Laboratorium Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.
-
2.2 Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan secara Deskriptif Kuantitatif yaitu dengan cara menganalisis suatu objek untuk memecahkan suatu masalah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple random sampling/Acak. Sampel Ikan nila (Oreochromis niloticus) yang digunakan selama penelitian sebanyak 36 sampel dengan jenis ikan
nila nirwana yang diambil dari Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Sangeh.
-
2.3 Prosedur Kerja
-
2.3.1 Pengambilan Sampel
-
Pengambilan sampel Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dilakukan di BBI Sentral Sangeh dengan kondisi yang masih segar. Pada kolam pemeliharaan berisikan ikan dengan ukuran 15-28 cm, dengan berat ikan 52-300 gram. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 36 sampel ikan dengan jumlah pengambilan sampel perharinya sekitar 1-2 ekor ikan nila. Pengambilan sampel ikan nila di BBI Sentral Sangeh dilakukan selama 3 bulan.
-
2.3.2 Pemeriksaan Parasit pada Ikan Nila
Pemeriksaan sampel parasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dilakukan di Laboratorium Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana. Pemeriksaan dilakukan pada ektoparasit dan endoparasit. Pada pemeriksaan ekstoparasit, sampel ikan nila dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada sisik/mukus, sirip, ekor dan insang dengan cara meletakkan organ-organ tersebut di dalam petri yang telah diberikan larutan NaCl fisiologis 9%. Ektoparasit yang berhasil ditemukan disimpan dalam botol vial yang sudah diisi alkohol 70%, lalu diberikan label pada botol berupa nama parasit, letak ditemukan, dan nomor sampel ikan. Pencarian endoparasit dilakukan dengan melakukan pembedahan (Nekropsi) yang di mulai dari bagian anus hingga ke bagian mulut pada ikan (Das et al.,2010). Organ pada ikan nila (Oreochromis niloticus), seperti usus dan lambung di letakan pada cawan petri yang telah diberikan larutan NaCl fisiologis 9%. Organ – organ dalam ikan tersebut kemudian disayat dan diamati menggunakan mikroskop stereo.
-
2.3.3 Identifikasi Parasit
Sampel Ektoparasit langsung diambil gambarnya tanpa melewati proses pewarnaan. Kemudian dilakukan proses identifikasi dengan
membandingkan sampel parasit yang di dapat dengan literatur berupa buku identifikasi parasit, dan jurnal – jurnal penelitian identifikasi parasit.
-
2.4 Analisis Data
-
2.4.1 Intensitas
-
Intensitas menggambarkan jumlah kepadatan parasit yang dapat menginfeksi ikan dapat dihitung menggunakan rumus (Kabata, 1985) sebagai berikut.
Intensitas = P (1)
n
Keterangan:
P = Jumlah endoparasit yang menginfeksi ikan n = Jumlah ikan yang terinfeksi endoparasit
-
2.4.2 Prevalensi
Prevalensi adalah sebuah presentase ikan yang terinfeksi oleh parasit dalam populasi ikan. Adapun rumus perhitungan prevalensi (Kabata, 1985) adalah sebagai berikut.
Prevalensi = ^x 100 % (2)
Keterangan:
N= Jumlah ikan yang terinfeksi n = Jumlah ikan yang diperiksa
-
2.4.3 Indeks Kelimpahan
Kelimpahan adalah jumlah individu/spesies yang terdapat pada suatu area. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai kelimpahan
menggunakan rumus (Krebs, 1989), sebagai berikut.
Kelimpahan = ^i (2)
Keterangan:
ni = Jumlah individu endoparasit yang ditemukan N = Jumlah ikan yang diperiksa
-
3. Hasil dan Pembahasan
-
3.1 Jumlah parasit pada ikan nila (Oreocromus niloticus) yag dibudidayakan di BBI Sangeh
-
Parasit yang ditemukan sebanyak 2338 individu, terdiri atas 2181 individu genus Dactylogyrus dan 157 individu dari genus Gyrodactylus. Ektoparasit yang ditemukan menginfeksi ikan nila (Oreochomis niloticus) di BBI Sangeh sebanyak 2
70
genus, yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Adapun gambar parasit tersebut terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Parasit pada Ikan Nila (Oreochomis niloticus). Keterangan: (A) Gyrodactylus; (B) Dactylogyrus
60.6

4.4
Dactylogyrus
Gyrodactylus
Genus Parasit
-
3.2 Intensitas parasit pada ikan nila (Oreochomis niloticus) yag dibudidayakan di BBI Sangeh
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan intensitas serangan ektoparasit pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) infeksi tertinggi dari 36 ikan diteliti berasal dari genus Dactylogyrus, yaitu sebanyak 60,6 individu/ ikan, sedangkan untuk ektoparasit yang berasal dari genus Gyrodactylus sebesar 4,4 individu/ ikan. Total nilai intensitas endoparasit keseluruhan dari Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah sebesar 64,9 individu/ ikan dimana termasuk kategori infeksi parah. Genus Dactylogyrus menginfeksi 33 ekor ikan nila, dari total keseluruhan ikan diperiksa, sedangkan pada genus Gyrodactylus menginfeksi sebanyak 28 ekor ikan nila dari keseluruhan 36 ikan nila yang diperiksa.
Genus Gyrodactylus pada penelitian ini memiliki nilai intensitas 4,4 individu/ikan. Dimana jumlah Dactylogyrus sp. ditemukan sebanyak 2181 individu, sedangkan jumlah Gyrodactylus sp. 157 individu. Dimana hal ini didukung dengan pernyataan Irwandi et al. (2017) yang menyatakan, parasit yang paling umum ditemui pada insang adalah parasit dengan kelas tramatoda. Parasit Dactylogyrus hanya menyerang insang ikan dan tidak ditemukan pada organ lainnya (Mora et al., 2022), sedangkan parasit Gyrodactylus umumnya menyerang epidermis kulit tubuh dan jarang di temukan pada insang (Manurung et al., 2016). Adapun grafik intensitas terdapat pada Gambar 2.
Menurut penelitian yang dilakukan Irwandi et al. (2017) hasil bahwa ektoparasit yang paling banyak menginfeksi insang ikan nila merah di keramba apung Sungai Kapuas Desa Kapur adalah Dactylogyrus sp. yaitu sebanyak 362 individu. Sedangkan jumlah Gyrodactylus sp. yang ada pada insang ikan nila merah lebih sedikit dibandingkan dengan Dactylogyrus sp., yaitu hanya 87 individu.
Gambar 2. Intensitas pada Ikan nila (Oreochomis niloticus)
Penelitian Hadiroseyani et al. (2006) juga mendapatkan intensitas Dactylogyrus sp. (12,37 individu/ekor) lebih tinggi dari Gyrodactylus sp. (5,92 individu/ekor) pada lele dumbo (Clarias sp.) di Cimanggu, Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi Dactylogyrus sp. lebih besar pada insang ikan daripada infeksi Gyrodactylus sp. Faktor lain yang mempengaruhi munculnya parasit pada ikan selain faktor internal, dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti suhu, pH, oksigen terlarut, kualitas air dan nutrisi (Hasyimia et al., 2016).
-
3.3 Prevalensi parasit pada ikan nila (Oreochomis niloticus) yang dibudidayakan di BBI Sangeh
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan nilai prevalesi tertinggi dari total 36 ikan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) diperiksa adalah berasal dari genus Dactylogyrus, yaitu sebesar 92%, kemudian pada genus Gyrodactylus sebesar 78%. Tingkat infeksi oleh Dactylogyrus sp. tergolong kategori selalu, dan infeksi yang ditimbulkan oleh Gyrodactylus sp. tergolong kategori biasanya. Tingkat prevalensi pada tiap jenis parasit belum tentu sama karena tingkat infeksi parasit dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu berupa lingkungan tempat ikan tinggal dan faktor internal yang berupa umur dan ukuran ikan. Adapun grafik prevalesi terdapat pada Gambar 3.
Tamba et al. (2012) menyatakan bahwa Dactylogyrus sp. yang menginfeksi insang ikan nila di BBI Sangeh termasuk dalam kategori selalu dengan nilai rata-rata 92% dan nilai Gyrodactylus sp. termasuk dalam kategori biasanya dengan nilai rata-rata 78%. Dimana nilai rata-rata Dactylogyrus sp. menunjukan bahwa selalu ditemukan di setiap insang ikan nila yang dijasikan sampel parasit ini, sedangkan nilai rata-rata pravelensi Gyrodactylus
Genus Parasit
Gambar 3. Prevalensi pada Ikan nila (Oreochomis niloticus)
sp. menunjukan bahwa parasit ini biasa menginfeksi ikan. Nilai prevalensi infeksi Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mendukung kehidupan ektoparasit ini.
-
3.4 Kualitas Air
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilakukan pengukuran kualitan air meliputi suhu, pH, dan DO. Dimana suhu kolam selama penelitian berkisar 28-30oC, pH atau derajat keasaman berkisar 7,6-8,5 dan DO atau oksigen terlarut berkisar 7,3-8,4 mg/L. Hasil dari kualitas air pada penelitian ini tergolong normal untuk budidaya ikan. Adapun hasil pengukuran kualitas air di BBI Sangeh terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1
Parameter Perairan
Parameter |
Data yang diperoleh |
Data sesuai jurnal |
Suhu (oC) |
27-30 |
22-32 (Pramana, 2018) |
pH |
7,6-8,6 |
6,5-8,5 (Dauhan et al., 2014) |
DO (mg/L) |
6-7,7 |
>3 (SNI 7550:2009) |
Faktor penting yang berpengaruh pada kelangsungan hidup ikan nila di BBI Sangeh adalah dari kualitas airnya. Kualitas air secara tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dari ikan budidaya. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan suhu air di tambak budidaya BBI Sangeh berkisar 27-30oC. Kisaran
suhu ini masih tergolong sesuai untuk kelangsungan hidup ikan nila. Dimana menurut Pramana (2018) menjelaskan bahwa suhu optimal untul budidaya berkisar 22-30oC. Selain itu suhu juga mempengaruhi perkembangbiakan parasit pada tubuh ikan. Menurut Hassan (2008) menjelaskan bahwa parasit Monogenea memproduksi telur lebih banyak pada saat suhu perairan sedang tinggi (berkisar 30-32oC) sedangkan saat suhu rendah proses perkembangan parasit menjadi lebih lambat.
Nilai pH yang didapatkan selama penelitian ini berkisar antara 7,6-8,6. Nilai pH masih tergolong dalam kisaran normal untuk kelangsungan hidup ikan nila. Dimana menurut Dauhan et al. (2014) pH optimal untuk ikan budidaya adalah 6,5-8,5. Jika pH terlalu rendah atau terlalu tinggi menyebabkan ikan stress sehingga bisa menghambat proses pertumbuhan dan kelangsingan hidupnya.
Kadar oksigen terlarut atau DO yang didapatkan selama penelitian ini berkisar 6-7,7 mg/L. Dimana menurut SNI 7550:2009 kadar oksigen terlarut yang optimal untuk pembesaran ikan nila lebih dari 3 mg/L. Sehingga kadar DO pada media pemeliharaan ikan nila pada kisaran optimal. Menurut Rustikawati et al. (2004) kadar oksigen terlarut yang rendah atau kurang dari 4 mg/L dapat menyebabkan parasit monogenea menghasilkan telur lebih banyak.
-
3.5 Parasit pada Ikan nila (Oreochomis niloticus) di BBI Sangeh
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan serangan endoparasit pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) dari 36 ikan yang sudah diperiksa. Faktor yang memperngaruhi tinggi rendahnya frekuensi endoparait adalah faktor intrinsik, seperti pakan ikan dan pencampuran indukan ikan (Aji et al., 2020). Pada kolam budidaya di BBI Sangeh hanya diberikan pakan berupa pelet dan dilakukan seleksi induk ikan nila secara berkala. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi dapat dilihat dari sistem pengiran pada kolam budidaya (Rahayu et al., 2013). Kolam ikan budidaya di BBI Sangeh menggunakan air dari irigasi sawah yang melalui proses penjernihan menggunakan tumbuhan air.
Menurut Ratnani (20013) tumbuhan air dapat meningkatkan proses pengendapan lumpur, yang secara tidak langsung menjernihkan air. Proses penjernihan (refining) air, tumbuhan dapat
menyerap unsur hara yang berlebih dalam air. Dimana tumbuhan air dapat berfungsi sebagai pengatur daur unsur hara dalam air secara berimbang, seperti eceng gondok yang dapat mnyerap logam beracun, cemaran organik, buangan sisa pertanian dan lainnya. Dilihat dari faktor intrinsik dan ekstrinsik pada kolam budidaya di BBI sangeh secara tidak langsung mengontrol organisme patogen yang dapat menginfeksi ikan.
Berdasarkan penelitian intensitas dan prevalensi parasit pada ikan nila yang dibudidayakan di Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Sangeh, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa Intensitas parasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dibudidayakan di BBI Sangeh sebesar 64,9 individu/ ikan dimana termasuk kategori infeksi parah. Infeksi tertinggi dari 36 ikan diteliti berasal dari genus Dactylogyrus, yaitu sebanyak 60,6 individu/ ikan dengan kategori parah, sedangkan untuk ektoparasit yang berasal dari genus Gyrodactylus sebesar 4,4 individu/ ikan dengan kategori rendah dan Prevalensi parasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dibudidayakan di BBI Sangeh sebesar 92% pada ektoparasit genus Dactylogyrus kemudian pada ektoparasit genus Gyrodactylus sebesar 78%. Tingkat infeksi oleh Dactylogyrus sp. tergolong infeksi sangat parah, dan infeksi yang ditimbulkan oleh Gyrodactylus sp. tergolong infeksi parah.
Daftar Pustaka
Aji, P. S., Elisa H. & Agung B. (2017). Prevalensi Endoparasit dan Gambaran Histopatologi Intestinum pada Ikan Nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) di Kolam Budidaya di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Jurnal Iktiologi Indonesia, 21(1), 1-10.
Bawia, R. H. A., & Tuiyo, R. (2014). Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit Monogenea Cichlidogyrus sp pada Insang Ikan Nila dengan Ukuran yang Berbeda di Keramba Jaring Apung Danau Limboto. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 2(2), 60-65.
Hadiroseyani, Y., Hariyadi, P., dan Nuryati, S. (2006). Inventarisasi Parasit Lele Dumbo Clariasis sp, di Daerah Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2),167177.
Hakim, L. N., Irawan, H., Wulandari, R., Hakim, L. N., Irawan, H., & Wulandari, R. (2019). Identifikasi
Intensitas dan Prevalensi Endoparasit pada Ikan
Bawal Bintang Trachinotus Blochii di Lokasi Budidaya Kota Tanjungpinang. Intek Akuakultur, 3(1), 45-56.
Hassan, M. (2008). Parasites of Native and Exotic
Freshwater Fishes in the South-west of Western Australia. Thesis. Western Australia: Murdoch University,
Perth.
Juanda, S. J., & Edo, S. I. (2018). Histopatologi insang, hati dan usus ikan lele (Clarias gariepinus) di kota kupang, nusa tenggara timur (Gill, Liver and Gut’s Histopathology of Catfish (Clarias gariepinus) in Kota Kupang, East West Nusa). Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology, 14(1), 23-29.
Kabata. (1985). Parasites and Disease of Fish Culture in The Tropis. Taylor and Francis, London and Philadelphia. London, UK: Taylor & Francis.
Manurung, U. N., & Gaghenggang, F. (2016). Identifikasi dan prevalensi ektoparasit pada ikan nila (Oreochromis niloticus) di kolam budidaya Kampung Hiung, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe. e-Journal Budidaya Perairan, 4(2), 26-30.
Mora, L., Muttaqien, M., Zainuddin, Z., Salim, M. N., Winaruddin, W., Jalaluddin, M., & Etriwati, E.
-
(2022) . Gambaran Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Terpapar Parasit Dactylogyrus sp. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner, 6(3), 74-82.
Pramana, R. (2018). Perancangan sistem kontrol dan monitoring kualitas air dan suhu air pada kolam budidaya ikan. Jurnal Sustainable: Jurnal Hasil
Penelitian dan Industri Terapan, 7(1), 13-23.
Rahayu, F. D., Ekastuti, D. R., & Tiuria, R. (2013).
Infestasi Cacing Parasitik pada Insang Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Acta Veterinaria
Indonesiana, 1(1), 8-14.
Ratnani, R. D., Hartati, I., & Kurniasari, L. (2013).
Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) untuk Menurunkan Kandungan COD (Chemical oxygen demond), pH, Bau, dan Warna pada Limbah Cair Tahu. Skripsi. Semarang, Indonesia: Program Studi Teknik Kimia, Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Rehman, Z.U, Mahfooz A, Ahmad T, Mahmood S, Abbas G, Saleem MI, Iqbal A, Siddique F, Fiaz M. (2014). Comparative therapeutic efficacy of ivermectin and piperazine citrate against Ascaridia galli in commercial and rural poultry. Scholar’s Advances in Animal and Veterinary Research, 1(1), 2024.
Rustikawati, I. Rostika, R. Iriana, D. Herlina, E. (2004). Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang Berasal dari Kolam Tradisional di Desa Sukamulya Kecamatan Singaprana Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(3), 33-39.
Simanjuntak, M., Siregar, R., & Wanna, C. (2017). Studi Pengaruh Beberapa Jenis Pakan terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika, 1(2), 11-15.
Sudaryatma, P. E., Eriawati, N. N., Panjaitan, I. F., & Sunarsih, N. L. (2013). Histopatologi Insang Ikan
Lele (Clarias bathracus) yang Terinfestasi Dactylogyrus. Acta Veterinaria Indonesiana, 1(2), 75-80.
Yusni, E., & Uliya, R. (2019). Endoparasit worms
infestation on Skipjack tuna Katsuwonus pelamis from Sibolga waters, Indonesia. Aceh Journal of Animal Science, 4(2), 61-69.
Curr.Trends Aq. Sci. VI(2): 112-118 (2023)
Discussion and feedback