STUDI RESILIENSI PERILAKU KEPATUHAN MASYARAKAT POST VAKSIN COVID-19 TERHADAP PROTOKOL KESEHATAN: PATH ANALYSIS
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
STUDI RESILIENSI PERILAKU KEPATUHAN MASYARAKAT POST VAKSIN COVID-19 TERHADAP PROTOKOL KESEHATAN: PATH ANALYSIS
Lintang Puspita Prabarini*1, Fatimah Zahra1, Janes Jainurakhma1 1Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen *korespondensi penulis, email: [email protected]
ABSTRAK
Program vaksinasi nasional hingga saat ini telah mencapai 60,31% untuk dosis pertama dan 18,85% untuk dosis kedua. Namun keefektifan vaksin terhadap varian baru virus COVID-19 masih memerlukan adanya penelitian lebih lanjut. Untuk mencegah lonjakan kasus penularan, tindakan protokol pencegahan COVID-19 di masyarakat perlu tetap dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kepatuhan masyarakat untuk menjalankan protokol pencegahan COVID-19 setelah pemberian vaksinasi. Metode penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan di wilayah Malang Raya. 275 responden berpartisipasi pada penelitian ini. Analisa menggunakan path analysis untuk menguji faktor personal, interpersonal, dan efikasi diri terhadap protokol pencegahan COVID-19. Mayoritas responden (72,2%) dilaporkan memiliki kepatuhan terhadap protokol pencegahan COVID-19 meskipun telah mendapatkan vaksinasi. Faktor personal, faktor interpersonal, dan efikasi diri menunjukkan pengaruh signifikan pada kepatuhan protokol. Sedangkan faktor personal menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan pada hubungan tidak langsung terhadap protokol pencegahan COVID-19. Berdasarkan hasil path analysis diketahui bahwa faktor personal, interpersonal, dan efikasi diri merupakan faktor determinan dalam perilaku protokol pencegahan COVID-19 setelah diberikan vaksinasi.
Kata kunci: kepatuhan komunitas, pandemi COVID-19, post vaksin, protokol kesehatan
ABSTRACT
Until now the national vaccination program has reached 60,31% for the first dose and 18,85% for the second dose. However, the effectiveness of the vaccine against the new variant of the COVID-19 virus still requires further research. To prevent a spike in transmission cases, the COVID-19 prevention protocol measures in the community need to be implemented. This study aims to determine the factors of community compliance to carry out the COVID-19 prevention protocol after vaccination. This research method was observational with a cross sectional approach. 275 respondent data were analyzed using path analysis to examine personal, interpersonal, and selfefficacy factors against the COVID-19 prevention protocol. The majority of respondents (72,2%) reported having compliance with the COVID-19 prevention protocol even though they had received vaccinations. Personal factors, interpersonal factors, and self-efficacy showed a significant influence on protocol compliance. Meanwhile, personal factors show an insignificant effect on the indirect relationship to the COVID-19 prevention protocol. Based on the results of the path analysis, it is known that personal, interpersonal, and self-efficacy factors are determinant factors in the behavior of the COVID-19 prevention protocol after being vaccinated.
Keywords: community compliance, COVID-19 pandemi, health protocol, post vaccin
LATAR BELAKANG
COVID-19 merupakan virus menular dengan mutasi yang sangat cepat. World Health Organization (2020) sebagai badan kesehatan dunia telah menetapkan COVID-19 menjadi pandemi karena penyebarannya yang cepat dan telah terkonfirmasi hampir di seluruh belahan dunia. Hingga tanggal 5 Januari 2022 kasus terkonfirmasi COVID-19 di seluruh dunia adalah 290.959.019 dengan jumlah kematian 5.446.753 (World Health Organization, 2021c). Kasus yang terkonfirmasi pada tahun 2022, di Indonesia adalah 4.263.732 jiwa, dengan 144.105 pasien meninggal.
Pandemi virus corona di seluruh dunia, terutama di Indonesia tidak hanya memberikan dampak kesehatan bagi penderita yang sudah sembuh karena adanya kemungkinan kerusakan pada fungsi organ paru. Namun juga dampak lain di luar kondisi fisik kesehatan pasien. Penyebaran virus corona di seluruh dunia berimbas pada seluruh aspek, baik dari segi sosio-ekonomi, psikologi, kerugian materiil, dan efek di dunia kesehatan (Asmundson & Taylor, 2020).
Kebijakan-kebijakan di berbagai negara ditetapkan untuk menekan angka kejadian. Penanganan yang cepat dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi dan mencegah angka kematian. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan angka penularan, selain dengan menerapkan protokol pencegahan COVID-19, penelitian-penelitian terus dilakukan dalam upaya pengembangan vaksin. Hingga saat ini, tindakan dasar yang paling efektif dalam menghadapi pandemi adalah program vaksinasi massal (Scrima et al., 2021).
Program vaksinasi massal pertama dimulai pada awal Desember 2020 dan jumlah dosis vaksin yang diberikan selalu diperbaharui, saat ini pemberian dosis vaksin diberikan pada dua tahapan, yaitu dosis tahap satu dan juga tahap dua. Setidaknya terdapat 13 jenis vaksin berbeda yang didistribusikan. Vaksin tersebut diantaranya adalah Pfizer, Covishield,
Astrazeneca, Janssen, Moderna, Sinopharm, dan Sinovac (WHO, 2020).
Vaksin dapat membantu mengurangi risiko infeksi dengan melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan patogen seperti virus atau bakteri. Sebagian besar penelitian tentang vaksin COVID-19 melibatkan pembangkitan respon terhadap semua atau sebagian lonjakan protein pada virus penyebab COVID-19. Ketika seseorang menerima vaksin, dapat memicu respon imun. Jika individu tersebut terinfeksi virus di kemudian hari, sistem kekebalan tubuh mengenali virus dan siap untuk menyerang virus, serta melindungi tubuh dari keparahan akibat COVID-19 (World Health Organization, 2021a).
Pemberian vaksin di seluruh dunia sebesar 8,69 milliar dosis dengan 2,38 milliar orang mendapatkan vaksinasi penuh atau setara dengan 30,5%. Hanya 8,5% orang di negara dengan penghasilan rendah telah menerima setidaknya satu dosis vaksin (Ritchie et al., n.d.). Target vaksinasi nasional adalah 208.265.720 penduduk. Hingga saat ini total vaksinasi dosis satu adalah 60,31% dan vaksinasi dosis dua sebesar 18,85% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021). Persentase vaksinasi yang masih rendah, terutama di Indonesia menunjukkan masih banyaknya penduduk yang belum terlindungi dari penyebaran infeksi COVID-19. Sejak di umumkan sebagai pandemi di seluruh dunia, mutasi varian baru COVID-19 sampai saat ini masih terus berkembang. Penelitian lebih lanjut terkait efektivitas vaksin COVID-19 dalam mencegah penularan pada varian COVID-19 baru perlu dilakukan.
World Health Organization mengungkapkan tidak mengetahui sejauh mana vaksin itu mencegah seseorang untuk terinfeksi dan menularkan virus pada orang lain (World Health Organization, 2021). Pada beberapa penelitian diungkapkan bahwa resiko infeksi SARS-CoV-2, keparahan, dan kematian berkurang pada individu yang telah mendapatkan vaksinasi
lengkap. Pada suatu kondisi yang jarang, individu dengan vaksin lengkap masih dapat terinfeksi virus COVID-19. Individu dengan vaksin lengkap yang terinfeksi varian Delta juga diketahui dapat menularkan ke orang lain. Oleh karena itu, mereka yang telah mendapat vaksinasi lengkap dapat membantu mengurangi risiko terinfeksi dan menularkannya ke orang lain disarankan tetap mematuhi protokol pencegahan COVID-19 dengan memakai masker di tempat umum (Center for Disease Control and Prevention, 2021).
Kepatuhan masyarakat untuk tetap menjalankan protokol pencegahan COVID-19 setelah pemberian vaksinasi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah faktor personal dan faktor interpersonal. Faktor personal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu Faktor pribadi yang memprediksi perilaku tertentu dibentuk oleh sifat perilaku target. Faktor pribadi dikategorikan menjadi faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural. Pengaruh interpersonal adalah kognisi yang melibatkan perilaku, keyakinan, atau sikap orang lain. Kognisi ini mungkin atau mungkin tidak sesuai dengan kenyataan. Faktor interpersonal menentukan kecenderungan individu untuk terlibat dalam perilaku yang meningkatkan kesehatan (Pender et al., 2016). Pada
METODE PENELITIAN
Prosedur penelitian dilakukan di wilayah Malang Raya secara online dengan menyebarkan kuesioner melalui link Google Form sejak Oktober hingga November 2021. Penelitian atau survei secara online tentu tidak dapat dilakukan untuk mengakses seluruh populasi, dengan keterbatasan jangkauan pada populasi ini maka penelitian berbasis web dilakukan dengan menggunakan non probability sampling (Tanner, 2018) dengan pendekatan screened sample. Peneliti menentukan usia minimal partisipan adalah 20 tahun, dan telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 minimal dosis 1. Sebelum berpartisipasi, responden diminta untuk menyetujui informed consent, yang
beberapa penelitian, faktor personal dan interpersonal terbukti berpengaruh dalam perilaku individu target. Namun pandangan terkait kemampuan mereka untuk melakukan suatu tindakan juga memberikan efek pada terlaksananya kepatuhan, dengan mempertimbangkan besarnya keberhasilan yang akan terjadi. Kemampuan penilaian individu terhadap keterampilannya tersebut sebagai self efficacy.
Efikasi diri yang dirasakan adalah penilaian kemampuan seseorang untuk mencapai tingkat kinerja tertentu, sedangkan ekspektasi hasil adalah penilaian dari kemungkinan konsekuensi (manfaat, biaya) yang akan dihasilkan oleh perilaku. Persepsi tentang keterampilan dan kompetensi dalam domain tertentu memotivasi individu untuk terlibat dalam perilaku yang mereka kuasai. Merasa efektif dan terampil lebih mungkin mendorong seseorang untuk lebih sering terlibat dalam perilaku yang ditargetkan daripada merasa tidak kompeten dan tidak terampil (Pender et al., 2016). Dalam studi ini, peneliti ingin mengukur pengaruh faktor personal, interpersonal, dan juga self efficacy masyarakat untuk tetap patuh menjalankan praktik protokol pencegahan COVID-19 meskipun telah mendapatkan dosis vaksinasi.
dilampirkan bersama dengan lembar kuesioner. Apabila responden menyetujui untuk mengikuti penelitian, maka dapat memilih setuju pada informed consent, dan otomatis diarahkan pada lembar pengisian kuesioner. Perijinan penelitian didapatkan dari LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen dengan nomor 0849/ST/LPPM/STIKes-KPJ/X/2021.
Instrumen yang digunakan pada penelitian adalah kuesioner yang dibagi menjadi 3 bagian. Kuesioner pertama berisi terkait data demografi responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan yang dibedakan menjadi tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan, status vaksinasi, dan wilayah tempat tinggal.
Bagian kedua berisi item pertanyaan yang bertujuan untuk mengukur perilaku kepatuhan masyarakat terhadap protokol pencegahan COVID-19 setelah diberikan vaksin. Bagian akhir kuesioner berisi pertanyaan tentang faktor personal, faktor interpersonal, dan efikasi diri yang mendukung perilaku kepatuhan masyarakat.
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program komputer. Ringkasan statistik, berupa mean, standard
deviation, frekuensi, dan persentase, digunakan untuk mendeskripsikan data karakteristik responden. Korelasi pearson digunakan untuk melihat hubungan linier antara faktor personal, interpersonal, dan efikasi diri terhadap perilaku kepatuhan. Path analysis digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel prediktor pada perilaku kepatuhan. Indeks kecocokan model diperiksa untuk menguji linieritas keseluruhan model dengan data yang dikumpulkan.
HASIL PENELITIAN
Sejumlah 275 responden mengikuti disebarkan dalam rentang waktu Oktober
jalannya penelitian dengan mengisi hingga November 2021.
kuesioner melalui link Google Form yang
Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik Responden |
Kategori Frekuensi (%) |
Jenis Kelamin |
Laki-laki 118 (42,9%) Perempuan 157 (57,1%) |
Usia (tahun) |
20-30 151 (54,9%) 31-40 38 (13,8%) 41-50 42 (15,3%) 51-60 29 (10,5%) >60 15 (5,5%) |
Pendidikan |
SD 13 (4,7%) SMP 19 (6,9%) SMA 109 (39,65) Perguruan Tinggi 134 (48,7%) |
Pekerjaan |
Tenaga Kesehatan 59 (21,5%) Non tenaga kesehatan 216 (78,5%) |
Pada Tabel 1 ditunjukkan 54,9% responden berusia 20-30 |
bahwa perguruan tinggi, dengan mayoritas tahun, responden (78,5%) memiliki pekerjaan non |
57,1% adalah responden perempuan. 134 tenaga kesehatan.
responden memiliki pendidikan terakhir
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perilaku Kepatuhan Protokol COVID-19
Perilaku Kepatuhan |
N (%) |
Rendah Sedang Tinggi |
10 (3,6%) 48 (17,5%) 217 (78,9%) |
Hasil distribusi frekuensi dari perilaku kepatuhan masyarakat terhadap protokol pencegahan COVID-19 setelah |
vaksinasi menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kepatuhan yang tinggi (78,9%). |
Tabel 3. Hubungan Matrix, Mean, dan Standar Deviasi Model Konstruk, serta Kepatuhan Protokol Pencegahan COVID-19
Variabel |
Mean ± SD |
Personal |
Interpersonal |
Self Efficacy |
Kepatuhan |
Faktor Personal |
30,17 ± 6,537 |
1 |
0,544** |
0,401** |
0,436** |
Faktor Interpersonal |
34,53 ± 5,980 |
1 |
0,686** |
0,647** | |
Self Efficacy |
71,48 ± 11,228 |
1 |
0,591** | ||
Perilaku Kepatuhan |
37,18 ± 8,103 |
1 |
Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata dari konstruk yang menyusun model kepatuhan protokol pencegahan COVID-19 serta hubungan antar variabel. Berdasarkan tabel, diketahui bahwa hubungan antar variabel konstruk kuat dengan level signifikansi 0,01.
Path analysis digunakan untuk menentukan konstruksi yang efektif pada perilaku kepatuhan masyarakat pada protokol pencegahan COVID-19 setelah diberikan vaksinasi. Terdapat beberapa
asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan analisa data menggunakan path analysis. Asumsi yang pertama adalah memastikan bahwa model pada analisa jalur bersifat rekursif. Artinya hubungan antar variabel bersifat satu arah dan tidak ada variabel yang memiliki arah berbalik untuk mempengaruhi variabel lain. Kedua adalah asumsi linearitas antara variabel eksogen (faktor personal dan faktor interpersonal) dengan variabel endogennya (self efficacy dan perilaku kepatuhan).
Tabel 4. Asumsi Linearitas dan R-Square
Variabel |
Nilai R-square Signifikansi Self Kepatuhan Self Efficacy Kepatuhan |
Faktor Personal Faktor Interpersonal Self Efficacy |
0,00 0,00 0,473 0,471 0,00 0,00 0,00 |
Asumsi linearitas pada model kepatuhan protokol pencegahan COVID-19 menunjukkan nilai signifikansi < 0,01 (Tabel 4). Nilai R-Square pada model 1 sebesar 0,473, sedangkan nilai R-Square pada model 2 adalah 0,471. Nilai R-Square pada model analisa jalur digunakan untuk menghitung nilai ε (Gambar 1). Dari hasil perhitungan ε jalur 1 didapatkan nilai sebesar 0,725. Artinya self efficacy kepatuhan masyarakat pada protokol
pencegahan COVID-19 setelah diberikan tindakan vaksin sebesar 72,5% dijelaskan oleh faktor personal dan interpersonal. Nilai ε pada jalur 2 adalah 0,727 yang artinya perilaku kepatuhan pencegahan oleh masyarakat setelah vaksin sebesar 72,7% dipengaruhi oleh faktor personal, faktor interpersonal, dan self efficacy, sedangkan 27,3% dijelaskan oleh faktor lain di luar analisa pada penelitian ini.
Tabel 5. Efek Langsung dan Tidak Langsung pada Konstruk Kepatuhan Protokol Pencegahan COVID-19
Variabel |
Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung β p β p |
Faktor Personal Faktor Interpersonal Efikasi Diri |
0,123 0,018 0,016 0,20 0,401 0,000 0,174 0,00 0,267 0,000 - - |
Pada Gambar 1 dan Tabel 5 diketahui hubungan antar konstruk pada dua model path analysis berada pada rentang sedang hingga rendah. Dari ketiga variabel eksogen diketahui bahwa terdapat 1 hubungan yang tidak signifikan, yaitu hubungan antara
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol pencegahan COVID-19 setelah dilakukan vaksinasi masih tinggi (78,9%). Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemberian vaksinasi COVID-19 akan menurunkan kepatuhan individu. Hal ini berkaitan dengan persepsi penurunan faktor risiko untuk tertular virus (Wright et al., 2021). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka yang berisiko tertular suatu kondisi penyakit cenderung untuk lebih patuh pada anjuran kesehatan, dibandingkan dengan mereka yang merasa memiliki resiko kecil untuk tertular (Tran & Ravaud, 2020). Hal ini juga didukung fakta di masyarakat, dimana pemberian vaksin COVID-19 dianggap sebagai solusi untuk terlepas dari berbagai protokol pembatasan.
Terdapat beberapa faktor potensial yang mungkin dapat menjelaskan hasil analisa kepatuhan masyarakat terhadap protokol pencegahan COVID-19 setelah pemberian vaksinasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan peran faktor personal, interpersonal, dan efikasi diri untuk menjelaskan perilaku kepatuhan masyarakat setelah vaksinasi. Berdasarkan path analysis diketahui bahwa faktor personal, interpersonal, dan efikasi diri memiliki hubungan langsung yang signifikan (p value < 0,05) terhadap perilaku kepatuhan masyarakat. Faktor personal pada penelitian ini terdiri dari beberapa kuesioner yang berkaitan dengan
faktor personal dengan self efficacy (p value > 0,05). Faktor interpersonal terbukti memiliki hubungan langsung dan tidak langsung yang signifikan terhadap protokol pencegahan COVID-19 (p value < 0,01).
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengaruh psikologis.
Secara global, insiden mingguan baik kasus penularan maupun kematian menurun pada rentang waktu 6-12 Desember 2021, dengan penurunan masing-masing 5% dan 10%. Namun, penemuan kasus baru yang terkonfirmasi tetap ditemukan, hingga mencapai 4 juta kasus, dengan angka kematian mencapai 47.000. Wilayah Afrika melaporkan peningkatan kasus baru terbesar (11%) diikuti oleh wilayah Pasifik yang melaporkan peningkatan sebesar 7%. Peningkatan kasus di Afrika berkaitan dengan adanya penemuan varian baru COVID-19, Omicron (WHO, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian sementara, varian Omicron memiliki kemampuan pertumbuhan dan penyebaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan varian Delta. Bukti awal menunjukkan bahwa varian baru ini memiliki kemungkinan dalam mengurangi kemanjuran dan efektivitas vaksin terhadap infeksi dan penularan, serta dapat meningkatkan risiko infeksi ulang (WHO, 2021). Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 74% dari 68 kasus Omicron di Indonesia terjadi pada pasien yang telah mendapatkan vaksin dosis lengkap dengan kondisi tanpa gejala hingga gejala ringan (Antara, 2021).
Vaksin COVID-19 dibutuhkan sebagai alat penting dalam respon pandemi dan melindungi masyarakat dari keparahan penyakit dan kematian. Namun, masih perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait
efektivitas vaksin dalam menurunkan angka penularan (World Health Organization, 2021b). Berdasarkan beberapa kejadian di masyarakat, masih ada individu yang tertular virus meskipun telah mendapatkan dosis vaksinasi dosis kedua. Oleh karena itu setelah mendapatkan vaksinasi, individu harus tetap melaksanakan tindakan pencegahan sederhana, terutama dengan adanya varian baru COVID-19. Beberapa protokol yang harus tetap dilaksanakan diantaranya adalah menjaga jarak, memakai masker, memastikan ruangan memiliki ventilasi yang baik, menghindari keramaian, dan rutin mencuci tangan (World Health Organization, 2021b).
Individu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung dapat memperoleh lebih banyak informasi (Lunn et al., 2020) terkait vaksin dan juga perkembangan terbaru varian COVID-19. Melalui informasi yang mereka dapat, individu dapat mengetahui bahwa protokol pencegahan COVID-19 harus tetap dijalankan meskipun telah mendapatkan vaksin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi berasosiasi secara signifikan pada pengetahuan terkait vaksin COVID-19 (Mohamed et al., 2021). Secara psikologis individu cenderung untuk berkorban membantu orang terdekatnya yang tidak bisa mendapatkan vaksin karena kondisi tertentu (contoh: memiliki komorbiditas tertentu) dengan tetap mematuhi protokol pencegahan COVID-19 (Lunn et al., 2020). Karena mereka menyadari bahwa masih bisa menularkan virus pada lingkungan sekitarnya meskipun telah mendapatkan vaksinasi (Singanayagam et al., 2021).
Pada konsep ini, faktor interpersonal dipengaruhi oleh kepercayaan atau sikap orang lain. Pengaruh interpersonal berkaitan dengan norma, dukungan sosial, dan sumber informasi (Pender et al., 2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh langsung dan tidak langsung faktor interpersonal pada kepatuhan menunjukkan signifikansi p value < 0,01. Perkembangan dan varian baru yang terus terjadi selama pandemi COVID-19
meningkatkan kebutuhan masyarakat terkait informasi tentang virus dan juga vaksinasi secara berkelanjutan. Sumber informasi yang tidak tepat dapat berdampak pada perilaku ketidakpatuhan masyarakat. Informasi secara langsung perlu disampaikan oleh petugas vaksinator pada masyarakat bahwa setelah dilakukan vaksinasi, mereka harus tetap mematuhi protokol dengan menggunakan masker dan menerapkan PHBS. Informasi yang tepat juga membantu meningkatkan efikasi diri pada masyarakat dalam melaksanakan kepatuhan dengan p value < 0,01 (Hameleers et al., 2020).
Efikasi diri pada penelitian ini mengacu pada tingkat kepercayaan dan kemampuan individu dalam proses pencegahan COVID-19. Semakin tinggi efikasi diri individu, maka semakin tinggi pula kecenderungan untuk berupaya dalam melakukan tindakan pencegahan (Han et al., 2021). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki pengaruh langsung yang signifikan pada protokol pencegahan COVID-19 (p value < 0,01). Artinya masyarakat memiliki efikasi diri yang tinggi untuk berupaya mencegah penyebaran virus COVID-19, upaya itu diwujudkan dengan mendapatkan vaksin dan juga tetap melaksanakan protokol pencegahan COVID-19.
Pada penelitian ini, efikasi diri juga menjadi faktor moderator antara faktor personal dan interpersonal. Dari analisis diketahui bahwa pengaruh tidak langsung faktor personal terhadap tindakan protokol pencegahan COVID-19 melalui efikasi diri menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p value > 0,05). Hal ini berbeda dengan faktor interpersonal yang menunjukkan hasil yang signifikan (p value < 0,01; β = 1,74). Hal ini menunjukkan bahwa faktor interpersonal di lingkungan masyarakat berkorelasi positif dengan efikasi diri mereka untuk tetap mempertahankan protokol pencegahan COVID-19. Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa norma sosial, sebagai bagian dari faktor interpersonal, memberikan pengaruh pada masyarakat untuk mematuhi protokol
pencegahan COVID-19. Ketika masyarakat di lingkungan patuh pada aturan memakai masker, menjaga jarak, dan mencegah untuk melakukan kontak fisik, individu akan cenderung meningkatkan optimisme untuk melewati pandemi (Prasetyo et al., 2020).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa faktor personal, interpersonal, dan efikasi diri merupakan faktor determinan dalam perilaku protokol pencegahan COVID-19 setelah diberikan vaksinasi. Meskipun pengaruh tidak langsung dari faktor personal menunjukkan hasil yang tidak signifikan, namun dapat diketahui bahwa responden pada penelitian masih menjalankan protokol pencegahan COVID-19 meskipun telah mendapatkan dosis vaksinasi. Tindakan protokol pencegahan COVID-19 masih tetap dibutuhkan, mengingat perkembangan virus dengan varian baru yang masih terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Antara. (2021). Kemenkes: Mayoritas Kasus Omicron di Indonesia Dialami Penerima Vaksin Lengkap.
https://nasional.tempo.co/read/1545309/keme nkes-mayoritas-kasus-omicron-di-indonesia-dialami-penerima-vaksin-lengkap
Asmundson, G., & Taylor, S. (2020). Coronaphobia Fear adn the 2019-nCov outbreak. Journal of Anxiey Disorders, 70(January), 3
Center for Disease Control and Prevention. (2021).
Guidance for Full Vaccinated People. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/fully-vaccinated-guidance.html Hameleers, M., Meer, T. G. L. A. va. deer, &
Brosius, A. (2020). Feeling “ disinformed ” lowers compli ance with COVID-19 guidelines: Evidence from the US , UK , Netherlands and Research questions. The Harvard Kennedy School, 1(COVID-19 and Misinformatin)
Han, Y., Jiang, B., & Guo, R. (2021). Factors affecting public adoption of COVID-19 prevention and treatment information during an infodemic: Cross-sectional survey study. Journal of Medical Internet Research, 23(3). https://doi.org/10.2196/23097
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021).
Vaksinasi COVID-19 Nasional.
https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines
Lunn, P. D., Timmons, S., Belton, C. A., Barjakova, M., Julienne, H., & Lavin, C. (2020).
Motivating social distancing during the
COVID-19 pandemi: An online experiment. Social Science & Medicine, 265.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.socsei med.2020.113478
Mohamed, N. A., Solehan, H. M., Mohd Rani, M. D., Ithnin, M., & Isahak, C. I. C. (2021). Knowledge, acceptance and perception on COVID-19 vaccine among Malaysians: A web-based survey. PLoS ONE, 16(8 August), 1–17.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0256110 Pender, N. J., Murdaugh, C. L., & Parson, M. A.
(2016). Health Promotion in Nursing Practice (E. Sullivan (ed.); seventh ed)
Prasetyo, Y. T., Castillo, A. M., Salonga, L. J., Sia, J. A., & Seneta, J. A. (2020). Factors Affecting Perceived Effectiveness of COVID-19 Prevention Measures among Filipino during Enhanced Community Quarantine in Luzon, Philippines: Integrating Protection Motivation Theory and Extended Theory of Planned Behavior. International Journal of Infectious Diseases, 99, 312–323.
https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.07.074
Ritchie, H., Mathieu, E., Rodés-Guirao, L., Appel, C., Ritchie, C., Edouard Mathieu, L., Rodés-Guirao, C., Appel, Giattino, C., Ortiz-Ospina, E., Hasell, J., Macdonald, B., & Max, D. B. and. (n.d.). Statistiv and Research Coronavirus (COVID-19) Vaccinations. https://ourworldindata.org/covid-vaccinations
Scrima, F., Miceli, S., Caci, B., & Cardaci, M. (2021). The relationship between fer of COVID-19 and intention to get vaccinated. The serial meditaion roles of exsistential anxiety and conspiracy beliefs. Personality and Individual Differences, 184.
https://doi.org/https://doi.org/10/1016/j.paid.2 021.111188
Singanayagam, A., Hakki, S., Dunning, J., Madon, K. J., Crone, M. A., Koycheva, A., Derqui-Fernandez, N., Barnett, J. L., Whitfield, M. G., Varro, R., Charlett, A., Kundu, R., Fenn, J., Cutajar, J., Quinn, V., Conibear, E., Barclay, W., Freemont, P. S., Taylor, G. P., …
Lackenby, A. (2021). Community transmission and viral load kinetics of the SARS-CoV-2 delta (B.1.617.2) variant in vaccinated and unvaccinated individuals in the UK: a prospective, longitudinal, cohort study. The Lancet Infectious Diseases, 3099(21).
https://doi.org/10.1016/S1473-3099(21)00648-4
Tanner, K. (2018). Survey Design. In K. Williamson & G. Johanson (Eds.), Research Methods: Information, Systems, and Contexts: Second Edition (Second, pp. 159–192). Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102220-7.00006-6
Tran, V., & Ravaud, P. (2020). COVID-19-related perceptions, context and attitudes of adults with chronic conditions : Results from a crosssectional survey nested in the ComPaRe ecohort. PLOS ONE, 15(8), 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0237296
WHO. (2021). COVID-19 weekly epidemiological update. World Health Organization, 58, 1–23. https://www.who.int/publications/m/item/cov id-19-weekly-epidemiological-update
World Health Organization. (2021a). COVID-19 advice for the public: Getting vaccine. https://www.who.int/emergencies/diseases/no vel-coronavirus-2019/covid-19-vaccines/advice
World Health Organization. (2021b). Vaccine efficacy, effectiveness and protection. https://www.who.int/news-room/feature-
stories/detail/vaccine-efficacy-effectiveness-and-protection
World Health Organization. (2021c). WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard.
covid19.who.int
World Health Organization. (2020). COVID-19 advice for the public: Getting vaccine. https://www.who.int/emergencies/diseases/no vel-coronavirus-2019/covid-19-vaccines/advice
Wright, L., Steptoe, A., Mak, H. W., & Fancourt, D. (2021). Do people reduce compliance with COVID-19 guidelines following vaccination? A longitudinal analysis of matched UK adults. Journal of Epidemiology and Community Health, 1–7. https://doi.org/10.1136/jech-
2021-217179
Volume 10, Nomor 3, Juni 2022
281
Discussion and feedback