TINGKAT KECEMASAN REMAJA DALAM PENERIMAAN VAKSIN COVID-19
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
TINGKAT KECEMASAN REMAJA DALAM PENERIMAAN VAKSIN COVID-19
Wilfredo John Haumeni*1, Yunus Elon1
1Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Advent Indonesia *korespondensi penulis, e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Pembelajaran secara tatap muka saat ini sudah mulai diberlakukan di berbagai sekolah. Namun, dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung membuat masyarakat khususnya para siswa masih harus menerapkan protokol kesehatan. Selain menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak 1 meter, dan membatasi mobilisasi, melakukan vaksinasi Covid-19 merupakan langkah yang perlu dilakukan. Vaksinasi Covid-19 untuk saat ini tersedia pada remaja yang mengikuti pembelajaran secara tatap muka. Namun dalam pelaksanaannya, remaja mengalami kecemasan saat sebelum dan sesudah menerima vaksinasi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan remaja dalam penerimaan vaksinasi Covid-19 dengan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Responden penelitian ini adalah 60 remaja yang mengikuti pembelajaran tatap muka di Perguruan Advent Alor di Kupang, yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 23 orang (38,3%) mengalami cemas sedang, 22 orang (36,7%) mengalami cemas ringan, 8 orang (13,3%) tidak cemas, dan 7 orang (11,7%) dengan cemas berat. Rata-rata kecemasan yang dialami oleh remaja berada pada kategori cemas ringan dengan mean 49,55. Diperlukan edukasi bagi remaja dalam penerimaan vaksinasi Covid-19 mengenai penanganan efek samping vaksinasi.
Kata kunci: covid-19, kecemasan, remaja, vaksinasi
ABSTRACT
Face-to-face learning has now been implemented in various schools. However, with the ongoing Covid-19 pandemic conditions, the community, especially students, still have to implement health protocols. In addition to wearing masks, washing hands, maintaining a distance of 1 meter, and limiting mobilization, carrying out Covid-19 vaccinations are steps that need to be taken. The Covid-19 vaccine is currently available for teenagers who take face-to-face learning. However, in practice, teenagers experience anxiety before and after receiving the Covid-19 vaccination. This study aims to determine the level of adolescent anxiety in receiving Covid-19 vaccination with a descriptive method with a quantitative approach. The respondents of this study were 60 teenagers who took part in face-to-face learning at Alor Adventist College in Kupang, which were obtained using purposive sampling technique. The results showed that as many as 23 people (38,3%) had moderate anxiety, 22 people (36,7%) had mild anxiety, 8 people (13,3%) were not anxious, and 7 people (11,7%) had severe anxiety. The average anxiety experienced by adolescents is in the category of mild anxiety with a mean of 49,55. Education is needed for adolescents in receiving Covid-19 vaccinations regarding handling side effects of vaccination.
Keywords: adolescents, anxiety, covid-19, vaccination
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang telah mencemaskan banyak orang sudah terjadi hampir selama 2 tahun ini. Virus ini menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan individu mengalami tanda dan gejala seperti batuk, sesak napas, demam, letih, nyeri badan, dan nafsu makan yang menurun. Infeksi ini lebih berisiko mengakibatkan kegagalan organ pernapasan yang berdampak pada kematian khususnya pada individu yang memiliki penyakit penyerta (Yani & Elon, 2021).
Menurut Cucinotta & Vanelli (2020) menjelaskan bahwa World Health Organization telah mendeklarasikan situasi saat ini menjadi pandemi Covid-19. Secara global per bulan November mencapai angka 251.788.329 orang yang terkonfirmasi Covid-19, dengan angka kematian sebanyak 5.077.907 orang (WHO, 2021). Di Indonesia sebanyak 4,251,076 orang yang terkonfirmasi positif, dengan angka kesembuhan 4,098,884, dan angka kematian 143,670 orang. Sedangkan di Nusa Tenggara Timur sendiri dijelaskan sebanyak 63,788 orang yang terkonfirmasi positif, angka kesembuhan sebanyak 62,225 orang, dengan angka kematian sebanyak 1,333 orang, (Satuan Tugas Penanganan Covid-19, 2021).
Selama pandemi Covid-19, pemerintah banyak menerapkan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat Indonesia. Dengan tujuan agar dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang diantaranya adalah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pembelajaran dilakukan secara online, melakukan cuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak minimal 1 meter, menjauhi kerumunan, serta mengurangi mobilitas dan dilakukannya program vaksinasi Covid-19 (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Vaksin merupakan jalan yang paling efektif, mudah didapat, dan sangat ekonomis untuk mencegah individu terinfeksi dari penyakit yang menular. Pengembangan dari vaksin untuk
memerangi infeksi SARS-CoV-2 sangat diperlukan (Makmun & Hazhiyah, 2020). Namun dalam pelaksanaannya, vaksinasi Covid-19 menciptakan keraguan yang disebabkan informasi yang bersifat hoaks yang dapat menimbulkan kecemasan bagi beberapa masyarakat oleh karena efek samping dari vaksin Covid-19 tersebut yang dapat menimbulkan gejala yang ringan sampai ke berat, dan bahkan kematian (Puteri et al., 2021).
Kecemasan adalah salah satu gangguan kesehatan psikologis / mental, dimana individu akan memiliki dan mengalami rasa takut terhadap sesuatu bahaya yang berasal dari orang lain, objek tertentu ysng berdampak pada keadaan fisiknya (Musyarofah, Maghfiroh, & Abidin, 2021). Perasaan cemas ini juga dialami tentunya oleh remaja, dimana usia remaja yang kita katakan usia labil dalam menghadapi kondisi yang tak terduga dan bahkan labil dalam mengambil keputusan (Gozali, Tjahjo, & Vidyarini, 2018). Menurut Fitria & Ifdil (2021), emosi remaja sangat mudah terguncang, seperti cemas yang berlebihan, rasa takut dalam menghadapi situasi yang saat ini dimana mereka harus melakukan vaksinasi Covid-19.
Beberapa penelitian yang dilakukan pada masyarakat oleh Nirwan, Sari, & Aqqabra (2021) yang mengikutsertakan responden dengan beberapa kategori usia yaitu 19-28 tahun (55%), usia 29-38 tahun (23,3%), dan usia 39-48 tahun (26,57%) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan masyarakat yang mengatakan cemas dalam vaksinasi Covid-19 sebanyak 55 orang (91,7%). Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan mengenai vaksinasi Covid-19. Didukung dengan penelitian Kholdiyah, Sutomo, & Kushayati (2021) yang menjelaskan bahwa responden yang mengikuti sebanyak 142 responden di Desa Bangkok Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa 80,3% mengalami kecemasan sedang dan 12,7% mengalami kecemasan berat. Hal ini terjadi dikarenakan informasi yang menyebar dan
selalu membahas dan memberitakan mengenai penambahan jumlah kasus Covid-19 dan menyajikan informasi mengenai peningkatan angka kematian akibat infeksi virus Covid-19 dan mengenai dampak dari vaksinasi Covid-19 yang menjadi pemicu cemas masyarakat.
Akan tetapi di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Puteri et al (2021) yang dilakukan pada masyarakat dengan kategori responden remaja (79,4%), dewasa (80%), dan lansia (20%) menunjukkan bahwa 48,1% memiliki perasaan takut/ khawatir terhadap dampak dan efek samping dari vaksinasi Covid-19 itu
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode desain analitik yang berfungsi untuk mendeskripsikan suatu objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Darwis, 2021). Penelitian ini dilakukan pada remaja sebagai responden yang dipilih menggunakan metode purposive sampling sebanyak 60 siswa. Kriteria responden yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 12-18 tahun, bersekolah di Perguruan Advent Alor, duduk di bangku SMP dan SMA, serta yang sudah mengikuti vaksinasi Covid-19 baik dosis 1 ataupun 2.
Penelitian ini dilakukan secara online dengan menggunakan google form. Responden penelitian wajib mengisi link kuesioner. Pengumpulan data berlangsung dari 27 Desember 2021 sampai 27 Januari 2022. Variabel penelitian ini adalah tingkat kecemasan. Untuk mengukur tingkat kecemasan remaja dalam penerimaan vaksinasi Covid-19, peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Muyasaroh et al (2020) dan sudah
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian pada 60 siswa yang ikut berpartisipasi dalam mengisi
sendiri. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Darwis (2021) yang mengikutsertakan remaja akhir (90%), dewasa awal (9%), dan dewasa akhir (1%) menunjukkan bahwa 75% cemas ringan, 23% cemas sedang, 2% cemas berat. Pada penelitian sebelumnya belum ada yang menjelaskan bagaimana tingkat kecemasan remaja secara spesifik untuk melihat seberapa besar kecemasan remaja yang telah menerima vaksinasi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan remaja dalam penerimaan vaksinasi Covid-19.
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Sebanyak 31 orang yang ikut bersedia untuk dilakukan pilot study, dengan 17 pertanyaan yang digunakan dengan nilai r-tabelnya > 0,355 digunakan untuk penelitian berikutnya dan hasil uji reliability alpha cronbach 0,741 dengan interpretasi reliable atau konsisten.
Penelitian ini telah dinyatakan layak etik dengan nomor surat 199/KEPK-FIK.UNAI/EC/XII/21. Responden yang ikut berperan dalam penelitian diminta terlebih dahulu untuk membaca inform consent yang diberikan, setelah menyetujui maka responden diminta untuk mengisi kuesioner dalam bentuk online. Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisis. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui data demografi dan tingkat kecemasan remaja, yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk tabel untuk mengetahui tingkat kecemasan remaja terhadap vaksin Covid-19. Manfaat dengan mengikuti penelitian adalah mengetahui tingkat kecemasan remaja dalam menerima vaksin Covid-19 dan memberi masukan kepada tenaga pendidik ataupun pemerintah untuk memberikan informasi-informasi yang terpercaya dan edukasi mengenai efek samping vaksinasi Covid-19.
kuesioner kecemasan secara online, didapatkan data berikut. Tabel 1
memberikan gambaran karakteristik responden berdasarkan data demografi.
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden | |||
Variabel Kategori |
Frekuensi |
Persentase (%) | |
Jenis Kelamin Laki-laki |
17 |
28,3 | |
Perempuan |
43 |
71,7 | |
Total |
60 |
100 | |
12 |
5 |
8,3 | |
13 |
13 |
21,6 | |
14 |
18 |
30 | |
Usia (tahun) 15 |
16 |
26,7 | |
16 |
6 |
10 | |
17 |
1 |
1,7 | |
18 |
1 |
1,7 | |
Total |
60 |
100 | |
VII |
11 |
18,3 | |
VIII |
14 |
23,3 | |
IX Kelas X |
30 |
50 | |
1 |
1,7 | ||
XI |
1 |
1,7 | |
XII |
3 |
5 | |
Total |
60 |
100 | |
Tabel 1 menunjukkan bahwa |
(26,7%), dan usia |
13 tahun sebanyak 13 | |
mayoritas responden dalam penelitian ini |
orang (21,6%). |
Berdasarkan kelas, | |
adalah perempuan yaitu sebanyak 43 orang |
didominasi oleh kelas IX sebanyak 30 | ||
(71,7%). Dari segi usia, terdapat responden |
orang (50%), kelas VIII sebanyak 14 orang | ||
yang berusia 14 tahun sebanyak 18 orang |
(23,3%), dan kelas |
VII sebanyak 11 orang | |
(30%), usia 15 tahun sebanyak 16 orang |
(18,3%). | ||
Tabel 2. Tingkat Kecemasan Remaja Terhadap Penerimaan Vaksin Covid-19 | |||
Tingkat Kecemasan Frekuensi |
Persentase (%) | ||
Tidak Cemas |
8 |
13,3 | |
Cemas Ringan |
22 |
36,7 | |
Cemas Sedang |
23 |
38,3 | |
Cemas Berat |
7 |
11,7 | |
Total |
60 |
100 | |
Tabel 2 menjelaskan tingkat |
memiliki tingkat |
kecemasan sedang | |
kecemasan remaja terhadap penerimaan |
sebanyak 23 orang (38,3%) dan terdapat 7 | ||
vaksin Covid-19. Berdasarkan data |
orang (11,7%) yang mengalami cemas | ||
tersebut, sebagian besar responden |
berat. |
Tabel 3. Tendensi Sentral Variabel Kecemasan Remaja Terhadap Penerimaan Vaksin Covid-19
Variabel |
N |
Min |
Max |
Mean |
SD |
Kecemasan |
60 |
17 |
85 |
49,55 |
15,238 |
Kategori tingkat kecemasan pada penelitian ini antara lain tidak cemas dengan skor 17-34, cemas ringan dengan skor 34-51, cemas sedang dengan skor 5168, dan cemas berat dengan skor 68-85. Tabel 3 menjelaskan rata-rata skor
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja yang merasa cemas saat
kecemasan remaja yang menerima vaksinasi Covid-19 adalah 49,55 dengan standar deviasi 15,238. Nilai ini termasuk dalam kategori tingkat kecemasan ringan. Nilai minimum adalah 17 dan nilai maksimum adalah 85.
mereka hendak mendapatkan vaksinasi Covid-19 dengan kategori cemas sedang
sebanyak 23 orang (38,3%) dan terdapat juga 7 orang (11,7%) yang mengalami cemas berat oleh karena vaksinasi Covid-19. Harlock menjelaskan kecemasan adalah bentuk perasaan campur aduk antara gelisah, khawatir, dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan (Suryaatmaja & Wulandari, 2020). Kecemasan merupakan suatu perasaan yang wajar dimiliki oleh setiap individu. Cemas mengingatkan akan adanya situasi yang menekan dan mengancam. Akan tetapi cemas harus dapat dikendalikan. Apabila kecemasan berlangsung terus-menerus, hal ini akan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Namun, tingkat kecemasan setiap orang berbeda-beda tergantung pada pemicu dan bagaimana koping individu dalam menghadapi situasi tersebut (Suwandi & Malinti, 2020).
Di era new normal saat ini pemerintah membuat suatu kebijakan pembelajaran tatap muka dengan memperhatikan penerapan protokol kesehatan demi keselamatan seluruh warga sekolah (Powa, Tambunan, & Limbong, 2021). Menurut Hayat & Kurniatillah (2022) menyatakan anak usia sekolah merupakan kelompok yang berisiko tinggi terpapar Covid-19 dan tercatat 197 anak dengan anak usia 12 hingga 17 tahun terpapar Covid-19.
Remaja adalah individu yang masih labil dan perlu bantuan untuk mengambil keputusan dalam menghadapi kondisi yang tak terduga. Situasi yang saat ini terjadi pada saat pemerintah membuat himbauan untuk melakukan vaksinasi pada anak usia sekolah atau remaja, dapat membuat cemas baik secara fisik maupun psikis (Fitria, Neviyarni, & Karneli, 2020). Yang terjadi di antaranya adalah ketegangan, sulit berkonsentrasi, disertai gangguan fisik seperti jantung berdebar-debar, perut melilit, lemas, gemetar, dan pusing, dan terdapat respon psikologis dimana remaja akan merasa cemas yang berlebihan, marah, takut tertular virus, sehingga sulit bagi remaja menghadapi dan mengatasi rasa
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat kecemasan
cemas yang dihadapi (Fitria & Ifdil, 2021). Dalam proses penerimaan vaksinasi Covid-19 remaja menyatakan cemas terhadap efek samping dari pada vaksin Covid-19. Menurut Arumsari, Desty, & Kusumo (2021) menyatakan bahwa efek samping yang ditimbulkan, antara lain nyeri, bengkak di area suntikan, kelelahan, sakit kepala, demam, dan muntah.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya edukasi bagi para remaja baik sebelum dan sesudah vaksinasi Covid-19, yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dari remaja. Edukasi mengenai cara mengurangi efek samping vaksinasi Covid-19 dengan kompres dingin pada area bekas suntikan, himbau untuk minum obat antipieretik sesuai dengan anjuran, konsumsi air putih yang cukup, konsumsi makanan yang sehat, banyak berjemur, olahraga ringan, dan istirahat yang cukup agar terbentuk antibodi yang baik. Apabila terjadi efek samping yang berat, disarankan untuk segera ke puskesmas ataupun rumah sakit (Sari, 2021).
Penelitian Muyasaroh et al (2020) yang membahas tentang kajian tingkat kecemasan menggambarkan kecemasan pada masyarakat awam yang ada di Cilacap. Sedangkan, dalam penelitian ini menggambarkan kecemasan pada responden remaja. Pada penelitian sebelumnya dilakukan di 24 kecamatan yang ada di Cilacap. Sedangkan, dalam penelitian ini merujuk pada sekolah Advent di Alor, Kupang, Nusa Tenggara Timur yang dimana terdapat perbedaan lingkungan, budaya, dan tingkat pendidikan yang berbeda. Pada penelitian sebelumnya menjelaskan jenis kecemasan yang dialami oleh masyarakat, sedangkan dalam penelitian ini menjelaskan tentang kategori tingkat kecemasan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat terbatasnya mengenai penelitian tentang tingkat kecemasan pada remaja saat menerima vaksinasi Covid-19.
remaja dalam penerimaan vaksinasi Covid-19 di Perguruan Advent Alor, Kupang,
Nusa Tenggara Timur, dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat kecemasan remaja adalah cemas ringan dengan mean 49,55. Berdasarkan hal tersebut, perlunya edukasi
DAFTAR PUSTAKA
Arumsari, W., Desty, R. T., & Kusumo, W. E. G.
(2021). Gambaran Penerimaan Vaksin COVID-19 di Kota Semarang. Indonesian Journal of Health Community, 2(1), 35.
https://doi.org/10.31331/ijheco.v2i1.1682.
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO declares COVID-19 a pandemic. Acta Biomedica, 91(1), 157–160.
https://doi.org/10.23750/abm.v91i1.9397.
Darwis, S. A. (2021). Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Akademi
Keperawatan RS Marthen Indey Terhadap Vaksin Covid-19. Healthy Papua-Jurnal keperawatan dan Kesehatan, 4(2), 238-243.
Fitria, L., & Ifdil, I. (2021). Kecemasan Remaja pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(3), 483– 492. https://doi.org/10.37287/jppp.v3i3.530.
Fitria, L., Neviyarni, & Karneli, Y. (2020). Cognitive Behavior Therapy Counseling Untuk Mengatasi Anxiety Dalam Masa Pandemi Covid-19. Al-Irsyad: Jurnal
Pendidikan Dan Konseling, 10(1), 23–29.
Gozali, M., Tjahjo, J. D. W., & Vidyarini, T. N. (2018). Anxiety Uncertainty Management ( AUM ) Remaja Timor Leste di Kota Malang dalam Membangun Lingkungan Pergaulan Pendahuluan. Jurnal E-Komunikasi Program, 6(2), 1–12.
Hayat, F., & Kurniatillah, N. (2022). Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Pemberian Vaksinasi Covid-19 Di MAN I Kota Serang. Jurnal JOUBAHS, 2(1), 18–23.
Kholdiyah, D., Sutomo, & Kushayati, N. (2021). Hubungan Persepsi Masyarakat Tentang Vaksin Covid-19 Dngan Kecemasan Saat Akan Menjalani Vaksinasi Covid-19. Jurnal Keperawatan, 14(2), 8–20.
Makmun, A., & Hazhiyah, S. F. (2020). Tinjaun Terkait Pengembangan Vaksin Covid-19. Molucca Medica, 13(2), 52–59.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1–207.
Musyarofah, S., Maghfiroh, A., & Abidin, Z. (2021). Studi Kecemasan pada Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi COVID-19. JPKM: Jurnal Profesi Kesehatan Masyarakat, 2(1), 81–86. https://doi.org/10.47575/jpkm.v2i1.210.
Muyasaroh, H., Misbah, K., Muhammad, R.,
bagi remaja dalam penerimaan vaksinasi Covid-19 mengenai penanganan efek samping dari vaksinasi lebih lanjut.
Hanifah, M., Baharudin, Y. H., Fadjirin, N. N., Pradana, T. A., & Ridwan, M. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam menghadapi Pandemi Covid 19. Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat UNUGHA, 3.
Nirwan, Sari, R., & Aqqabra, A. F. (2021).
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kecemasan Masyarakat Terhadap Vaksinasi Covid-19 Di Desa Puncak Indah Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur Tahun 2021. Jurnal Kesehatan Luwu Raya, 8(1).
Powa, N. W., Tambunan, W., & Limbong, M.
(2021). Analisis Persetujuan Orang Tua Terhadap Rencana Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Di Smk Santa Maria Jakarta. Jurnal Manajemen Pendidikan, 10(2), 100–111. https://doi.org/10.33541/jmp.v10i2.3274.
Puteri, K. E., Wiranti, K., Ziliwu, Y. S., Elvita, M., Frare, D. Y., Purdani, R. S., & Niman, S.
(2021). Kecemasan Masyarakat akan Vaksinasi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 9(3), 539-548.
Sari, M. K. (2021). Edukasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Terhadap Tingkat Kecemasan Remaja Menghadapi Vaksinasi Covid-19. Jurnal Karya Abadi, 5(3), 542–546.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19. (2021). Peta Sebaran Covid-19. https://covid19.go.id/peta-sebaran.
Suryaatmaja, D. J. C., & Wulandari, I. S. M. (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Sikap Remaja Akibat Pandemik Covid-19. Malahayati Nursing Journal, 2(4), 820–829. https://doi.org/10.33024/manuju.v2i4.3131.
Suwandi, G. R., & Malinti, E. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Terhadap Covid-19 Pada Remaja Di SMA Advent Balikpapan. Malahayati Nursing Journal, 2(4), 677–685.
https://doi.org/10.33024/manuju.v2i4.2991.
WHO. (2021). WHO Coronavirus (COVID-19) Dashboard: Overview. WHO Health
Emergency Dashboard.
Yani, F. D. R., & Elon, Y. (2021). Gambaran
Pengetahuan dan Paparan Penyuluhan Protokol Covid-19 Pada Remaja
Bandarlampung. CHMK Nursing Scientific Journal, 5(2), 46–59.
Volume 10, Nomor 2, April 2022
135
Discussion and feedback