Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

GAMBARAN KESEHATAN MENTAL MAHASISWA TINGKAT AKHIR PRODI SARJANA KEPERAWATAN ITEKES BALI PADA MASA PANDEMI COVID-19

Ni Komang Sri Cahyani1, Ni Luh Adi Satriani2, Putu Noviana Sagitarini3 1Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan, Fakultas Kesehatan ITEKES Bali 2.3Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan ITEKES Bali [email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit virus corona 2019 merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan, untuk memutus rantai penularan penyakit ini maka pemerintah mengambil kebijakan dengan menerapkan PSBB yang mengharuskan seluruh aktivitas dilakukan dirumah termasuk perkuliahan seperti penyusunan skripsi pada mahasiswa akhir. Dampak dari kebijakan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mental mahasiswa tingkat akhir. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran kesehatan mental mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan ITEKES Bali pada masa pandemi Covid-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di Kampus Institut Teknologi dan Kesehatan Bali. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir prodi sarjana keperawatan kelas reguler dengan jumlah 161 responden yang dipilih menggunakan tehnik non probability sampling jenuh. Pengambilan data berlangsung pada bulan Februari-Maret 2021. Instument penelitian ini adalah instrument Self Reporting Questionnare yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan sudah dilakukan uji validitas. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 161 responden mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan ITEKES Bali sebagian besar mahasiswa terindikasi masalah kesehatan mental sebanyak 92 orang (57.1%). Simpulan: Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan mental health care dan peneliti selanjutnya dapat mencari pengaruh peran orang tua dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa pada saat menghadapi penyusunan skripsi pada masa pandemi Covid-19.

Kata Kunci : Kesehatan Mental, Mahasiswa Tingkat Akhir, Pandemi Covid-19

ABSTRACT

Background: Corona virus disease 2019 is a disease that attacks the respiratory tract. In order to break the chain of transmission of this disease, the government takes a policy by implementing massive restriction (PSBB) which requires all activities to be carried out at home including lectures such as writing thesis for final year students. The impact of these policies can affect the mental health of final year students. Aim: To describe the mental health of final year students of Bachelor of Nursing Program at ITEKES Bali during the Covid-19 pandemic. Methods: This study employed a quantitative descriptive design with a cross-sectional approach. The study was conducted at Institute of Technology and Health (ITEKES) Bali on February-March 2021. There were 161 respondents recruited as the sample through saturated with non-probability sampling technique. Data were collected by using Self Reporting Questionnaire which was modified by the researcher based on a literature review and has been tested for validity. Finding: The finding indicated that there were 92 respondents (57.1%) had mental health problems.Conclusion: It is hoped that students can apply mental health care and further researchers can look for the influence of the role of parents in maintaining students' mental health when facing thesis preparation during the Covid-19 pandemic.

Keywords: Mental Health, Final Year Students, Covid-19 Pandemic

PENDAHULUAN

Saat ini terjadi penyebaran wabah virus penyakit pada manusia yang menyerang saluran pernapasan, yang disebut dengan infeksi coronavirus-2019 (COVID-19). WHO mengkonfirmasi bahwa Covid-19 merupakan pandemi global yang harus diwaspadai (Cui, dkk., 2019). Virus baru ini ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019, dan 27 orang menderita penyakit serupa seperti sesak napas, kelainan paru-paru, dan pneumonia (Bramasta & Dandy, 2020).

Kasus terus bertambah dan menyebar ke wilayah negara China, yaitu Amerika Serikat, Italia, Spanyol, dan Indonesia. Di Indonesia terjadi peningkatan kasus setiap harinya, data terbaru pada tanggal 9 Juni 2021 kasus positif Covid-19 mengalami kenaikan sebesar 7.725 orang dari 1.88 juta, sembuh mengalami kenaikan sebesar 5.883 orang dari 1.72 juta, meninggal dunia meningkat sebanyak 170 orang dari 52.162 kasus, (Kemenkes RI, 2020). Data di Bali Positif 25.813 orang, dengan perawatan 3.642 Orang (14.11%), meninggal sebanyak 670 orang (2.6%) (Diskes Provbali, 2021). Untuk menghindari penularan dari manusia ke manusia, pemerintah mengambil kebijakan untuk menerapkan jarak sosial dan menjadikan hal ini sebagai strategi untuk mengendalikan atau memutus rantai penularan (Adhikari, dkk 2020).

Di Indonesia, proses pencegahan dilakukan secara bertahap, seperti Pembatasan Sosial Massal (PSBB), istilah ini yang digunakan di Indonesia yang diartikan sebagai pembatasan aktivitas penduduk di suatu wilayah untuk mencegah penyebaran atau penyebaran penyakit. Akibat Covid-19 Indonesia sedang mengalami kondisi yang mengkhawatirkan, sehingga

beberapa ahli merekomendasikan agar pemerintah menerapkan lockdown untuk mencegah penyebaran penyakit (Yunus dan Rezki, 2020).

Keputusan ini menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap sistem pembelajaran diperguruan tinggi khususnya mahasiswa tingkat akhir dituntut untuk belajar dan mengerjakan tugas akhir/ skripsi dari rumah dengan menerapkan teknologi pembelajaran secara daring (Sediri, dkk, 2020). Situasi seperti ini menjadikan mahasiswa merasa khawatir akan dampak yang timbul akibat Covid-19 dan kurang mampu melakukan aktivitas sehari-hari, ruang gerak mahasiswa pun terbatas dalam mencari literature sebagai data pendukung skripsi yaitu ditutupnya akses perpustakaan (Ayu, 2020). Keadaan tersebut dapat menciptakan stresor yang lebih tinggi dan dapat memicu terganggunya kesehatan mental seperti timbulnya kecemasan yang berlebih hingga depresi (Setyani, 2018).

Hal ini di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, yang melihat hasil dari 195 siswa, di mana 138 (71%) menunjukkan peningkatan stres dan kecemasan akibat pandemi Covid-19. Beberapa stressor telah diidentifikasi yang menyebabkan peningkatan stres mahasiswa, kecemasan, dan pikiran depresi (Son, dkk., 2020).

Berdasarkan uraian diatas kesehatan mental sangat penting bagi mahasiswa dalam menunjang pencapaian akhir pada proses pembelajaran ditambah dengan situasi yang terjadi akibat pandemi saat ini. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui gambaran kesehatan mental mahasiswa ITEKES Bali tingkat akhir pada masa pandemi Covid-19.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Dalam penelitian ini populasinya yaitu mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan pada kelas reguler di kampus ITEKES Bali. Sampel yang didapatkan sebanyak 161 mahasiswa dengan teknik sampling menggunakan teknik non probability sampling jenuh.

Kriteria inklusi penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir prodi

sarjana keprawatan pada kelas reguler yang sedang menghadapi penyusunan skripsi tahun 2020/2021. Kriteria eksklusi yaitu mahasiswa yang mengambil cuti, yang tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, dan yang sudah menjadi responden untuk studi pendahuluan.

Pengumpulan data yang digunakan ialah kuesioner Self Reporting Questionare (SQR) yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan sudah melalui uji validitas. Kuesioner ini memiliki 25 pertanyaan dengan jawaban Ya dan Tidak terkait kesehatan mental. Sebelum mengisi kuesioner responden mengisi lembar persetujuan (Informed Consent) terlebih dahulu. Penelitian ini sudah dilakukan uji etik di ITEKES Bali dengan dua orang ekspert di bidang keperawatan jiwa.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia.

Karakteristik Responden             Frekuensi (n)              Persen (%)

Jenis Kelamin

Laki- Laki

23

14,3

Perempuan

138

85,7

Usia

21 Tahun

87

54,1

22 Tahun

68

42,2

23 Tahun

3

1,9

24 Tahun

2

1,2

25 Tahun

1

0,6

Total

161

100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan ITEKES Bali berjenis kelamin

perempuan sebanyak 138 orang (85,7%) dengan usia paling banyak yaitu 21 tahun sebesar 87 orang (54.1%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesehatan Mental Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi Sarjana Keperawatan ITEKES Bali Pada Masa Pandemi Covid-19.

Kesehatan Mental             Frekuensi (n)                  Persen(%)

Terindikasi

Tidak Terindikasi

Jumlah

92                        57,1

69                        42,9

161                        100

Berdasarkan 5.2 dapat diketahui dari 161 responden sebagian besar mahasiswa terindikasi masalah

kesehatan mental sebanyak 92 orang (57,1%), sisanya tidak terindikasi masalah kesehatan mental sebanyak 69 orang (42,9%).


Tabel 3. Distibusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gejala Kesehatan Mental Yang Paling Banyak Dialami Oleh Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi Sarjana Keperawatan ITEKES Bali Pada Masa Pandemi Covid-19 (N=161).

Gejala Kesehatan Mental

Frekuensi (n)

Persen (%)

Gejala Kognitif : merasa sulit berkonsentrasi

96

59,6

Gejala Cemas : merasa lebih mudah gugup dalam melakukan sesuatu

104

64,6

Gejala Depresi : kehilangan minat pada berbagai hal

46

28,6

Gejala Somatik : Pencernaan terganggu atau buruk

50

31,1

Gejala Penurunan Energi : mudah lelah

78

48,4


Berdasarkan tabel 3. Gejala kesehatan mental yang paling banyak dialami oleh mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan ITEKES Bali pada gejala kognitif yaitu merasa sulit berkonsentrasi sebanyak 96 orang (59,6%), pada gejala cemas yaitu merasa lebih mudah gugup dalam melakukan sesuatu sebanyak

PEMBAHASAN

Kesehatan mental pada mahasiswa erat kaitannya dengan masalah akademik, finansial, dan kesehatan fisik. Hal tersebut menyebabkan tidak optimalnya proses pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa program studi sarjana keperawatan ITEKES Bali tahun terakhir program studi sarjana keperawatan di ITEKES Bali terdapat sebagian besar mahasiswa terindikasi mengalami kesehatan mental sebanyak 92 mahasiswa (57,1%) dari 161 mahasiswa dengan

104 orang (64,6%), pada gejala depresi yaitu kehilangan minat pada berbagai hal sebanyak 46 orang (28,6%), pada gejala somatik yaitu pencernaan terganggu atau buruk sebanyak 50 orang (31,1%), dan pada gejala penurunan energi yaitu mudah lupa sebanyak 78 orang (28,6%).

gejala masalah kesehatan mental yang paling banyak dialami oleh mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan ITEKES Bali pada gejala kognitif yaitu sulit berkonsentrasi (59.6%); pada gejala cemas mudah gugup dalam melalukan sesuatu (64.6%); pada gejala depresi yaitu kehilangan minat pada berbagai hal (28.6%); pada gejala somatik yaitu pencernaan terganggu/buruk (31.1%); pada gejala penurunan energi yaitu mudah lelah (48.4%).

Hasil serupa dengan penelitian yang dilakukan Azmul Fuady Idham (2019) di berbagai perguruan tinggi

di Indonesia di mana sebanyak (54,1%) atau 271 mahasiswa memiliki masalah yang tinggi pada kesehatan mental.

Hal tersebut diakibatkan karena tantangan yang dihadapi dimulai dari meningkatnya kekhawatiran tentang keterlambatan akademik, menurunnya motivasi belajar, dampak pada kehidupan sehari-hari, hingga mengalami peningkatan tekanan untuk belajar mandiri (Santoso,2020). Keadaan ini akan memberikan dampak terutama dampak psikologis mahasiswa seperti kesulitan tidur, kehilangan konsentrasi, kehilangan napsu makan, stress, bahkan depresi pada kondisi pandemi Covid-19 (Hamada & Fan, 2020). Penelitian yang dilakukan Mardhiyah di Universitas Sriwijaya menunjukkan bahwa sebanyak 56.5% orang pernah mengalami gejala distres psikologis yang ringan, dan 43,5% orang pernah mengalami gejala distres psikologis berat (perlu diwaspadai). Hal ini karena menurut penelitian Gorcynski Sims-schouten, Hill, & Wilson (2017) yang dilakukan di Inggris, mahasiswa dengan hasil kesehatan mental yang lebih tinggi cenderung mencari bantuan terhadap masalah kesehatan mental yang dialami dengan caranya masing-masing. Asumsi Peneliti usia berperan dalam menentukan sikap seseorang dalam menyelesaikan masalah. Asumsi peneliti di dukung oleh Teori (Pieter & Lubis, 2010) yang menyatakan bahwa mahasiswa mengalami periode transisi dari masa remaja

hingga dewasa, serta usia dasar dalam menyesuaikan diri dan berperan dalam kehidupan yang berubah-ubah disertai perubahan fisik yang dapat mengganggu homestatis fisik, ketegangan emosional, dan stress.

Hasil ini konsisten dengan penelitian lain di mana mahasiswa mencoba mengidentifikasi gejala masalah kesehatan mental, tetapi mereka tidak tahu di mana harus mengungkapkan perasaan atau emosinya. Hal ini yang menyebabkan adanya gangguan pada mental seseorang yang seharusnya usia rata-rata dari 17 hingga 25 tahun adalah usia terbaik dalam mencari bantuan terhadap masalah kesehatan mental yang di alami seperti sosial media, teman dekat, kerabat, hingga professional medis seperti dokter umum (Idham, 2019).

Berdasarkan gejala kognitif yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir sebagian besar merasa sulit berkonsentrasi sebanyak 96 orang (59,6%). Hal ini serupa seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani (2020) yaitu study literature yang menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami bukan hanya karena keterampilan dalam menggunakan teknologi, tetapi juga berkaitan dengan beban kerja yang dihadapi mengingat adanya mata kuliah yang padat dan harus dihadapi dalam masa pandemi Covid-19. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa dalam kondisi stress berpengaruh secara signifikan pada penurunan

hasil tes kognitif bahkan sampai 50%.

Perspektif kognitif menyatakan bahwa stres yang dialami selama pembelajaran daring memberikan dampak yang negatif terhadap prestasi akademik pada mahasiswa. Mahasiswa akan kesulitan berkonsentrasi, sulit mengingat materi, selalu menunda tugas yang diberikan, hingga berfikir negatif terkait diri maupun lingkungannya. Hal tersebut dipengaruhi karena mahasiswa biasanya melakukan pembelajaran tatap muka, sehingga perubahan pola pembelajaran memberikan pengaruh tersendiri bagi mahasiswa.

Berdasarkan gejala cemas yang paling banyak dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yaitu merasa lebih mudah gugup dalam melakukan sesuatu sebanyak 104 mahasiswa (64,6%). Penelitian yang dilakukan oleh Livana, Susanti, dan Arisanti (2018) di STIKES Kendal menunjukkan bahwa sebagian besar hasil penelitian kecemasan mahasiswa saat menulis skripsi adalah kecemasan berat (51,5%). Menurut penelitian lain, pemicu kecemasan tinggi adalah: 1). Mahasiswa merasa terbebani dengan ujian proposal esai dan/atau penilaian hasil akhir esai. 2). Menulis esai merupakan salah satu stressor yang dialami siswa yang dapat mengakibatkan perubahan fisik dan psikis. beradaptasi dengan situasi ini (Hakiman, 2020). 3). Faktor penyebab kecemasan yang tinggi juga dipengaruhi oleh judul penelitian yang sulit, kesulitan dalam mencari referensi, kurangnya minat siswa dalam penelitian, dan ketidakmampuan siswa untuk mengungkapkan ide secara tertulis (Stuart, 2013).

Berdasarkan gejala depresi yang paling banyak dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yaitu kehilangan minat dalam berbagai hal sebanyak 46 orang (28,6%). Hasil ini serupa seperti penelitian yang dilakukan di China, yaitu 9688 responden (17,1%) memiliki status kesehatan mental dengan gejala depresi. mengalami depresi ringan. Hal ini dipengaruhi oleh : 1). Tuntutan dari orang sekitar maupun diri sendiri untuk menyelesaikan studi (Savira, 2013). 2). Dalam proses perkembangan otak, sistem saraf yang berperan dalam memproses informasi menjadi bertambah sempurna. Hal Ini memungkinkan seseorang mampu dalam membuat suatu perencanaan atau keputusan serta perkembangan kepribadian mahasiswa sudah jauh lebih baik (Wahyuni & Setyowati, 2020). 3). Ada tujuan dan persyaratan untuk lulus tepat waktu, dan mereka harus lebih dewasa dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku, yang menyebabkan kesulitan yang mereka hadapi berkembang menjadi emosi negatif, yang pada akhirnya mengarah pada ketegangan, depresi, stres dan depresi, yang menyebabkan mahasiswa menunda pembuatan skripsi (Aryani, 2016).

Berdasarkan gejala somatik yang paling banyak dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yaitu mengalami pencernaan terganggu/ buruk sebanyak 50 orang (31,1%). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Wuryaningsih (2018) menyatakan bahwa gejala terbanyak yang dialami mahasiswi Pondok Pesantren Al Husna terjadi pada gejala mengalami masalah pada pencernaan yang dialami oleh

hampir setengah mahasiswi Pondok Pesantren Al Husna.

Penelitian dari Nikmah (2015) menyatakan bahwa gangguan pencernaan memiliki hubungan yang positif terhadap kejadian atau kondisi stress. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pencernaan terganggu atau buruk disebabkan oleh adanya perasaan stress berlebih, tegang, cemas, ataupun khawatir.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa gejala stress fisik ringan disebabkan karena mahasiswa mengambil tindakan yang baik dalam menghadapi stress fisik yang dirasakan, seperti melakukan apa yang mereka suka, menggerakan badan ketika mengalami nyeri pada badan, dan ini diungkapkan dalam penelitian, mahasiswa memiliki koping stress yang baik dalam mengerjakan skripsi (Ismiati, 2015).

Berdasarkan gejala penurunan energi yang paling banyak dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yaitu mudah lelah sebanyak 78 orang (48,4%). Hal tersebut sejalan dengan Penelitian Wuryaningsih (2018) yang menyatakan bahwa gejala penurunan energi yang dialami mahasiswi terjadi pada gejala mudah lelah. Kelelahan pada seseorang memiliki hubungan dengan beban kerja atau banyaknya aktivitas seseorang.

Menurut Kurniawan dan Kumolohadi (2015) Berkurangnya energi dapat menyebabkan keadaan mudah lelah serta penurunan kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas. Asumsi peneliti : kelelahan mahasiswa tingkat akhir prodi sarjana keperawatan ITEKES Bali disebabkan karena adanya perkuliahan yang padat dan adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas akhir dengan tepat dari diri sendiri maupun lingkungan.

Asumsi tersebut didukung oleh pernyataan dari Lestari (2016) yang menyatakan bahwa mahasiswa kurang memahami dalam pengolahan data, dan kesulitan dalam mencari referensi, sehingga menyebabkan mahasiswa merasa tertekan sehingga mengalami keadaan mudah lelah, pusing, takut, dan tidak termotivasi.

Ismiati (2015) menyatakan bahwa, masalah mahasiswa yang sedang menyusun skripsi berada diantara bahagia dan stres. Bahagia karena akan mendapat gelar sarjana, masa kuliah akan cepat selesai, akan wisuda, hingga dapat mencari pekerjaan setelah wisuda. Sedangkan stres diakibatkan karena mahasiswa merasa terbebani, bingung, tidak percaya diri, gelisah, capek dan merasa lelah.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar mahasiswa tingkat akhir S1 keperawatan terindikasi mengalami masalah kesehatan (57,1%) dengan gejala kesehatan mental yang paling banyak dialami yaitu pada gejala kognitif yaitu sulit berkonsentrasi (59.6%); pada gejala cemas mudah gugup dalam melalukan sesuatu (64.6%); pada gejala depresi yaitu kehilangan minat pada berbagai hal (28.6%); pada gejala somatic yaitu pencernaan terganggu/buruk (31.1%); pada gejala penurunan energi yaitu mudah lelah (48.4%).

Diharapkan mahasiswa dapat mencari cara atau solusi dalam menyelesaikan masalah kesehatan mental seperti menerapkan mental health care. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dari segi metode, alat ukur, maupun teori yang digunakan, serta dapat mencari metode

manajemen stres yang sesuai serta dapat mencari pengaruh peran orang tua dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa pada saat menghadapi penyusunan skripsi pada masa pandemi Covid-19.

DAFTAR PUSTAKA

Adhikari, S.P ,dkk. (2020). Epydemiology, causes, clinical manifestation and diagnosis, prevention and control of Coronavirus disease (COVID-19) during the early outbreak period : a scoping review.

Cui, J., Li, F., & Shi, Z.-L. (2019). Origin and evolution of pathogenic coronaviruses. Nature Review Microbiology, 17(3), 181–192.

Dinkes, Bali. (2021). Info Kesehatan : Perkembangan Penyebaran Virus Corona.

Hakiman,2020. Pembelajaran daring pada mahasiswa. Eko Putra 2020. Dampak positif dan negative pada daring

Hamada, K., & Fan, X. (2020). The impact of COVID-19 on individuals living with serious    mental    illness.

Schizophrenia    Research.     doi:

j.schres.2020.05.054

Kemenkes. (2020).    Situasi   Terkini

Perkembangan Coronavirus Disease-Infeksi Emerging.

Livana, PH., Mubin, Muhammad Fatkhul & Basthomi Yazid. (2020). Tugas pembelajaran penyebab stress mahasiswa selama pandemi Covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 2, Hal 203 – 208. Diakses tanggal 1 juli 2020.

Pieter, H.Z., & Lubis, N.L. (2010). Pengantar psikologi dalam keperawatan. Jakarta: Kencana.

Rahmadhani, N. (2021). PENGARUH MASA PANDEMI COVID 19 TERHADAP TINGKAT STRESS MAHASISWA       DALAM

MELAKSANAKAN KULIAH ONLINE.

Sediri S, Zgueb Y, Ouanes S, Ouali U, Bourgou S, Jomli R, Nacef F. Women's mental health: acute impact of COVID-19 pandemic on domestic violence. Arch Womens Ment Health. 2020 Oct 17:1–8.

Setiyani, RS. (2018). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Baru Di Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Non

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Jurnal Psikologi Integratif. ISSN : 25807331.

Son, C., Hegde, S., Smith, A., Wang, X., & Sasangohar, F. (2020). Effects of COVID-19 on College Students Mental Health in the United States: Interview Survey Study. Journal of Medical Internet Research, 22 (9).

Wuryaningsih, E. W., Fauziyah, F., & Kurniyawan, E. H. Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Mahasiswa Pondok Pesantren Al Husna Jember.

Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(3), 227-238.

390

Volume 9, Nomor 4, Agustus 2021